Disusun Oleh
Kelompok IV:
2023/2024
BAB I
PEMBAHASAN
Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari
modal sendir.
Sesuai Lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31
Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional perihal setiap penilaian tingkat kesehatan bank umum. Penilaian tingkat
kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS, yang terdiri
dari :
2) Komposisi permodalan.
7) Akses kepada sumber permodalan. Indikator pendukung seperti Laba per saham
atau rasio harga terhadap saham dan tingkat pemesanan saham.
8) Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan permodalan bank.
Indikator pendukung seperti kondisi keuangan PS, usaha utama PS dan catatan
reputasi PS.
2) Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.
6) Sistem kaji ulang internal terhadap Aktiva Produktif. Indikator seperti kaji ulang
independen, ketaatan terhadap peraturan internal dan eksternal, dan proses keputusan
manajemen.
1) Aktiva likuid yang kurang dari 1 bulan dibanding dengan pasiva likuid kurang dari
1 bulan
2) 1-Month Maturity Mismatch Ratio. Dengan formula Selisih Aktiva dan Pasiva
yang akan jatuh tempo 1 bulan terhadap Pasiva yang akan jatuh tempo 1 bulan.
4) Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang. Dengan formula membandingkan Arus Kas
Bersih dengan Dana Pihak Ketiga.
1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga
dibanding dengan potensi kerugian suku bunga.
C. Rahasia Bank
” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan, dan hal-
hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib
dirahasiakan”.
” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dangan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya.”
Ketentuan Rahasia Bank dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diatur dlm
Pasal 40 s.d Pasal 45.Menurut UU No. 10 tahun 1998, ketentuan rahasia bank
mengalami perubahan dan penambahan. Bank wajib merahasiakan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya kecuali dlm hal sebagaimana
dimaksud dlm Pasal 41, 41A,42, 43, 44 dan 44A.
1. Tujuan Penerapan
2. Dasar Hukum
Definisi tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas dan cenderung
kurang jelas mengenai rahasai bank. Pembatasan didasarkan pada istilah “menurut
kelaziman dunia perbankan” sehingga batasannya sangat tergantunga pada interpretasi
dari istilah “kelaziman”. Interpretasi satu orang dengan orang lain mungkin berbeda.
Secara umum batasan tersebut juga dapat diartikan bahwa rahasia bank mencakup
data milik nasabah deposan maupun nasabah debitor.
Aturan mengenai rahasia bank ini kemudian di ubah seperti tercantum dalam undang-
undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang no 7 tahun
1992. Mengubah pengertian rahasia bank dalam pasal 1 butir 1 menjadi: “segala
sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya”.
Undang-undang ini membatasi rahasia bank hanya pada nasabah deposan atau
penyimpan dana. Perubahan ini membawa 2 (dua) macam konsekuensi. Pertama,
perubahan tersebut menyebabkan peningkatan posisi bank dalam berhubungan dengan
debitornya, karena data nasabah peminjam dana tidak termasuk dalam pengertian
rahasia bank. Manfaat ini akan dirasakan oleh bank terutama untuk menyelesaikan
kredit-kredit bermasalah. Kedua, perubahan ini sedikit banyak akan menurunkan
motivasi calon debitor untuk memperoleh bantuan dana pinjaman dari bank, karena
kerahasiaan datanya tidak termasuk dalam pengertian rahasia bank. Di samping dua
konsekuensi tersebut, masih terdapat satu permasalahan yang akan muncul pada saat
penentuan suatu data termasuk rahasia bank atau bukan. Nasabah debitor biasanya
juga sekaligus sebagai nasabah penyimpan dana, sehingga penentuan suatu data
nasabah tergolong data nasabah penyimpan atau nasabah peminjam merupakan
sesuatu yang tidak mudah. Masalah tersbut sebenarnya ssudah berusaha diantisipasi
melalui penjelasan pasal 40 undang-undang Nomor 10 tahun 1998.
Secara lebih rinci Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 dan undang-undang Nomor
10 tahun 1998 mengatur rahasia bank sebagai berikut:
Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya.Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpananannya.Ketentuan tresebut berlaku pula bagi pihak
terafiliasi Pihak terafiliasi adalah:
3) Pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain, akuntan publik, penilai,
konsultan hukum, dan konsultan lainnya.
Dalam situasi atau keadaan tertentu sesuai dengan unang-unang, data nasabah
di bank dapat saja tidak harus dirahasiakan lagi. Pengecualian terhadap rahasia bank
tersebut meliputi:
1) Kepentingan perpajakan
Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan menteri Keuangan berwenang
mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan
nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak. Perintah tertulis tersebut harus
menyebutkan nama pejabat pajak dan nasabah wajib pajak yang dikehendaki
keterangannya, dan pihak wajib memberikan keterangan yang diminta.
Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau
hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simoanan tersangka atau
terdakwa pada bank, dan pihak bank wajib memberikan keterangan yang diminta. Izin
sebagaimana dimaksud di atas diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis dari
kepala kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah Agung.
Pemberian izin oleh Bank Indonesia harus dilakukan selambat-lambatnya 14 hari
setelah dokumen permintaan diterima secara lengkap. Permintaan tertulis tersebut
harus menyebut nama dan jabatan polis, jaksa, atau hakim, nama tersangka atau
terdakwa, serta alasan diperlukannya keterangan dan hubungan perkara pidana yang
bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan.
6) Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat
secara tertulis
Apabila nasabah penyimpan telah meninggal dunia, maka ahli waris yang sah
dari nasabah penyimpan yang bersangkutan barhak memperoleh keterangan mengenai
simpanan nasabah penyimpan tersebut.