Anda di halaman 1dari 3

1.

Akad dan Produk Bank Syariah di setiap negara berbeda-beda, Sebutkan dan jelaskan bagaimana
akad Bank Syariah di Indonesia!

Jawab:

1. Prinsip simpanan murni (al-wadi'ah)


Prinsip simpanan murni merupakan produk dari bank Syariah untuk melayani
penyimpanan dari pihak yang kelebihan dana. Dalam perbankan konvensional produk ini
identik dengan giro.
2. Prinsip bagi hasil (syirkah)
Prinsip bagi hasil merupakan prinsip tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dengan pengelola dana. Bagi hasil ini bisa antara bank dengan pemilik
dana (nasabah penyimpan), maupun antara bank dengan pengguna dana (nasabah
debitur).
3. Prinsip jual beli (at-Tijarah)
Prinsip ini merupakan pengaturan tentang jual beli, dimana bank akan membeli
terlebih dahulu barang yang dibutuhkan nasabah, kemudian menjual barang tersebut pada
nasabah, dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin)
4. Prinsip sewa (al-Ijarah)
Sewa dalam operasionalnya dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu: ijarah dan bai
al takjiri. Ijarah merupakan prinsip sewa murni, sementara bai at takjiri merupakan
prinsip sewa beli, dimana pada akhir kontrak si penyewa mempunyai hak untuk membeli
barang yang di sewa.
5. Prinsip jasa (al-Ajr walumullah)
Prinsip ini merupakan seluruh layanan jasa non-pembiayaan, seperti bank garansi,
kliring, transfer, dan lain-lain.

Sumber BMP EKSI405 modul 4 hal.4.24

2. Jika terjadi kebangkrutan bank, bagaimana cara Bank Indonesia dan BPK dalam pengawasan
bank tersebut ?

Jawab :

Jika bank mengalami kebangkrutan maka Bank Indonesia dan BPK akan melakukan
pengawasan dengan pendekatan khusus, hal ini tertulis dalam ketentuan Bank Indonesia yaitu
Program restrukturisasi perbankan nasional telah dilaksanakan melalui langkah-langkah antara
lain pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), program penjaminan
Pemerintah, dan program rekapitalisasi perbankan. Dalam perkembangannya masih terdapat
Bank yang dinilai mengalami kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya dan
atau sistem perbankan nasional.
Sehubungan dengan itu terhadap Bank dimaksud perlu dilakukan langkah-langkah
tertentu seperti pengawasan intensif dan pengawasan khusus, agar sistem perbankan yang sehat
dapat tercipta secara efektif. Bagi Bank yang masih mempunyai prospek untuk menjadi sehat
perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan dan penyehatan atau bagi Bank yang tidak mungkin
lagi dapat disehatkan perlu dilakukan langkah-langkah penyelesaian. Oleh karena itu perlu
ditetapkan persyaratan dan kriteria yang jelas serta transparan mengenai tingkat kesulitan Bank
dalam kegiatan usahanya, serta langkah-langkah koordinasi dan mekanisme yang diperlukan
dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi perbankan nasional.

Pengawasan terhadap bank yang dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan


kelangsungan usahanya. Terhadap Bank dengan status Pengawasan Khusus ini maka beberapa
tindakan Bank Indonesia yang diambil, antara lain:

• Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk mengajukan rencana
perbaikan permodalan (capital restoration plan) secara tertulis kepada Bank Indonesia.
• Memerintahkan Bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan perbaikan
(mandatory supervisory actions).
• Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk melakukan tindakan antara
lain:
• mengganti dewan komisaris dan atau direksi Bank; menghapusbukukan kredit atau
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang tergolong macet dan memperhitungkan
kerugian Bank dengan modal Bank; melakukan merger atau konsolidasi dengan bank
lain; menjual Bank kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban
Bank; menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan Bank kepada pihak lain;
menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban Bank kepada bank atau pihak
lain; dan atau membekukan kegiatan usaha tertentu Bank.

Adapun larangan dan pembatasan bagi Bank dalam Pengawasan Khusus, antara lain:

• Bank dilarang melakukan pembayaran distribusi modal (pembagian deviden atau


pemberian bonus);
• Bank dilarang melakukan transaksi dengan pihak terkait atau pihak lain yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia;
• Bank dikenakan pembatasan pertumbuhan aset;
• Bank dilarang melakukan pembayaran terhadap pinjaman subordinasi;
• Bank dikenakan pembatasan kompensasi kepada pihak terkait;

Selain tindakan perbaikan Bank yang diwajibkan tersebut, Bank Indonesia juga Bank yang
telah ditetapkan dengan status Bank dalam Pengawasan Khusus pada homepage Bank Indonesia.
Sebaliknya, dalam rangka keseimbangan informasi kepada publik, maka apabila kondisi Bank
membaik dan tidak terkategori sebagai Bank dalam Pengawasan Khusus, maka Bank Indonesia
juga akan mengumumkannya.
Jangka waktu Bank dengan status Pengawasan Khusus adalah paling lama tiga bulan bagi
Bank yang tidak terdaftar pada Pasar Modal atau enam bulan bagi Bank yang terdaftar pada
Pasar Modal (listed Banks). Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dan perpanjangan dapat
diberikan maksimal satu kali dan paling lama tiga bulan. Pertimbangan perpanjangan tersebut
terutama yang berkaitan dengan proses hukum yang diperlukan antara lain perubahan anggaran
dasar, pengalihan hak kepemilikan, proses perizinan, dan proses kaji tuntas oleh investor baru
(due diligence).

Pada umumnya frekuensi dan intensitas pengawasan dan pemeriksaan meningkat terutama
dalam rangka memantau perkembangan kinerja dan komitmen serta kewajiban Bank yang
diperintahkan oleh Bank Indonesia. Selanjutnya berdasarkan analisis dan pemantauan dimaksud,
apabila diketahui bahwa kondisi Bank semakin memburuk, maka terdapat dua alternatif resolusi
Bank dimaksud, yaitu Bank diserahkan kepada BPPN dengan status Bank Dalan Penyehatan
(BDP) atau Bank Beku Kegiatan Usaha.

Referensi : https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-dalam-pengawasan-
khusus.aspx

3. Bagaimana prinsip operasional dan kerangka strategis Bank Pembangunan Islam atau yang biasa
dikenal dengan IDB?

Jawab:

Sesuai dengan tujuan dibentuknya IDB, yaitu untuk mendorong


pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial anggota-anggotanya serta
komunitas Islam, maka IDB memiliki prinsip operasional antara lain:

1. IDB menjadi khalifah (pelopor) pembangunan berdasarkan landasan islam;


2. IDB proaktif;
3. IDB selalu menjaga hubungan dan berusaha meningkatkan kerja sama;
4. IDB menjadikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat sebagai target sebelum
menyusunnya menjadi program;
5. IDB berkonsultasi dengan intens kepada setiap stakeholders dalam setiap program yang
diajukan.

Sumber BMP EKSI4205 Modul 9 KB 2 hal 9.22

Anda mungkin juga menyukai