Anda di halaman 1dari 3

Nama : Chairil Rahmatsyah

Nim : 230201173
1. Adapun konvesi mempunyai sifat – sifat sebagai berikut.
a. Merupakan kebiasaan yang berulang-ulang dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara. Adapun kebiasaan yang berulang-ulang dan terpihadapan praktek penyelenggaraan ini
seperti rutinitas administrasi pemerintahan yang merujuk pada praktik prosedur atau kebijakan
yang jarang secara teratur dalam pemerintahan demi untuk menjaga stabilitas dan efisiensi
dalam menjalankan fungsi-fungsi negara.
b. Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar. Adapun yaitu suatu
tindakan atau kebijakan tersebut yang tidak boleh melanggar konstitusi dan harus mendukung
prinsip-prinsip dasar yang diatur dalam undang-undang.
c. Diterima oleh seluruh rakyat. Yang dimaksud di sini ialah pesan yang positif yang diterima oleh
seluruh rakyat yaitu hal yang baik dalam konteks banyak situasi seperti adanya dukungan politik
seperti karya seni dan atau usaha sosial.
d. Bersifat pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam
Undang-Undang Dasar. Suatu aturan dasar bersifat pelengkap yang mendukung dan melengkapi
UUD agar memberi pedoman lebih rinci tentang pelaksanaan UUD.
e. Secara terminologi, konstitusi adalah sejumlah peraturan dan ketentuan hukum pokok yang
dibentuk oleh unsur-unsur yang mengatur fungsi dan susunan lembaga pemerintahan, termasuk
landasan hubungan kerja sama antara negara dan masyarakat (rakyat) dalam rangka nasional.
kebijakan. dan kehidupan bernegara.
f. Dari segi terminologi, konstitusi adalah sejumlah peraturan perundang-undangan dan ketentuan-
ketentuan pokok yang dibentuk oleh unsur-unsur yang mengatur fungsi dan susunan lembaga
pemerintahan, termasuk landasan sistem hubungan kerjasama antara negara dan masyarakat
(rakyat) dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara.
g. Namun apabila konstitusi dipandang sebagai fundamental laws atau lembaran hukum dasar bagi
segala kehidupan masyarakat di suatu negara, maka jelaslah konstitusi menjadi bagian kajian
ilmu hukum. Namun jika kita menganggap UUD sebagai undang-undang dasar atau undang-
undang dasar bagi seluruh kehidupan sosial suatu negara, maka jelas bahwa UUD merupakan
bagian penelitian dari ilmu hukum. Lalu, jika konstitusi dianggap sebagai peraturan dasar
pertama pembentukan atau pendirian suatu Negara, maka konstitusi merupakan bagian dari
kajian ilmiah tentang Negara.

2. Di antara berbagai argumentasi dalam memilih desentralsasi-otonomi yaitu :


a. Mewujudkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan negara. Pemerintah mempunyai fungsi
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan, politik, integrasi sosial,
pertahanan negara, keamanan dalam negeri, dan bidang lainnya. Selain itu, mempunyai fungsi
distribusi sehubungan dengan hal-hal yang diungkapkan, fungsi manajemen sehubungan
dengan penyediaan barang dan jasa atau dalam kaitannya dengan yurisdiksi sehubungan
dengan penyediaan itu, dan fungsi eksploitasi yaitu mobilisasi keuangan. sumber daya untuk
membiayai kegiatan penyelenggaraan negara.
b. Daerah ini belum siap dan belum mampu. Munculnya pandangan tersebut merupakan cara
berpikir yang salah terhadap karena sebelumnya ada otonomi daerah berdasarkan UU No. 22
Tahun 1999, UU No. Keppres 32 Tahun 2004, memberikan mandat kepada pemerintah daerah
sebanyak 4.444, tidak mematuhi desentralisasi 4,444 dengan meminta uang dan subsidi dari
pemerintah pusat.
c. Dengan adanya otonomi daerah, maka pusat akan melepaskan tanggung jawab membantu dan
membangun daerah. Pendapat ini sepenuhnya salah. Merupakan tugas dan tanggung jawab
pemerintah pusat untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada daerah, baik dalam bentuk
nasihat teknis penyelenggaraan pemerintahan kepada pegawai daerah, maupun dukungan
keuangan. Hal ini sama sekali tidak mengurangi arti penting otonomi daerah dalam kerangka
Negara Kesatuan.
d. Stabilitas politik. Sharpe berpendapat bahwa stabilitas politik nasional harus dimulai dengan
stabilitas politik di tingkat lokal. Pergolakan daerah terjadi pada tahun 1957-1958, yang
puncaknya adalah hadirnya PRRI dan PERMESTA, ketika 4.444 daerah menjadi saksi betapa
besarnya kekuasaan pemerintah Jakarta. Destabilisasi yang terjadi di beberapa daerah
merupakan contoh yang sangat spesifik mengenai hubungan antara pemerintah daerah dan
ketidakstabilan politik jika pemerintah pusat tidak menjalankan otonominya secara efektif.
e. Otonomi daerah akan mencipatakan raja-raja kecil di daerah dan memindahkan korupsi ke
daerah. Pendapat seperti ini dapat dibenarkan kalau para penyelenggara pemerintahan daerah,
masyrakat dan dunia usaha di daerah menempatkan diri dalam kerangka sistem politik lama
yaitu korupsi, kolusi, nepotisme, dan segala bentuk penyalah-guanaan kekuasaan yang lainya.

3. Adapun Penanggulangan Anti Korupsi Dapat Dilakukukan Dengan Antara Lain :


a. Terdapat kemauan politik dan tindakan politik para pejabat negara dan pimpinan lembaga
negara di setiap satuan kerja organisasi untuk secara proaktif melaksanakan upaya pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Tanpa kemauan Pemerintah untuk memberantas
korupsi di seluruh tingkatan pemerintahan, maka kampanye pemberantasan korupsi hanya
akan menjadi slogan belaka.
b. Penegakan hukum yang tegas dan tegas. Misalnya, proses eksekusi orang-orang korup di
Tiongkok telah menghalangi sejumlah pejabat tinggi dan pengusaha di negara tersebut untuk
melakukan praktik korupsi. Hal serupa juga terjadi di negara-negara maju di Asia seperti
Korea, Singapura, dan Jepang yang beberapa di antaranya tidak berkompromi dengan pelaku
korupsi. Tindakan ini merupakan shock terapi untuk mencegah korupsi.
c. Membangun institusi untuk mendukung upaya antikorupsi. misalnya, Komite Inspeksi, sebuah
badan yang memeriksa pengaduan mengenai buruknya kualitas layanan administrasi publik.
Pada beberapa negara, mandat Ombudsman mencakup pemeriksaan dan inspeksi atas sistem
administrasi pemerintahan dalam hal kemampuannya mencegah tindakan korupsi aparat
birokrasi.
d. Membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin terlaksananya praktik
good and clean governence, baik di sektor pemerintahan, swasta, atau organisasi
kemasyarakatan.
e. Memberikan pendidikan anti korupsi, baik melalui pendidikan formal maupun non formal.
Dalam pendidikan formal, mulai dari sekolah dasar hingga universitas, kita diajarkan bahwa
korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan.
f. Gerakan keagamaan anti korupsi, khususnya gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran beragama dan mengembangkan semangat antikorupsi.

4. Adapun kesalah pahaman kebijkan dan implementasi otonomi daerah sebagai berikut:
a. Otonomi dikaitkan semata-mata dengan uang. Sudah sangat lama berkembang dalam
masyarakat suatu pemahaman yang keliru tentang otonomi Daerah, yaitu berotonomi Daerah
harus mencukupi sendiri segala kebutuhannya, terutama dalam bidang keuangan. Hal itu
muncul karena ada ungkapan yang dimunculkan oleh J. Wayong, pada tahun 1950-an, bahwa
"otonomi identik dengan otomoney." Ungkapan seperti ini sama sekali tidak dapat
dipertanggung jawabkan secara empiris. Tidak ada yang menafikan bahwa uang satu-satunya
alat dalam menggerakkan roda pemerintahan. Kata kunci otonomi adalah "kewenangan".
b. Daerah belum siap dan belum mampu. Munculnya pandangan merupakan cara berpikir yang
salah karena sebelum otonomi daerah berdasarkan Undang-undang No. 22 tahun 1999 jo.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diterapkan, pembagian tugas kepada pemerintah
daerah tidak terlaksana sesuai dengan desentralisasi kekuasaan untuk meminta uang dan
subsidi kepada pemerintah pusat. Demikian pula tidak ada alasan untuk tidak mau atau tidak
mampu, karena pemerintah daerah sudah lama berkecimpung dalam penyelenggaraan negara
dan mempunyai pengalaman dalam penyelenggaraan negara.
c. Dengan adanya otonomi daerah, maka pusat akan melepaskan tanggung jawab membantu dan
membangun daerah. Pendapat ini sepenuhnya salah. Merupakan tugas dan tanggung jawab
pemerintah pusat untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada daerah, baik berupa
nasihat teknis penyelenggaraan pemerintahan kepada pegawai daerah atau dukungan
keuangan. Hal ini sama sekali tidak mengurangi arti penting otonomi daerah dalam kerangka
negara kesatuan. Otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 menganut filosofi yang terkenal di berbagai negara yaitu “Tidak ada amanah
tanpa pendanaan”.
d. Dengan otonomi, daerah bisa berbuat apa saja. Hakikat otonomi adalah memberdayakan
pemerintah daerah agar kreatif dan inovatif dalam rangka memperkokoh Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berlandaskan norma kesusilaan dan keadilan dalam sistem kehidupan
bernegara. Zona bisa berbentuk apa saja sepanjang kebijakan tersebut tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional. Selain itu,
kepentingan masyarakat menjadi acuan utama dalam pengambilan kebijakan.
e. Otonomi daerah akan menciptakan raja-raja kecil di daerah dan memindahkan korupsi ke
daerah. Pandangan demikian dapat dibenarkan oleh pemerintah daerah, masyarakat dan dunia
usaha di wilayah Mene. dalam sistem politik lama, khususnya korupsi, kolusi, nepotisme, dan
segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan lainnya. Oleh karena itu, untuk menghindari
pandangan tersebut, pilar-pilar demokrasi dan masyarakat sipil seperti partai politik, media,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Inspektorat, Komisi Kepolisian, Komisi
Kejaksaan, termasuk lembaga swadaya masyarakat (Corruption Watch, Parliament Watch) ,
Court Watch, dll) di tingkat lokal dapat memainkan perannya secara maksimal.

5. Adapun contoh kewajiban warga negara Indonesia:


a. Setiap warga negara mempunyai kewajiban untuk turut serta menjaga dan mempertahankan
kedaulatan negara Indonesia dari serangan musuh.
b. Seluruh warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat dan daerah (Pemda).
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya agar Masyarakat taat
terhadap peraturan-peraturan yang telah di tetapkan.
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku
di wilayah negara Indonesia supaya Masyarakat dapat teratur tanpa ada pelanggaran.
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar
bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik dan menjadi negara yang maju.
Adapun Kewajiban warga negara berdasarkan UUD 1945 :
a. Membayar pajak.
b. Membela pertahanan dan keamanan.
c. Menghormati hak asasi.
d. Menjunjung hukum dan pemerintahan.
e. Ikut serta membela negara.
f. Tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
g. Wajib mengikuti pendidikan dasar.

Anda mungkin juga menyukai