Anda di halaman 1dari 4

MATA KULIAH BANK & LEMBAGA KEUANGAN NON

BANK EKSI4205 / 3 SKS / 9 MODUL 1-9 EDISI-4

PENULIS :
Drs.Sugiarto, M . Acc . MBA

PERTANYAAN DISKUSI SESI 3


Terima kasih untuk tidak mengcopy paste jawaban teman

Menurut saudara, bagaimana awal terbentuknya OJK dan bagaimana OJK mempertahankan
independensinya dalam pengawasan perbankan sedangkan Lembaga tersebut menerima iuran
dari perbankan?

Silahkan berdiskusi dan menanggapi diskusi temannya.

JAWABAN SOAL DISKUSI SESI 3


Selamat Malam,
Yth. Tutor Upi Niarti, S.AB., M.Ak.
Izin Menanggapi diskusi :

OJK( Otoritas Jasa Keuangan ) adalah Lembaga yang independent dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang
secara tegas diatur dalam undang-undang No.21 tahun 2011. OJK sebagai Lembaga
independent maksudnya Lembaga yang bertugas mengatur dan mengawasi Lembaga
keuangan bebas dari campur tangan pihak manapun kecuali untuk hal-hal yang disebutkan
secara tegas dalam UU OJK.

Wewenang OJK
1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank
2. Pengaturan dan pengawasan mengenai Kesehatan bank
3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank

Lembaga Penjamin Simpanan


Tujuan LPS adalah
• Untuk membangun system perbankan yang sehat dan stabil guna menunjang
terwujudnya perekonomian nasional yang stabil dan Tangguh
• Menyempurnakan system dan program penjaminan simpanan nasabah bank guna
mendukung system perbankan yang sehat dan stabil
• Membentuk Lembaga yang independent yang mampu melaksanakan program
penjaminan terhadap simpanan nasabah bank.
Sesuai dengan program rekapitalisasi perbankan, maka pada akhir tahun 2001 perbankan diwajibkan
untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan atau lebih besar dari 8%
(delapan perseratus).
Strategi Pengawasan oleh Bank Indonesia
Dalam rangka menjalankan tugas pengawasan, Bank Indonesia menetapkan beberapa jenis
pengawasan yang didasarkan atas analisis terhadap kondisi suatu bank tertentu yaitu:
Pengawasan Normal (Rutin)
Pengawasan Intensif (Intensive Supervision)
Pengawasan Khusus (Special Surveillance)
Dalam prakteknya, Bank Indonesia juga tetap mengawasi Bank Dalam Penyehatan (BDP), dan
memantau penyelesaian kewajiban dari Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU), serta Bank Dalam
Likuidasi (BDL) yang ditetapkan oleh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Pendekatan Pengawasan oleh Bank Indonesia
Dalam menjalankan strategi pengawasan tersebut di atas, pendekatan pengawasan yang dilakukan
terbagi atas dua jenis kegiatan yaitu pengawasan tidak langsung (off site supervision) dan pengawasan
langsung (on site examination). Secara ringkas, pengawasan tidak langsung merupakan tindakan
pengawasan dan analisis yang dilakukan berdasarkan laporan berkala (regulatory reports) yang
disampaikan oleh Bank, informasi dalam bentuk komunikasi lain serta informasi dari pihak lain.
Sementara itu, pengawasan langsung dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada Bank untuk
meneliti dan mengevaluasi tingkat kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku. Termasuk dalam
kedua jenis pendekatan pengawasan tersebut di atas analisis kondisi Bank, saat ini dan diwaktu yang
akan datang (forward looking).
Pengawasan Normal
Pengawasan ini dilakukan terhadap Bank yang memenuhi kriteria tidak memiliki potensi atau tidak
membahayakan kelangsungan usahanya. Umumnya, frekuensi pengawasan dan pemantauan kondisi
Bank dilakukan secara normal sedangkan pemeriksaan terhadap jenis Bank ini dilakukan secara
berkala atau sekurang-kurangnya setahun sekali.
Pengawasan Intensif
Pengawasan intensif ini dilakukan Bank yang memenuhi yang memiliki potensi kesulitan yang dapat
membahayakan kelangsungan usahanya. Langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia pada Bank
dengan status Pengawasan Intensif, antara lain:
1. Meminta Bank untuk melaporkan hal-hal tertentu kepada Bank Indonesia.
2. Melakukan peningkatan frekuensi pengkinian dan penilaian rencana kerja dengan
penyesuaian terhadap sasaran yang akan dicapai.
3. Meminta Bank untuk menyusun rencana tindakan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
4. Menempatkan pengawas dan atau pemeriksa Bank Indonesia pada Bank, apabila diperlukan.
Bagi Bank dalam Pengawasan Intensif yang tidak menghasilkan perbaikan kondisi keuangan dan
manajerial dan berdasarkan analisis Bank Indonesia diketahui bahwa Bank tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai Bank yang memiliki kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan
usahanya, maka Bank tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Bank dengan status Pengawasan
Khusus. Disamping itu, apabila diperlukan, intensitas pemeriksaan langsung pada Bank pada
umumnya meningkat terutama dalam rangka memantau perkembangan kinerja berdasarkan komitmen
dan rencana perbaikan yang disampaikan manajemen Bank kepada Bank Indonesia.
Pengawasan Khusus
Pengawasan terhadap bank yang dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya. Terhadap Bank dengan status Pengawasan Khusus ini maka beberapa tindakan Bank
Indonesia yang diambil, antara lain:
1. Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk mengajukan rencana perbaikan
permodalan (capital restoration plan) secara tertulis kepada Bank Indonesia.
2. Memerintahkan Bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan perbaikan (mandatory
supervisory actions).
3. Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk melakukan tindakan antara lain:

 mengganti dewan komisaris dan atau direksi Bank;

 menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang tergolong


macet dan memperhitungkan kerugian Bank dengan modal Bank;

 melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;

 menjual Bank kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban Bank;

 menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan Bank kepada pihak lain;

 menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban Bank kepada bank atau pihak lain;
dan atau

 membekukan kegiatan usaha tertentu Bank.


Adapun larangan dan pembatasan bagi Bank dalam Pengawasan Khusus, antara lain:
1. Bank dilarang melakukan pembayaran distribusi modal (pembagian deviden atau pemberian
bonus);
2. Bank dilarang melakukan transaksi dengan pihak terkait atau pihak lain yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia;
3. Bank dikenakan pembatasan pertumbuhan aset;
4. Bank dilarang melakukan pembayaran terhadap pinjaman subordinasi;
5. Bank dikenakan pembatasan kompensasi kepada pihak terkait;
Selain tindakan perbaikan Bank yang diwajibkan tersebut, Bank Indonesia juga Bank yang telah
ditetapkan dengan status Bank dalam Pengawasan Khusus pada homepage Bank Indonesia.
Sebaliknya, dalam rangka keseimbangan informasi kepada publik, maka apabila kondisi Bank
membaik dan tidak terkategori sebagai Bank dalam Pengawasan Khusus, maka Bank Indonesia juga
akan mengumumkannya.
Jangka waktu Bank dengan status Pengawasan Khusus adalah paling lama tiga bulan bagi Bank yang
tidak terdaftar pada Pasar Modal atau enam bulan bagi Bank yang terdaftar pada Pasar Modal (listed
Banks). Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dan perpanjangan dapat diberikan maksimal satu
kali dan paling lama tiga bulan. Pertimbangan perpanjangan tersebut terutama yang berkaitan dengan
proses hukum yang diperlukan antara lain perubahan anggaran dasar, pengalihan hak kepemilikan,
proses perizinan, dan proses kaji tuntas oleh investor baru (due diligence).
Pada umumnya frekuensi dan intensitas pengawasan dan pemeriksaan meningkat terutama dalam
rangka memantau perkembangan kinerja dan komitmen serta kewajiban Bank yang diperintahkan
oleh Bank Indonesia. Selanjutnya berdasarkan analisis dan pemantauan dimaksud, apabila diketahui
bahwa kondisi Bank semakin memburuk, maka terdapat dua alternatif resolusi Bank dimaksud, yaitu
Bank diserahkan kepada BPPN dengan status Bank Dalan Penyehatan (BDP) atau Bank Beku
Kegiatan Usaha.
Bank Dalam Penyehatan
Bank dapat ditetapkan dengan status Bank Dalam Penyehatan apabila Bank tersebut dinilai masih
memiliki potensi untuk dapat diperbaiki terutama dari aspek permodalan. Selama proses penyehatan
Bank oleh BPPN, komunikasi dan kerjasama antara Bank Indonesia dengan BPPN intensif dilakukan
terutama yang berkaitan dengan perkembangan indikator utama kinerja Bank, antara lain kinerja
permodalan, rasio likuiditas (Giro Wajib Minimum), non-performing loan, ketentuan prudensial
(BMPK, PDN, PPAP), dan indikasi pencapaian rencana kerja. Apabila kondisi membaik dan program
penyehatan telah selesai dilakukan atau dinyatakan berhasil, maka status BDP dicabut dan Bank
diserahkan kembali kepada Bank Indonesia untuk dilakukan pengawasan yang diperlukan.
Sebaliknya, apabila kondisi Bank semakin memburuk, status BDP dapat berubah menjadi Bank Beku
Kegiatan Usaha.
Bank Beku Kegiatan Usaha
Bank ditetapkan dengan status Bank Beku Kegiatan Usaha apabila Bank memenuhi persyaratan
bahwa kondisi Bank menurun sangat tajam atau program penyehatan BPPN atas Bank Dalam
Penyehatan (BDP) tidak dapat diselesaikan oleh Bank dalam jangka waktu yang disepakati atau
berdasarkan pertimbangan BPPN, program penyehatan tidak dapat dilaksanakan meskipun jangka
waktu yang disepakati belum terlampaui. Selanjutnya dalam hal BPPN telah selesai melaksanakan
langkah-langkah yang diperlukan untuk penyelesaian Bank dengan status BBKU, penyelesaian
berikutnya dilakukan tahapan-tahapan pencabutan izin usaha, pembubaran badan hukum, serta
likuidasi Bank.

Sekian Tanggapan Saya, mohon dikoreksi apabila ada kesalah dalam diskusi saya,

Sumber :
 BMP EKSI4205
 Materi Inisiasi 3
 https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-dalam-pengawasan-khusus.aspx
Terima Kasih

ABDUL HAPIZ 043948227

Anda mungkin juga menyukai