Anda di halaman 1dari 1

Dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK berfungsi

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan


kegiatan di dalam sektor OJK.

Dasar pengaturan kesehatan bank adalah UU No.7 Tahun 1992 yang diperbarui dengan UU No.10
Tahun 1998 tentang Perbankan. Pengatuaran tentang kesehatan perbankan dalam UU ini tertuang
dalam Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi " Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas,
dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian".

Peraturan tersebut diturunkan dalam peraturan teknis berupa peraturan bank Indonesia, yaitu
peraturan bank indonesia nomor 6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank
umum. namun karena adanya perubahan kompleksitas usaha dan profil resiko maka dilakukan
perubahan penilaian kesehatan bank dengan memperbaharui peraturan menjadi PBI
No.13/1/PBI/2011 yang berlaku efektif pada januari 2012. tetapi setelah berdirinya OJK peraturan
itu dicabut digantikan oleh peraturan OJK No.4/POJK.03/2016 namun peraturan pelaksanaan yang
tidak bertentangan dinyatakan masih berlaku.

Pokok-Pokok yang diatur dalam pengawasan Kesehatan bank sesuai PJOK No.4 Tahun 2016 yaitu
sebagai berikut:

1. Bank (termasuk kantor cabang bank asing) wajib melakukan penilaian tingkat Kesehatan bank baik
secara individual maupun konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko.

2. Faktor-faktor penilaian tingkat Kesehatan bank terdiri dari; profil risiko (risk profile), Good
Corporate Governance (GCG), rentabilitas (earnings) dan permodalan (capital).

3. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) tingkat Kesehatan bank dan hasil self
assessment tingkat Kesehatan bank yang telah mendapat perstujuan dari direksi wajib disampaikan
kepada dewan komisaris. Selanjutnya, hasil self assessment dimaksud wajib disampaikan kepada
Bank Indonesia.

4. Periode penilaian tingkat Kesehatan bank dilakukan paling kurang setiap semester (untuk posisi
akhir bulan Juni dan Desember) serta dilakukan pengkinian sewaktu—waktu apabila diperlukan.

5. Apabila dari hasil identifikasi dan penilaian Bank Indonesia ditemukan permasalahan atau
pelanggaran yang secara signifikan mempengaruhi operasional dan/atau kelangsungan usaha bank
maka Bank Indonesia berwenang menurunkan peringkat komposit tingkat Kesehatan bank.

Referensi :

EKSI4205/MODUL 5 HAL 5.5 - 5.7

Anda mungkin juga menyukai