Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SITI DERA SOFILA

NPM : 2105160009

KELAS : 4A, MANAEMEN/PAGI

MATKUL : HUKUM BISNIS

A. PENGERTIAN PAILIT
Di dalam Black’s Law Dictionary, dapat kita lihat bahwa pengertian pailit dihubungkan
dengan ketidakmampuan untuk membayar dari seorang (debitor) atas utangutangnya yang telah
jatuh tempo. Ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan suatu tindakan nyata untuk
mengajukan, baik dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak
ketiga (di luar debitor), suatu permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan.
Menurut Peter Mahmud, kata pailit berasal dari bahasa perancis “Failite” yang berarti
kemacetan pembayaran. Dalam bahasa Belanda digunakan istilah “Failliet” dan dalam hukum
Angola America, undangundangnya dikenal dengan Bankcrupty Act.
Dalam peraturan kepailitan yang lama , yaitu Fv S. 1905 No. 217 jo. 1906 No. 348 yang
dimaksud dengan pailit adalah, setiap berutang atau (Debitor) yang ada dalam keadaan berhenti
membayar, baik atas laporan sendiri maupun atas permohonan seseorang atau lebih berpiutang
(Kreditor) dengan putusan hakim dinyatakan dalam keadaan pailit.
Lain halnya dengan ketentuan UU No. 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan, yang menyebutkan
: Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam pasala 2, baik atas permohinannya sendiri, maupun
atas permintaan seseorang atau lebih kreditornya.
Menurut Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran utang, yang dimaksud dengan kepailitan adalah sita umum atas semua
kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah
pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam undangundang ini.
Dilihat dari berbagai arti kata atau pengertian kepailitan tersebut di atas maka esensi
kepailitan secara singkat dapat dikatakan sebagai sita umum atas harta kekayaan debitor baik
yang pada waktu pernyataan pailit maupun yang diperoleh selama selama kepailitan berlangsung
untuk kepentingan semua kreditor yang pada waktu debitor dinyatakan pailit, yang dilakukan
dengan pengawasan pihak yang berwajib. Akan tetapi dikecualikan dari kepailitan adalah ;
1. Semua hasil pendapatan debitor pailit selama kepailitan tersebut dari pekerjaan sendiri, gaji
suatu jabatan/ jasa, upah pensiun utang tunggu/ uang tunjangan, sekedar atau sejauh hal itu
diterapkan oleh hakim.
2. Uang yang diberikan kepada debitor pailit untuk memenuhi kewajiban pemberian nafkahnya
menurut peraturan perundang-undangan (Pasal 213, 225, 321 KUH Perdata).
3. Sejumlah uang yang ditetapkan oleh hakim pengawasan dari pendapatan hak nikmat hasil
seperti dimaksud dalam (Pasal 311 KUH Perdata).
4. Tunjangan dari pendapatan anakanaknya yang diterima oleh debitor pailit berdasarkan Pasal
318 KUH Perdata.

Kepailitan berasal dari kata dasar pailit. Pailit sendiri adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa keadaan berhenti membayar utang-utang debitur yang telah jatuh
tempo. Si pailit adalah debitur yang mempunyai dua orang atau lebih kreditor dan tidak mampu
membayar satu atau lebih utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Pihak yang tergolong debitur atau seseorang yang dapat dinyatakan pailit adalah :
1. Siapa saja/setiap orang yang menjalankan perusahaan atau tidak menalankan perusahaan
2. Badan hukum, baik yang berbentuk perseroan terbatas, firma, koperasi, perusahaan
negara dan badan-badan hukum lainnya
3. Harta warisan dari seseorang yang meninggal dunia dapat dinyatakan pailit apabila orang
yang meninggal dunia itu semasa hidupnya berada dalam keadaan berhenti membayar
hutangnya, atau harta warisannya pada saat meninggal dunia si pewaris tidak mencukupi
untuk membayar utangnya
4. Setiap wanita bersuami (si istri) yang dengan tenaga sendiri melakukan sesuatu pekerjaan
tetap atau suatu perusahaan atau mempunyai kekayaan sendiri.
Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan maka yang dapat
menjadi pemohon dalam suatu perkara kepailitan adalah salah satu dari pihak berikut ini
Seorang debitur hanya dapat dikatakan pailit apabila tekah diputuskan oleh pengadilan niaga.
Pihak yang dapat mengajukan permohonan agar seorang debitur dikatakan pailit adalah sebagai
berikut.
1. Debitur itu sendiri
Dikatakan pailit jika dalam hal berikut ini;
a. Debitur adalah bank, permohonan pernyataan pailitnya hanya dapat diajukan oleh bank
Indonesia
b. Debitur adalah perusahaan efek, bursa efek, Lembaga miring dan penjaminan,
permohonan pernyataan pailitnya hanya dapat diajukan oleh badan pengawas pasar
modal.
c. Debitur adalah perusahaan asuransi, dana pension, atau badan usaha milik negara yang
bergerak dibidang kepentingan public, permohonan pernyataan pailitnya hanya dapat
dilakukan oleh Menteri keuangan.
2. Para kreditor
Itu biasanya terdiri dari;
a. Bank
b. Lembaga kredit non-bank, (koperasi, asuransi,hingga leasing)
c. Financial technology, (system pay later dibeberapa aplikasi pasar online)
d. Venture capitalist, (pihak yang menamkan modal atau berinvestasi kepada perusahaan
untuk membantu ekosistemnya agar terus berkembang. Biasanya jenis kreditur ini adalah
pihak yang akan mendirikan suatu perusahaan, baik yang sudah berdiri namun masih
kecil hingga perusahaan yang masih berbentuk konsep.)
e. Investor, ( bisa dari kalangan apa saja yang memiliki dana atau modal untuk berinvestasi)
3. Kejaksaan untuk kepentingan umum. Maksud “untuk kepentingan umum” adalah
kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas kejaksaan dalam
ini dapat sebagai pemohon pernyataan kepailitan karna dikhawatirkan terjadinya hal-hal
berikut
a. Debitur melarikan diri
b. Debitur menggelapkan bagian dari harta kekayaan
c. Debitur mempunyai utang pada badan usaha milik negara atau badan usaha lain yang
menghimpun dana dari masyarakat
d. Debitur mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana masyarakat luas
e. Debitur tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelsaikan masalah utang
piutang yang telah jatuh tempo atau
f. Dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum
Permohonan dapat diajukan kepada panitera pengadilan niaga pada pengadilan negeri.
Pengadilan niaga yang diaksudkan adalah sebagai berikut :
a. Pengadilan dalam daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum debitur.
b. Jika debitur meninggalkan wilayah republic Indonesia, pengadilan niaga adalah
pengadilan dalam wilayah hukum tempat tinggal/kedudukan terakhir dari debitur.
c. Dalam ha debitur adalah persero suatu firma, pengadilan yang berwenang untuk
memeriksa adalah pengadilan niaga dalam wilayah hukumnya/kedudukan firma tersebut.
d. Dalam hal debitur tidak berkedudukan di dalam wilayah republic Indonesia, tetapi
menalankan profesi atau usahanya dalam wilayah republic Indonesia, pengadilan yang
berwenang memutuskan perkara kepailitan adalah pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan kantor debitur menalankan profesi atau usahanya.
e. Dalam hal debitur adalah suatu badan hukum, pengadilan yang berwenang memutuskan
perkara kapilitan adalah pengadilan yang meliputi tempat kedudukan hukumnya
sebagaimana tertuang dalam anggaran dasar badan hukum tersebut.
f. Dalam hal debitur tidak berkedudukan di wilayah republic Indonesia, tetapi menjalankan
profesi atau usahanya diwilayah republic Indonesia, pengadilan yang berwenang
memutuskannya adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
atau kantor pusat dimana debitur berprofesi atau usahanya di wilayah negara republic
Indonesia.
Seorang kreditor atau lebih, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersamasama dapat
mengajukan permohonan pailit selama memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh undang-
undang kepailitan. Kreditor yang mengajukan permohonan kepailitan bagi debitor harus
memenuhi syarat bahwa hak tuntutannya terbukti secara sederhana atau pembuktian mengenai
hak kreditor untuk menagih juga dilakukan secara sederhana. Yang merupakan dasar hukum bagi
suatu kepailitan adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
2. KUH Perdata, misalnya, Pasal 1134, 1139, 1149, dan lain-lain.
3. KUH Pidana, misalnya, Pasal 396, 397, 398, 399, 400, 520, dan lain-lain.
4. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tenang Perseroan Terbatas.
5. Undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan.
6. Undang-undang Nomor 42 Tahun 1996 tentang jaminan Fidusia.
7. Perundang-undangan di Bidang pasar Modal, Perbankan, BUMN, dan lainlain
Adapun restrukturisasi utang yang dilakukan oleh Debitor karena Debitor
masih merasa mampu untuk membayar utang-utangnya kepada Kreditor, hal ini
didasarkan karena aset yang dimiliki Debitor lebih besar dibanding utang-utangnya terhadap
Kreditor. Dalam kepailitan dikenal dengan adanya asas kelangsungan usaha, dimana
Debitor yang beritikad baik yang masih memiliki kemampuan untuk melanjutkan usahanya harus
diberikan kesempatan untuk melanjutkan usahanya, kelanjutan usaha Debitor sangat
bergantung dari keinginan Kreditor untuk memberikan keringanan dan cara pelunasan
utang terhadap Perseroan Terbatas Debitor. Berikut uraian tentang pengaturan dan pelaksanaan
restrukturisasi utang dan hubungannya dengan UU No. 37 Tahun 2004, antara lain yaitu:
1. Restrukturisasi utang yang dilakukan Debitor akan bergantung pada
persetujuan Kreditor, dimana jangka waktu pembayaran, pemotongan atau
pengurangan tunggakan bunga, perpanjangan jangka waktu pelunasan utang
merupakan persetujuan dari Kreditor sehingga Debitor yang beritikad baik tetap harus
tunduk kepada keinginan Kreditor.
2. Restrukturisasi utang tidak diatur dalam UU No. 37 Tahun 2004 dikarenakan sudah memasuki
ranah praktik (casuistic). Apabila restrukturisasi utang diatur dalam UU No. 37 Tahun 2004,
maka hal tersebut akan menyalahi ketentuan umum perdata, yaitu “Prinsip Kebebasan
Berkontrak”. Pada dasarnya restrukturisasi atau perdamaian merupakan hak dari
masing-masing pihak,
baik dari sisi Debitor maupun dari sisi Kreditor, sehingga apabila ditentukan
secara khusus maka itu akan membatasi ruang lingkup dari restrukturisasi utang.
3. Restrukturisasi utang tidak diatur dalam UU No. 37 Tahun 2004 dikarenakan kondisi
keuangan ataupun aset dari satu perusahaan Debitor pasti berbeda-beda dengan perusahaan
lain, begitu pula dengan karakter maupun keadaan keuangan dari masing-masing Kreditor
juga berbeda-beda. Sehingga UU No. 37 Tahun 2004 hanya mengatur terkait proses
penyampaian rencana perdamaian, proses pemungutan suara hingga pengesahan
perdamaian memperoleh kekuatan hukum yang mengikat, dan tidak mengatur terkait isi
ataupun hal-hal baku yang harus dimasukkan di dalam rencana perdamaian.
4. Restrukturisasi utang tidak menggunakan metode khusus. Pada dasarnya kurator
memberikan kebebasan kepada Debitor untuk menyusun rencana perdamaian yang akan
ditawarkan kepada Kreditor dan begitu pula dengan Kreditor juga diberikan kebebasan
untuk memberikan tanggapan atas proposal rencana perdamaian yang telah ditawarkan
dengan alasan adanya prinsip kebebasan berkontrak.

Lebih lanjut dalam praktiknya, banyak kasus yang terjadi dimana Perseroan
Terbatas Debitor masih memiliki jumlah aset yang lebih besar dibandingkan utangnya
sehingga Perseroan Terbatas Debitor berpotensi untuk berkembang di masa yang akan
datang. Akan tetapi, terdapat beberapa kejadian dimana isi perjanjian perdamaian lebih
menguntungkan pihak Kreditor dan sangat merugikan pihak Debitor. Adapun contoh kasus
yang terjadi di Makassar, dimana terdapat
Perseroan Terbatas Debitor yang memiliki aset sebesar 50 M dan utang sebesar 16 M kepada
Kreditor. Debitor yang telah melakukan restrukturisasi utang dengan cara meminta jangka
waktu pembayaran, penghapusan suku bunga, dan perhitungan aset, dimana disetujui oleh
Kreditor. Selanjutnya, Kreditor mensyaratkan kepada Debitor untuk penghapusan suku bunga
dan hanya diwajibkan pembayaran utang pokok, tetapi dalam jangka waktu pelunasan utang
selama 270 hari. Hanya saja kalaupun Debitor menjual asetnya, maka aset tersebut tidak
akan terjual dalam waktu 270 hari. Menurut kuasa hukum Debitor, Kreditor tidak memberikan
jangka waktu yang cukup kepada Debitor untuk membayar utang-utangnya, sehingga bisa
dipastikan bahwa Perseroan Terbatas Debitor akan tetap pailit karena Debitor gagal
membayar utangnya dalam jangka waktu tersebut. Di sisi lain, berdasarkan Pasal 228 ayat (6)
UU No. 37 Tahun 2004 mengatur bahwa:
"Apabila penundaan kewajiban pembayaran utang tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) disetujui, penundaan tersebut berikut
perpanjangannya tidak boleh melebihi 270 (dua ratus tujuh puluh) hari
setelah putusan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara
diucapkan."

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau para debitur agar dapat keluar dari
kepailitan, dengan cara :
- Restrukturisasi hutang : melakukan negoisasi dgn para krediturnya untuk mengubah
jadwal pembayaran, mengurangi jumlah hutang, atau memperpanjang jangka waktu
pembayaran.
- Penjualan asset : agar dapat membantu perusahaan mengurangi beban keuangan dan
mengembalikan likuiditas ke dalam bisnis
- Pendanaan tambahan : mencari investor (mulai membuka penualan saham secara
terbuka) atau mencari para relawan yg bersiap untuk bertanggungjawab atas utang
piutang disuatu perusahaan tersebut.
- Perubahan strategi bisnis
- Program pengurangan biaya : dengan melakukan tindakan PHK (pemutusan
hubungan kerja), pengurangan gaji, pengurangan inventaris, atau pengurangan biaya
operasional lainnya.
- Perubahan dalam tim manajemen agar perusahaan dapat pulih kembali.
B. SYARAT-SYARAT PENGAJUAN KEPAILITAN BAGI KREDITOR
Untuk dapat dinyatakan pailit, seorang debitor harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor.
b. Tidak membayar sedikitnya satu utang jatuh waktu dan dapat ditagih.
c. Atas permohonan sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih kreditornya.
Syarat permohonan kepailitan oleh kreditor adalah debitor mempunyai dua atau lebih
kreditor dan sedikitnya tidak membayar satu utang yang telah jatuh tempo dan telah dapat
ditagih. seyogianya, Undang-undang kepailitan mengambil sikap bahwa bahwa hakim hanya
boleh mengambulkan permohonan pailit apabila permohonan itu disetujui oleh para kreditor
mayoritas.

>Yang dimasukkan kedalam ppt adalah <


1. Pengertian kepailitan
Kepailitan berdasarkan dari kata pailit yang artinya segala peristiwa keadaan berhenti
membayar utang-utang para debitur yang telah jatuh tempo, namun bukan berarti si
perusahaan ini akan dikatakan bangkrut akibat gagal menebus utang piutangnya, karna
perusahaan yang pailit memiliki kemungkinan untuk keluar dari kepailitan. Proses ini
biasa di sebut dengan restrukturisasi atau rehabilitas keuangan. Berikut adlah beberapa
cara umum yang dapat dilakukan untuk keluar dari kepilitan :
- Restrukturisasi hutang : melakukan negoisasi dgn para krediturnya untuk mengubah
jadwal pembayaran, mengurangi jumlah hutang, atau memperpanjang jangka waktu
pembayaran.
- Penjualan asset : agar dapat membantu perusahaan mengurangi beban keuangan dan
mengembalikan likuiditas ke dalam bisnis
- Pendanaan tambahan : mencari investor (mulai membuka penualan saham secara
terbuka) atau mencari para relawan yg bersiap untuk bertanggungjawab atas utang
piutang disuatu perusahaan tersebut.
- Perubahan strategi bisnis
- Program pengurangan biaya : dengan melakukan tindakan PHK (pemutusan
hubungan kerja), pengurangan gaji, pengurangan inventaris, atau pengurangan biaya
operasional lainnya.
- Perubahan dalam tim manajemen agar perusahaan dapat pulih kembali.

2. 3 syarat pengajuan kepilitan bagi kreditor


a. Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor.
b. Tidak membayar sedikitnya satu utang jatuh waktu dan dapat ditagih.
c. Atas permohonan sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih kreditornya.

Ini link jurnal ku :

https://media.neliti.com/media/publications/145241-ID-perlindungan-hukum-kreditor-berdasarkan.pdf

https://jurnal.penerbitsign.com/index.php/sjh/article/view/v1n2-119-135/28

Anda mungkin juga menyukai