Anda di halaman 1dari 2

Nama : Annisaa Fitri Astiriswanda Alwida

NIM : B12.2020.04322

1. Menurut saya lembaga kepailitan perlu ada , karena pada dasarnya lembaga kepailitan
memberikan suatu solusi terhadap para pihak apabila debitor dalam keadaan berhenti
membayar atau tidak mampu membayar. Serta lembaga kepailitan ini bisa menjadi sarana
penagihan yang efektif karena secara prosedur memiliki time frame yang lebih efektif.

2. UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran


utang atau disingkat dengan UKK 2004 : proses penyelesaian sengketa bisnis melalui jalur
litigasi yaitu melalui pengadilan niaga. Maka dalam Undang – Undang ini diatur mengenai
kepailitan, penundaan kewajiban pembayaran serta permohonan peninjauan kembali
terhadap keputusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

3. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pailit merupakan debitur yang memiliki dua atau
lebih kreditur yang tidak membayar sedikitnya satu utang yang sudah jatuh tempo dan
dapat ditagih. Pihak debitur tersebut dinyatakan pailit melalui putusan pengadilan yang
berwenang. Sederhananya, pailit adalah sebuah kondisi dimanan debitur mengalami
masalah / kesulitan untuk melunasi hutangnya dan dinyatakan pailit oleh pengadilan.

4. Konsep commercial exit from financial distress merupakan sebuah konsep yang ada da di
kepailitan perseroan terbatas (PT). kepailitan sebuah PT harus dibedakan dengan
kebangkrutan PT, pembubaran PT dan likuidasi PT.

5. lembaga – lembaga yang terlibat dalam kepailitan yaitu perbankan di Indonesia,


lemebaga kementerian keuangan, lembaga bada pengawas pasar modal dan saham, dan
debitur serta kreditur yang terlibat dalam hubungan bisnis.

6. Permohonan pernyataan pailit bisa diajukan ke Pengadilan Niaga dan yang berhak
mengajukannya yaitu kreditur, debitur, bank Indonesia, menteri keuangan, badan pengawas
pasar modal serta jaksa demi kepentingan umum.

7. Permohonan pailit yang dilakukan oleh debitur sendiri di sebut sebagai Voluntary Petition
(yaitu permohonan mempailitkan diri sendiri secara suka rela).

8. Menurut pasal 4 UU Kepailitan Nomor 37 tahun 2004 dinyatakan bahwa dalam hal
pernyataan pailit diajukan oleh debitur yang masih terikat dalam pernikahan yang sah,
permohonan hanya dapat diajukan atas persetujuan istri atau suami.

Maka kelengkapan dokumen yang harus dikumpulkan adalah sebagai berikut:


1. Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada ketua pengadilan
negeri/niaga yang bersangkutan;
2. Izin pengacara yang telah dilegalisasi
3. Surat kuasa khusus;
4. Kartu Identitas Penduduk (KTP) dari suami atau istri yang masih berlaku;
5. Persetujuan dari suami atau istri yang dilegalisasi;
6. Daftar asset dan tanggung jawab; dan
7. Neraca pembukuan terakhir (dalam hal perseorangan memiliki perusahaan).

9. Jika permohonan dilakukan oleh kreditor, maka pihak kreditor harus melengkapi
dokumen-dokumen sebagai berikut:

1. Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada ketua pengadilan


negeri/niaga yang bersangkutan;
2. Izin pengacara yang dilegalisasi/kartu pengacara;
3. Surat kuasa khusus;
4. Akta pendaftaran/yayasan/asosiasi yang dilegalisasi oleh kantor perdagangan
paling lambat satu minggu sebelum permohonan didaftarkan;
5. Surat perjanjian utang;
6. Perincian utang yang tidak dibayar;
7. Nama serta alamat masing-masing debitor;
8. Tanda kenal debitor;
9. Nama serta alamat mitra usaha;
10. Terjemahan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris oleh penerjemah resmi
(jika menyangkut unsur asing).

Anda mungkin juga menyukai