Anda di halaman 1dari 3

Tugas Resume Kapita Selekta Hukum Acara Perdata

Sengketa Hak Kekayaan Intelektual

Nama: Dante Deva Daniswara


NPM: 1906361512

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak kebendaan bergerak tak berwujud yang meliputi
hasil dari daya pikir manusia yang melahirkan suatu produk, karya, atau proses yang
memiliki nilai ekonomis. HKI disini melindungi hak manusia untuk menikmati keuntungan
ekonomis dari hasil kreativitasnya itu. Secara garis besar HKI terbagi menjadi dua yaitu hak
cipta (copyright) dan Hak Kekayaan Industri (mencakup paten, desain industri, merek,
rahasia dagang, desain tata letak sirkuit terpadu, dan perlindungan varietas tanaman) Pemilik
hak kekayaan intelektual memiliki hak untuk menggunakan, memproduksi, mengekspor,
mengimpor, melisensikan, memfidusiakan, mengalihkan, mewariskan, menghibahkan,
menjual, dan menuntut baik secara pidana maupun perdata atas hak tersebut.Peraturan yang
mengatur peralihan HKI tersebar di beberapa undang-undang seperti pada Pasal 5
UURD,Pasal 31 UUDI, Pasal 23 UUDTLST,Pasal 74 UUP, dan Pasal 41 UUM.

Sengketa HKI dapat terjadi di lingkup hukum administrasi, perdata, dan pidana. Untuk paten,
merek, dan desain industri jika terjadi penolakan awal atau office action terhadap
permohonan pendaftaran paten, merek, atau desain industru maka pemohon dapat
mengajukan tanggapan pemeriksa. Dalam Pasal 62 UU Paten, pemohon memiliki hak
mengajukan tanggapan kepada pemeriksa paten dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 2 (dua) bulan, serta 1 (satu) bulan dalam hal terjadi penolakan awal atau
ketidakjelasan dalam permohonan paten. Pasal 68 UU Paten kemudian memberikan hak
kepada pemohon paten dalam hal terjadi penolakan tetap terhadap hak paten untuk
mengajukan banding kepada komisi banding paten dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
terhitung sejak tanggal oengiriman dan diputus oleh komisi banding paten dalam jangka
waktu 9 (Sembilan) bulan terhitung sejak dimulainya pemeriksaan atau permohonan banding.
Pasal 16 ayat (1) UU MIG memberi hak kepada setiap pihak untuk mengajukan keberatan
dalam jangka waktu 15 hari kepada menteri terhadap permohonan pendaftaran suatu merek.
Keberatan itu harus berdasarkan alasan bahwa merek yang didaftarkan adalah merek yang
menurut UU MIG tidak dapat didaftar atau ditolak dan salinannya harus disampaikan kepada
pemohon dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan keberatan. Di sisi lain,
pemohon juga memiliki hak untuk mengajukan sanggahan kepada Menteri dalam waktu
paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal pengiriman Salinan keberatan. Pasal 28 UU MIG
memberikan hak kepada pemohon untuk mengajukan permohonan banding terhadap
penolakan pendaftaran merek berdasarkan alasan sesuai dengan Pasal 20 dan 21 UU MIG.
Permohonan bentuknya tertulis dan disampaikan kepada komisi banding merek dengan
tembusan kepada Menteri dan dikenakan biaya. Permohonan berisi uraian lengkap keberatan
dan alasan permohonan yang bukan penyempurnaan atas permohonan yang ditolak. Menurut
Pasla 29 UU MIG, permohonan banding dapat diajukan dalam jangka waktu 90 hari sejak
pemberitahuan penolakan permohonan merek dan apabila tidak dilakukan, penolakan
dianggap diterima. Menurut ketentuan Pasal 30 UU MIG Keputusan Komisi Banding Merek
diberikan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan
permohonan banding. Dalam hal Komisi Banding Merek mengabulkan permohonan banding,
Menteri menerbitkan dan memberikan sertifikat Merek kepada Pemohon atau Kuasanya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.  Dalam hal Komisi Banding Merek menolak
permohonan banding, Pemohon atau Kuasanya dapat mengajukan gugatan atas putusan
penolakan permohonan banding kepada Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 3 (tiga)
bulan terhitung sejak tanggal diterimanya keputusan penolakan tersebut.  Terhadap putusan
Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan kasasi.

Dalam hal hukum acara perdara dan pidana sengketa HKI, pengadilan negeri dan pengadilan
niaga memiliki kompetensi yang berbeda. Pengadilan Negeri berwenang untuk memutuskan
sengketa perjanjian lisensi, sengketa rahasia dagang, sengketa perlindungan varietas tanaman,
dan tindak pidana HKI. Sedangkan pengadilan niaga berwenang untuk memutuskan sengketa
pengahapusan paten; gugatan ganti rugi paten,merek, hak cipta, desain industry, atau
DTLST;gugatan pembatalan paten, desain industry, DTLST,merek, atau pencatatan hak
cipta;dan putusan komisi banding paten atau merek. Proses tuntutan dalam bentuk gugatan
bagi perdata dan aduan kepada polisi bagi pidana.

Ada 3 gugatan yang dapat diajukan dalm lingkup hak paten. Kesemuaanya diajukan kepada
pengadilan niaga dan apabila salah satu pihak berdomisili di luar negeri maka harus diajukan
di pengadilan niaga Jakarta Pusat. Pertama, Penolakan terhadap putusan komisi banding
paten. Kedua, Pelanggaran paten (ganti rugi0, Ketiga, pemberian paten yang melanggar UU
Paten. Pengaturan detail tentang banding paten dapat kita temui di pasal 67-71 UU Paten.
Sedangkan dalam hal ganti rugi Pasal 143 UU Paten menjamin hak pemegang paten/lisensi
untuk menggugat ganti rugi kepada setiap orang yang melanggara ketentuan Pasal 19 ayat (1)
UU Paten. Penghapusan paten diatur lebih lanjut dalam Pasal 130-132 UU Paten. Sedangkan
tata cara gugatan diatur dalam pasal 144-147 UU Paten

Anda mungkin juga menyukai