1. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera. (Pasal
6 ayat 2).
lambat 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Dalam jangka waktu 3 (tiga)
3. Sidang pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari
4. Pengadilan wajib memanggil Debitor jika permohonan pailit diajukan oleh Kreditor,
Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal atau Menteri Keuangan (Pasal
8).
5. Pengadilan dapat memanggil Kreditor jika pernyataan pailit diajukan oleh Debitor dan
6. Pemanggilan tersebut dilakukan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat paling lama 7
7. Putusan Pengadilan atas permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta
terbukti bahwa persyaratan pailit telah terpenuhi dan putusan tersebut harus diucapkan
8. Putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut harus memuat secara lengkap
pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut berikut pendapat dari majelis
hakim dan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat
dilaksanakan terlebih dahulu, sekalipun terhadap putusan tersebut ada upaya hukum
http://www.hukumkepailitan.com/permohonan-pailit/prosedur-permohonan-pernyataan-pailit-pada-
pengadilan-niaga/
1. Ada permohonan pailit, adapun syarat dari permohonan pailit ini sudah di atur menurut
UU No.4 Tahun 1998.
2. Adapun untuk keputusan pailit memiliki kekuatan tetap dan tidak bisa diganggu-gugat,
sedangkan jangka waktu untuk permohonan pailit hingga keputusan pailit dijatuhkan
memiliki kekuatan tetap juga dan waktu tersebut selama 90 hari.
3. Ada rapat verifikasi. Rapat ini merupakan rapat pendaftaran dari utang piutang. Di tahap
ini, akan dilakukan pendataan tentang jumlah nominal utang serta piutang yang dalam hal
ini dimiliki oleh pihak debitur. Verifikasi ini adalah tahapan yang sangat penting bahkan
paling penting dalam proses pengajuan kepailitan. Hal ini dikarenakan nantinya akan ada
urutan pertimbangan hak bagi setiap kreditur.
4. Jika ada proses perdamaian dan perdamaian tersebut diterima, maka secara otomatis
proses kepailitan tidak bisa dilanjutkan atau berakhir. Namun, jika dalam tahapan ini
tidak ada proses perdamaian, maka kasus pengajuan kepailitan ini akan dilanjutkan ke
langkah selanjutnya. Namun, proses perdamaian ini selalu diupayakan serta diagendakan.
5. Ada homologasi akur. Langkah atau tahapan ini berupa permintaan pengesahan yang
dilakukan oleh Pengadilan Niaga, hal ini berlaku jika kemudian proses perdamaian dapat
diterima.
6. Ada insolvensi. Hal ini berkaitan dengan keadaan dimana akhirnya debitur dinyatakan
secara resmi benar-benar tidak bisa melunasi hutang-hutangnya. Atau dengan kata lain,
pihak debitur memiliki jumlah harta yang lebih sedikit dari jumlah hutangnya.
7. Ada pemberesan atau likuidasi. Pada tahapan ini, harta kekayaan debitur yang pailit akan
dijual dan kemudian dibagikan kepada kreditur konkruen. Tentunya setelah harta itu
dikurangi berbagai biaya.
8. Tahap ini merupakan bentuk usaha untuk memulihkan nama kreditur. Hanya saja, hal ini
terjadi ketika proses perdamaian diterima. Jika tidak ada proses perdamaian, maka
rehabilitasi juga tidak ada.
9. Kepailitan berakhir.
https://koinworks.com/blog/cara-mengajukan-pailit/
Apabila seorang debitur mengalami kesulitan keuangan, artinya tidak mampu membayar
hutang-hutangnya, tentu saja para kreditur akan berusaha menempuh jalan untuk menyelamatkan
piutangnya. Salah satu jalan yang ditempuh adalah kreditur mengajukan permohonan ke
pengadilan agar si debitur diyataan pailit. Permohonan itu disebut sebagai permohonan
untuk mengadili perkara permohonan pernyataan kepailitan adalah pengadilan yang daerah
perniagaan yang dibentuk dalam lingkupan peradilan umum. Bila debitur telah meninggalkan
wilayah RI, maka pengadilan yang berwenang menetapkan putusan adalah pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir debitur. Dalam pasal 3 Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan disebutkan, dalam hal debitur berupa persero
suatu firma, yang mengadili adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan hukum firma tersebut. sedangkan dalam hal debitur tidak berkedudukan di wilayah
RI, pengadilan yang berwenang memutuskan adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan hukum kantor debitur menjalankan profesi atau usahanya dan bila debitur
badan hukum maka kedudukan hukumnya adalah sebagaimana dimaksud dalam anggaran
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan pasal 6 adalah sebagai berikut:
http://kristya-kembara.blogspot.co.id/2010/10/prosedur-pengajuan-permohonan.html