Anda di halaman 1dari 6

Vol. 6 No. 2.

Des 2020 p-ISSN: 2476-910X


e- ISSN: 2621-8291

BAGAIMANA SISTEM BENTUK KERJASAMA OJK DAN LPS DALAM


HAL PENGAWASAN

Anggi Lupita Sari


Pendidikan Ekonomi , Universitas Indraprasta PGRI
email: anggi.lupita22@gmail.com

Abstrak. Sistem Kerjasama Antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dengan Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) Dalam Hal Pengawasan. LPS adalah suatu lembaga yang
independen, transparan dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam
melaksanakan pengawasan bank, OJK dan LPS bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
kerja sama dan koordinasi dalam rangka melaksanakan system pengawasan OJK dan LPS,
serta penyesuaian dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan
Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK), Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, dan
Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan.

Kata kunci: Lembaga Penjamin Simpanan , Sistem Pengawasan OJK dan LPS

Abstract Cooperation System between the Financial Services Authority (OJK) and the
Deposit Insurance Corporation (LPS) in terms of supervision. IDIC is an independent,
transparent and accountable institution in carrying out its duties and authorities. In carrying
out bank supervision, OJK and LPS aim to improve the effectiveness of cooperation and
coordination in implementing the OJK and LPS supervision system, as well as adjustments to
Law Number 9 of 2016 concerning Prevention and Handling of Financial System Crisis (UU
PPSKK), Service Authority Regulations Finance, and Deposit Insurance Corporation
Regulations.

Keyword : Deposit Insurance Corporation, OJK and LPS Supervision System

PENDAHULUAN dan hambatan-hambatan apa yang dihadapi LPS


Lembaga Penjamin Simpanan merupakan dalam melaksanakan pemeriksaan bank.
lembaga yang independen, yang berfungsi untuk
menjamin simpanan nasabah penyimpan dan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem pemahaman secara umum tentang prosedur
perbankan. Ditetapkannya Undang-undang No. pelaksanaan pemeriksaan bank yang dilakukan
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, oleh LPS dalam menjalankan fungsinya serta
maka terhitung mulai 31 Desember 2013, tugas nemberikan gambaran atas hambatan-hambatan
pengaturan dan pengawasan perbankan LPS dalam melaksanakan pemeriksaan bank.
dialihkan dari BI kepada OJK. Dalam Undang- Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Undang tersebut, LPS diberikan wewenang data sekunder yaitu dengan
untuk melakukan pemeriksaan bank dengan mengumpulkan,mempelajari, dan menelaah data
berkoordinasi dengan OJK. Pemberian dengan menggunakan literatur-literatur seperti
wewenang yang melekat pada undang-undang perundang-undangan, buku-buku serta makalah-
institusi lain, menimbulkan dugaan terkait makalh di bidang hukum perbankan.
bagaimana proses pelaksanaan pemeriksaan
bank oleh LPS berdasarkan UU OJK tersebut
Jurnal Bisnis Kolega 1
Vol. 6 No. 2. Des 2020 p-ISSN: 2476-910X
e- ISSN: 2621-8291

LPS Turut Berperan Aktif Menjaga Dalam menjalankan strategi


Stabilitas Sistem Keuangan LPS bersama pengawasan tersebut di atas, pendekatan
dengan anggota Komite Stabilitas Sistem pengawasan yang dilakukan terbagi atas dua
Keuangan (KSSK) yang terdiri dari jenis kegiatan yaitu pengawasan tidak
Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan langsung (off site supervision) dan
Otoritas Jasa Keuangan selalu bersinergi dan pengawasan langsung (on site examination).
bekerja keras dalam menjaga stabilitas sistem Secara ringkas, pengawasan tidak langsung
keuangan nasional yang mengalami disrupsi merupakan tindakan pengawasan dan analisis
dampak pandemi. Dan, melalui berbagai yang dilakukan berdasarkan laporan berkala
kebijakan strategis yang dikeluarkan, pada (regulatory reports) yang disampaikan oleh
akhirnya stabilitas sistem keuangan dan juga Bank, informasi dalam bentuk komunikasi lain
perbankan nasional dapat terjaga hingga saat ini. serta informasi dari pihak lain. Sementara itu,
pengawasan langsung dilakukan dengan cara
II. TINJAUAN PUSTAKA melakukan pemeriksaan pada Bank untuk
LPS bersama dengan anggota Komite meneliti dan mengevaluasi tingkat kepatuhan
Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang Bank terhadap ketentuan yang berlaku.
terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Termasuk dalam kedua jenis pendekatan
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan selalu pengawasan tersebut di atas analisis kondisi
bersinergi dan bekerja keras dalam menjaga Bank, saat ini dan diwaktu yang akan datang
stabilitas sistem keuangan nasional yang (forward looking).
mengalami disrupsi dampak pandemi. Dan,
melalui berbagai kebijakan strategis yang :: Pengawasan Normal
dikeluarkan, pada akhirnya stabilitas sistem
keuangan dan juga perbankan nasional dapat Pengawasan ini dilakukan terhadap
terjaga hingga saat ini. Bank yang memenuhi kriteria tidak memiliki
potensi atau tidak membahayakan
III. METODE PENELITIAN kelangsungan usahanya. Umumnya, frekuensi
Strategi Pengawasan oleh Bank Indonesia pengawasan dan pemantauan kondisi Bank
Dalam rangka menjalankan tugas dilakukan secara normal sedangkan
pengawasan, Bank Indonesia menetapkan pemeriksaan terhadap jenis Bank ini
beberapa jenis pengawasan yang didasarkan dilakukan secara berkala atau sekurang-
atas analisis terhadap kondisi suatu bank kurangnya setahun sekali.
tertentu yaitu:
 Pengawasan Normal (Rutin) :: Pengawasan Intensif
 Pengawasan Intensif (Intensive
Supervision) Pengawasan intensif ini dilakukan Bank
 Pengawasan Khusus (Special yang memenuhi yang memiliki potensi
Surveillance) kesulitan yang dapat membahayakan
Dalam prakteknya, Bank Indonesia kelangsungan usahanya. Langkah-langkah
juga tetap mengawasi Bank Dalam Penyehatan yang dilakukan Bank Indonesia pada Bank
(BDP), dan memantau penyelesaian kewajiban dengan status Pengawasan Intensif, antara
dari Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU), lain:
serta Bank Dalam Likuidasi (BDL) yang
ditetapkan oleh peraturan dan perundang-  Meminta Bank untuk melaporkan hal-
undangan yang berlaku. hal tertentu kepada Bank Indonesia.
 Melakukan peningkatan frekuensi
:: Pendekatan Pengawasan oleh Bank pengkinian dan penilaian rencana kerja
Indonesia dengan penyesuaian terhadap sasaran
yang akan dicapai.

Jurnal Bisnis Kolega 2


Vol. 6 No. 2. Des 2020 p-ISSN: 2476-910X
e- ISSN: 2621-8291

 Meminta Bank untuk menyusun  melakukan merger atau konsolidasi


rencana tindakan sesuai dengan dengan bank lain;
permasalahan yang dihadapi.  menjual Bank kepada pembeli yang
 Menempatkan pengawas dan atau bersedia mengambil alih seluruh
pemeriksa Bank Indonesia pada Bank, kewajiban Bank;
apabila diperlukan.  menyerahkan pengelolaan seluruh atau
Bagi Bank dalam Pengawasan Intensif sebagian kegiatan Bank kepada pihak lain;
yang tidak menghasilkan perbaikan kondisi  menjual sebagian atau seluruh harta dan
keuangan dan manajerial dan berdasarkan atau kewajiban Bank kepada bank atau
analisis Bank Indonesia diketahui bahwa Bank pihak lain; dan atau
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai Bank  membekukan kegiatan usaha tertentu
yang memiliki kesulitan yang dapat Bank.
membahayakan kelangsungan usahanya, maka Adapun larangan dan pembatasan bagi
Bank tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Bank dalam Pengawasan Khusus, antara lain:
Bank dengan status Pengawasan Khusus.  Bank dilarang melakukan pembayaran
Disamping itu, apabila diperlukan, intensitas distribusi modal (pembagian deviden
pemeriksaan langsung pada Bank pada atau pemberian bonus);
umumnya meningkat terutama dalam rangka  Bank dilarang melakukan transaksi
memantau perkembangan kinerja berdasarkan dengan pihak terkait atau pihak lain
komitmen dan rencana perbaikan yang yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
disampaikan manajemen Bank kepada Bank  Bank dikenakan pembatasan
Indonesia. pertumbuhan aset;
 Bank dilarang melakukan pembayaran
:: Pengawasan Khusus terhadap pinjaman subordinasi;
 Bank dikenakan pembatasan
 Pengawasan terhadap bank yang dinilai kompensasi kepada pihak terkait;
mengalami kesulitan yang membahayakan Selain tindakan perbaikan Bank yang
kelangsungan usahanya. Terhadap Bank diwajibkan tersebut, Bank Indonesia juga
dengan status Pengawasan Khusus ini maka Bank yang telah ditetapkan dengan status
beberapa tindakan Bank Indonesia yang Bank dalam Pengawasan Khusus pada
diambil, antara lain: homepage Bank Indonesia. Sebaliknya,
 Memerintahkan Bank dan atau pemegang dalam rangka keseimbangan informasi
saham Bank untuk mengajukan rencana kepada publik, maka apabila kondisi Bank
perbaikan permodalan (capital restoration membaik dan tidak terkategori sebagai Bank
plan) secara tertulis kepada Bank dalam Pengawasan Khusus, maka Bank
Indonesia. Indonesia juga akan mengumumkannya.
 Memerintahkan Bank untuk memenuhi
kewajiban melaksanakan tindakan Jangka waktu Bank dengan status
perbaikan (mandatory supervisory Pengawasan Khusus adalah paling lama tiga
actions). bulan bagi Bank yang tidak terdaftar pada
 Memerintahkan Bank dan atau pemegang Pasar Modal atau enam bulan bagi Bank yang
saham Bank untuk melakukan tindakan terdaftar pada Pasar Modal (listed Banks).
antara lain: Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dan
 mengganti dewan komisaris dan atau perpanjangan dapat diberikan maksimal satu
direksi Bank; kali dan paling lama tiga bulan. Pertimbangan
 menghapusbukukan kredit atau perpanjangan tersebut terutama yang
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah berkaitan dengan proses hukum yang
yang tergolong macet dan diperlukan antara lain perubahan anggaran
memperhitungkan kerugian Bank dengan dasar, pengalihan hak kepemilikan, proses
modal Bank; perizinan, dan proses kaji tuntas oleh investor
baru (due diligence).
Jurnal Bisnis Kolega 3
Vol. 6 No. 2. Des 2020 p-ISSN: 2476-910X
e- ISSN: 2621-8291

Selanjutnya dalam hal BPPN telah selesai


Pada umumnya frekuensi dan intensitas melaksanakan langkah-langkah yang
pengawasan dan pemeriksaan meningkat diperlukan untuk penyelesaian Bank
terutama dalam rangka memantau dengan status BBKU, penyelesaian berikutnya
perkembangan kinerja dan komitmen serta dilakukan tahapan-tahapan pencabutan izin
kewajiban Bank yang diperintahkan oleh usaha, pembubaran badan hukum, serta
Bank Indonesia. Selanjutnya berdasarkan likuidasi Bank.
analisis dan pemantauan dimaksud, apabila
diketahui bahwa kondisi Bank semakin IV. HASIL PENELITIAN DAN
memburuk, maka terdapat dua alternatif PEMBAHASAN
resolusi Bank dimaksud, yaitu Bank Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana
diserahkan kepada BPPN dengan status Bank dimaksud dalam ketentuan
Dalan Penyehatan (BDP) atau Bank Beku Pasal 55 UU No. 21 Tahun 2011, disahkan
Kegiatan Usaha. pada tanggal 22 November
2011 tugas pengawasan OJK dititik
:: Bank Dalam Penyehatan beratkan kepada pengawasan (kontrol)
terhadap kegiatan jasa keuangan,
Bank dapat ditetapkan dengan status Bank pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
Dalam Penyehatan apabila Bank tersebut konsumen dan menetapkan sanksi
dinilai masih memiliki potensi untuk dapat administratif terhadap pihak yang
diperbaiki terutama dari aspek permodalan. melakukan pelanggaran terhadap peraturan
Selama proses penyehatan Bank oleh BPPN, perundang-undangan. Otoritas Jasa
komunikasi dan kerjasama antara Bank Keuangan dalam melaksanakan tugasnya
Indonesia dengan BPPN intensif dilakukan berkoordinasi dan bekerjasama dengan
terutama yang berkaitan dengan Bank Indonesia. Koordinasi kedua lembaga
perkembangan indikator utama kinerja Bank, diwujudkan dalam beberapa hal yaitu OJK
antara lain kinerja permodalan, rasio likuiditas berkoordinasi dengan LPS dalam
(Giro Wajib Minimum), non-performing loan, pembuatan peraturan berkoordinasi dengan
ketentuan prudensial (BMPK, PDN, PPAP), OJK. OJK juga menjaga koordinasi dengan
dan indikasi pencapaian rencana kerja. Apabila Sistem pengawasan yang dilakukan oleh
kondisi membaik dan program penyehatan OJK adalah system pengawasan
telah selesai dilakukan atau dinyatakan terintegrasi, artinya seluruh kegiatan di
berhasil, maka status BDP dicabut dan Bank sektor jasa keuangan yang dilakukan oleh
diserahkan kembali kepada Bank Indonesia lembaga keuangan tunduk pada sistem
untuk dilakukan pengawasan yang diperlukan. pengawasan OJK. Dengan tujuan mencegah
Sebaliknya, apabila kondisi Bank semakin terjadinya krisis pada suatu lembaga
memburuk, status BDP dapat berubah menjadi keuangan yang dapat menyebabkan
Bank Beku Kegiatan Usaha. kerugian bagi nasabah atau investor sebagai
konsumen di sektor jasa keuangan.
:: Bank Beku Kegiatan Usaha
V. KESIMPULAN
Bank ditetapkan dengan status Bank Beku Berdasarkan penelitian yang telah
Kegiatan Usaha apabila Bank memenuhi dilakukan serta hasil analisa yang diperoleh
persyaratan bahwa kondisi Bank menurun Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga baru
sangat tajam atau program penyehatan BPPN yang didirikan berdasarkan Undang-Undang
atas Bank Dalam Penyehatan (BDP) tidak Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Jasa
dapat diselesaikan oleh Bank dalam jangka Keuangan yang berfungsi menyelenggarakan
waktu yang disepakati atau berdasarkan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap
pertimbangan BPPN, program penyehatan keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
tidak dapat dilaksanakan meskipun jangka keuangan secara terpadu. Otoritas Jasa
waktu yang disepakati belum terlampaui. Keuangan dibentuk dengan tujuan agar
Jurnal Bisnis Kolega 4
Vol. 6 No. 2. Des 2020 p-ISSN: 2476-910X
e- ISSN: 2621-8291

keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa bentuk peraturan Otoritas Jasa Keuangan
keuangan terselenggara secara teratur, adil, maupun Peraturan Dewan Komisioner.
transparan, dan akuntabel; mampu Sedangkan dalam melaksanakan tugas
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh pengawasan, wewenang Otoritas Jasa
secara berkelanjutan dan stabil; dan mampu Keuangan adalah melakukan pengawasan,
melindungi kepentingan konsumen dan pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan perlu konsumen, dan tindakan lain terhadap
memiliki berbagai kewenangan, baik dalam Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, atau
rangka pengaturan maupun pengawasan penunjang kegiatan jasa keuangan
sektor jasa keuangan. Kewenangan di bidang sebagaimana dimaksud dalam peraturan
pengaturan diperlukan dalam perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
mengimplementasikan berbagai ketentuan Untuk mencapai tujuannya, OJK perlu dan
baik yang diatur dalam UU Otoritas Jasa harus membangun sistem koordinasi yang
Keuangan maupun UU di sektor jasa kuat dengan Bank Indonesia, Kementrian
keuangan lainnya, yang ditetapkan dalam Keuangan, dan Lembaga Penjamin .
Simpanan. Pembentukan OJK di Indonesia di Jerman adalah yang sifatnya independen.
tidak terlepas dari otoritas serupa di beberapa Oleh karena sifatnya independen dari
negara lain, seperti Inggris, Jepang, Jerman, pemerintah, maka anggaran BaFin didapat
Korea dan Singapura. Sistem pengawasan dari pungutan terhadap industri jasa
yang dilakukan Indonesia dan negaranegara keuangan yang diawasinya. Otoritas
tersebut sama yaitu sistem pengawasan pengawas jasa keuangan di Korea Selatan
terpadu.Selain itu, tujuan pembentukan, Financial Service Commission yang
tugas, dan wewenang lembaga pengawas bertanggung jawab terhadap perdana menteri.
yang tidak jauh berbeda dengan tujuan utama Sama dengan OJK, sumber anggaran FSC
menjaga stabilitas sistem keuangan dan berasal dari negara dan pungutan terhadap
perlindungan konsumen. Otoritas pengawas industri jasa keuangan. Berbeda dengan OJK
jasa keuangan di Inggris adalah Financial dan otoritas pengawas jasa keuangan di
Services Authority yang sifatnya independen keempat negara sebelumnya, otoritas
dari pemerintah. Perbedaannya dengan OJK pengawas jasa keuangan di Singapura adalah
adalah anggaran FSA hanya berasal dari Monetary Authority of Singapore. Selain
pungutan terhadap industri jasa keuangan bertugas untuk mengawasi industri keuangan,
yang diawasinya. Otoritas pengawas jasa MAS juga bertugas untuk menerbitkan mata
keuangan di Jepang adalah Financial Service uang. Selain itu, sumber anggaran MAS
Agency. Berbeda dengan OJK, FSA di berasal dari hasil kegiatan investasinya
Jepang merupakan bagian dari kementerian sendiri yang modalnya berasal dari negara.
keuangan dan anggarannya hanya berasal
dari negara. Otoritas pengawas jasa keuangan
menangani industri keuangan syari’ah. Hal
VI. SARAN ini karena
1. Agar tidak terjadi benturan antara Bank banyaknya lembaga jasa keuangan, seperti
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam bank, pasar modal, hingga lembaga keuangan
pelaksanaan pengawasan terhadap industri nonbank yang berbentuk syariah. Komite ini
perbankan, maka perlulah adanya kejelasan diperlukan tak hanya untuk mengawasi,
mengenai pembagian tugas, wewenang, dan tetapi juga untuk mengembangkan industri
koordinasi antara Bank Indonesia dengan keuangan syariah yang memiliki potensi
OJK dalam pengawasan industri perbankan. yang
Untuk itu, diperlukan adanya revisi dari cukup besar.
Undang-undang Bank Indonesia mengenai 2. Berkaca dari negara lain, sistem koordinasi
fungsi pengawasannya yangtelah dialihkan antara OJK, BI, dan Kementrian Keuangan
kepada OJK. Selain itu perlunya merupakan kunci berhasil tidaknya system
pembentukan sebuah komite yang nantinya pengawasan jasa keuangan di Indonesia. Jika
Jurnal Bisnis Kolega 5
Vol. 6 No. 2. Des 2020 p-ISSN: 2476-910X
e- ISSN: 2621-8291

koordinasi antar Lembaga tersebut lemah, independen, adil, transparan, akuntabilitas,


maka tidak menutup kemungkinan kondisi dan tanggung jawab agar tujuan
yang dialami Inggris bisa terjadi di pembentukan OJK sendiri dapat terwujud.
Indonesia. Selain itu, OJK sendiri harus

DAFTAR PUSTAKA

2017, E. K. ( 2017). Tentang Otoritas Jasa Keuangan , 19.

LEMBAGA PINJAMAN SIMPANAN . (n.d.). LPS Turut Berperan Aktif Menjaga Stabilitas

Sistem Keuangan, 5.

Prabowo, A. (2020). SIARAN PERS. OJK DAN LPS PERBARUI KERJASAMA OPTIMALKAN

PENANGANAN BANK, 5.

Prabowo, A. (n.d.). BANK DALAM PENGAWASAN KHUSUS (SPECIAL

SURVEILLANCE). OTORITAS JASA KEUANGAN , 1-7.

Windiantina, W. W. (2015). Sistem Koordinasi antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Jurnal Cita Hukum, 22-23.

Jurnal Bisnis Kolega 6

Anda mungkin juga menyukai