Anda di halaman 1dari 8

TUGAS HUKUM PERBANKAN

PENGAWASAN BANK DARI BANK INDONESIA DAN PENGAWASAN DARI

OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

OLEH :

NAMA : MADE AYU CITRA PUTRI SANI

NIM : 1804551427

KELAS : Y

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR
2020
A. PENGAWASAN BANK DARI BANK INDONESIA
Pada hakekatnya, pengaturan dan pengawasan bank dimaksudkan untuk
meningkatkan keyakinan setiap orang yang mempunyai kepentingan dengan bank.
Bahwa bank-bank yang secara finansial tergolong sehat, bahwa bank dikelola dengan
baik dan profesional, serta tidak terkandung segi-segi yang merupakan ancaman terhadap
kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya di bank. Dengan perkataan lain,
bahwa tujuan umum dari pengaturan dan pengawasan bank adalah menciptakan sistem
perbankan yang sehat, yang nietnenuhi tiga aspek, yaitu perbankan yang dapat
memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar, dalam arti
di satu pihak memerhatikan faktor resiko seperti kemampuan, baik dari sistem, finansial,
maupun sumber daya manusia.Terwujudnya suatu sistem perbankan yang sehat perlu
dilakukan secara berkesinambungan. Lembaga yang bertanggung jawab dalam
mewujudkan sistem perbankan yang sehat itu adalah Bank Sentral, Kewenangan Bank
Sentral dalam melakukan pengaturan dan pengawasan bank adalah sebagai alat atau
sarana untuk mewujudkan sistem perbankan yang sehat, yang menjamin dan memastikan
dilaksanakannya segala peraturan perundang-undangan yang terkait dalam
penyelenggaraan usaha bank oleh bank yang bersangkutan.
Di Indonesia, tugas pengawasan itu dilakukan oleh BI (Bank Indonesia).Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral mempunyai 3 (tiga) bidang tugas, yaitu:
(1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
(2) Mengatur dan menjaga sistem pembayaran, dan
(3) Mengatur dan mengawasi bank.
Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, menurut ketentuan
Pasal 24 Undang-UnciangNo.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahwa Bank
Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan
kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank, dan mengenakan
sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam hal ini,
pengaturan dan. pengawasan bank mengacu pada Undang-Undang No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun
1998. Pengawasan terhadap bank oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dapat
bersifat pengawasan langsung atau pengawasan tidak langsung. Menurut penjelasan
ketentuan Pasal 27 Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahwa
yang dimaksud dengan pengawasan langsung adalah bentuk pemeriksaan yang disertai
dengan tindakan-tindakan perbaikan. Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan
tidak langsung meliputi; bentuk pengawasan dini melalui penelitian, analisis, dan
evaluasi laporan bank.Bentuk pengaturan dan pengawasan bank yang dapat dilakukan
oleh otoritas pengawasan, meliputi 4 kewenangan, yaitu sebagai berikut:
1. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu menetapkan tata cara
perizinan dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian izin oleh Bank
Indonesia, yang meliputi pemberian izin dan pen-cabutan izin usaha bank,
pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, pemberian
persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, dan pemberian izin pada
bank untuk men-jalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu menetapkan ketentuan
yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan untuk menciptakan
perbankan sehat, yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan
masyarakat.
3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu melakukan pengawasan
melalui pengawasan langsung (on-site supervision) dan pengawasan tidak
langsung (off-site supervision). Pengawasan langsung berupa pemeriksaan umum
dan pemeriksaan khusus untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan
dan memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta
mengetahui adanya praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan
kelangsungan usaha bank. Sedangkan pengawasan tidak langsung, yaitu
pengawasan melalui alat pemantauan, seperti laporan berkala yang disampaikan
bank, laporan hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya.
4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu
menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank
apabila bank tersebut kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini
mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas
perbankan yang sehat.
Berkaitan dengan tugas mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral berwenang:
a) Menetapkan peraturan perbankan termasuk ketentuan-ketentuan
perbankan yang mcmuat prinsip kehati-hatian;
b) Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha
tertentu dari bank, termasuk memberikan dan mencabut izin usaha bank,
memberikan izin pembukaan, penutupan dan pcmindahan kantor bank,
memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank,
memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu;
c) Melaksanakan pengawasan bank secara langsung dan tidak langsung melalui
penyampaian laporan, keterangan oleh bank serta hasil pemeriksaan terhadap
bank, secara berkala maupun setiap waktu jika diperlukan;
d) Menugaskan kepada pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia dalam
melaksanakan pemeriksaan. Pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan
wajib merahasiakan keterangan dan data yang diperoleh;
e) Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagianatau seluruh
kegiatan transaksi tertentu yang diduga atau dinilai Bank Indonesia
merupakan suatu tindakan pidana di bidang perbankan;
f) Melakukan tindakan tertentu sebagai akibat dari penilaian Bank
Indonesia terhadap suatu bank atas kegiatan yang dapat membahayakan
usaha bank tersebut dan/atau sistem perbankan secara keseluruhan;
g) Tugas mengawasi bank akan dilaksanakan oleh lembaga pengawas
sektor jasa keuangan yang independent, dan dibentuk dengan undang-
undang;
h) Mengatur dan mengembangkan sistem informasi antar bank. Sistem
Informasi dapat dilakukan sendiri oleh Bank Indonesia dan/atau oleh pihak
lain dengan persetujuan Bank Indonesia;
i) Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan;
Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, BI melaksanakan sistem pengawasannya
dengan menggunakan 2 pendekatan yakni pengawasan berdasarkan kepatuhan
(compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk based
supervision/RBS). Dengan adanya pendekatan RBS tersebut, bukan berarti
mengesampingkan pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan upaya untuk
menyempurnakan sistem pengawasan sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pengawasan perbankan. Secara bertahap, pendekatan pengawasan yang
diterapkan oleh BI akan beralih menjadi sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.
Dengan adanya pemisaha fungsi pengawaasan bank dari Bank Indonesia, dapat saja
berdampak pada kurang optimalnya peran Bank Indonesia dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pelaksana kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan stabilitas sistem
keuangan. Melalui pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan bank
untuk proaktif dalam melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang potensial
timbul di bank. Pada dasarnya otoritas pengawasan melakukan pengawasan dengan
mengkontrol aktivitas bank, memonitory solvency dan dengan memonitori likuiditas
B. PENGAWASAN BANK DARI OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
Pada perkembangannya pasca kejatuhan perekonomian khususnya sektor perbankan pada
krisis ekonomi, kemudian dibentuk OJK dengan harapan pengawasan terhadap lembaga
keuangan baik bank maupun bukan bank menjadi lebih baik. Konsep dibentuknya
lembaga pengawasan di Indonesia yang dipilih adalah otoritas penuh. Kewenagan
pengawasan terhadap perbankan, pasar modal, dan LKBB berada dalam satu lembaga,
sehinnga tiga otoritas pengawasan yaitu pasar modal, perbankan dan LKBB akan
bergabung menjadi satu otoritas yang bersifat independen. Artinya bank sentral hanya
memiliki kebijakan moneter tanpa berwenang melakukan pengawasan. . Apabila OJK
tetap dibentuk dan sistem pengawasan bank sudah menjadi kewenagan OJK sepenuhnya,
maka Bank Indonesia tetap memiliki keleluasaan mengakses data perbankan secara cepat
dan akurat dalam hal mendukung fungsi Bank Indonesia menjaga kestabilan mata uang
rupiah dan sebagai Lender of last resort ( sumber pemberi pinjaman terakhir) dalam
rangka menyelamatkan sistem keuangan. Berdasarkan hal tersebut maka kewenaganan
pengawasan sektorperbankan sebagai salah saatu sektor bidang jasa keuangan secara
otomatis beralih dari Bank Indonesia kepada OJK.
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan pada
Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegritas terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan. Secara umum dapat dikatakan bahwa Otoritas Jasa Keuangan ini
didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK untuk melakukan pengawasan secara
ketat terhadap lembaga keuangan seperti perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan
pembiayaan, dana pensiun dan asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk dengan
tujuan agar keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keungan dapat terselenggara secara
teratur, adil, transparan, akuntabel, daan mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa
keuangan.
Adapun tugas Otoritas Jasa Keuangan adalah berdasarkan pasal 6 UU 21 No. 21
Tahun2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan adalah melaksanakan pengaturan dan
pengawasan terhadap :
a. Kegiatan jasa keuangan disektor perbankan.
b. Kegiatan jasa keuangan disektor pasar modal; dan
c. Kegiatan jasa keuangan disektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
Pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK mempunyai wewenang sebagai berikut: 
 Kewenangan untuk  menetapkan tata cara perizinan (right to license) dan
pendirian suatu bank, meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank,
pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, pemberian
persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada
bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
 Kewenangan untuk menetapkan ketentuan (right to regulate) yang menyangkut
aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan sehat
guna memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat.
 Kewenangan untuk mengawasi meliputi:
1. pengawasan bank secara langsung (on-site supervision) terdiri dari
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat
kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk mengetahui
apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan
kelangsungan usaha bank; dan
2. pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yaitu pengawasan melalui
alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan
hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya.
 Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu
kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi
ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi
sesuai dengan asas perbankan yang sehat.
 Kewenangan untuk melakukan penyidikan (right to investigate), yaitu
kewenangan untuk melakukan penyidikan di Sektor Jasa Keuangan (SJK),
termasuk perbankan. Penyidikan dilakukan oleh penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia (RI) dan pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan OJK.
Hasil penyidikan disampaikan kepada Jaksa untuk dilakukan penuntutan.
 Kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen (right to protect), yaitu
kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen dalam bentuk pencegahan
kerugian Konsumen dan masyarakat, pelayanan pengaduan konsumen, dan
pembelaan hukum.
Berdasarkan kesamaan kewenangan antara BI dan OJK sebagaimana ditentukan di
atas, merupakan kombinasi kewenangan tugas mengatur dan mengawasi antara BI dan
OJK. Oleh sebab itu, dalam rangka menjalankan tugas dan kewenangan mengatur dan
mengawasi bank sebagaimana dimaksud di atas, dilakukan kedua lembaga ini melalui
koordinasi yang terintegrasi. Jika tidak dilakukan melalui koordinasi yang terintegrasi,
maka sinergi pembuatan pengaturan dan pengawasan bank antara BI dan OJK tidak akan
sinkron artinya pada suatu waktu bisa menimbulkan ketidaksesuaian substansi dalam
pengaturan dan menimbulkan benturan kepentingan dalam rangka pengawasan terhadap
bank. Pengawasan yang dilakukan OJK ini, diwajibkan dilakukan degan kualitas tinggi
agar dapat bertindak sebagai regulator yang efesien, dipercaya oleh banyak pihak yang
berpengalaman dalam menjalankan mandatnya serta tetap menerapkan prinsip koordinasi
dengan Bank Indonesia. Otoritas pengawas jasa keuaangan membutuhkan independensi
baik di pemerintahan maupun di industri yang diawasi sehingga tujuan Otoritas Jasa
Keuangan untuk memastkan keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel.

Anda mungkin juga menyukai