Anda di halaman 1dari 9

TUGAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG PATEN

AKIBAT PENGHAPUSAN PATEN”

NAMA KELOMPOK :

1. Putu Rizky Sri Novita Dewi 1804551408


2. Ni Luh Putu Yoni Priyacitta 1804551416
3. Nur Faizah 1804551417
4. Lusiana Kurnia Dewi 1804551420
5. Made Andina Sinta Devi 1804551423
6. Luh Made Pradnya Narapatni 1804551424
7. Kadek Mira Dewi Nuastari 1804551426
8. Made Ayu Citra Putri Sani 1804551427
9. I Gusti Agung Wisnu Satria Wangsa 1804551443
10. Ni Kadek Feriska Duitasari 1804551449

FAKULTS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang:
Dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten,
ditentukan bahwa lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten, baik bersifat
eksklusif maupun non eksklusif kepada penerima lisensi berdasarkan perjanjian tertulis
untuk menggunakan paten yang masih dilindungi dalam jangka waktu dan syarat
teetentu. Salah satu permasalahan di bidang paten adalah penghapusan paten yang
dilisensikan. Masalah paten ini diatur dalam Pasal 130 sampai dengan Pasal 141
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten. Salah satu permasalahannya yaitu
adanya pembajakan atau pemalsuan suatu invensi paten sehingga timbul gugatan ke
pengadilan niaga dari pemegang paten dan sudah ada putusan hukum tetap akan
mengakibatkan penghapusan paten. Akibat dari penghapusan paten tentu merugikan
pemegang hak paten. Dengan demikian diperlukan perlindungan hukum terhadap
pemegang paten akibat adanya penghapusan paten.
Objek pengaturan paten adalah suatu penemuan baru di bidang teknologi yang dapat
diterapkan di bidang industri.Paten termasuk dalam katagori hak kekayaan perindustrian.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan ide dalam bidang teknologi
dan teknologi pada dasarnya adalah ide yang dapat diterapkan dalam proses industri.
Paten merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual atau lebih dikenal dengan istilah
HKI. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh
negara kepada seseorang, sekelompok orang, maupun lembaga untuk memegang kuasa
dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari kekayaan intelektual yang dimiliki
atau diciptakan. HKI menjadi sangat penting untuk menggairahkan laju perekonomian
dunia yang pada akhirnya membawa kesejahteraan umat manusia.
Salah satu permasalahan di bidang paten yang dilindungi oleh Undang-Undang adalah
masalah Penghapusan Paten yang telah dilisensikan. Masalah penghapusan paten ini
diatur dalam Pasal 130 sampai dengan Pasal 141 Undang-Undang Paten. Akibat dari
adanya penghapusan paten seperti ini tentu saja sangat merugikan pemegang hak paten.
Untuk itu, penegakan atau perlindungan hukum terhadap penghapusan paten yang terjadi
harus didukung oleh Pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH:
1. Apa yang mendasari terjadinya penghapusan paten?
2. Bagaimana perlindungan hukum bagi pemegang paten akibat penghapusan paten?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Yang Mendasari Terjadinya Penghapusan Paten.


Undang-undang Paten, penghapusan paten merupakan bagian dari aspek penegak
hukum. Penghapusan paten menghapuskan segala akibat hukum yang berkaitan dengan
paten dan hal-hal lain yang berasal dari paten tersebut sedangkan, pasal 141 negaskan
paten yang telah dihapus tidak dapat dihidupkan kembali (pasal 137 Undang-undang No
13 tahun 2016). Kecuali ditentukan lain dalam putusan pengadilan niaga, paten hapus
untuk seluruh atau sebagian sejak tanggal putusan penghapusan tersebut yang
mempunyai kekuatan hukum tetap (pasal 138 Undang-undang No 13 Tahun 2016) Ada 5
mekanisme penghapusan paten yang di atur dalam undang-undang No 13 Tahun 2016
Pasal 138 :
1. Pemegang paten dapat mengajukan permohonan secara tertulis ke Menteri terkait
bila ingin seluruh klaim dihapus.
2. Pihak ketiga dapat mengajukan gugatan penghapusan melalui pengadilan niaga,
alasannya bisa beragamseperti tidak memiliki kebaruan, bukan merupakan cakupan
invensi dan tidak termasuk invensi yang dapat diberi paten.
3. Paten yang berasal dari sumber daya genetic atau bersumber dari pengetahuan
tradisional, tetapi tidak menyebutkan asal muasalnya bisa juga dimohonkan untuk
dihapuskan. Pihak ketiga yang dapat membuktikan asal muasalnya dapat
mengajukan gugatan penghapusan dilihat dalam pasal 26 Undang-Undang paten ini.
4. Pemegang paten / penerima lisensi dapat mengajukan permohonan penghapusan ke
pengadilan niaga. Misalnya, ada invensi yang sama tetapi diberikan kepada
pemegang lain agar invensi yang sama tersebut dihapuskan.
5. Penghapusan paten juga bisa diajukan oleh jaksa atau pihak lain yang mewakili
kepentingan nasional kepada pemegang paten dan penerima lisensi yang diajukan
melalui pengadilan niaga. Alasan jaksa bersifat limitative, yakni pemberi lisensi
ternyata tidak mampu mecegah pelaksanaan paten dalam bentuk dan cara yang
merugikan masyarakat dalam waktu 2 tahun setelah lisensi diberikan.
Berdasarkan pembahsan di atas maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa apabila paten
tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan undang-undang, maka paten tersebut
dihapuskan. Di dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2016 paten dapat di hapuskan
sesuai dengan ketentuan di dalam pasal 130. Ketentuan pasal 130 :
“paten dihapuskan sebagian atau seluruhnya karena :
a. permohonan penghapusan dari pemegang paten dikabulkan oleh materi.
b. putusan pengadilan yang menghapuskan patem dimaksud telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
c. putusan penghapusan paten yang dikeluarkan oleh komisi banding paten.
d. pemegang paten tidak memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan.
Pasal 139 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016 menyebutkan:
1) Penerima lisensi dari paten yang dihapuskan karena alasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 132 ayat (1) huruf c tetap berhak melaksanakan lisensi
yang dimilikinya sampai dengan berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan
dalam perjanjian lisensi.
2) Penerima lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak melakukan
pembayaran royalti yang seharusnya masih wajib dilakukan kepada pemegang
paten yang patennya dihapus.
3) Dalam hal pemegang paten sudah menerima sekaligus royalti dari penerima
lisensi, pemegang paten wajib mengembalikan jumlah royalti yang sesuai dengan
sisa jangka waktu penggunaan lisensi kepada pemegang paten yang berhak.
Bentuk perlindungan yang diberikan Undang-Undang kepada pemegang lisensi
adalah pemegang / penerima lisensi tidak wajib meneruskan pembayaran royalti yang
seharusnya masih wajib dilakukan kepada pemegang paten yang berhak. Dalam hal
pemegang paten sudah menerima sekaligus royalti dari pemegang/ penerima lisensi.
Pemegang paten tersebut wajib mengembalikan jumlah royalti yang sesuai dengan sisa
jangka waktu penggunaan lisensi kepada pemegang paten yang berhak. Berdasarkan
pembahasan di atas maka apabila paten tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan
undang-undang, maka paten tersebut dihapuskan.
2. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Paten Akibat Penghapusan Paten.
Perlindangan hukum atas hak paten diperolehkan melalui system pendaftaran, yaitu
dalam hal ini dianut Sistem Konstitutif atau juga yang dikenal den sebutan first to file
system. Menurut Sistem Konstitutif, Hak atas Paten diberikn atas dasar pendaftara yaitu
proses pendaftaran dengan melalui tahapan permohonan oleh inventor dan pemeriksaan
oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Dalam system ini titik beratnya
adalah pada proses pendaftaran melalui tahapan permohonan dan pemeriksaan.
Dalam Undang-Undang Paten yang baru, pasal 24 ayat (4) mengatur permohonan paten
dapat dilakukan secara elektronik maupun non-elektronik. Dengan system e-filing atau
elektronik ini pengajuan permohonan paten menjadi sederhana , cepat, dan biaya yang
dikeluarkan pemohon (selain biaya pendaftaran paten) menjadi lebih murah. Persyaratan
dan tata cara permohonan paling sedikit memuat;
a. Tanggal, bulan, dan ahun surat permohonan
b. Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan inventor
c. Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon dalam hal pemohon
adalah bukan badan hukum.
d. Nama dan alamat lengkap pemohon dalam hal pemohon adalah badan hukum
e. Nama, dan alamat lengkap kuasa dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa
f. Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali dalam hal
permohonan dajukan dengan hak prioritas.
Persyaratan substantive pertama, suatu penemuan dapat diberkan paten apaila
merupakan hasil penemuan baru dalam bidang teknologi, dengan kata lain harus
merupakan hal yang baru, penemuan itu merupakan penemuan baru yang memiliki
kebaruan atau novelty, syarat kebaruan atau novelty ini merupakan syarat mutlak. Suatu
penemuan dapat dikatan baru jika penemuan tersebut tdak diantisipasi oleh prior art.
Prior art adalah semua pengetahuan yang telah ada sebelum tanggal penrimaan uatu
permintaan paten (filling date) atau tanggal prioitas permintaan paten yang
berssangkutan, baik melalui pengungkapan tertulis ataupun lisan.
Persyaratan substansi yang kedua adalah persyaratan langkah inventif (inventifve
steps). Suatu penemuan dikatakan mengandung langkah inventif, jika penemuan tersebut
bagi seorang yang mempunyai keahlian tertentu dibidang tehnik merupakan hal yang
tidak dapat diduga sebelumnya. Persyaratan terakhir adalah dapat diterapkan dalam
industry (industrial applicability). Suatu penemuan agar layak diberi paten harus dapat
diterapkan untuk tujuan-tujuan praktis, artnya penemuan tidak dapat bersifat teoritis
semata-mata, melainkan harus dapat dilaksanakan dalam praktek.
Perlindungan paten diberikan serta dapat dimohonkan paten apabila memenuhi syarat
yaitu: invensi yang baru, mengandung langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam
industry. Paten sederhana dapat dimohonkan pendaftarannya untuk setiap invensi baru,
pengembangan dari prouk atau proses yang ada, dan dapat diterapkan dalam industry.
Hal tersebut dapat diketahui melalui ketentuan pasal 2 hingga pasal 8 Undang-Undang
Paten. Dalam Undang-Undang Paten diatur bahwa Paten Sederhana diberikan hanya
untuk satu invensi dan permohonan pemeriksaan substansi dapat dilakukan bersamaan
dengan pengajuan permohonan paten sederhana. Dalam ketentuan Undang-Undang
Paten yang baru, diatur bahwa Paten dimungkinkan dijadikan sebagai jaminan Fidusia.
Terkait dengan paten sebagai Jaminan Fidusia, Paten merupakan benda bergerak yang
tidak berwujud. Dalam Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Paten diatur, bahwa Hak atas
Paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia. Sertifikat Paten yang diperoleh oleh
pemegang Paten dapat dijadkan objek jaminan fidusia untuk mendapatkan modal dari
lembaga keuangan.
Akibat dari adanya penghapusan paten seperti ini tentu saja sangat merugikan
pemegang lisensi paten. Penghapusan Paten akan menimbulkan akibat hukum bagi
pemegang paten dan pemegang lisesi paten, juga akan menimbulkan suatu permasalahan
ketika lisensi paten dihapuskan. Aspek hukum paten bermula dari pertimbangan bahwa
sebuah invensi merupakan hasil kemampuan berpikir (daya kreasi) seorang inventor.
Hasil kemampuan berpikir tersebut hanya dimiliki oleh investor secara khusus yang
kemudian diwujudkan dalam bentuk Invensi. Penelitian yang digunakan adalah deskriptif
analitis dengan metode pendekatan yang digunakan untuk menjawab isu hukum dalam
kajian ini adalah pendekatan perundang-undangan, maka penelitian yang dilakukan
melalui dua tahap yaitu studi kepustakaan dan penelitian lapangan, analisis data yang
dipergunakan adalah analisis yuridis kualitatif, yaitu data yang diperoleh, kemudian
disusun secara sistematis, menyeluruh dan terintegrasi untuk mencapai kejelasan masalah
yang akan dibahas.
Perlindungan paten dapat diberikan pada suatu invensi setelah pendaftaran. Invensi
yang dapat diberi paten harus memiliki sifat kebaruan dan dapat diterapkan dalam dunia
industri. Invensi yang telah dilindungi paten dapat berakhir karena berakhirnya jangka
waktu perlindungan paten, penghapusan paten, dan pelaksanaan paten oleh pemerintah.
Penghapusan paten merupakan bagian dari aspek penegakan hukum sehingga
pengembangan dan pemanfaatan paten menjadi teratur oleh hukum. Penghapusan paten
menghapuskan segala akibat hukum yang berkaitan dengan paten dan hal-hal lain yang
berasal dari paten tersebut. Pasal 141 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Paten, menegaskan bahwa paten yang telah dihapus tidak dapat dihidupkan kembali,
kecuali ditentukan lain dalam putusan Pengadilan Niaga. Pemegang paten yang merasa
dirugikan haknya juga dapat mengajukan permohonan Penetapan Sementara ke
Pengadilan Niaga dengan tujuan untuk mencegah masuknya barang yang diduga
melanggar paten dan/atau hak yang berkaitan dengan paten, untuk mengamankan dan
mencegah barang bukti oleh pelanggar, dan/atau untuk menghentikan pelanggaran guna
mencegah kerugian yang lebih besar. Terhadap permohonan Penetapan Sementara
tersebut, Pengadilan Niaga dapat mengabulkan, menguatkan, membatalkan, atau
menolak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penghapusan paten menghapuskan segala akibat hukum yang berkaitan
dengan paten dan hal-hal lain yang berasal dari paten tersebut. Apabila paten tidak
memenuhi ketentuan yang ditetapkan undang-undang, maka paten tersebut
dihapuskan. Di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 paten dapat di
hapuskan sesuai dengan ketentuan di dalam pasal 130. Ketentuan pasal 130 : paten
dihapuskan sebagian atau seluruhnya karena :
a. permohonan penghapusan dari pemegang paten dikabulkan oleh materi.
b. putusan pengadilan yang menghapuskan patem dimaksud telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
c. putusan penghapusan paten yang dikeluarkan oleh komisi banding paten.
d. pemegang paten tidak memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan.
Perlindangan hukum atas hak paten diperolehkan melalui system pendaftaran,
yaitu dalam hal ini dianut Sistem Konstitutif atau juga yang dikenal dengan sebutan
first to file system. Dalam pasal 24 ayat (4) mengatur permohonan paten dapat
dilakukan secara elektronik maupun non-elektronik. Dengan system e-filing atau
elektronik ini pengajuan permohonan paten menjadi sederhana , cepat, dan biaya
yang dikeluarkan pemohon (selain biaya pendaftaran paten) menjadi lebih murah.
Perlindungan paten diberikan serta dapat dimohonkan apabila memenuhi syarat
yaitu: invensi yang baru, mengandung langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam
industry.
B. SARAN
1. Kepada para pihak yang igin menciptakan suatu ide atau temuan hendaknya
membuat ide atau temuan yang asli atau original sehingga tidak akan
menimbulkan kerugian bagi pihak lain yang seharusnya merupakan pemilik asli
dari penemuan-penemuan terebut.
2. Sebagai salah satu dari hak kekayaan intelektual yang dilindungi oleh negara,
hendaknya setiap inventor atau pemegang paten mendaftarkan invensi atau
temuannya kepada Direktorat Jenderal HAKI karena perlindungan terhadap hak
paten didapatkan apabila inventor atau pemegang paten mendaftarkan temuannya.
Menurut ketentuan Undang-Undang, setiap HAKI wajib didaftarkan. HAKI
seseorang hanya dapat diakui dan dilindungi oleh Undang- Undang apabila
didaftarkan. Tidak didaftarkan berarti tidak ada perlindungan dan tidak ada
pengakuan.

Anda mungkin juga menyukai