Privatisasi di Indonesia
A. Pengertian dan konsep privatisasi.
Sudah suatu menjadi fenomena global dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan dan
mengurangi beban pemerintah badan usaha milik negara diarahkan untuk melakukan korporatisasi
(korporasi) dan privatisasi (privatisasi). Menurut j. Boston 1988 sebagaimana dikutip oleh Mardjana,
korporatisasi merupakan proses dimana aktivitas perdagangan atau komersial suatu departemen yang
dipisahkan dari kegiatan non komersial, dan ditempatkan pada bagian organisasi yang bertujuan untuk
mencari keuntungan atau menjadi fungsi komersial BUMN. Secara lebih ringkas, korporatisasi dapat
diartikan sebagai menerapkan pola-pola manajemen unit bisnis swasta dalam badan usaha milik
negara tersebut, dan menghapuskan pola-pola birokrat atau pemerintahan yang sering dianggap
manajemen BUMN.
Reformasi BUMN dilakukan dengan dua pendekatan yang berjalan simultan, yaitu restrukturisasi dan
privatisasi. Dalam hal ini restrukturisasi diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan
perusahaan dan pengembangan kinerja atau privatisasi BUMN. Langkah yang dilakukan antara lain
dengan memperkuat posisi Manajemen sebesar-besarnya kepada manajemen perusahaan dan
keterlibatan pemerintah.
Pemerintah beralasan melakukan privatisasi BUMN untuk mengatasi kesulitan keuangan negara dan
menariknya masuknya modal al-azim dalam perekonomian nasional. Privatisasi dilakukan dengan
menjual seluruh atau sebagian besar saham-saham pemerintah di BUMN. Lima prinsip dasar
privatisasi, yaitu:
a. Kejelasan tujuan
b. Otoritas dan otonomi
c. Pantauan kerja
D. Sistem penghargaan dan hukum
e. persaingan yang netral.
Privatisasi perekonomian suatu agenda yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari agenda liberalisasi
ekonomi ala Washington Consensus yang bertujuan membuka seluas-luasnya Indonesia kepada
masuknya korporat asing. Targetnya adalah penguasaan sumber daya strategi (faktor-faktor produksi)
yang semakin besar di tangan korporat. Privatisasi ditandai beralihnya kepemilikan tampuk produksi
ke pihak asing (misalnya Indosat). Akibatnya, pola produksi dan pola konsumsi nasional akan dibantu
oleh kebebasan kekuatan pasar internasional sehingga tidak lagi menerima prioritas pengutamaan
kepentingan nasional.
Berdasarkan kasus yang anda baca, sebutkan aturan dalam melaksanakan pegawasan kesehatan
bank dan pokok-pokok yang diatur dalam peraturan tersebut
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382) Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan
Bank secara triwulanan.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu diatur ketentuan kejadian Tingkat Kesehatan Bank Umum
dalam suatu Surat Edaran Bank Indonesia dengan pokok-pokok ketentuan sebagai berikut:
1. Dengan meningkatkan upaya dan profil risiko, Bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang
mungkin timbul dari operasional Bank. Bagi perbankan, hasil akhir kondisi kondisi Bank tersebut
dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi waktu yang akan datang
sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi
strategi pengawasan Bank Indonesia.
2. Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil penilaian atas berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap kondisi atau kinerja Bank melalui faktor permodalan, kualitas aset, manajemen,
rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Faktor-faktor tersebut dilakukan
melalui penilaian dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan pertimbangan atas materialitas dan
signifikansi dari faktor-faktor tersebut serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri
perbankan dan perekonomian nasional.
II. FAKTOR PENILAIAN
a. Permodalan (Modal)
Penilaian pendekatan dan faktor kualitatif permodalan
antara lain yang dilakukan melalui komponen-komponensebagai berikut:
1) pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku;
2) komposisi permodalan;
3) tren ke depan atau perkiraan KPMM;
4) aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan modal Bank;
5) kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan
(labaditahan);
6) rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha;
7) akses kepada sumber permodalan; dan
8) kinerja pemegang saham untuk meningkatkan permodalan Bank Deposito dan Sertifikat Deposito.
Ada beberapa perbedaan antara Deposito dan Sertifikat Deposito, hal ini perlu diketahui bagi
masyarakat khususnya yang baru saja ingin memulai hubungan dengan perbankan, sehingga
diharapkan seluruh masyarakat Indonesia dapat merasakan kemudahan dan pelayanan terbaik dari
Dunia Perbankan Di Indonesia.
Materi ini mencakup beberapa pengetahuan dasar mengenai Deposito dan Sertifikat Deposito,
seperti di bawah ini:
sumber: https://ibf.proxsisgroup.com/penilaian-kesehatan-perbankan/
Dasar pengaturan kesehatan bank adalah UU No.7 tahun 1992 yang menerapkan UU No.10 tahun
1998 tentang perbankan. Selanjutnya peraturan tersebut diturunkan dalam peraturan teknis yaitu,
peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum. Namun karena adanya perubahan kompleksitas usaha dan profil risiko, penerapan
pengawasan secara konsolidasi serta perubahan penilaian tingkat kesehatan bank, maka dilakukan
perubahan dengan memperbaharui peraturan tersebut menjadi PB No.13/1/PBI/2011, peraturan ini
berlaku efektif Januari 2012
(sumber: BMP Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank Modul 5.5-5.6)
Setelah berdirinya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia mengatur tentang tingkat
kesehatan bank yang akan diganti oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.4/POJK.03/2016
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Namun peraturan PB No.13/1/PBI/2011 tetap
berlaku karena tidak bertentangan dengan POJK No.4 Tahun 2016.
(sumber: BMP Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank Modul 5.3-5.5)
Pokok-pokok Penilaian Kesehatan Bank yang diatur dalam POJK No.4 Tahun 2016 sebagai berikut.
1. Bank (termasuk cabang bank asing) wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank baik
secara individu maupun konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko.
2. Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank terdiri dari; profil risiko (risk profile), Good
Corporate Govermance (GCG), rentabilitas (earnings) dan pemodalan (capital).
3. Bank wajib melakukan penilaian sendiri ( self assessment ) tingkat kesehatan bank dan hasil
self assessment tingkat kesehatan bank yang telah mendapat persetujuan dari persetujuan
wajib disampaikan kepada dewan komisaris. Selanjutnya, hasil self assessment yang
dimaksud wajib disampaikan kepada Bank Indonesia.
4. Periode penilaian kesehatan bank dilakukan paling rendah setiap semester (untuk posisi
akhir bulan juni dan desember) serta dilakukan pengkinian sewaktu-watu diperlukan.
5. Jika dari hasil penilaian dan penilaian Bank Indonesia ditemukan permasalahan atau
pelanggaran yang secara signifikan mempengaruhi atau mempengaruhi operasional
dan/atau usaha bank maka menurunkan peringkat komposit tingkat kesehatan bank.
(sumber: BMP Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank Modul 5.6-5.7)
Komunikasi Bisnis
- Korespondensi bisnis atau surat-menyurat bisnis memiliki bahasa tersendiri yaitu bahasa
korespondensi bisnis. Ciri-ciri bahasa korespondensi bisnis :
a. Jelas : Mudah dimengerti dan bebas dari kemungkinan salah tafsir. Dalam korespondensi bisnis,
dituntut kecermatan dalam pilihan kata, keutuhan kalimat dan penggunaan tanda baca.
b. Lugas : Maksudnya hemat, berarti ekonomis dalam menggunakan kata, tetapi dengan cakupan
makna yang lengkap.
c. Menarik Dan Santun : Bahasa yang menarik tidak harus indah seperti bahasa yang digunakan dalam
syair. Bahasa menarik disini ialah bahasa yang hidup dan santu, menghindari pengulangan kata yang
menjemukan dan mampu membangkitkan minat pembaca.
Pentingnya korespondensi bisnis : Survey mengenai transaksi bisnis internasional menjelaskan bahwa
sekitar 80% kegiatan komunikasi dan Interaksi bisnis ekspor-impor biasanya dilakukan melalui
korespondensi (surat menyurat) terutama melalui sarana teleks, faxcimili dan terutama sekali lewat e-
mail. Sedangkan sisanya biasanya dilakukan melalui negosiasi tatap muka langsung face to face
negotiation. Berarti bahwa korespondensi memegang peranan yang amat penting dalam perdagangan
international pada umumnya. Hasil negosiasi tatap muka face to face negotiation pada akhirnya juga
akan dirumuskan dan didokumentasikan dalam bentuk surat menyurat atau korespondensi. Karena
hasil pertemuan tatap muka dari kedua belah pihak yang bernegosiasi akan dituangkan dalam bentuk
catatan notulen atau minutes. Notulen sebagai catatan tertulis tersebut biasanya akan diparaf (diberi
initial) dari masing-masing pihak yang bernegosiasi, sebagai tanda kesepakatan sementara. Dengan
demikian jelaslah bahwa kendatipun suatu transaksi dilakukan dengan cara tatap muka, pada akhirnya
tetap akan dirumuskan dalam bentuk tertulis, atau dalam bentuk dokumen surat menyurat. Maka cara
apapun yang dipakai dalam transaksi apakah melalui korespondensi atau negosiasi tatap muka, pada
akhirnya korespondensi tetap akan memegang peranan yang terpenting, sebab tanpa adanya
korespondensi baik melalui media surat biasa, teleks, faksimili, email, dan lain-lain, maka suatu
transaksi perdagangan khususnya ekspor-impor rasanya mustahil dapat dilaksanakan.
1. Korespondensi dan Citra Baik (Favourable Image), pada prakteknya hampir sebagian besar relasi
bisnis kita bisa jadi hanya mengenal perusahaan kita melalui surat-surat (brosur, leaflet, price list)
yang telah kita kirimkan. Mereka tidak mengenal kita secara pribadi atau personal. Karena itu, desain
bentuk dan isi surat mulai dari kop surat, isi surat dan bahasa yang digunakan akan menjadi cerminan
awal dari eksistensi perusahaan kita. Citra perusahaan pada tahap awal perkenalan mungkin sekilas
hanya diwakili oleh bentuk sampul amplop ataupun kop suratnya, oleh karena itu desain amplop
maupun kop surat perlu dibuat dengan desain yang anggun dan indah yang dapat memberikan
informasi dasar mengenai perusahaan, terutama yang dapat menunjukkan sejauh mana integritas dan
bonafiditas perusahaan.
2. Korespondensi dan Reputasi (Good Reputation), apabila perusahaan kita telah mendapatkan
pesanan pertama (first order = trial order) maka hal ini berarti kita mulai memasuki tahap yang amat
penting dalam kehidupan usaha bisnis tersebut. Pesanan pertama merupakan ujian atas bonafiditas
perusahaan, dan salah satu ukuran yang dapat dipakai adalah apakah perusahaan dapat memegang
komitmen, khususnya tentang tepat mutu dan tepat waktu.
3. Korespondensi dan Kepercayaan (Reliability), citra yang baik muncul dari penampilan lahir yang
baik, sedangkan reputasi yang baik akan terlahir dari kemampuan perusahaan dalam memegang janji
komitmen atau dalam menunjukkan kinerja yang baik. Apabila perusahaan dapat mencapai kedua
sasaran di atas maka secara otomatis para pelanggan akan menaruh kepercayaan kepada perusahaan
dalam aktifitas transaksi bisnisnya. Peranan korespondensi sangatlah penting untuk dapat menunjang
mewujudkan tercapainya ketiga sasaran tersebut yaitu tercapainya : citra, reputasi dan kepercayaan
dari mitra bisnis perusahaan.
Sumber/Referensi : EKMA4159/MODUL 4