Anda di halaman 1dari 4

Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan, prosedur permohonan Pailit

adalah sebagai berikut:

1. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera. (Pasal

6 ayat 2).

2. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan paling

lambat 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Dalam jangka waktu 3 (tiga)

hari setelah tanggal permohonan didaftarkan, pengadilan menetapkan hari sidang.

3. Sidang pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari

setelah tanggal permohonan didaftarkan (pasal 6).

4. Pengadilan wajib memanggil Debitor jika permohonan pailit diajukan oleh Kreditor,

Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal atau Menteri Keuangan (Pasal

8).

5. Pengadilan dapat memanggil Kreditor jika pernyataan pailit diajukan oleh Debitor dan

terdapat keraguan bahwa persyaratan pailit telah dipenuhi (Pasal 8).

6. Pemanggilan tersebut dilakukan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat paling lama 7

hari sebelum persidangan pertama diselenggarakan (Pasal 8 ayat 2).

7. Putusan Pengadilan atas permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta

terbukti bahwa persyaratan pailit telah terpenuhi dan putusan tersebut harus diucapkan

paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah didaftarkan (Pasal 8).

8. Putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut harus memuat secara lengkap

pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut berikut pendapat dari majelis

hakim dan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat
dilaksanakan terlebih dahulu, sekalipun terhadap putusan tersebut ada upaya hukum

(Pasal 8 ayat 7).

http://www.hukumkepailitan.com/permohonan-pailit/prosedur-permohonan-pernyataan-pailit-pada-
pengadilan-niaga/

Langkah-Langkah Untuk Memproses Pengajuan Pailit

1. Ada permohonan pailit, adapun syarat dari permohonan pailit ini sudah di atur menurut
UU No.4 Tahun 1998.
2. Adapun untuk keputusan pailit memiliki kekuatan tetap dan tidak bisa diganggu-gugat,
sedangkan jangka waktu untuk permohonan pailit hingga keputusan pailit dijatuhkan
memiliki kekuatan tetap juga dan waktu tersebut selama 90 hari.
3. Ada rapat verifikasi. Rapat ini merupakan rapat pendaftaran dari utang piutang. Di tahap
ini, akan dilakukan pendataan tentang jumlah nominal utang serta piutang yang dalam hal
ini dimiliki oleh pihak debitur. Verifikasi ini adalah tahapan yang sangat penting bahkan
paling penting dalam proses pengajuan kepailitan. Hal ini dikarenakan nantinya akan ada
urutan pertimbangan hak bagi setiap kreditur.
4. Jika ada proses perdamaian dan perdamaian tersebut diterima, maka secara otomatis
proses kepailitan tidak bisa dilanjutkan atau berakhir. Namun, jika dalam tahapan ini
tidak ada proses perdamaian, maka kasus pengajuan kepailitan ini akan dilanjutkan ke
langkah selanjutnya. Namun, proses perdamaian ini selalu diupayakan serta diagendakan.
5. Ada homologasi akur. Langkah atau tahapan ini berupa permintaan pengesahan yang
dilakukan oleh Pengadilan Niaga, hal ini berlaku jika kemudian proses perdamaian dapat
diterima.
6. Ada insolvensi. Hal ini berkaitan dengan keadaan dimana akhirnya debitur dinyatakan
secara resmi benar-benar tidak bisa melunasi hutang-hutangnya. Atau dengan kata lain,
pihak debitur memiliki jumlah harta yang lebih sedikit dari jumlah hutangnya.
7. Ada pemberesan atau likuidasi. Pada tahapan ini, harta kekayaan debitur yang pailit akan
dijual dan kemudian dibagikan kepada kreditur konkruen. Tentunya setelah harta itu
dikurangi berbagai biaya.
8. Tahap ini merupakan bentuk usaha untuk memulihkan nama kreditur. Hanya saja, hal ini
terjadi ketika proses perdamaian diterima. Jika tidak ada proses perdamaian, maka
rehabilitasi juga tidak ada.
9. Kepailitan berakhir.
https://koinworks.com/blog/cara-mengajukan-pailit/

B. PROSEDUR PERMOHONAN PERNYATAAN KEPAILITAN

Apabila seorang debitur mengalami kesulitan keuangan, artinya tidak mampu membayar

hutang-hutangnya, tentu saja para kreditur akan berusaha menempuh jalan untuk menyelamatkan

piutangnya. Salah satu jalan yang ditempuh adalah kreditur mengajukan permohonan ke

pengadilan agar si debitur diyataan pailit. Permohonan itu disebut sebagai permohonan

pernyataan kepailitan. Berhubung permohonan tersebut diajukan ke pengadilan, maka harus

melewati prosedur yang benar.Menurut undang-undang kepailitan, pengadilan yang berwenang

untuk mengadili perkara permohonan pernyataan kepailitan adalah pengadilan yang daerah

hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum debitur.

Yang dimaksud pengadilan menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan adalah pengadilan niaga yang merupakan pengkhususan pengadilan di bidang

perniagaan yang dibentuk dalam lingkupan peradilan umum. Bila debitur telah meninggalkan

wilayah RI, maka pengadilan yang berwenang menetapkan putusan adalah pengadilan yang

daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir debitur. Dalam pasal 3 Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan disebutkan, dalam hal debitur berupa persero

suatu firma, yang mengadili adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

kedudukan hukum firma tersebut. sedangkan dalam hal debitur tidak berkedudukan di wilayah

RI, pengadilan yang berwenang memutuskan adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan hukum kantor debitur menjalankan profesi atau usahanya dan bila debitur

badan hukum maka kedudukan hukumnya adalah sebagaimana dimaksud dalam anggaran

dasarnya.Adapun cara-cara pengajuan permohonan pernyataan kepailitan menurut Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan pasal 6 adalah sebagai berikut:

http://kristya-kembara.blogspot.co.id/2010/10/prosedur-pengajuan-permohonan.html

Anda mungkin juga menyukai