Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM BISNIS

KEPAILITAN

Disusun Oleh :
(Abdika Amry) NIM 2132610157
(Alivani Andeti Febriana) NIM 2132610114
(Badrid Duja Hikmah Ramadhan) NIM 2132610140
(Daffa Husni Hibban) NIM 2132610079
(M. Firdaus Mulya Adi Risando) NIM 2132610119
(Nafis Habibur Rahman) NIM 2132610075
(Nimas Ayu Puspa Palupi) NIM 2132610093
(Ratih Dwi Anggraini) NIM 2132610030
(Rokhali Putri Nur Fadhila) NIM 2132610065
(Sheptia Diyah Rika Nanda Putri) NIM

ADMINISTRASI NIAGA
PROGAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGERI MALANG 2022

1
ABSTRAK
Kepailitan merupakan suatu bidang suatu ilmu hukum yang spesifik menjadi

salah satu sarana untuk menyelesaikan piutang. dalam hal ini adalah Pengadilan Niaga,

dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya, harta debitur dapat

dibagikan kepada para kreditur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat hukum putusan pailit terhadap

karyawan perusahaan menurut UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU,

kedudukan karyawan perusahaan menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan apabila perusahaan pailit, pelaksanaan putusan Pengadilan Niaga

terhadap perusahaan yang dipailitkan beserta hambatannya. Penelitian dilakukan di

Pengadilan Niaga Semarang. Tipe penelitian bahan hukum yang digunakan adalah

metode penelitian yuridis normatif, penulis melakukan penelitian terhadap peraturan

perundang-undangan yang ada beserta contoh kasus dan putusannya. Metode

pendekatan yuridis normatif yaitu sebuah metode penelitian dengan mencoba melihat

kesesuaian aturanaturan normatif yaitu Undang-Undang No.37 Tahun 2004. Akibat

hukum putusan pailit terhadap karyawan perusahaan menurut UU No. 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan PKPU. Adapun akibat hukum putusan pailit yaitu apabila telah

dinyatakan oleh hakim atau Pengadilan Niaga dengan suatu putusan, dalam hal pekerja

mengundurkan diri baik status perusahaan dinyatakan pailit maupun tidak, perlu

meminta penetapan lembaga penyelesaian perselisihan perburuhan serta pekerja/buruh

tidak mendapatkan uang pesangon melainkan hanya uang penggantian hak dan uang

pisah. Sedangkan, jika pekerja/buruh di PHK dengan alasan perusahaan pailit, maka di

samping perlu penetapan dari lembaga yang berwenang juga pekerja/buruh

memperoleh uang pesangon, uang penghargaan dan hak-hak lainnya. Kedudukan

2
karyawan perusahaan yang pailit termasuk dalam kreditor preferen atau yang

didahulukan. Posisi karyawan walaupun diutamakan, tetapi tetap berada dibawah pajak

dan biaya-biaya perkara lainnya. Pelaksanaan putusan Pengadilan Niaga terhadap

perusahaan pailit yaitu dengan menunjuk kurator dari Balai Harta Peninggalan (BHP)

dengan dibawah pengawasan Hakim Pengawas. Hambatan dalam kepailitan berasal dari

debitor-debitor yang tidak kooperatif (debitor nakal) yang menyembunyikan aset-aset

perusahaan agar aset tersebut tidak masuk ke dalam boedel pailit.

Kata Kunci: Kepailitan, Akibat Kepailitan, dan Tenaga Kerja/Karyawan.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki wilayah yang luas sebesar 1.905 KM2 dan merupakan negara yang

memiliki kepadatan penduduk peringkat keempat terbanyak didunia sehinga Indonesia

memiliki potensi yang sangat besar. Banyak investor dari luar maupun dari pengusaha

yang ada di Indonesia yang melihat baik perkembangan ekonomi Indonesia, ini yang

membuat Indonesia terdapat banyak perusahaan baik perusahaan dengan usaha kecil

maupun perusahaan besar. Dengan adanya banyak pembukaan perusahaan di

Indonesia mendorong ekonomi Indonesia semakin kuat. Indonesia termasuk Negara

yang memiliki perkembangan ekonomi yang kuat di Asia Tenggara dimana Indonesia

berada diperingkat keenam belas sedunia. Namun pada awal tahun 2020, seluruh dunia

terancam diberbagai bidang terutama dibidang ekonomi dengan adanya penyebaran

virus Covid-19 yang menempatkan perusahaan perusahaan yang verada di Indonesia

mengalami krisis ekonomi. Banyak perusahaan mengalami kerugian besar dimana

kegiatan perusahaan tidak bisa berjalan normal karena ada kendalanya virus ini.

Berdasarkan laporan times tanggal 17 Agustus 2020 tercatat bahwa sebanyak 46

perusahaan yang brangkut dikarenakan tidak berjalannya kegiatan makanya pada tahun

perusahaan mengalami pemberhentian pemasukkan dan total kasus perusahaan baik

kecil maupun besar yang megajukan pailit dipegadilan negeri pada tahun 2020 sebanyak

641 kasus. Namun dengan mengajukan pailit tidak berarti perusahaan bisa bebas dari

semua utang. Banyak perusahaan karena perputaran modal tidak lancar maka tidak

dapat membayar utang dengan tepat waktu, banyak dari mereka yang tidak memilih

cara yang benar untuk menyelesaikan melainkan kabur lari tanpa tanggungjawab maka

4
perusahaan yang tidak melunasi utangnya kepada kreditur tidak dapat lari dari gugatan

yang dilayangkan oleh di pengadilan negeri niaga dengan gugatan pailit. Di Indonesia

memiliki peraturan perundang undang sendiri yang mengatur kasus berjenis kepailitan

yakni Undang - Undang No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang (UU Kepailitan dan PKPU) dimana sebuah permohonan atau gugatan

pailit dinyatakan gagal demi hukum jika tidak sesuai syarat pengajuan yang dimana

telah diatur dalam pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU maka apabila gugatan

pernyataan Pailit dinyatakan dibatalkan atau gagal demi hukum maka permohonan atau

gugatan akan ditolak. Maka dari itu, makalah ini disusun untuk mengetahui serta

menambah wawasan mengenai Hukum Kepailit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kepailitan?

2. Bagaimana dasar hukum kepailitan?

3. Pihak pihak mana sajakah yang tergolong debitur atau dinyatakan pailit?

4. Bagaimana proses disaat dan setelah permohonan kepailitan?

5. Pengadilan mana yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara kepailitan serta

apa putusannya?

6. Apa yang dimaksud dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) serta

pihak pihak mana sajakah yang terkait dalam PKPU?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepailitan

Kepailitan merupakan suatu bidang suatu ilmu hukum yang spesifik menjadi salah satu sarana

untuk menyelesaikan piutang.

berdasarkan Pasal 1 nomor (1) Undang-Undang nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (biasa disebut “UU Kepailitan“), Kepailitan adalah

Sita awam atas semua kekayaan Debitur Pailit yang pengurusan serta pemberesannya dilakukan

sang kurator di bawah supervisi Hakim Pengawas .

2.2 Dasar Hukum

Kepailitan diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang atau yang disingkat dengan UUK 2004. Sebelum

diundangkannya UUK 2004, masalah kepailitan diatur dalam Staatsblad 1905:217 jo.

2.3 Pihak – pihak yang tergolong debitur/yang dinyatakan pailit

6
Menurut Pasal 1 angka 3 UU Nomor 37 Tahun 2004 menentukan bahwa Debitor adalah

orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang

pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan. Debitur ini dapat bersifat perseorangan

maupun badan hukum seperti Perseroan Terbatas/Yayasan/Asosiasi lalu BUMN ynag

meliputi persero dan forum dan juga Perkongsian/Partner. Badan usaha yang berbentuk

persekutuan dengan firma dan persekutuan komanditer merupakan badan usaha yang

tidak memiliki karakter sebagai badan hukum, tetapi melekat pada sekutunya. Dengan

karakter tersebut, yang dapat dipailitkan adalah para sekutunya, bukan persekutuannya.

Persekutuan dengan firma dan persekutuan komanditer tidak memiliki kapasitas hukum

untuk memiliki kekayaan atas nama persekutuan tersebut. .Kemudian apabila pihak

yang mengajukan pailit adalah Debitor dan kemudian oleh Hakim Pengadilan Niaga

permohonan tersebut dikabulkan, pemohon pailit tersebut berubah menjadi Debitur

Pailit.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, debitur yang mempunyai dua atau kreditor dan tidak membayar

lunas sedikitnya satu utang jatuh tempo dan dapat ditagih dapat dinyatakan pailit oleh

pengadilan niaga. Dalam konteks hukum perikatan, debitor adalah pihak yang memiliki

prestasi. Prestasi sendiri adalah urang, dan utang itu adalah kewajiban yang dipenuhi

atau ditunaikan.

2.4 Pihak yang mengajukan permohonan agar seorang debitur dinyatakan pailit

Menurut Pasal 2 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) UUKPKPU menunjukkan bahwa pihak

yang dapat mengajukan permohonan pailit bagi seorang Debitur antara lain:

a. Debitur yang Bersangkutan

7
Debitur yang mengajukan permohonan pailit terhadap dirinya harus dapat

mengemukakan dan membuktikan bahwa debitur memiliki lebih dari satu

kreditor, selain itu debitur harus bisa membuktikan bahwa ia tidak membayar

Utang kreditor yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.

b. Kreditor atau Para Kreditur

Salah satu pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah

seorang kreditor atau lebih sepanjang debitur memiliki dua atau lebih kreditor

dan tidak membayar utangnya.

c. Kejaksaan untuk Kepentingan Umum

Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan untuk

kepentingan umum. Yang dimaksud dengan kepentingan umum disini adalah

kepentingan bangsa dan negara atau kepentingan masyarakat luas misalnya:

1. Debitur melarikan diri;

2. Debitur menggelapkan bagian harta kekayaan;

3. Debitur mempunyai utang pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau

badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat; debitur

mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari masyarakat

luas;

4. Debitur tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan

masalah utang piutang yang telah jatuh waktu; atau

5. Dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan

d. Bank Indonesia

8
Pengajuan permohonan pailit bagi bank sepenuhnya merupakan kewenangan

Bank Indonesia dan semata-mata didasarkan atas penilaian kondisi keuangan

dan kondisi perbankan secara keseluruhan.

e. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)

Badan Pengawas Pasar Modal juga mempunyai kewenangan

penuh dalam hal pengajuan permohonan pernyataan pailit dalam hal Debitur

adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga

Penyimpanan dan Penyelesaian.

f. Menteri Keuangan

Dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana

pensiun, atau badan usaha milik negara yang bergerak di bidang kepentingan

publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh menteri

keuangan.

2.5 Proses permohonan kepailitan

Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan, prosedur

permohonan Pailit adalah sebagai berikut:

1. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan melalui

Panitera. (Pasal 6 ayat 2).

2. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan

paling lambat 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Dalam

jangka waktu 3 (tiga) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan, pengadilan

menetapkan hari sidang.

3. Sidang pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh)

hari setelah tanggal permohonan didaftarkan (pasal 6).

9
4. Pengadilan wajib memanggil Debitor jika permohonan pailit diajukan oleh

Kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal atau Menteri

Keuangan (Pasal 8).

5. Pengadilan dapat memanggil Kreditor jika pernyataan pailit diajukan oleh Debitor

dan terdapat keraguan bahwa persyaratan pailit telah dipenuhi (Pasal 8).

6. Pemanggilan tersebut dilakukan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat paling

lama 7 hari sebelum persidangan pertama diselenggarakan (Pasal 8 ayat 2).

7. Putusan Pengadilan atas permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat

fakta terbukti bahwa persyaratan pailit telah terpenuhi dan putusan tersebut

harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah didaftarkan (Pasal

8).

8. Putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut harus memuat secara

lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut berikut

pendapat dari majelis hakim dan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka

untuk umum dan dapat dilaksanakan terlebih dahulu, sekalipun terhadap

putusan tersebut ada upaya hukum (Pasal 8 ayat 7).

2.6 Setelah permohonan pailit

Setiap kreditor dapat juga memohon

a. Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitur

b. Menunjuk kurator (mengawasi pengelolaan usaha debitur, pembayan kepada

kreditor, pengalihan harta kekayaan)

Kuartor adalah ketua akuisisi dan penjaga barang-barang yang masih dalam proses pailit

10
Setelah putusan pailit, hakim akan menetapkan kurator dan hakim pengawas, apabila

debitur dan kreditur tidak meminta maka yang bertindak adalah Balai Harta Peninggalan

(BHP)

2.7 Pengadilan yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara kepailitan

Pengadilan yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara kepailitan adalah

Pengadilan Niaga yang berada di lingkungan Peradilan Umum. Pengadilan Niaga juga

berwenang memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaan yang

penetapannya dilakukan Peraturan Pemerintah.

Syarat – syarat untuk dapat diangkat menjadi Hukum pengadilan Niaga adalah :

a. Telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan pengadilan umum

b. Mempunyai dedikasi dan mrnguasai pengetahuan di bidang masalah – masalah yang

menjadi lingkup kewenangan Pengadilan Niaga

c. Berwibawa, jujur dan berkelakuan tidak tercela

d. Telah berhasil menyelesaikan program pelatihan khusus sebagai hakim pada

Pengadilan Niaga

Terhadap putusan pengadilan Niaga tingkat pertama yang menyangkut permohonan

pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran hutang hanya dapat diajukan

kasasi kepada Mahkamah Agung. Pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan oleh

sebuah majelis hakim pada Mahkamah Agung yang khusus dibentuk untuk memeriksa

dan memutuskan perkara yang menjadi lingkup kewenangan Pengadilan Niaga. Di

samping itu pula terhadap putusan pengadilan Niaga yang telah memperoleh kekuatan

hokum yang tetap dapat diajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.

Permohonan peninjauan kembali dapat dilakukan apabila :

11
a. Terdapat bukti tertulis baru yang penting, yang apabila diketahui pada tahap

persidangan sebelumnya, akan menghasilkan keputusan yang berbeda.

b. Peradilan Niaga yang bersangkutan telah melakukan kesalahan berat dalam

penetapan hukuman.

Permohonan peninjauan kembali disampaikan kepada panitera. Kemudian panitera

menyampaikan kepada panitera Mahkamah Agung dalam jangka waktu 1x24 jam.

2.8 Akibat hukum putusan pengadilan

Setiap berutang (debitor) yang ada dalam keadaan berhenti membayar, baik atas
laporan sendiri maupun atas permohonan seseorang atau lebih berpiutang (kreditor),
dengan putusan hakim dinyatakan pailit atau bangkrut maka akan ada akibat hukumnya.
Zainal Asikin menyatakan akibat hukum dari putusan pailit yang utama adalah dengan
telah dijatuhkannya putusan kepailitan, si debitor (si pailit) kehilangan hak untuk
melakukan pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya.
Richard Burton Simaputang, mengatakan akibat hukum lain yang juga amat penting dari
pernyataan pailit adalah seperti yang ditegaskan dalam Pasal 41 Undang-Undang
Kepailitan yaitu bahwa untuk kepentingan harta pailit dapat dimintakan pembatalan atas
segala perbuatan hukumdebitoryang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan
kreditor, yang dilakukan sebelum pernyataan pailit ditentukan.Pembatalan inipun hanya
dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum tersebut
dilakukan debitor dan pihak dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan mengetahui
atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan
kerugian bagi kreditor, kecuali perbuatan hukum yang dilakukan debitor wajib dilakukan
berdasarkan perjanjian dan atau karena undang-undang, misalnya kewajiban pembayaran
pajak. Bahkan atas hibah yang dilakukan debitor pun dapat dimintakan pembatalannya
apabila kurator dapat membuktikan bahwa pada saat hibah tersebut dilakukan debitor
mengetahui atau patut mengetahui bahwa tindakan tersebut akan mengakibatkan kerugian
bagi kreditor(Pasal 43 UU Kepailitan).
Lebih lanjut Richard Burto Simatupang mengatakan, bahwa akibat hukum lainnya adalah
adanya hak retensi yang diatur dalam Pasal 59 yaitu hak kreditur untuk menahan barang-

12
barang kepunyaan debitor hingga dibayarnya suatu utang tidak kehilangan hak untuk
menahan barang dengan diucapkannya pernyataan pailit. Apabila kurator bermaksud
untuk menebus barang-barangtersebut, maka kurator wajib melunasi utang debitor pailit
tersebut terlebih dahulu.

2.9 Penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) dan pihak pihak yang

terkait dalam PKPU

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

14

Anda mungkin juga menyukai