Anda di halaman 1dari 13

KESEHATAN PERBANKAN

MAKALAH INDIVIDUAL

OLEH:

RONALD PARINDUAN LBN TOBING


20190402036

FAKULTAS HUKUM
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu
negara. Bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian
dari system keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang demikian
itu, maka begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari
otoritas moneter dari negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi "milik"
masyarakat. Oleh karena itu eksistensinya bukan saja hanya harus dijaga oleh para
pemilik bank itu sendiri dan pengurusnya, tetapi juga oleh masyarakat nasional dan
global.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank wajib memeliharan
kesehatannya. Kesehatan Bank merupakan cerminan kondisi dan kinerja bank.
Selain itu kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik
pemilik, pengelola dan masyarakat pengguna jasa Bank.
Tingkat kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam
melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang sedang dihadapi oleh
Bank serta untuk menentukan tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan Bank,
baik berupa corrective action oleh Bank maupun supervisory action oleh Bank
Indonesia. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang eksistensinya
tergantung mutlak pada kepercayaan dari nasabahnya. Mengingat Bank adalah
bagian dari system keuangan dan system pembayaran, kepercayaan masyarakat
kepada bank merupakan unsur pokok terhadap eksistensi dari suatu Bank. Maka
Kesehatan Bank merupakan tolok ukur bagi manajemen untuk menilai apakah
pengelolaan bank dilakukan sejalan dengan azas-azas perbankan yang sehat dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan dari tolok ukur tersebut untuk
menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank baik secara individual
maupun perbankan secara keseluruhan

2
Kepentingan masyarakat untuk menjaga eksistensi suatu bank menjadi
sangat penting, lebih-lebih bila diingat bahwa ambruknya suatu bank akan
mempunyai akibat rantai atau domino effect, yaitu menular kepada bank-bank yang
lain, yang pada gilirannya tidak mustahil dapat sangat mengganggu fungsi sistem
keuangan dan system pembayaran dari negara yang bersangkutan.
Untuk menjaga agar bank tetap eksis dalam dunia perekonomian global
maka bank perlu dinilai secara rutin yang disebut dengan penilaian kesehatan bank
untuk mengetahui kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik
dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kesehatan
bank mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usah
perbankan, baik dari kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga
lain, dan dari modal sendiri, mengelola dana, menyalurkan dana ke masyarakat,
karyawan, pemilik modal, dan pihak lain, pemenuhan peraturan perbankan yang
berlaku.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang Dimaksud dengan Kesehatan Bank?
2. Bagaimana Aturan Kesehatan Bank?
3. Ciri-ciri bank yang tidak sehat yaitu?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Bank
1. Pengertian Kesehatan Bank
Kesehatan bank adalah Kemampuan bank dalam melaksanakan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya
dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kegiatan
kegiatan perbankan terdiri atas:
1) Kemampuan mengelola dana
2) Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
3) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada pihak lain
4) Pemenuhan peraturan yang berlaku.
Sedangkan pengertian tingkat kesehatan bank adalah suatu bentuk penilaian
kualitatif terhadap berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja
suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap
faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan
sensitivitas terhadap risiko pasar
Pengertian Kesehatan Bank Menurut Kasmir (2008:41) “Tingkat
kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank dapat diartikan
sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan
cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.”
Pengertian Kesehatan Bank Menurut Veithzal Rivai (2007:118) “Tingkat
kesehatan bank adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan
baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat
menjalankan fungsi intermediasi, pemerintah dalam melaksanakan berbagai
kebijakan, terutama kebijakan moneter”.

4
Pengertian Kesehatan Bank Menurut Budisantoso dan Triandaru
(2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai “kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
yang berlaku”. Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu
batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank
untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya.
Pengertian Kesehatan Bank Menurut Selamet (2006:185) “Tingkat
kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada
periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesi.”
Pengertian Kesehatan Bank Menurut Susilo dkk (2000:22-23), kesehatan
suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan maupun untuk memenuhi semua
kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat
kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan
dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
penilaian aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan
sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan
unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari faktor-
faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri
perbankan dan perekonomian nasional.

5
B. Aturan Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan dan
pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-undang tersebut
lebih lanjut menetapkan bahwa :
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuditas, rentabilitas,
dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang
tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan, dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib
memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh
kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang
dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhaap bank, baik secara berkala
maupun setiap waktu apabila diperlukan.
f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan
laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
g. Bank wajib mengumumkan neraca perhitungan neraca dan perhitungan laba
rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

6
Sesuai Lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP
Tanggal 31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional perihal setiap penilaian tingkat kesehatan bank umum.
Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
CAMELS, yang terdiri dari :
a. Faktor Permodalan (Capital), terdiri dari :
1) Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketentuan yang berlaku, dengan
membagi modal dan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
2) Komposisi permodalan.
3) Tren ke depan/proyeksi KPMM. Tren rasio KPMM dan atau persentase
pertumbuhan modal dibandingkan dengan persentase pertumbuhan ATMR.
4) Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingan dengan modal
bank. Ditentukan dengan membagi APYD dengan Modal Bank.
5) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal
dari keuntungan (laba ditahan).
6) Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha.
7) Akses kepada sumber permodalan. Indikator pendukung seperti Laba per
saham atau rasio harga terhadap saham dan tingkat pemesanan saham.
8) Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan permodalan
bank. Indikator pendukung seperti kondisi keuangan PS, usaha utama PS dan
catatan reputasi PS.
b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality), terdiri dari :
1) Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan dibanding dengan total aktiva
produktif.
2) Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.
3) Perkembangan Aktiva Produktif bermasalah dibanding dengan aktiva
produktif.
4) Tingkat kecukupan pembentukan PPAP. Membandingkan PPAP yang telah
dibentuk dengan PPAP yang wajib dibentuk.

7
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur Aktiva Produktif. Indikator pendukung
seperti keterlibatan pengurus bank dalam menyusun dan menetapkan
kebijakan Aktiva Produktif serta memonitor pelaksanaan; konsistensi
kebijakan dengan pelaksanaan, tujuan, dan strategi usaha bank.
6) Sistem kaji ulang internal terhadap Aktiva Produktif. Indikator seperti kaji
ulang independen, ketaatan terhadap peraturan internal dan eksternal, dan
proses keputusan manajemen.
7) Dokumentasi Aktiva Produktif. Indikator pendukung seperti kelengkapan
dokumen dan kemudahan penelusuran jejak audit, sistem penatausahaan
dokumen, serta back up dan penyimpanan dokumen.
8) Kinerja penanganan Aktiva Produktif bermasalah. Indikator seperti kualitas
penanganan Aktiva Produktif bermasalah.
c. Faktor Manajemen (Management), terdiri dari :
1) Manajemen Umum. Indikator pendukung seperti praktik tata kelola
perusahaan yang baik (good coporate governance/GCG), struktur dan
komposisi pengurus bank, penanganan pertentangan kepentingan,
independensi pengurus bank, kemampuan untuk membatasi/mencegah
penurunan kualitas GCG, transparansi informasi dan edukasi nasabah, serta
efektivitas kinerja fungsi komite.
2) Penerapan sistem manajemen risiko. Indikator pendukung seperti penerapan
sistem manajemen risiko nilai berdasarkan empat cakupan, yaitu :
a) pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi,
b) kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit,
c) kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko,
d) sistem pengendalian internal menyeluruh.
3) Kepatuhan Bank. Indikator pendukung seperti Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK) dan kepatuhan terhadap komitmen dan ketentuan lainnya.

8
d. Faktor Rentabilitas (Earning), terdiri dari :
1) Pengembalian atas Aset (Return on Asset-ROA)
2) Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity-ROE)
3) Margin bunga bersih
4) Biaya Operasional dibanding dengan Pendapatan Operasional.
5) Perkembangan laba operasional
6) Komposisi portofolio Aktiva Produktif dan diversifikasi pendapatan
7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya
8) Prospek laba operasional
e. Faktor Likuiditas (Liquidity), terdiri dari :
1) Aktiva likuid yang kurang dari 1 bulan dibanding dengan pasiva likuid
kurang dari 1 bulan
2) 1-Month Maturity Mismatch Ratio. Dengan formula Selisih Aktiva dan
Pasiva yang akan jatuh tempo 1 bulan terhadap Pasiva yang akan jatuh
tempo 1 bulan.
3) Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to Deposits Ratio-LDR)
4) Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang. Dengan formula membandingkan
Arus Kas Bersih dengan Dana Pihak Ketiga.
5) Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti.
6) Kebijakan dan penelolaan likuiditas.
7) Kemampuan bank memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau
sumber-sumber pendanaan lainnya.
8) Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK). Indikator pendukung seperti
pertumbuhan DPK dan Pertumbuhan deposan inti.
f. Faktor Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk), terdiri
dari :
1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga
dibanding dengan potensi kerugian suku bunga.

9
2) Modal/cadangan untuk fluktuasi nilai tukar debandingkan dengan potensi
kerugian nilai tukar.
Kecukupan penerapan Sistem Manajemen Risiko Pasar (Market Risk).
C. Ciri-ciri bank yang tidak sehat
Adapun beberapa ciri-ciri bank yang tidak sehat yaitu :
1) Memiliki banyak kredit macet, yaitu keadaan dimana debitur (peminjam
dana) baik perorangan atau perusahaan tidak mampu membayar kredit
bank tepat pada waktunya.
2) Adanya kesulitan nasabah dalam melakukan penarikan dana
3) Suku Bunga Deposito yang terlalu tinggi
4) Mengalami kerugian terus menerus.
Bank yang bermasalah dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1) Bank yang bermasalah secara struktural, yaitu bank yang mengalami
kondisi yang sangat parah dan setiap saat dapat terancam
keberlangsungannya. Karakteristik bank yang masuk ke dalam kategori ini
antara lain kualitas aktiva produktif tidak sehat, mengalami rugi cukup
besar serta likuidasi yang buruk. Keadaan yang seperti ini biasanya
disebabkan pemilik banyak ikut campur tangan dalam pengelolaan
manajemen yang dapat dilihat dari besarnya kredit yang diberikan kepada
grup atau kelompok pemilik.
2) Bank yang bermasalah secara non-struktural, yang masuk ke dalam kategori
ini biasanya dengan karakteristik pemilik tidak begitu banyak ikut campur
dalam pengelolaan manajemen dan menyadari kesalahannya. Dan
walaupun bank dalam kondisi rentabilitas cenderung memburuk, namum
modal bank masih mencukupi penyediaan modal minimum. Kategori bank
seperti ini memiliki tingkat kesehatan yang kurang atau tidak sehat
Untuk mengatasi permasalahan bank-bank yang sakit atau bank yang butuh
pengawasan khusus, harus mendapatkan tambahan modal. pertambahan modal ini
merupakan cara yang harus ditempuh oleh bank. Bila pun nanti merger, maka harus

10
diiringi dengan penambahan modal. Bank dalam pengawasan khusus ini adalah
kondisi yang lebih buruk daripada bank dalam pengawasan intensif. Kriteria bank
dalam pengawasan khusus ini adalah rasio kecukupan modal atau Capital
Adequacy Ratio (CAR) berada di bawah 8%.

11
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kesehatanan bank diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku.
2. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
CAMELS, yang terdiri dari :
a. Faktor Permodalan (Capital).
b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality).
c. Faktor Manajemen (Management).
d. Faktor Rentabilitas (Earning).
e. Faktor Likuiditas (Liquidity).
f. Faktor Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk).
g. Kecukupan penerapan Sistem Manajemen Risiko Pasar (Market Risk).

12
DAFTAR PUSTAKA

http://kuliahade.wordpress.com/2010/06/27/hukum-perbankan-rahasia-bank/
http://edratna.wordpress.com/2008/01/09/apa-yang-perlu-diketahui-dari-rahasia-
bank/
http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com/2013/10/pengertian-kesehatan-
bank.html
https://www.calonmanejer.com/2019/09/tingkat-kesehatan-bank.html
http://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/05/pengertian-kesehatan-bank.html
https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-perbankan-lembaga-keuangan/menilai-
menentukan-kesehatan-bank/

13

Anda mungkin juga menyukai