Anda di halaman 1dari 6

No.

Soal Skor
1 Akad dan Produk Bank Syariah di setiap negara berbeda-beda, Sebutkan dan jelaskan 20
bagaimana akad Bank Syariah di Indonesia!

2 Jika terjadi kebangkrutan bank, bagaimana cara Bank Indonesia dan BPK dalam pengawasan 40
bank tersebut ?
3 Bagaimana prinsip operasional dan kerangka strategis Bank Pembangunan Islam atau yang 40
biasa dikenal dengan IDB?

Skor Total 100

No 1
Akad dan Produk Bank Syariah di setiap negara berbeda-beda, Sebutkan dan jelaskan bagaimana akad Bank
Syariah di Indonesia!

Jawab :

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain bank Syariah murni, bank konvensional juga
dizinkan melakukan kegiatan usaha Syariah. Kegiatan ini disebut unit usaha Syariah. Dalam
Undangundang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pengertian Unit Usaha Syariah (UUS),
adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah
dan/atau unit syariah.

a. Prinsip al-wadi’ah
Berdasarkan karakteristiknya, prinsip al-wadi’ah dalam giro dan tabungan memiliki hukum yang sama
dengan qard, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai
peminjam. Dengan karakteristik ini, maka giro maupun tabungan dengan prinsip al-wadi’ah

b. Prinsip Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan
usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak, dengan nisbah keuntungan
yang sudah disepakati sebelumnya (Siamat, 2005). Produk penghimpunan dana dengan prinsip Al-
Mudharabah adalah berupa tabungan dan deposito berjangka. Dalam operasionalnya, prinsip Al-
Mudharabah dekategorikan dalam dua jenis, yaitu Mudharabah Mutlaqah dan Mudharabah Muqqayadah.

c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Berdasarkan karakter operasionalnya, prinsip bagi hasil bank Syariah dapat dikelompokkan dalam
beberapa golongan,

d. Prinsip Pinjam Berdasarkan Akad Al-Qard (Pinjaman Kebaikan)


Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad Al-Qard dalam bank Syariah pada umumnya dilakukan untuk
nasabah peminjam yang kurang mampu dan sangat memerlukan dana. Misalnya pinjaman yang ditujukan
untuk pengusaha kecil. Pada umumnya pinjaman tersebut tidak memberikan imbalan atau
tambahan pada saat mengembalikan, namun bank bisa mengenakan biaya administrasi yang relatif kecil,
dan bank juga bisa meminta jaminan. Oleh karena penyaluran dana ini bersifat khusus, maka biasanya
sumber dananya juga khusus, seperti sodaqoh, infak, ataupun zakat.
Sumber : EKSI4205/MODUL 4 4.

No 2
Jika terjadi kebangkrutan bank, bagaimana cara Bank Indonesia dan BPK dalam pengawasan bank tersebut ?

Jawab :
BANK DALAM PENGAWASAN KHUSUS (SPECIAL SURVEILLANCE)
Program restrukturisasi perbankan nasional telah dilaksanakan melalui langkah-langkah antara lain
pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), program penjaminan Pemerintah, dan
program rekapitalisasi perbankan. Dalam perkembangannya masih terdapat Bank yang dinilai mengalami
kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya dan atau sistem perbankan nasional.
Sehubungan dengan itu terhadap Bank dimaksud perlu dilakukan langkah-langkah tertentu seperti
pengawasan intensif dan pengawasan khusus, agar sistem perbankan yang sehat dapat tercipta secara
efektif. Bagi Bank yang masih mempunyai prospek untuk menjadi sehat perlu dilakukan langkah-langkah
perbaikan dan penyehatan atau bagi Bank yang tidak mungkin lagi dapat disehatkan perlu dilakukan
langkah-langkah penyelesaian. Oleh karena itu perlu ditetapkan persyaratan dan kriteria yang jelas serta
transparan mengenai tingkat kesulitan Bank dalam kegiatan usahanya, serta langkah-langkah koordinasi
dan mekanisme yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi perbankan nasional. Langkah-
langkah koordinasi antara Bank Indonesia dengan BPPN dalam rangka restrukturisasi perbankan nasional
antara lain dituangkan dalam Kesepakatan Bersama antara Gubernur Bank Indonesia dan Ketua BPPN.
Sesuai dengan program rekapitalisasi perbankan, maka pada akhir tahun 2001 perbankan diwajibkan
untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan atau lebih besar dari 8%
(delapan perseratus).
:: Strategi Pengawasan oleh Bank Indonesia
Dalam rangka menjalankan tugas pengawasan, Bank Indonesia menetapkan beberapa jenis pengawasan
yang didasarkan atas analisis terhadap kondisi suatu bank tertentu yaitu:
Pengawasan Normal (Rutin)
Pengawasan Intensif (Intensive Supervision)
Pengawasan Khusus (Special Surveillance)
Dalam prakteknya, Bank Indonesia juga tetap mengawasi Bank Dalam Penyehatan (BDP), dan memantau
penyelesaian kewajiban dari Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU), serta Bank Dalam Likuidasi (BDL) yang
ditetapkan oleh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
:: Pendekatan Pengawasan oleh Bank Indonesia
Dalam menjalankan strategi pengawasan tersebut di atas, pendekatan pengawasan yang dilakukan
terbagi atas dua jenis kegiatan yaitu pengawasan tidak langsung (off site supervision) dan pengawasan
langsung (on site examination). Secara ringkas, pengawasan tidak langsung merupakan tindakan
pengawasan dan analisis yang dilakukan berdasarkan laporan berkala (regulatory reports) yang
disampaikan oleh Bank, informasi dalam bentuk komunikasi lain serta informasi dari pihak lain. Sementara
itu, pengawasan langsung dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada Bank untuk meneliti dan
mengevaluasi tingkat kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku. Termasuk dalam kedua jenis
pendekatan pengawasan tersebut di atas analisis kondisi Bank, saat ini dan diwaktu yang akan datang
(forward looking).
:: Pengawasan Normal
Pengawasan ini dilakukan terhadap Bank yang memenuhi kriteria tidak memiliki potensi atau tidak
membahayakan kelangsungan usahanya. Umumnya, frekuensi pengawasan dan pemantauan kondisi
Bank dilakukan secara normal sedangkan pemeriksaan terhadap jenis Bank ini dilakukan secara berkala
atau sekurang-kurangnya setahun sekali.
:: Pengawasan Intensif
Pengawasan intensif ini dilakukan Bank yang memenuhi yang memiliki potensi kesulitan yang dapat
membahayakan kelangsungan usahanya. Langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia pada Bank
dengan status Pengawasan Intensif, antara lain:
Meminta Bank untuk melaporkan hal-hal tertentu kepada Bank Indonesia.
Melakukan peningkatan frekuensi pengkinian dan penilaian rencana kerja dengan penyesuaian terhadap
sasaran yang akan dicapai.
Meminta Bank untuk menyusun rencana tindakan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
Menempatkan pengawas dan atau pemeriksa Bank Indonesia pada Bank, apabila diperlukan.
Bagi Bank dalam Pengawasan Intensif yang tidak menghasilkan perbaikan kondisi keuangan dan
manajerial dan berdasarkan analisis Bank Indonesia diketahui bahwa Bank tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai Bank yang memiliki kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank
tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Bank dengan status Pengawasan Khusus. Disamping itu, apabila
diperlukan, intensitas pemeriksaan langsung pada Bank pada umumnya meningkat terutama dalam
rangka memantau perkembangan kinerja berdasarkan komitmen dan rencana perbaikan yang
disampaikan manajemen Bank kepada Bank Indonesia.
:: Pengawasan Khusus
Pengawasan terhadap bank yang dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya. Terhadap Bank dengan status Pengawasan Khusus ini maka beberapa tindakan Bank
Indonesia yang diambil, antara lain:
Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk mengajukan rencana perbaikan permodalan
(capital restoration plan) secara tertulis kepada Bank Indonesia.
Memerintahkan Bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan perbaikan (mandatory
supervisory actions).
Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk melakukan tindakan antara lain:
mengganti dewan komisaris dan atau direksi Bank;
menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang tergolong macet dan
memperhitungkan kerugian Bank dengan modal Bank;
melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;
menjual Bank kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban Bank;
menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan Bank kepada pihak lain;
menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban Bank kepada bank atau pihak lain; dan atau
membekukan kegiatan usaha tertentu Bank.
Adapun larangan dan pembatasan bagi Bank dalam Pengawasan Khusus, antara lain:
Bank dilarang melakukan pembayaran distribusi modal (pembagian deviden atau pemberian bonus);
Bank dilarang melakukan transaksi dengan pihak terkait atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia;
Bank dikenakan pembatasan pertumbuhan aset;
Bank dilarang melakukan pembayaran terhadap pinjaman subordinasi;
Bank dikenakan pembatasan kompensasi kepada pihak terkait;
Selain tindakan perbaikan Bank yang diwajibkan tersebut, Bank Indonesia juga Bank yang telah
ditetapkan dengan status Bank dalam Pengawasan Khusus pada homepage Bank Indonesia. Sebaliknya,
dalam rangka keseimbangan informasi kepada publik, maka apabila kondisi Bank membaik dan tidak
terkategori sebagai Bank dalam Pengawasan Khusus, maka Bank Indonesia juga akan
mengumumkannya.
Jangka waktu Bank dengan status Pengawasan Khusus adalah paling lama tiga bulan bagi Bank yang
tidak terdaftar pada Pasar Modal atau enam bulan bagi Bank yang terdaftar pada Pasar Modal (listed
Banks). Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dan perpanjangan dapat diberikan maksimal satu kali
dan paling lama tiga bulan. Pertimbangan perpanjangan tersebut terutama yang berkaitan dengan proses
hukum yang diperlukan antara lain perubahan anggaran dasar, pengalihan hak kepemilikan, proses
perizinan, dan proses kaji tuntas oleh investor baru (due diligence).
Pada umumnya frekuensi dan intensitas pengawasan dan pemeriksaan meningkat terutama dalam rangka
memantau perkembangan kinerja dan komitmen serta kewajiban Bank yang diperintahkan oleh Bank
Indonesia. Selanjutnya berdasarkan analisis dan pemantauan dimaksud, apabila diketahui bahwa kondisi
Bank semakin memburuk, maka terdapat dua alternatif resolusi Bank dimaksud, yaitu Bank diserahkan
kepada BPPN dengan status Bank Dalan Penyehatan (BDP) atau Bank Beku Kegiatan Usaha.
:: Bank Dalam Penyehatan
Bank dapat ditetapkan dengan status Bank Dalam Penyehatan apabila Bank tersebut dinilai masih
memiliki potensi untuk dapat diperbaiki terutama dari aspek permodalan. Selama proses penyehatan Bank
oleh BPPN, komunikasi dan kerjasama antara Bank Indonesia dengan BPPN intensif dilakukan terutama
yang berkaitan dengan perkembangan indikator utama kinerja Bank, antara lain kinerja permodalan, rasio
likuiditas (Giro Wajib Minimum), non-performing loan, ketentuan prudensial (BMPK, PDN, PPAP), dan
indikasi pencapaian rencana kerja. Apabila kondisi membaik dan program penyehatan telah selesai
dilakukan atau dinyatakan berhasil, maka status BDP dicabut dan Bank diserahkan kembali kepada Bank
Indonesia untuk dilakukan pengawasan yang diperlukan. Sebaliknya, apabila kondisi Bank semakin
memburuk, status BDP dapat berubah menjadi Bank Beku Kegiatan Usaha.
:: Bank Beku Kegiatan Usaha
Bank ditetapkan dengan status Bank Beku Kegiatan Usaha apabila Bank memenuhi persyaratan bahwa
kondisi Bank menurun sangat tajam atau program penyehatan BPPN atas Bank Dalam Penyehatan (BDP)
tidak dapat diselesaikan oleh Bank dalam jangka waktu yang disepakati atau berdasarkan pertimbangan
BPPN, program penyehatan tidak dapat dilaksanakan meskipun jangka waktu yang disepakati belum
terlampaui. Selanjutnya dalam hal BPPN telah selesai melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan
untuk penyelesaian Bank dengan status BBKU, penyelesaian berikutnya dilakukan tahapan-tahapan
pencabutan izin usaha, pembubaran badan hukum, serta likuidasi Bank.

No 3
Bagaimana prinsip operasional dan kerangka strategis Bank Pembangunan Islam atau yang biasa dikenal dengan
IDB?

Jawab :

C. PRINSIP OPERASIONAL DAN KERANGKA STRATEGIS IDB


Sesuai dengan tujuan dibentuknya IDB, yaitu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
sosial anggota-anggotanya serta komunitas Islam, maka IDB memiliki prinsip operasional antara lain:
1. IDB menjadi khalifah (pelopor) pembangunan berdasarkan landasan islam;
2. IDB proaktif;
3. IDB selalu menjaga hubungan dan berusaha meningkatkan kerja sama;
4. IDB menjadikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat sebagai target sebelum menyusunnya menjadi
program;
5. IDB berkonsultasi dengan intens kepada setiap stakeholders dalam setiap program yang diajukan.

Strategi utama dalam operasional IDB adalah mengoptimalkan pelaksanaan visi IDB dalam kurun waktu
sampai dengan 1440 H (2020). Hal ini dengan mengadopsi sembilan agenda yang merupakan arah
strategi utama IDB, yaitu:
1. reformasi IDB;
2. pemberantasan kemiskinan;
3. mempromosikan kesehatan;
4. mendorong pendidikan untuk semua;
5. menyejahterakan rakyat;
6. memperkuat persaudaraan Islam;
7. memperluas industri dan sistem keuangan Islam;
8. memfasilitasi hubungan antar negara anggota maupun dengan negara lainnya;
9. memperbaiki citra Islam.

Sementara, strategi tersebut maka fokus kerja sama IDB adalah:


1. pembangunan manusia;
2. pembangunan pertanian dan ketahanan pangan;
3. pembangunan infrastruktur;
4. kerjasama perdagangan antar negara anggota;
5. pembangunan sektor swasta;
6. kajian dan pengembangan di bidang ekonomi, perbankan dan keuangan
islam.

D. FUNGSI
Fungsi IDB adalah berpartisipasi dalam modal ekuitas dan pinjaman untuk proyek-proyek dan
perusahaan-perusahaan produktif, di samping menyediakan bantuan keuangan bagi negara anggota
dalam bentuk lain untuk pembangunan ekonomi dan sosial. IDB juga diharapkan untuk menyediakan dan
mengoperasikan dana khusus bagi tujuan-tujuan tertentu termasuk dana bantuan bagi komunitas muslim
di negara non anggota, di samping juga mengatur dana perwalian. IDB memiliki kewenangan untuk
menerima simpanan dan mengelola sumber daya keuangan secara Syariah. IDB juga dikenai kewajiban
untuk membantu promosi perdagangan internasional, terutama perdagangan barang modal antar negara-
negara anggota; menyediakan bantuan teknis bagi negaranegara anggota; dan memperluas fasilitas
pelatihan bagi personel-personel yang terlibat dalam aktivitas pembangunan di negara-negara muslim
untuk menerapkan sistem Syariah.
E. ENTITAS-ENTITAS DALAM IDB GROUP
Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, IDB memiliki lima
entitas pendukung, yang menjalankan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan,
misi, dan visi IDB. Kelima entitas itu meliputi:
1. Islamic Development Bank (IDB)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, IDB didirikan pada tahun 1975 dengan
tujuan mendorong pembangunan ekonomi dan perkembangan sosial negaranegara
anggotanya dan komunitas muslim di negara-negara bukan anggota
dengan menggunakan prinsip hukum Islam (Syariah).
2. Islamic Corporation for Insurance of Investments and Export Credits
(ICIEC)
ICIEC didirikan pada tahun 1415H (1994) dengan tujuan untuk
memperbesar cakupan transaksi perdagangan dan arus investasi di antara
negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). ICIEC
menawarkan layanan untuk eksportir, bank, dan investor diantaranya:
export credit insurance, investment insurance, reinsurance of operations.
3. Islamic Research and Training Institute (IRTI)
IRTI didirikan pada tahun 1981 (1401H) untuk membantu bank dalam
menjalankan fungsinya di bidang riset dan pelatihan. IRTI juga bertujuan
untuk melakukan penelitian dan menyediakan pelatihan dan layanan
informasi di negara-negara anggota dan masyarakat muslim di negaranegara
non-anggota, membantu dalam bidang ekonomi, baik dalam hal
keuangan maupun kegiatan perbankannya agar sesuai dengan prinsip
syariah serta mampu mempercepat pembangunan ekonomi dan
meningkatkan kerjasama di antara negara anggota maupun non-anggota.
4. Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD)
ICD ini didirikan pada bulan November 1999 (Rajab 1420H) sebagai
lembaga entitas independen di dalam IDB Group. Misi dari ICD adalah
untuk mengembangkan IDB melalui pengembangan dan promosi dari
sektor swasta, sebagai wahana bagi pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan di negara-negara anggota. Tujuan utama dari ICD adalah
untuk mengidentifikasi peluang investasi di sektor swasta di negara-negara
anggota sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi, untuk menyediakan
berbagai produk dan jasa keuangan berbasis syariah yang kompatibel serta
memperluas akses ke pasar modal Islam oleh perusahaan swasta di negaranegara
anggota.
5. International Islamic Trade Finance Corporation (ITFC)
ITFC dibentuk pada bulan Juni 2005 (Jumadil Awwal 1426 H). Tujuannya
adalah untuk mempromosikan perdagangan dinegara-negara anggota IDB
dengan memberikan pembiayaan perdagangan dan terlibat dalam kegiatankegiatan
yang memfasilitasi perdagangan intra dan perdagangan.

Sumber : EKSI4205/MODUL 9
1 dari 1

Anda mungkin juga menyukai