Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama : Deri Abdul Goni


NPM : 41151010190053
Kelas : C1-7
Mata Kuliah : Hukum Acara Peradian Niaga
Dosen : Rachmat Suharno, S.H., M.H.

1. A. Apa yang saudara ketahui dalam Undang – Undang nomor 37 tahun 2004 yaitu
a. Kreditur
b. Debitur
c. Utang
d. Kurator
e. Hakim Pengawas
f. Pengadilan Niaga
Jelaskan ?
Jawaban:
a. Kreditur adalah orang dengan hak piutang baik karena perjanjian atau undang-
undang, dan dapat menagih hak tersebut di pengadilan.
b. Debitur adalah pihak yang berhutang ke pihak lain, biasanya dengan menerima
sesuatu dari kreditur yang dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pada masa yang
akan datang.
c. Utang adalah kewajiban yang muncul karena transaksi pembelian barang atau jasa
secara kredit yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan dan harus
segera dibayarkan dalam jangka waktu singkat.
d. Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh
Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitor Pailit di bawah
pengawasan Hakim Pengawas.
e. Hakim Pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam putusan pailit
atau putusan penundaan kewajiban pembayaran utang.
f. Pengadilan niaga di Indonesia merupakan alternatif penyelesaian sengketa di luar
badan arbitrase. Fokus utama penanganan perkara seputar pembuktian, verifikasi
utang, actio pauliana, penundaan utang, hak kekayaan intelektual (HaKI), dan
sengketa kepailitan. Proses penyelesaian perkara melalui sistem peradilan niaga
dinilai lebih adil, cepat, dan efektif.

B. Siapa saja pihak pihak yang dapat menggajukan pailit ?, Jelaskan


Dalam Proses pengajuan Kepailitan kepada Pengadilan Niaga harus diajukan oleh pihak
pihak yang telah ditetapkan oleh UU 37/2004 Yakni :
a. Dalam hal Debitur adalah untuk kepentingan umum dapat diajukan oleh Kejaksaan
b. Dalam hal Debitur adalah Bank maka pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh
Bank indonesia
c. Dalam hal Debitur adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek ,Lembaha Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit
hanya dapat diajuka oleh Badan Pengawas Pasar Modal
d. Dalam hal Debitur adalah Perusahaaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi , Dana
Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan
publik , permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan

2. A. Sebutkan 5 syarat agar dapat dilakukan Actio Pauliana ?


Actio pauliana adalah tindakan yang dilakukan debitor merugikan kreditor dalam jangka
waktu satu tahun dan tindakan tersebut tidak wajib dilakuka . Ada 3 Syarat agar dapat
dilakukan Actio Paulina yaitu :
a. ada perbuatan hukum yang dilakukan debitor merugikan kreditor
b. perbuatan itu tidak wajib untuk dilakukan
c. dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sebelum putusan pailit diucapkan.

B. Jelaskan tahapan dari proses permohonan pailit sampai pada putusan pernyataan pailit,
beserta jangka waktu yang ditentukan. ( boleh berupa bagan beserta penjelasannya secara
rinci ).
Syarat Permohonan Pailit
Permohonan pailit bisa dilakukan jika telah memenuhi beberapa syarat dan prosedur yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun syarat permohonan
pailit yang harus dipenuhi tersebut diantaranya:

a. Terdapat debitur (orang/badan yang berhutang) yang memiliki dua bahkan lebih
kreditur (orang/badan yang memberikan hutang/dihutangi), dimana minimal 1
diantaranya sudah jatuh tempo dan bisa ditagih, maka terhadap kondisi tersebut dapat
dinyatakan pailit dengan keputusan pengadilan, baik itu atas permohonan pailit
debitur sendiri ataupun atas permohonan dari satu maupun lebih para krediturnya.

b. Hutang yang sudah jatuh tempo/dapat ditagih tidak dapat dibayar.

Tata Cara Pengajuan Kepailitan Berdasarkan Undang-Undang No 37 Tahun 2004


Tata Cara yang benar dalam mengajukan permohonan pailit berdasarkan pada Undang-
Undang No 37 Tahun 2004 mengenai kepailitan adalah seperti berikut ini:
a. Permohonan pernyataan proses Pailit harus diajukan pada ketua pengadilan.
Permohonan ini diajukan melalui panitera sesuai dengan pasal 6 ayat 2.
b. Selanjutnya Panitera akan menyampai kan permohonan tersebut kepada ketua
pengadilan. Permohonan penyataan Pailit tersebut paling lambat 2 hari setelah
tanggal permohonan pailit didaftarkan. Dalam tempo 3 hari sesudah mendaftar kan
tanggal permohonan, pengadilan akan menetapkan hari persidangan.
c. Sidang pemeriksaan akan dilakukan dalam waktu paling lama 20 hari sesudah
pendaftaran tanggal permohonan pailit(pasal 6)
d. Selanjutnya pengadilan akan memanggil pihak debitur apabila pihak kreditur,
Kejaksaan ,Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal atau Menteri Keuangan
yang mengajukan permohonan pailit (pasal 8).
e. Pengadilan bisa memanggil pihak Kreditur apabila pernyataan Pailit diajukan oleh
Debitur dan ada keraguan jika persyaratan pailit sudah terpenuhi (pasal 8).
f. Proses pemanggilan biasanya dilakukan oleh juru sita dengan menggunakan surat
kilat tercatat paling lama 7 hari sebelum proses persidangan pertama dilaksanakan
(pasal 8 ayat 2).
g. Putusan kepailitan dari pengadilan mengenai permohonan pailit harus bisa
dikabulkan jika ada fakta yang memang membuktikan jika persyaratan pailit sudah
lengkap dan keputusan tersebut harus segera diucapkan, paling lambat selama 60 hari
setelah tanggal pendaftaran (pasal 8).
h. Keputusan mengenai permohonan pailit ini harus memuat secara lengkap segala
pertimbangan hukum yang mendasari keputusan tersebut lengkap dengan pendapat
dari majelis hakim dan wajib diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk
umum dan bisa dilakukan lebih dulu sekalipun pada putusan tersebut terdapat usaha
hukum (pasal 8 ayat 7).

3. A. Saudara jelaskan cara berakhirnya Kepailitan?.


Beberapa hal yang melatarbelakangi berakhirnya kepailitan, diantaranya ialah sebagai
berikut:
a. Akur atau Perdamaian
Perdamaian merupakan hal yang harus ditawarkan pada masing-masing pihak
yang berperkara di pengadilan khususnya pada ranah perdata sebagaimana dalam
Hukum Acara Perdata yang bersumber dari HIR menyatakan bahwa dalam
menyelesaikan perkara hakim wajib mengusahakan perdamaian terlebih dahulu.
Namun pada proses kepailitan, hakim tidak menawarkan perdamaian di awal
pemeriksaan persidangan dikarenakan waktu yang amat terbatas bagi hakim untuk
menjatuhkan putusan. Pada proses ini memang tidak dimungkinkan karena
perdamaian atau yang lebih dikenal dengan mediasi pada hukum acara perdata
minimal dilakukan selama 40 hari dan dapat diperpanjang selama 14 hari,
sedangkan hakim harus memberikan putusan kepailitan maksimal 60 hari.
b. Insolvensi atau Pemberesan Harta Pailit
insolvensi adalah keadaan tidak mampu membayar. Insolvensi terjadi bilamana
dalam suatu kepailitan tidak ditawarkan akur/perdamaian atau akur dipecakan
karena tidak terpenuhi sebagaimana yang telah disetujui. Dalam hal ini terjadi
apabila bila dalam rapat pencocokan utang piutang tidak ditawarkan perdamaian,
atau bila perdamaian yang ditawarkan telah ditolak, maka kurator atau seorang
kreditor yang hadir dalam rapat tersebut dapat mengusulkan agar perusahaan
debitor pailit dilanjutkan. Pemanggilan terhadap kreditor oleh kurator harus
dilakukan minimal 10 hari sebelum rapat diadakan. Atas permohonan seorang
kreditor atau kurator, hakim pengawas dapat memerintahkan agar kelanjutan
perusahaan dihentikan. Dalam hal ini kurator harus memulai pemberesan dan
menjual semua harta pailit tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan
debitor apabila:

 Usul untuk mengurus perusahan debitor tidak diajukan dalam jangka waktu
diatur dalam undang-undang ini atau usul tersebut telah diajukan tetapi
ditolak atau;
 Pengurusan terhadap perusahaan debitor dihentikan.
c. Rehabilitasi
Dalam pasal 215 Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
ditentukan bahwa, debitor pailit atau para ahli waris berhak untuk mengajukan
permohonan rehabilitasi kepada pengadilan yang semula memeriksa kepailitan
yang bersangkutan. Permohonan rehabilitasi akan diterima apabila pemohon
dapat melampirkan bukti yang menyatakan bahwa para kreditor yang diakui
sudah menerima pembayaran piutang seluruhnya. Permohonan tersebut harus
diiklankan dalam berita negara dan surat kabar yang ditunjuk oleh hakim. Dalam
waktu 2 bulan setelah dilakukan pengiklanan dalam berita negara, setiap kreditor
yang diakui boleh mengajukan perlawanan terhadap permohonan itu kepada
panitera dengan menyampaikan surat keberatan dengan disertai alasan-alasannya.

Setelah berakhirnya waktu 2 (dua) bulan, pengadilan harus mengabulkan


permohonan tersebut sekalipun tidak ada perlawanan. Terhadap putusan
pengadilan ini tidak boleh diajukan kasasi. Putusan mengenai pengabulan
rehabilitasi harus diucapkan dalam sidang terbuka umum dan dicatat dalam
register umum yang memuat:

 Ikhtisar putusan pengadilan;


 Uraian singkat mengenai isi putusan;
 Rehabilitasi;

d. Putusan pailit dibatalkan oleh Tingkat Pengadilan yang Lebih Tinggi


Undang-undang nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang memberikan sebuah jalan apabila salah satu pihak
atau para pihak kurang puas terhdap hasil putusan pailit yang telah dijatuhkan.
Sebagaimana telah diatur dalam pasal 196 (1) Undang-undang nomor 37 Tahun
2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang bahwa
Terhadap putusan pengadilan, kuator atau setiap kreditur dapat mengajukan
permohonan kasasi. Kasasi diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang telah
diatur sebelumnya pada pasal 11-13 Undang-undang nomor 37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Namun,
walaupun terdapat upaya hukum selanjutnya, putusan pailit tingkat I tetap
dilaksanakan mengingat putusan pailit ialah putusan yang bersifat serta merta.
Selain dapat diajukan upaya hukum kasasi, putusan pailit juga dapat diajukan
upaya hukum peninjaun kembali.

Apabila pada tingkat kasasi ternyata putusan pernyataan pailit itu dibatalkan,
maka kepailitan bagi debitor juga berakhir. Namun, segala perbuatan yang telah
dilakukan kurator sebelum atau pada saat kurator menerima pemberitahuan
tentang putusan pembatalan dari Mahkamah Agung, tetap sah. Dengan
pembatalan putusan pernyataan pailit tersebut, perdamaian yang telah terjadi
hapus demi hukum. Majelis hakim yang membatalkan putusan pernyataan pailit
juga menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa Kurator. Biaya tersebut
dibebankan kepada pemohon pernyataan pailit atau kepada pemohon dan Debitor
dalam perbandingan yang ditetapkan oleh majelis hakim tersebut. Dengan
pembatalan putusan pernyataan pailit dibatalkan, perdamaian yang mungkin
terjadi gugur demi hukum.
e. Pencabutan atas Anjuran Hakim Pengawas
Hakim pengawas bertugas untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta
pailit. Hakim pengawas melakukan tugasnya bersama-sama dengan kurator untuk
melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Dalam hal pencabutan pailit
atas anjuran hakim pengawas, hal tersersebut tersirat pada pasal 66 Undang-
undang nomr 7 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa pengadilan wajib
mendengar pendapat dari hakim pengawas, sebelum mengambil putusan
mengenai pengurusan dan pemberesan harta pailit. Dalam pasal ini dapat
tercermin bahwa Hakim pengawas berhak memberikan saran atau anjuran-anjuran
untuk debitur pailit.

Pengadilan Niaga atas anjuran dari Hakim pengawas dapat mencabut kepailitan
dengan memperhatikan keadaan harta pailit. Keadaan ini terjadi bila harta pailit
tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan. Dalam memerintahkan
pengakhiran kepailitan tersebut, Pengadilan Niaga juga menetapkan biaya
kepailitan dan imbalan jasa kurator yang dibebankan terhadap debitor. Biaya
tersebut juga harus didahulukan pembayarannya atas semua utang yang tidak
dijamin dengan agunan. Putusan yang memerintahkan pencabutan pernyataan
pailit, diumumkan oleh Panitera Pengadilan dalam Berita Negara Republik
Indonesia dan paling sedikit 2 (dua) surat kabar harian. Putusan pencabutan
pernyataan pailit ini dapat diajukan kasasi dan/atau peninjauan kembali. Dalam
hal setelah putusan pencabutan pernyataan pailit diucapkan diajukan lagi
permohonan pernyataan pailit, maka Debitor atau pemohon wajib membuktikan
bahwa ada cukup harta untuk membayar biaya kepailitan.

B. Apa perbedaan Kepailitan dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang?


a. Kepailitan
Pasal 1 angka (1) UU Kepailitan (UUK) berbunyi :
Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Secara umum orang sering menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pailit itu
adalah suatu sitaan umum atas seluruh harta debitor agar dicapainya perdamaian
antara Debitor dengan para Kreditor atau agar harta tersebut dapat dibagi-bagi
secara adil diantara para kreditor. Prinsip dasar kepailitan adalah untuk
memperoleh pelunasan secara proporsional dari utang-utang debitor. Meskipun
pada prinsipnya kepailitan masih membuka pintu menuju perdamaian dalam
kepailitan debitor tersebut.

b. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)


PKPU menurut Kartini Muljadi adalah, merupakan pemberian kesempatan kepada
debitor untuk melakukan restrukturisasi utang-utangnya, yang dapat meliputi
pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditor konkuren. Jika hal
tersebut dapat terlaksana dengan baik, dikemukakan oleh Kartini Muljadi , pada
akhirnya debitor dapat memenuhi kewajiban – kewajibannya dan meneruskan
usahanya. Katini Muljadi, mengemukakan bahwa debitor selama PKPU tidak
kehilangan penguasaan hak atas kekayaannya, tetapi hanya kehilangan
kebebasannya dalam menguasai kekayaannya. Dalam PKPU, debitor dan
pengurus merupakan dwitunggal karena salah satu antara mereka tidak dapat
bertindak dengan sah tanpa yang lain.

Keuntungan PKPU adalah terhadap debitor tidak dapat diajukan permohonan


pailit (pasal 260 UUK) sehingga debitor dapat melanjutkan restrukturisasi
usahanya, tanpa direcoki oleh tagihan-tagihan kreditor-kreditor yang berada diluar
PKPU. Disisi lain Kreditor tidaklah dirugikan, karena apabila terjadi pelanggaran
terhadap perjanjian perdamaian tersebut, maka kreditor dapat mengajukan
permohonan pembatalan perjanjian perdamaian kepada Pengadilan Niaga, dan
debitor akan otomatis dinyatakan pailit (pasal 170,171, jo. 291 UUK)

Dalam PKPU debitor tetap memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan


hukum mengalihkan dan mengurus kekayaannya sepanjang hal itu dilakukan
dengan persetujuan pengurus yang ditunjuk secara khusus oleh pengadilan
berkenaan dengan PKPU tersebut. Sementara itu, dalam hal debitor dinyatakan
pailit oleh pengadilan, debitor tidak lagi berwenang untuk mengurus dan
mengalihkan harta kekayaannya yang telah menjadi harta pailit. Kewenangan
tersebut ada pada Kurator.

4. A. Bagaimana akibat hukum dari Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)


menurut Undang Undang Kepailitan?. Saudara jelaskan
Menurut Undang Undang NOMOR 37 TAHUN 2004
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) adalah untuk perdamaian yang
meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditoruntuk
menghindari kepailitan, karena debitor (si berutang) masih sanggup dan mampu untuk
membayar utang-utangnya hanya saja dibutuhkan waktu tambahan untuk memperbaiki
keadaan ekonominya. Seperti halnya permohonan pernyataan pailit, permohonan PKPU
juga harus diajukan oleh debitor kepada pengadilan dengan ditandatangani oleh debitor
dan oleh penasihat hukumnya.

B. Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dikenal adanya perdamaian.


Rencana perdamaian merupakan suatu cara yang dapat ditempuh debitur untuk
mengakhiri keadaan pailit atau PKPU dengan menyepakati tata cara pembayaran utang
yang akan ditempuh dengan kreditur. Perdamaian dalam kepailitan lebih mengarah pada
proses penyelesaian utang-utang debitur melalui pemberesan harta pailit sedangkan
perdamaian dalam PKPU lebih ditekankan pada rencana penawaran pembayaran atau
melakukan restrukturisasi pembayaran utang.

5. Saudara jelaskan apa yang dimasud perdamaiaan serta diatur dalam pasal berapa di
Undang Undang Kepailitan dan bagaimana acaranya pengajuan rencana perdamaian
Pada dasarnya, debitur berhak untuk mengajukan rencana perdamaian sebagaimana
merujuk pada Pasal 222 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“UU 37/2004”) yang juga
menerangkan bahwa rencana perdamaian tersebut meliputi tawaran pembayaran sebagian
atau seluruh utang kepada kreditur.
Dalam UU 37/2004 tidak diatur dengan jelas dan rinci mengenai rencana perdamaian,
atas hal tersebut, menurut hemat kami, berdasarkan praktik, rencana perdamaian adalah
sebuah dokumen hukum yang berisikan penawaran penjadwalan pembayaran utang-utang
debitur kepada kreditur dengan tata cara yang telah disepakati terlebih dahulu. Dalam
rencana perdamaian dapat disampaikan beberapa usulan dari debitur, antara lain:
a. Memperpanjang waktu jatuh tempo;
b. Menghapus penalti;
c. Pengurangan tingkat bunga;
d. Pemotongan pokok;
e. Konversi utang-utang menjadi saham;
f. Penerbitan instrumen utang yang dapat dikonversi (baik berupa opsi maupun wajib);
g. Hak membeli (call option) atas utang; dan/atau
h. Penggabungan yang di atas.

Pengajuan Rencana Perdamaian dalam Kepailitan


Ketentuan tentang kapan dan bagaimana rencana perdamaian dapat kita lihat pada Bagian
Keenam UU 37/2004 tentang perdamaian yang dimulai dari Pasal 144 – Pasal 177 UU
37/2004.
Dari ketentuan pasal-pasal tersebut, diatur dengan jelas bagaimana rencana perdamaian
diajukan. Secara garis besar, menurut hemat kami, rencana perdamaian dapat diajukan
oleh debitur kapan saja sepanjang dilakukan sebelum rapat pencocokan piutang ditutup.
Hal tersebut sesuai dengan Pasal 178 ayat (1) UU 37/2004 yang berbunyi:

Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana
perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak
berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum harta
pailit berada dalam keadaan insolvensi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan jika dalam kepailitan, debitur dapat mengajukan
rencana perdamaian kapan saja setelah putusan pailit diucapkan, namun tidak dapat
dilakukan setelah rapat pencocokan piutang berakhir. Hal ini dikarenakan dalam hal
debitur tidak mengajukan rencana perdamaian selambat-lambatnya pada saat rapat
pencocokan piutang, maka harta debitur pailit harus dinyatakan demi hukum dalam
keadaan insolvensi.

Anda mungkin juga menyukai