Anda di halaman 1dari 3

2. b).

Untuk menjawab bagaimana peran MK dalam sengketa hubungan antar negara adalah baiknya
kita tahu terlebih dahulu apa kewenangan dan kewajiban MK sebagaimana diatur Undang-Undang
Dasar 1945. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk:
- Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
- Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
- Memutus pembubaran partai politik; dan
- Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Kewajiban Kewajiban mahkamah konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR
bahwa presiden dan/atau wakil presiden diduga :
- Telah melakukan pelanggaran hukum berupa, pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, dan tindak pidana lainnya.
- Perbuatan tercela atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden/Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Dalam mekanismenya, Mahkamah Konstitusi dapat menyelesaikan sengketa antar lembaga jika ada
pihak yang menyampaikan uji materi sengketa pada Mahkamah Konstitusi.

2. a). Jika ditinjau dari perencanaan pembangunan, tentu proyek mangkrak rusunawa di daerah Aceh
tersebut terdapat kesalahan pada perencanaannya. Dalam soal tidak terlihat konteks alasan dari
proyek mangkrak tersebut. Tapi jika proyek mangkrak tersebut didasari oleh kesalahan hitung dari
pembiayaan proyek tentu harus ditelusuri penyerapan anggaran dari Pemerintah Pusat untuk
pembangunan Rusunawa tersebut.
b). Jika dilihat dari aspek koordinasi, pembangunan Rusunawa Aceh ini terlihat sekali terdapat
adanya lack of coordination antara Pemerintah Pusat sebagai pemberi dana hingga hibah oleh
Kemenpera dengan Pemerintah Kota Aceh, hal tersebut terindikasi dengan adanya penganggaran
pembangunan kembali tanpa sepengetahuan Dinas Pekerjaan Umum setempat yang seharusnya
menjadi tanggung jawab dinas tersebut karena pembangunan Rusunawa tersebut berada pada
daerah administratifnya. Hal ini juga tidak bisa disebut sebagai pengambilalihan wewenang karena
pengambilalihan tersebut tidak diinformasikan kepada pihak terkait.
c). Dari segi pengawasan pembangunan juga terlihat bahwa proyek ini tidak diawasi dengan baik,
pembangunan yang tidak dibiayai oleh APBD seperti tidak menjadi prioritas pemerintah daerah/kota
sehingga proyek yang dibiayai oleh pusat dengan hibah tanah terkesan jauh dari pengawasan.
Menurut hemat saya sebaiknya semua proyek mangkrak harus dipertanggungjawabkan karena ada
hak publik didalam penyertaan biaya pembangunan tersebut.

3. a). Dalam kasus tindak pidana korupsi, dengan alasan apapun tentu tidak bisa ditoleransi.
Kerusakan yang diakibatkan oleh korupsi tentulah sangat besar, karena tidak hanya merugikan satu
dan dua orang, tetapi seringkali merusak sistem ketatanegaraan dan mencuri hak publik. Maka dari
itu korupsi merupakan tindak kriminal luarbiasa (extraordinary crime) karena daya rusaknya yang
amat besar. Dalam kasus diatas dimana BLP sebagai seroang direksi dari salah satu anak usaha
BUMN, yang mana berarti penyertaan modal dari sebuah BUMN didapat dari keuangan negara,
maka proyek penyediaan barang senilai 32 Milyar rupiah itu membuat negara merugi. Maka vonis
yang dijatuhkan oleh Pengadilan Tinggi Jakarta terhadap BLP sudah benar apa yang dilakukan BLP
merupakan tindak pidana korupsi tipe kedua yang mana secara definitif terlah disebutkan dalam
ketentuan pasal 3 UU Tindak Pidana Korupsi. Secara lebih jelas disebutkan seperti dibawah ini :
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan atau denda paling sedikit lima puluh juta rupiah dan paling banyak satu milyar
rupiah.

b). Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh seorang direksi dari sebuah institusi BUMN adalah
tindak kriminal luar biasa (extraordinary crime), pasalnya BUMN (Badan Usaha Milik Negara) adalah
salah satu dari sekian aparatur perekonomian negara jika dilihat dari sudut pandang Sistem
Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena dasar keberadaan BUMN sendiri adalah
Pasal 33 ayat 2 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan “Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”. Dalam
melaksanakan tugas konstitusional tersebut, Negara melakukan penguasaan atas seluruh kekuatan
ekonomi melalui regulasi sektoral yang merupakan kewenangan Menteri Teknis dan Kepemilikan
Negara pada unit-unit usaha milik negara yang menjadi kewenangan menteri terkait dengan tugas
tersebut.
Badan Usaha Milik Negara (Public Enterprise) mengandung dua aspek penting sebagai berikut :
1.Aspek pemerintah (public), di mana BUMN berkedudukan sebagai aparatur perekonomian
negara yang tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya yang
berkenaan dengan pengurusan dan pengelolaan kekayaan negara.
2.Aspek bisnis (enterprise), di mana kedudukan BUMN sebagai subjek hukum yang hak dan
kewajibannya disesuaikan dengan badan-badan hukum perdata lainnya.
Keberadaan BUMN dalam perekonomian nasional mempunyai karakteristik yang tidak
dimiliki oleh badan usaha lain, yang dirumuskan sebagai suatu usaha yang “berbaju”
pemerintah, tetapi memiliki fleksibilitas dan inisiatif sebagai perusahaan yang bergerak
dalam domain bisnis. Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan
menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
Maka dengan penyalahgunaan wewenang sebagai penanggung jawab tertinggi sebuah entitas bisnis
yang penyertaan modalnya bersumber dari keuangan negara , dan diciptakan dengan tujuan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, maka tentu hal ini telah mengingkari mandat Undang-
Undang.

4. E-government sebagai salah satu bentuk pelayanan publik, tentu akan semakin dibutuhkan di
masa-masa mendatang. Konektivitas yang diciptakan tekhnologi informasui di era modern seperti
sekarang ini membentuk paradigma hingga peradaban yang terdigitalisasi. Menjawab seberapa
prima E-government untuk diterapkan sebagai ujung tombak pelayanan publik, tentu hal tersebut
dapat dilihat efektivitas dari teknologi informasi itu sendiri. Jika masyarakat dapat berkoneksi secara
langsung dengan orang lain melalui media komunikasi, tentu hal tersebut juga dapat diterapkan agar
masyarakat dapat berkoneksi langsung dengan birokrasi atau pemerintah dalam rangka pelayanan
publik. Efektivitas E-government tentu lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional,
karena e-government juga dapat meningkatkan transparansi pelayanan publik yang dapat dilihat
secara langsung oleh masyarakat. Akuntablilitas pelayanan publik juga akan ikut terdongkrak karena
riwayat pelayanan publik dapat terekam oleh teknologi modern dan meminimalisir penyalahgunaan
wewenang para birokrat.

b). Dalam kaitannya dengan good governance, e-government tentu dapat meningkatkan tata kelola
birokrasi. Karena melalui konsep e-government setidaknya pelayanan publik yang dapat diberikan
oleh pemerintah dapat dikemas dalam tiga bentuk informasi ;
1. Publikasi, yang dilaksanakan melalui komunikasi satu arah, di mana pemerintah
mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dapat diakses secara bebas dan langsung
oleh masyarakat;
2. Interaksi, di mana masyarakat dapat melakukan komunikasi dua arah dengan pemerintah,
baik secara langsung (misalnya dengan chatting) maupun tidak langsung (melalui email atau
newsletter); dan
3. Transaksi, yang terutama dimaksudkan untuk kegiatan perpindahan uang dari satu pihak ke
pihak lain yang dilakukan secara secured dan privacy.
Lalu jika dilihat dari prinsip- prinisp good governance seperti :
- Prinsip Pasrtisipasi: dengan adanya e-government partisipasi publik dalam tata kelola pelayanan
publik juga semakin meningkat karena publik dapat memantau dan memberikan suara atau
penilaian terhadap kinerja pelayanan publik bahkan secara real-time.
- Prinsip Transparansi : Semakin meningkatnya partisipasi publik dalam pelayanan publik tentu
membuat transparansi dalam tata kelola publik juga semakin meningkat. Karena pengawasan
langsung dari masyarakat juga akan terus bertumbuh dan membuat ruang kecurangan dalam
birokrasi semakin sempit atau bahkan menjadi hilang sama sekali.
- Prinsip Responsiveness : Dengan adanya e-government tingkat responsifitas dari pelayanan publik
juga semakin tersampaikan dengan baik karena memotong banyak porsi dari ruang dan waktu jika
dibandingkan dengan pelayanan publik yang konvensional.

Anda mungkin juga menyukai