Kewenangan untuk menetapkan tata cara perizinan (right to license) dan pendirian suatu bank,
meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan
pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian
izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
Kewenangan untuk menetapkan ketentuan (right to regulate) yang menyangkut aspek usaha dan
kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan sehat guna memenuhi jasa perbankan yang
diinginkan masyarakat.
1. pengawasan bank secara langsung (on-site supervision) terdiri dari pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan untuk
memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk mengetahui apakah
terdapat praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank; dan
2. pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti
laporan berkala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya.
Sehubungan dengan itu terhadap Bank dimaksud perlu dilakukan langkah-langkah tertentu
seperti pengawasan intensif dan pengawasan khusus, agar sistem perbankan yang sehat
dapat tercipta secara efektif. Bagi Bank yang masih mempunyai prospek untuk menjadi
sehat perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan dan penyehatan atau bagi Bank yang
tidak mungkin lagi dapat disehatkan perlu dilakukan langkah-langkah penyelesaian. Oleh
karena itu perlu ditetapkan persyaratan dan kriteria yang jelas serta transparan mengenai
tingkat kesulitan Bank dalam kegiatan usahanya, serta langkah-langkah koordinasi dan
mekanisme yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi perbankan nasional.
Langkah-langkah koordinasi antara Bank Indonesia dengan BPPN dalam rangka
restrukturisasi perbankan nasional antara lain dituangkan dalam Kesepakatan Bersama
antara Gubernur Bank Indonesia dan Ketua BPPN.
Sesuai dengan program rekapitalisasi perbankan, maka pada akhir tahun 2001 perbankan
diwajibkan untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan
atau lebih besar dari 8% (delapan perseratus).
Dalam rangka menjalankan tugas pengawasan, Bank Indonesia menetapkan beberapa jenis
pengawasan yang didasarkan atas analisis terhadap kondisi suatu bank tertentu yaitu:
Dalam prakteknya, Bank Indonesia juga tetap mengawasi Bank Dalam Penyehatan (BDP),
dan memantau penyelesaian kewajiban dari Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU), serta Bank
Dalam Likuidasi (BDL) yang ditetapkan oleh peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
:: Pengawasan Normal
Pengawasan ini dilakukan terhadap Bank yang memenuhi kriteria tidak memiliki potensi
atau tidak membahayakan kelangsungan usahanya. Umumnya, frekuensi pengawasan dan
pemantauan kondisi Bank dilakukan secara normal sedangkan pemeriksaan terhadap jenis
Bank ini dilakukan secara berkala atau sekurang-kurangnya setahun sekali.
:: Pengawasan Intensif
Pengawasan intensif ini dilakukan Bank yang memenuhi yang memiliki potensi kesulitan
yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya. Langkah-langkah yang dilakukan
Bank Indonesia pada Bank dengan status Pengawasan Intensif, antara lain:
Bagi Bank dalam Pengawasan Intensif yang tidak menghasilkan perbaikan kondisi
keuangan dan manajerial dan berdasarkan analisis Bank Indonesia diketahui bahwa Bank
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai Bank yang memiliki kesulitan yang dapat
membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank tersebut selanjutnya ditetapkan
sebagai Bank dengan status Pengawasan Khusus. Disamping itu, apabila diperlukan,
intensitas pemeriksaan langsung pada Bank pada umumnya meningkat terutama dalam
rangka memantau perkembangan kinerja berdasarkan komitmen dan rencana perbaikan
yang disampaikan manajemen Bank kepada Bank Indonesia.
:: Pengawasan Khusus
1. Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk mengajukan rencana
perbaikan permodalan (capital restoration plan) secara tertulis kepada Bank Indonesia.
2. Memerintahkan Bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan perbaikan
(mandatory supervisory actions).
3. Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk melakukan tindakan
antara lain:
o mengganti dewan komisaris dan atau direksi Bank;
o menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
yang tergolong macet dan memperhitungkan kerugian Bank dengan modal Bank;
o melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;
o menjual Bank kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban Bank;
o menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan Bank kepada pihak
lain;
o menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban Bank kepada bank
atau pihak lain; dan atau
o membekukan kegiatan usaha tertentu Bank.
Adapun larangan dan pembatasan bagi Bank dalam Pengawasan Khusus, antara lain:
Selain tindakan perbaikan Bank yang diwajibkan tersebut, Bank Indonesia juga Bank yang
telah ditetapkan dengan status Bank dalam Pengawasan Khusus pada homepage Bank
Indonesia. Sebaliknya, dalam rangka keseimbangan informasi kepada publik, maka apabila
kondisi Bank membaik dan tidak terkategori sebagai Bank dalam Pengawasan Khusus,
maka Bank Indonesia juga akan mengumumkannya.
Jangka waktu Bank dengan status Pengawasan Khusus adalah paling lama tiga bulan bagi
Bank yang tidak terdaftar pada Pasar Modal atau enam bulan bagi Bank yang terdaftar pada
Pasar Modal (listed Banks). Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dan perpanjangan
dapat diberikan maksimal satu kali dan paling lama tiga bulan. Pertimbangan
perpanjangan tersebut terutama yang berkaitan dengan proses hukum yang diperlukan
antara lain perubahan anggaran dasar, pengalihan hak kepemilikan, proses perizinan, dan
proses kaji tuntas oleh investor baru (due diligence).
Pada umumnya frekuensi dan intensitas pengawasan dan pemeriksaan meningkat terutama
dalam rangka memantau perkembangan kinerja dan komitmen serta kewajiban Bank yang
diperintahkan oleh Bank Indonesia. Selanjutnya berdasarkan analisis dan pemantauan
dimaksud, apabila diketahui bahwa kondisi Bank semakin memburuk, maka terdapat dua
alternatif resolusi Bank dimaksud, yaitu Bank diserahkan kepada BPPN dengan status Bank
Dalan Penyehatan (BDP) atau Bank Beku Kegiatan Usaha.
Bank dapat ditetapkan dengan status Bank Dalam Penyehatan apabila Bank tersebut dinilai
masih memiliki potensi untuk dapat diperbaiki terutama dari aspek permodalan. Selama
proses penyehatan Bank oleh BPPN, komunikasi dan kerjasama antara Bank Indonesia
dengan BPPN intensif dilakukan terutama yang berkaitan dengan perkembangan indikator
utama kinerja Bank, antara lain kinerja permodalan, rasio likuiditas (Giro Wajib Minimum),
non-performing loan, ketentuan prudensial (BMPK, PDN, PPAP), dan indikasi pencapaian
rencana kerja. Apabila kondisi membaik dan program penyehatan telah selesai dilakukan
atau dinyatakan berhasil, maka status BDP dicabut dan Bank diserahkan kembali kepada
Bank Indonesia untuk dilakukan pengawasan yang diperlukan. Sebaliknya, apabila kondisi
Bank semakin memburuk, status BDP dapat berubah menjadi Bank Beku Kegiatan Usaha.
Bank ditetapkan dengan status Bank Beku Kegiatan Usaha apabila Bank memenuhi
persyaratan bahwa kondisi Bank menurun sangat tajam atau program penyehatan BPPN
atas Bank Dalam Penyehatan (BDP) tidak dapat diselesaikan oleh Bank dalam jangka waktu
yang disepakati atau berdasarkan pertimbangan BPPN, program penyehatan tidak dapat
dilaksanakan meskipun jangka waktu yang disepakati belum terlampaui. Selanjutnya dalam
hal BPPN telah selesai melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk penyelesaian
Bank dengan status BBKU, penyelesaian berikutnya dilakukan tahapan-tahapan pencabutan
izin usaha, pembubaran badan hukum, serta likuidasi Bank.