Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TUTORIAL 3 SESI 7 Pendidikan Kewarganegaraan

Nama : Dandy Julianda Saputro


NIP : 048913741

Indonesia merupakan negara yang besar baik dari segi wilayahnya maupun dari segi
penduduknya. Indonesia merupakan negara kepualaian dengan jumlah lebih dari
17.000 yang sudah cukup dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia. Oleh karena itu, Indonesia mempunyai gagasan tentang
otonomi daerah. Bersamaan dengan bergulirnya era reformasi di Tahun 1998 yang
memunculkan tuntutan dari masyarakat tentang perlunya managemen pemerintahan
yang baru. Hal tersebut disebabkan bahwa pemerintahan yang sentralistik pada
kenyataannya masih banyak kekurangan. Tuntutan tersebut kemudian ditindak lanjuti
dengan disahkannya UU No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintah daerah.

Soal 1 (skor 25)

Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor-faktor yang dapat memperngaruhi


keberhasilan otonomi daerah di Indonesia!

(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang otonomi daerah yang
ada dalam BMP MKDU4111)

Soal 2 (skor 25)

Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor apa saja hambatan dalam melaksanakan
otonomi daerah di Indonesia!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang pelaksanaan otonomi
yang ada di BMP MKDU4111)

Soal 3 (skor 25)

Pada kurun waktu lebih dari satu dasawarsa berjalannya otonomi daerah sejak disahkan
UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah sudah banyak yang dicapai, namun
amsih banyak hal yang belum bisa ditangani terkait dengan upaya dalam mengatasi
implementasi kebijakan otonomi daerah. Contoh keberhasilan dari otonomi daerah
dalah semakin luasnya kewenangan dari DPRD selaku Lembaga legeslatif serta
kewenangan kepala daerah selaku eksekutif dan semakin terbukanya informasi serta
partisipasi dari masyarakan dalam hal pengambilan keputusan dan penagwasan
terhadap jalannya pemerintahan di tingkat daerah. Namun, keberhasilan tersebut juga
diiringi dengan hambatan seperti munculnya istilah raja-raja kecil di daerah dan banyak
kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah sehingga menyebabkan anggaran yang
seharusnya untuk membangun daerahnya dikorupsi dan pembangunan menjadi
terhambat.

Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait dengan solusi nyata kita sebagai
masyarakat untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah!

(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang hambatan otonomi
daerah yang ada di dalam BMP MKDU4111)

Soal 4 (skor 25)

Pada praktek good governance menyaratkan harus terdapat transparasi dalam proses
penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan. Transparasi merupakan konsep yang
penting yang mengringi kuatnyakeinginan untuk praktek good governance. Masyarakat
diberikan kesempatan yang luas untuk mengetahui informasi mengenai
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian
keberpihakan pemerintah terhadap kepentingan public. Oleh karena itu, masyarakat
dapat dengan mudah menetukan apakah akan memerikan dukungan kepada
pemerintah atau malah sebaliknya.

Dari uaraian di atas lakukanlah telaah terkait peran mahasiswa dalam upaya
mewujudkan praktek good governance!

(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlbih dahulu tentang good governance yang
ada di dalam BMP MKDU4111!)
Jawab :

1. Otonomi daerah harus dilaksanakan dengan penuh perhitungan dan dilandasi dengan prinsip
yang jelas. Adapun prinsip otonomi daerah secara garis besar dapat ditelaah dari beberapa
pernyataan berikut ini (Wahidin, 2015: 86). Pelaksanaan otonomi daerah harus memperhatikan
aspek demokratis, keadilan, pemerataan, potensi, dan keanekaragaman daerah. Pelaksanaan
otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas nyata dan bertanggung jawab. Pelaksanaan
otonomi luas di tingkat kabupaten dan kota, sedangkan di tingkat provinsi otonomi terbatas.
Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuaidengan konstitusi. Pelaksanaan otonomi daerah harus
meningkatkan kemandirian daerah.Pelaksanaan otonomi daerah harus meningkatkan fungsi
legislatif dan fungsi anggaran. Pelaksanaan otonomi daerah harus berdasarkan kriteria
eksternalitas, akuntabilitas, danefisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar
susunan pemerintahan disamping perlu berpegang pada prinsip-prinsip sebagaimana
dikemukakan di atas juga harustaat asas. Asas otonomi daerah tersebut dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu asas yang umum dan asas yang khusus. Asas umum terdiri atas kepastian hukum, tertib
penyelenggaraan negara, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas,
akuntabilitas,efisiensi, dan efektivitas. Sedangkan asas khusus dapat dibagi lagi menjadi tiga,
yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Asas desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang
daripemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah/perangkat pemerintah
pusat di daerah. Asas tugas perbantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dari desa
dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai dengan pembiayaan,
sarana, dan prasarana serta sumber dayanya dengan tanggung jawab melaporkan pelaksanaannya
kepada yang menugaskan. Berbagai macam prinsip dan asas di dalam pelaksanaan otonomi
daerah tersebut diterapkan dengan maksud agar tujuan-tujuan otonomi daerah dapat tercapai.
Sebagaimana yang dikemukakan pada pembahasan di atas, otonomi daerah ini adalah satu
kebijakan besar di dalam pengelolaan pemerintahan yang diharapkan mampu mengantarkan
bangsa dan negaraIndonesia pada kondisi masyarakat yang adil dan makmur secara merata.
Sebagai sebuah kebijakan tentu saja ada persoalan yang dihadapi di dalam implementasinya.
Namun demikian, terlepas dari berbagai macam persoalan tersebut, otonomi daerah dapat
dianggap sebagai satu langkah besar bangsa dan negara ini di dalam mengupayakan kesejahteraan
bagi para warganya. Sebaik apapun pelaksanaan otonomi daerah, tidakakan berjalan dengan baik
dan meraih sasaran apabila tidak didasari dengan ‘niatan’ yang baik dari pemerintah daerah untuk
menjalankan kebijakan tersebut dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, di dalam pelaksanaan
otonomi daerah perlu dukungan satu aspek lagi di dalam pemerintahan, yaitu sebuah tata kelola
pemerintahan yang baik dan bersih atau disebut dengan a good and clean government. Untuk
dapat melaksanakan tugas otonomi dengan sebaik-baiknya, ada beberapa faktor/ syarat yang perlu
mendapat perhatian. Iglesias menyebutkan faktor-faktor tersebut adalah :
a. Resource
b. Struktur
c. Teknologi
d. Support

Ada 4 faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi Daerah :


1. Manusiapelaksananya harus baik adalah faktor yang esensial dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah. Pentingnya faktor ini, karena manusia merupakan subyek dalam setiap
aktivitas pemerintahan. Manusia lah yang merupakan pelaku dan penggerak proses mekanisme
dalamsistem pemerintahan.
2. Keuangan harus cukup baik Istilah keuangan disini mengandung arti setiap hak yang
berhubungan dengan masalah uang, antara lain berapa sumber pendapatan, jumlah uang yang
cukup dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan tujuan dan peraturan yang berlaku.
3. Peralatannya harus cukup dan baik Pengertian peralatan disini adalah setiap benda atau alat
yang dapat dipergunakan untuk memperlancar pekerjaan atau kegiatan Pemerintah Daerah.
4. Organisasinya dan menejemennya harus baik Organisasi yang dimaksudkan adalah organisasi
dalam arti struktur yaitu susunan yang terdiri dari satuan-satuan organisasi beserta segenap
pejabat dan kekuasaan. Faktor Manusia Pelaksana Faktor manusia pelaksana sesuai dengan
ketentuan Pasal 13 ayat (1) Undang-undang No.5 Tahun1974 yaitu,

1. Kepala Daerah
Tugas kepala daerah adalah sangat berat dalam kesatuan republik Indonesia, kepala
daerah disamping merupakan alat daerah juga sebagai alat pemerintah pusat. Tugas sebagai
alat daerah adalah :
- Menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintahan daerah.
- Mewakili daerahnya didalam dan diluar pengadilan.
- Bersama-sama dengan DPRD membuat anggaran pendapatan dan belanja daerah dan
peraturan daerah Tugas sebagai pemerintah pusat adalah :
a. Membina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan kebijaksanaan
ketentraman dan ketertiban yang ditetapkan pemerintah.
b. Melaksanakan segala usaha dan kegiatan dibidang pembinaan kesatuan bangsa.
c. Menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan instansi vertical.
d. Membimbing dan mengawasi penyenggaraan pemerintahan daerah.
e. Mengusakan secara terus menerus agar segala peraturan perundang-undangan danperaturan
derah dijalankan oleh instansi pemerintah dan pemerintah daerah.
f. Melaksanakan segala tugas pemerintah yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu
instansilainnya

2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) Undang-undang No.5 Tahun 1974, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah adalah salah satu alat daerah disamping Kepala Daerah. Didalam
penjelasan umum undang-undang tersebut diterangkan bahwa : “ Kontruksi yang demikian
ini menjamin adanya kerja sama yang serasi antara Kepala Daerah dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah untuk mencapai tertib pemerintah di daerah. Dengan demikian, maka dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah, ada pembagian tugas yang jelas dan dalam kedudukan
yang sama tinggi antara kepala daerah dan dewanperwakilan rakyat daerah yaitu kepala
daerah memimpin dibidang Eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bergerak dalam
bidang legeslatif ”.
William Mitchel menjabarkan secara ringkas tentang kegiatan pemerintahan sebagai berikut :
a. Mobilization of resources
b. Allocation of resources
c. Distribution of benefits
d. Distribution of burdens or costs
e. Rules and regulations
f. Division and stabilization

3. Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah

Suatu daerah disebut daerah otonom apabila memiliki atribut sebagai berikut :
1. Kemapuan urusan tertentu yang disebut urusan rumah tangga daerah, urusan rumah
tangga daerah ini merupakan urusan uang diserahkan oleh pemerintah pusat kepala
daerah.
2. Urusan rumah tangga daerah itu diatur dan diurus/diselenggarakan atas
inisiatif/prakarsadan kebijakan daerah itu sendiri.
3. Untuk mengatur dan mengurusurusan rumah tangga daerah tersebut, maka daerah
memerlukan aparatur sendiri yang bterpisah dari aparatur pemerintah pusat, yang
mampuuntuk menyelenggarakan urusan rumah tangga daerahnya.
4. Mempunyai sumber keuangan sendiri yang dapat menghasilkan pendapatan yang
cukup bagi daerah, agar dapat membiayai segala kegiatan dalam rangka penyelenggaraan
urusan rumah tangga daerahnya.
Ada rician 19 Jenis urusan rumah tangga daerah:
1. Urusan Pertanian
2. Urusan Kehewanan/Perternakan
3. Urusan Perikanan Darat
4. Urusan Perikanan Laut
5. Urusan Karet Rakyat
6. Urusan Kehutanan
7. Urusan Pendidikan dan kebudayaan
8. Urusan Kesehatan
9. Urusan Pekerjaan Umum
10. Urusan Perindustrian Kecil
11. Urusan Bimbingan dan Perbaikan Sosial
12. Urusan Kesejahteraan Buruh
13. Urusan Perumahan
14. Urusan Lalu lintas dan Angkutan Jalan Raya 1
5. Urusan Pemerintahan Umum
16. Urusan Pertambangan (diluar Mijnwet)
17. Urusan Perusahaan dan Proyek Negara
18. Urusan Perkebunan Besar
19. Urusan Parawisata

4. Partisipasi Masyarakat
Dari beberapa pendapat yang ada, dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dapat
terjadi pada empat jenjang:
1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan
2. Partisipasi dalam pelaksanaan
3. Partisipasi dalam pemamfaatan hasil
4. Partisipasi dalam evaluasi Faktor Keuangan Daerah Salah satu kriteria penting untuk
mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah
tangganya adalah kemampuan Self-supporting dalam bidang-bidang keuangan.

Menurut Wajong Uang adalah :


a. Alat untuk mengukur harga barang dan harga jasa
b. Alat untuk menukar barang dan jasa
c. Alat penabung Dalam hubungannya dengan keuangan daerah, maka ketentuan perundang-
undangan yang mengaturnya adalah bagian XIII paragraf I, Pasal55 Undang-undang No.5
Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah yangberbunyi sebagai berikut,
sumber pendapatan daerah :
a. Pendapatan asli daerah sendiri,yang terdiri dari :
 Hasil pajak daerah
 Hasil restribusi daerah
 Hasil perusahaan daerah
 Lain lain hasil usaha daerah yang sah

b. Pendapatan berasal dari pemberian pemerintah yang terdiri dari :


Sumbangan dari pemerintah
Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan

c. Lain-lain pendapatan yang sah Pajak Daerah Pajak daerah menurut para ahli Rochmad
Sumitro:
Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke
sektor pemerintahan) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapatkan jasa timbal (tegenprestatie) untuk membiayai pengeluaran umum (publike
uitgaven), dan yang digunakan sebagai alat pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan
yang ada diluar bidang keuangan.
Tidak semua jenis pajak yang menjadi wewenang daerah dapat dipungut oleh daerah-
daerah.Hal ini dapat disebabkan oleh :
1. Objeknya tidak ada didaerah
2. Hasil pungutannya jauh lebih kecil dari biaya pungutannya
3. Peraturan pelaksanaannya belom ada, sebab belom ada pedoman pelaksanannya 4. Adanya
pembekuan atau pencabutan oleh pemerintah
5. Adanya larangan pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan tertentu justru merupakan objek
pajak

Restribusi Daerah
Pengertian restribusi secara umum ialah pembayaran-pembayaran kepada negara yang
dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara atau merupakan iuran kepada
pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk.
Ciri – ciri mendasar restribusi adalah :
a. Restribusi dipungut oleh negara
b. Dalam pungutannya terdapat paksaan secara ekonomis
c. Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk
d. Restribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan/mengenyam jasa-
jasayang disiapkan negara
Ada 3 faktor yang sangat mempengaruhi peningkatan restribusi, antara lain :
1. Pengetahuan tentang asas-asas organisasi
2. Disiplin kerja yang tinggi
3. Pengawasan yang efektif
Perusahaan Daerah Dalam penjelasan umum UU No. 5/1974, pengertian perusahaan daerah
dirumuskan sebagai suatu badan usaha yang dibentuk oleh daerah untuk memperkembangkan
perekonomian daerah dan untuk menambah penghasilan daerah. Pasal 5 UU No.
5/1962menegaskan sifat perusahaan daerah sebagai berikut : 1. Perusahaan daerah adalah
suatu kesatuan produksi yang bersifat :
Memberi jasa
Menyelenggarakan kemanfaatan umum
Memupuk pendapatan
2. Tujuan perusahaan daerah ialah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah
khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya Dinas daerah dan pendapatan
lainnya Dalam pasal 49 UU No. 5/1974 diatur mengenai Dinasdinas daerah sebagai berikut :
- Dinas Daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah
- Pembentukan, susunan organisasi dean formasi dinas daerah ditetapkan dengan peraturan
daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh menteri dalam negeri Faktor Peralatan
Peralatan yang dimaksud adalah setiap benda atau alat yang digunakan untuk memperlancar
atau mempermudah pekerjaan atau gerak aktifitas pemerintahaan daerah.
Dalam kamus umum bahasa indonesia aklat diruskan sebagai :
a. Barang yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu
b. Barang sesuatu yang dipakai untuk mencapai sesuatu maksud syarat
c. Orang yang diapakai untuk mencapai sesuatu maksud Faktor Organisasi dan Manajemen
Organisasi Secara pokok asas-asas organisasi dapat dirincikan sebagai berikut :
 Rumusan Tujuan dengan jelas
 Pembagian pekerjaan
 Pelimpahan/pendelegasian wewenang Koordinasi
 Rentangan kontrol/kendali
 Kesatuan komando
Manajemen Menurut pendapat Handoko yang membedakan fungsi-fungsi
manajemen
kedalam 5 fungsi :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Penyususan personalia
4. Pengarahan
5. Pengawasan
Peralatan yang dimaksud adalah setiap benda atau alat yang digunakan untuk
memperlancaratau mempermudah pekerjaan atau gerak aktifitas pemerintahaan daerah.
Dalam kamus umum bahasa indonesia alat diartikan sebagai :
a. Barang yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu
b. Barang sesuatu yang dipakai untuk mencapai sesuatu maksud syarat
c. Orang yang diapakai untuk mencapai sesuatu maksud

Faktor Organisasi dan Manajemen Organisasi Secara pokok asas-asas organisasi dapat
dirincikan sebagai berikut :
Rumusan Tujuan dengan jelas
Pembagian pekerjaan
Pelimpahan/pendelegasian wewenang Koordinasi
Rentangan kontrol/kendali
Kesatuan komando
Manajemen Menurut pendapat Handoko yang membedakan fungsi-fungsi manajemen
kedalam 5 fungsi :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Penyususan personalia
4. Pengarahan
5. Pengawasan

Jawaban soal no 2 :

2. Empat tantangan dalam pelaksanaan otonomi daerah seperti yang dikemukakan oleh Siti
Zuhro, salah satu Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) adalahkonsistensi
pemerintah dalam pembuatan peraturan, persepsi daerah, kerumitan pengelolaan hubungan
kewenangan daerah dan eksploitasi daerah oleh pihak-pihak tertentu. Tantangan-tantangan
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Konsistensi pemerintah dalam bidang hukum atau pembuatan peraturan dan sulitnya
melakukan harmonisasi antara UU Pemerintahan Daerah dengan UU terkait.
2. Persepsi sepihak daerah mengenai kewenangannya yang acap kali lebih mementingkan
daerah sendiri tanpa mempertimbangkan secara sungguh-sungguhmanfaatnya dalam
konteks lebih luas.
3. Kerumitan pengelolaan hubungan kewenangan daerah dan antar daerah
4. Adanya kolaborasi elite dan pengusaha dalam mengeksploitasi daerah guna
mencarikeuntungan sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan kemaslahatan umum dan
kesehatan lingkungan.
Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah:
1. Perbedaan Konsep Dan Paradigma Otonomi Daerah Setelah diberlakukan UU No. 22
Tahun 1999, aksi dari berbagai pihak sangat beragam, sebagai akibat dari perbedaan
interpretasi istilah otonomi. Terdapat kelompok yang menafsirkan otonomi sebagai
kemerdekaan atau kebebasan dalam segala urusan yang sekaligus menjadi hak daerah.
Mereka yang mempunyai persepsi ini biasanya mencurigai intervensi pemerintah pusat,
otonomi daerah dianggap sebagai kemerdekaan daerah dari belenggu Pemerintah Pusat.
Ada kelompok lain yang menginterpretasikan sebagai pemberian “otoritas kewenangan”
dalam mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan dan aspirasi masyarakat lokal.
Disini otonomi diartikan atau dipersepsikan pembagian otoritas semata (lihat UU
No.22/1999); memaknai otonomi sebagai kewenangan, daerah Otonomi
(Kabupaten/Kota) untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat lokal, menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Wujudnya adalah pembagian
kewenangan kepada daerah dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali dalam bidang
pertahanan dan keamanan peradilan, moneter dan fiskal, agama dan politik luar negeri
serta kewenangan bidang lain, yakni perencanaan nasional pengendalian pembangunan
nasional; perubahan keuangan, sistem administrasinegara dan lembaga; perekonomian
negara, pembinaan, dan pemberdayaan sumber daya manusia; pendayagunaan sumber
daya alam dan teknologi tinggi strategis, sertakonservasi dan standarisasi nasional. Ada
juga kelompok yang menafsirkan otonomi daerah sebagai suatu mekanisme
empowerment (pemberdayaan). Menurut kelompok ini menafsirkan otonomi harus lebih
mengakomodasikan berbagai kepentingan lokal dan lembaga lokal dan untuk itu
diperlukan otoritas. Jadi, diambil kesepakatan khusus dalam pembagian tugas/urusan
yang ditangani oleh Pemerintah Pusat dan ditanganioleh Daerah (lokal). Selama kurun
waktu 2 tahun tersebut terjadi perubahan besar. Kementrian Otda dihilangkan. Kabinet
Reformasi yang mengurus hal ini tidak adalagi (bubar), apalagi UU tersebut sifatnya
sangat mendasar yang merombak seluruh tatanan Administrasi Publik sebuah negara
besar. Lebih dari ratusan PP, pedoman dan sejenis lainnya belum dibuat untuk
mendukung implementasi otonomi daerah. Oleh karena itu, tidak hanya pejabat level
kabupaten/kota dan provinsi yang bingung, pejabat di level pusat pun demikian halnya.
Maka tidak arif atau tidak bijaksana kita mencari kambing hitam siapa yang bersalah,
yang jelas kita belum siap. Oleh karena itu, otonomi daerah ini harus disempurnakan
sambil berjalan. Uraian tentang konsep otonomi di atas sangat variatif, seperti kebebasan
dan kemerdekaan, strategi organisasi, otoritas mengurus diri sendiri, mengambil
keputusan sendiri power untuk melakukan kontrol, empowerment, dan kemandirian
dalam pengaturan diri. Variasi konsep ini menimbulkan interpretasi beragam. Oleh karena
itu, di masa datang perlu kesepakatan tentang konsep otonomi daerah di kalangan elit
politik sebagaipengambil keputusan atas kebijakan.UU No. 22 Tahun 1999 menganut
paradigma dengan menggunakan pendekatan“kewenangan”. Hal ini dapat dilihat dari
makna “otonomi sebagai kewenangan daerah otonomi (kabupaten/kota) untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam konteks negara
kesatuan RI.” Hal ini sangat tepat, namun dalam kasus Indonesia dipandang kurang
realistis karena persoalan otonomi daerah bukan hanya persoalan kewenangan semata,
tetapi banyak hal yangterkait dengan sumber daya dan infrastruktur yang ada di daerah
masih sangat lemah. Paradigma ekonomi harus dilihat dari perspektif pemerataan
pembangunan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu,
pembangunan daerah adalah bagian integral dari pembangunan nasional dan
pembangunan nasional adalah pembangunan daerah. Jadi, sangatlah picik bagi para elit
lokal pada daerah yang kaya sumber daya dengan menyandera masalah ekonomi ini
untuk mencapai keinginan politiknya lepas dari negara kesatuan RI. Hal ini sudah sangat
melenceng dari hakikat otonomi itu sendiri.
2. Kuatnya Paradigma Birokrasi Dalam praktik di Indonesia, penentuan hierarki dan
pembagian unit organisasi, standarisasi, prosedur dan aturan-aturan daerah sangat
ditentukan oleh pemerintah pusat, dan pemerintah daerah harus loyal terhadap aturan
tersebut. Dalam bidang manajemen telah disiapkan oleh pemerintah pusat, berbagai
pedoman, petunjuk dalam menangani berbagai tugas pelayanan dan pembangunan di
daerah. Dalam bidang kebijakan publik, program dan proyek-proyek serta kegiatan-
kegiatan yang diusulkan harus mendapat persetujuan pemerintah pusat. Implikasinya
masih banyak pejabat didaerah harus menunggu perintah dan petunjuk dari pusat.
3. Lemahnya Kontrol Wakil Rakyat Dan Masyarakat Selama orde baru tidak kurang dari
32 tahun peranan wakil rakyat dalam mengontrolek sekutif sangat tidak efektif karena
terkooptasi oleh elit eksekutif. Birokrasi didaerah cenderung melayani kepentingan
pemerintah pusat, dari pada melayani kepentingan masyarakat lokal. Kontrol terhadap
aparat birokrasi oleh lembaga legislatif dan masyarakat tampak artifisial dan fesudo
demokratik. Kelemahan ini kitasadari bersama, perubahan telah dilakukan segera setelah
pergantian rezim “ordebaru” orde reformasi. UU. Politik dan otonomi daerah
diberlakukan, semangat danproses demokrasi menjanjikan, dan kontrol terhadap birokrasi
dimulai walaupun terkadang kebablasan. Sayang, semangat demokrasi yang timbul dan
berkembang diera reformasi ini tidak diikuti oleh strategi peningkatan kemampuan dan
kualitaswakil rakyat. Wakil rakyat yang ada masih kurang mampu melaksanakan
tugasnya melakukan kontrol terhadap pemerintah. Ketidakmampuan ini memberikan
peluangbagi eksekutif untuk bertindak leluasa dan sebaliknya legislatif bertindak ngawur
mengorbankan kepentingan publik yang justru dipercaya mewakili kepentingannya.
4. Kesalahan Strategi UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah diberlakukan pada
suatu pemerintahdaerah sedang lemah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk
melakukan sendiri apa yang mereka butuhkan, tetapi dengan kemampuan yang sangat
marjinal.Hal ini akibat dominasi pemerintah pusat di daerah yang terlalu berlebihan, dan
kurang memberikan peranan dan kesempatan belajar bagi daerah. Model pembangunan
yang dilakukan selama ini sangat sentralistik birokratis yang berakibat penumpulan
kreativitas pemerintah daerah dan aparatnya. UU No. 22 Tahun 1999tentang Otonomi
Daerah, dalam beberapa hal mengandung kelemahan-kelemahan,namun bagaimanapun
juga UU ini merupakan suatu reformasi dalam sistem pemerintahan daerah, yang telah
menggeser paradigma lama ke paradigma baru, yaitu dari sistem pemerintah
“sentralistik” yang lebih berorientasi kepada Structural Efficiency Model” berubah ke
arah sistem pemerintahan “desentralistik” yang orientasinya lebih cenderung kepada
Local Democratic Model, yaitu yang lebih menekankan kepada prinsip-prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataandan keadilan, serta memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah.
Permasalahan Dalam Otonomi Daerah Di Indonesia:
1. Adanya Eksploitasi Pendapatan Daerah
2. Pemahaman terhadap Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah yang belum mantap
3. Penyediaan Aturan Pelaksanaan Otonomi Daerah yang Belum Memadai
4. Kondisi SDM aparatur Pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan
Otonomi Daerah.
5. Korupsi di Daerah
6. Adanya Potensi Munculnya Konflik Antar Daerah
Jawaban soal no 3 :

3. Pada intinya, masalah-masalah tersebut seterusnya akan menjadi persoalan tersendiri,


terlepasdari keberhasilan implementasi otonomi daerah. Pilihan kebijakan yang tidak populer
melalui intensifikasi pajak dan perilaku koruptif pejabat daerah sebenarnya sudah ada sejak lama
dan akan terus berlangsung. Jika kini keduanya baru muncul dipermukaan sekarang, tidak lain
karena momentum otonomi daerah memang memungkinkan untuk itu. Untuk menyiasati beratnya
beban anggaran, pemerintah daerah semestinya bisa menempuh jalan alternatif, selain
intensifikasi pungutan yang cenderung membebani rakyat dan menjadi disinsentif bagi
perekonomian daerah, yaitu (1) efisiensi anggaran, dan (2) revitalisasi perusahaan daerah. Saya
sepenuhnya yakin bahwa banyak pemerintah daerah mengetahui alternatif ini. Akan tetapi, jika
keduanya bukan menjadi prioritas pilihan kebijakan maka pemerintah pasti punyaalasan lain.
Dugaan saya adalah bahwa pemerintah daerah itu malas! Pemerintah tidak mempunyai keinginan
kuat (strong will) untuk melakukan efisiensi anggaran karena upaya ini tidak gampang. Di
samping itu, ada keengganan (inertia) untuk berubah dari perilaku boros menjadi hemat. Upaya
revitalisasi perusahaan daerah pun kurang mendapatkan porsi yang memadai karena kurangnya
sifat kewirausahaan pemerintah. Sudah menjadi hakekatnya bahwa pemerintah cenderung
melakukan kegiatan atas dasar kekuatan paksa hukum, dantidak berdasarkan prinsip-prinsip
pasar, sehingga ketika dihadapkan pada situasi yang bermuatan bisnis, pemerintah tidak bisa
menjalankannya dengan baik. Salah satu cara untukmengatasi hal ini pemerintah daerah bisa
menempuh jalan dengan menyerahkan pengelolaan perusahaan daerah kepada swasta melalui
privatisasi. Pemeritah juga seharusnya merevisiUU yang dipandang dapat menimbulkan masalah
baru. Di bawah ini penulis merangkum solusi untuk keluar dari masalah Otonomi Daerah tanpa
harus mengembalikan kepada Sentralisasi. Jika pemerintah dan masyarakat bersinergi mengatasi
masalah tersebut. Pasti kesejahteraan masyarakat segera terwujud. 1. Membuat masterplan
pembangunan nasional untuk membuat sinergi Pembangunan didaerah. Agar menjadi landasan
pembangunan di daerah dan membuat pemerataan pembangunan antar daerah.
2. Memperkuat peranan daerah untuk meningkatkan rasa nasionalisme denganmengadakan
kegiatan menanaman nasionalisme seperti kewajiban mengibarkan bendera merah putih.
3. Melakukan pembatasan anggaran kampanye karena menurut penelitian korupsi yang dilakukan
kepala daerah akibat pemilihan umum berbiaya tinggi membuat kepala daerah melakukan
korupsi.
4. Melakukan pengawasan Perda agar sinergi dan tidak menyimpang dengan peraturan diatasnya
yang lebih tinggi.
5. Melarang anggota keluarga kepala daerah untuk maju dalam pemilihan daerah untuk mencegah
pembentukan dinasti politik.
6. Meningkatkan kontrol terhadap pembangunan di daerah dengan memilih mendagri yang
berkapabilitas untuk mengawasi pembangunan di daerah.
7. Melaksanakan Good Governence dengan memangkas birokrasi (reformasi birokrasi),
mengadakan pelayanan satu pintu untuk masyarakat. Melakukan efisiensi anggaran.
8. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor SDA dan Pajak serta mencari dari sektor
lain seperti jasa dan pariwisata digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.
Jawaban soal no 4 :

4. Mahasiswa memiliki tiga peran penting yang harus dilakukan mahasiswa terhadap masyarakat
diantaranya :
1. Agent Of Change
Sebagaimana yang sudah dijelaskan didalam Surah Ar Ra'd : 11 Bahwa dimana bahwa
suatu kaum harus mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu keadaan yang lebih
baik. Dengan adanya mahasiswa sebagai kaum intelektual, maka mahasiswa dituntut
untuk melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Mahasiswa tidak
hanya"diam” melihat kondisi di sekitarnya. Mahasiswa harus merubah kondisi sekitarnya
menjadi lebih baik.
2. Agent Of Control
Mahasiswa juga bisa berperan sebagai control terhadap kebijakan yang dibuat
menyangkut hajat hidup orang banyak, mahasiswa dapat menjadi peran penting dalam
mewujudkan good governance dalam system pemerintahan.
3. Iron Stock
Mahasiswa adalah asset atau cadangan untuk masa depan. Mahasiswa diharapkan
menjadi generasi yang tangguh dan juga harus memiliki kemampuan dan moralitas yang
baik sehingga dapat menggantikan generasi sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya organisasi yang setiap akhir kepengurusan akan di tandai dengan pergiliran
tongkat estafet dari golongan tua yang sudah pernah memimpin ke golongan muda yang
mempunyai jiwa kempemimpinan. Dan disinilah saatnya yang muda yang
memimpin.Sebagai mahasiswa juga harus mengerti fungsi mahasiswa yang harus
dijalankan:
a. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
b. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan
c. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat.
Berdasarkan fungsi tersebut dapat kita sederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah
membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi
bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu: memiliki
sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya. Insan akademis harus memiliki sense
of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat
ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu,
yaitu selalu mencari pembenaran pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu
tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan
terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannyaPeran
mahasiswa sebagai kaum terpelajar dalam Good Governance diantaranya:
a. Memberikan pencerahan kepada seluruh masyarakat supaya berpartisiapsi dalam
pemilu dengan menggunakan hak pilih sebaik baiknya, guna membawa bangsa dan NKRI
maju seperti negara lain di dunia.
b. Mendorong dan memandu masyarakat secara langsung atau pun tidak untuk memilih
parpol dan calon walik rakyat yang jujur, amanah, cerdas, pejuang, berani, dan
mempunyai track record yang baik di masayrakat.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang parpol dan calon wakil rakyat yang
baik dan pantas untuk dipilih, supaya hasil pemilu dapat membawa bangsa ini semakin
maju di bawah pemimpin yang tepat.
d. Memberikan aspirasi dan juga kritisi atas kebijakan dan juga tindakan yang
dilaksanakan oleh pemerintah yang didasari oleh penelitian atau kajian.

Sumber :
- Modul MKDU 4111 Modul 9

Anda mungkin juga menyukai