Anda di halaman 1dari 8

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/tentang-perbankan/Pages/Tugas.

aspx

Fungsi dan Tugas Pokok

Bidang Pengawasan Sektor Perbankan mempunyai fungsi penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi pada sektor perbankan.
Dalam melaksanakan fungsi Bidang Pengawasan Sektor Perbankan menyelenggarakan tugas
pokok:

● Melakukan penelitian dalam rangka mendukung pengaturan bank dan pengembangan sistem
pengawasan bank;
● Melakukan pengaturan bank dan industri perbankan;
● Menyusun sistem dan ketentuan pengawasan bank;
● Melakukan pembinaan, pengawasan, dan pemeriksaan bank;
● Melakukan penegakan hukum atas peraturan di bidang perbankan;
● Melakukan pemeriksaan khusus dan investigasi terhadap penyimpangan yang diduga mengandung
unsur pidana di bidang perbankan;
● Melaksanakan remedial dan resolusi bank yang memiliki kondisi tidak sehat sebagai tindak lanjut dari
hasil pengawasan bank yang normal; 
● Mengembangkan pengawasan perbankan;
● Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbankan; dan
● Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/tentang-perbankan/Pages/Struktur-Organisasi.aspx

Struktur Organisasi
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-Umum.aspx

BANK UMUM
Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank disebutkan sebagai badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan Usaha Bank Umum


Kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh Bank Umum:

● Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
● Memberikan kredit.
● Menerbitkan surat pengakuan utang.
● Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah
nasabahnya:
o Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama
daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
o Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari
kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
o Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.
o Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
o Obligasi.
o Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu (1) tahun.
o Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan satu (1) tahun
● Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
● Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
● Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan antar pihak
ketiga.
● Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
● Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.
● Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak
tercatat di bursa efek.
● Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.
● Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
● Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-
undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu Bank Umum dapat pula:

● Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
● Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di bidang keuangan, seperti sewa guna
usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
● Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, dan
● Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/ikhtisar-perbankan/Pages/Lembaga-Perbankan.aspx

Lembaga Perbankan

INSTITUSI PERBANKAN DI INDONESIA


Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. 
Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan
utama bank umum dan BPR adalah tidak dapat menerima simpanan berupa giro dan tidak dapat turut serta
dalam lalu lintas pembayaran, tidak dapat melakukan kegiatan bisnis dalam valas dan jangkauan kegiatan
operasional yang terbatas.

Definisi
● Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.
● Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan
berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.
● Bank Umum Konvensional (BUK) adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
● Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
● Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS).
● Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
● Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
● Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
● Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/ikhtisar-perbankan/Pages/Peraturan-dan-Pengawasan-
Perbankan.aspx

Peraturan dan Pengawasan Perbankan

PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK


Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank
Pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK meliputi wewenang sebagai berikut: 

● Kewenangan untuk  menetapkan tata cara perizinan (right to license) dan pendirian suatu bank,
meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan
pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian
izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

● Kewenangan untuk menetapkan ketentuan (right to regulate) yang menyangkut aspek usaha dan
kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan sehat guna memenuhi jasa perbankan yang
diinginkan masyarakat.

● Kewenangan untuk mengawasi meliputi:


1. pengawasan bank secara langsung (on-site supervision) terdiri dari pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan untuk
memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk mengetahui apakah
terdapat praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank; dan
2. pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti
laporan berkala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya.

● Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu kewenangan untuk


menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank apabila suatu bank
kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank
beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat.
● Kewenangan untuk melakukan penyidikan (right to investigate), yaitu kewenangan untuk
melakukan penyidikan di Sektor Jasa Keuangan (SJK), termasuk perbankan. Penyidikan dilakukan
oleh penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (RI) dan pejabat Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan OJK. Hasil penyidikan disampaikan kepada Jaksa untuk dilakukan penuntutan.
● Kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen (right to protect), yaitu kewenangan
untuk melakukan perlindungan konsumen dalam bentuk pencegahan kerugian Konsumen dan
masyarakat, pelayanan pengaduan konsumen, dan pembelaan hukum.

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/ikhtisar-perbankan/Pages/Arah-Kebijakan-Perbankan.aspx

ARAH KEBIJAKAN PERBANKAN


OJK menilai bahwa masih terdapat beberapa downside risk dan tantangan yang perlu dihadapi untuk dapat
merealisasikan momentum percepatan pertumbuhan ekonomi nasional, diantaranya:

● Tekanan terhadap current account defisit (CAD) nasional karena produksi dalam negeri yang belum
dapat mengimbangi laju kebutuhan masyarakat.
● Dampak normalisasi kebijakan moneter negara maju, termasuk tensi trade war Amerika Serikat dan
Tiongkok yang belum mencapai kesepakatan.
● Perkembangan geopolitik di beberapa kawasan dan pelemahan ekonomi beberapa negara emerging
market.
● Upaya pemerataan akses keuangan kepada kelompok masyarakat yang ada di pelosok daerah melalui
kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di daerah.
● Merebaknya pertumbuhan start up fintech yang harus diawasi melalui penegakan hukum yang
memadai bagi bisnis fintech dan keamanan konsumen.
● Pengembangan teknologi yang akan memicu revolusi industri menjadi lebih ke digitalisasi proses
hingga ke customer.
Tantangan tersebut akan dihadapi oleh seluruh sektor tak terkecuali sektor-sektor prioritas pemerintah. Untuk
memfasilitasi dan memberikan kemudahan dalam mendukung sektor-sektor prioritas pemerintah, OJK akan
fokus pada lima kebijakan dan inisiatif, antara lain :
1. MEMPERBESAR ALTERNATIF PEMBIAYAAN JANGKA MENENGAH DAN PANJANG BAGI
SEKTOR STRATEGIS DAN MELENGKAPI INFRASTRUKTUR PASAR KEUANGAN, diantaranya
melalui:

● Pemberian fasilitas dan insentif kepada calon emiten melalui Reksa Dana Penyertaan Terbatas
(RDPT), Efek Beragun Aset (EBA), Dana Investasi Real Estate (DIRE), Indonesia Goverment Bond
Futures (IGBF), Medium-Term-Notes (MTN), dan pengembangan produk investasi berbasis syariah,
di antaranya Sukuk Wakaf.
● Mendorong realisasi program keuangan berkelanjutan dan blended finance untuk proyek-proyek
ramah lingkungan dan sosial. 

2. MENDORONG PENINGKATAN KONTRIBUSI PEMBIAYAAN LEMBAGA JASA KEUANGAN


KEPADA SEKTOR PRIORITAS SERTA MENDORONG REALISASI PROGRAM KAWASAN
EKONOMI KHUSUS (KEK) PARIWISATA, diantaranya melalui:

● Pengembangan skema pembiayaan serta ekosistem pendukungnya, termasuk asuransi pariwisata.


● Dukungan pendampingan kepada pelaku UMKM dan mikro di sektor pariwisata.
● Pemberian dukungan percepatan peran Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dalam
mendorong ekspor.

3. MEMPERLUAS PENYEDIAAN AKSES KEUANGAN BAGI UMKM DAN MASYARAKAT KECIL DI


DAERAH TERPENCIL, diantaranya melalui : 

● Peningkatan kerja sama dengan instansi terkait dalam memfasilitasi penyaluran KUR (khususnya
skema klaster bagi UMKM di sektor pariwisata dan ekspor).
● Percepatan pembentukan BUMDes Center bekerja sama dengan Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
● Peningkatan akses keuangan melalui pemanfaatan teknologi, seperti perluasan Laku Pandai dalam
menjadi agen penyaluran kredit mikro daerah.
● Pengembangan dan pengoptimalan peran Perusahaan Efek di daerah, serta merevitalisasi peran Tim
Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) dan Satgas Waspada Investasi. 

4. MENDORONG INOVASI INDUSTRI JASA KEUANGAN DALAM MENGHADAPI DAN


MEMANFAATKAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0, antara lain dengan :

● Menyiapkan ekosistem yang memadai dan mendorong lembaga jasa keuangan melakukan digitalisasi
produk dan layanan dengan manajemen risiko yang memadai. 
● Memfasilitasi dan memonitor perkembangan start up fintech, melalui kerangka pengaturan yang
kondusif dalam mendorong inovasi dan memberi perlindungan kepada konsumen. 
● Meningkatkan literasi masyarakat terhadap fintech dan memperkuat penegakan hukum bagi start-up
fintech ilegal.

5. MENINGKATKAN DAYA SAING DAN DAYA TAHAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NASIONAL,
antara lain dengan :

● Memanfaatkan teknologi dalam proses bisnis, antara lain dalam pengawasan perbankan berbasis
teknologi dan perizinan yang lebih cepat. 
● Mendorong penguatan struktur perbankan dengan meningkatkan skala ekonomi dan daya saing serta
efisiensi perbankan melalui intensitas penggunaan teknologi informasi.
● Mendorong pemanfaatan platform sharing untuk meningkatkan penetrasi dan efisiensi industri
perbankan syariah.

Anda mungkin juga menyukai