Anda di halaman 1dari 2

Dasar pengaturan kesehatan bank adalah UU No 7 Tahun 1992 diperbaharui dengan UU

No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pengaturan tentang kesehatan perbankan dalam UU
ini tertuang dalam Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi: Bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank,
dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Selanjutnya
peraturan tersebut diturunkan dalam peraturan teknis berupa Peraturan Bank Indonesia,
yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Namun karena adanya perubahan kompleksitas usaha dan profil
risiko, penerapan pengawasan secara konsolidasi, serta perubahan pendekatan penilaian
kondisi bank yang diterapkan secara internasional memengaruhi pendekatan penilaian
tingkat kesehatan bank maka dilakukan perubahan penilaian kesehatan bank dengan
memperbaharui peraturan tersebut menjadi PBI No 13/1/PBI/2011 Peraturan ini mulai
berlaku efektif pada Januari 2012.

Setelah berdirinya Otoritas Jasa Keuangan, peraturan Bank Indonesia tentang Penilaian
Kesehatan Bank tersebut digantikan oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.4/POJK 03/2016 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum Dengan adanya peraturan
baru ini maka PBI No. 13/1/PBI/2011 dicabut. Namun Peraturan pelaksanaan yang tidak
bertentangan dengan POJK No. 4 Tahun 2016 dinyatakan tetap berlaku. Berikut pokok-
pokok yang diatur dalam pengawasan penilaian kesehatan Bank sesuai POJK No.4 tahun
2016 sebagai berikut :
a. Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank baik secara individual maupun
konsolidasi dengan menggunakan pendekatan resiko.
b. Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank terdiri dari : profil resiko, good corporate
govermance, rehabilitas dan permodalan.
c. Bank wajib melakukan penilaian sendiri tingkat kesehatan Bank dan hasil self assessment
tingkat kesehatan bank yang telah mendapat persetujuan dari direksi wajib wajib
disampaikan kepada dewan komisaris.
d. Periode penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan paling kurang setiap semester serta
dilakukan pengkinian sewaktu-waktu apabila diperlukan.
e. Apabila dari hasil identifikasi dan penilaian Bank Indonesia ditemukan permasalahan yang
signifikan mempengaruhi operasional dan kelangsungan usaha bank, maka Bank Indonesia
berwenang menurunkan peringkat komposit tingkat kesehatan bank.

Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank meliputi:


1. Likuiditas, rentabilitas, solvabiliitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank.
2. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank.
3. Sistem informasi debitur.
4. Pengujian kredit (credit testing).
5. Standar akuntansi bank.

Ada dua kepentingan mengapa kesehatan bank perlu dijaga, yaitu:

 Menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank;


 Sebagai indikator bagi Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas perbankan di
Indonesia untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang
dihadapi bank serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau
permasalahan bank, baik berupa corrective action oleh Bank maupun supervisory
action.

Sumber referensi:

BMP EKSI4205

Anda mungkin juga menyukai