Anda di halaman 1dari 2

Suatu bank dikatakan sehat apabila mampu menjalankan fungsinya dengan optimal,

baik dalam hal intermediary (menghimpun dan menyalurkan dana) maupun dalam
pemberian jasa layanan perbankan. Oleh karena itu berdasarkan UU No 10 tahun
1998 tentang Perbankan, kesehatan Bank mencakup beberapa aspek antara lain,
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.04/POJK.03/2016  tentang Penilaian
Kesehatan Bank Umum, tingkat  kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank
yang dilakukan terhadap resiko dan kinerja bank. Penilaian tersebut menyangkut
aspek kuantitatif dan kualitatif. Adapun cakupan penilaiannya adalah sebagai
berikut:
1).Profile resiko (risk profile)
2).Good Corporate Governence (GCG)
3).Rentabilitas (earning)
4).Permodalan (capital)

Pokok-pokok yang diatur dalam pengawasan kesehatan bank sesuai dengan PJOK
No. 4 Tahun 2016 adalah:
1.) Bank (termasuk kantor cabang bank asing) wajib melakukan penilaian tingkat
kesehatan bank baik secara individual maupun konsolidasi dengan menggunakan
pendekatan risiko. Penilaian tingkat kesehatan bank secara konsolidasi dilakukan
bagi bank yang melakukan pengendalian terhadap perusahaan anak.
2.) Faktor- faktor penilaian tingkat kesehatan bank terdiri dari : profil risiko (risk
profile), Good Corporate Governance (GCG), rentabilitas (earnings), dan
permodalan (capital)
3.) Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assesment) tingkat kesehatan bank
dan hasil self assesment tingkat kesehatan bank yang telah mendapat persetujuan
dari direksi wajib disampaikan kepada dewan komisaris. Selanjutnya, hasil self
assesment dimaksud wajib disampaikan kepada Bank Indonesia
4.) Periode penilaian kesehatan bank dilakukan paling kurang setiap semester
(untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember) serta dilakukan pengkinian sewaktu-
waktu bila diperlukan
5.) Apablia dari hasih identifikasi dan penilaian Bank Indonesia ditemukan
permasalahan atau pelanggaran yang secar signifikan mempengaruhi atau akan
mempengaruhi operasional dan/atau kelangsungan usaha bank maka Bank
Indonesia berwenang menurunkan peringkat komposit tingkat kesehatan bank

Rincian indikator penilaian dari empat variabel yang telah desebutkan pada no 2,
selanjutnya diatur lebih rinci dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.
14/SEOJK.03/2017 yaitu:
a) Penilaian profil risiko (risk profile) diukur dengan 8 jenis risiko:
1. Risiko kredit, risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada bank.
2. Risiko pasar, risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk
transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko
perubahan harga option.
3. Risiko operasional, risiko akibat ketidakcukupan dan.atau tidak berfungsinya
proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan.atau adanya
kejadian eksternal yang memengaruhi operasional bank.
4. Risiko likuiditas, risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari
aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa menggangu
aktivitas dan kondisi keuangan bank.
5. Risiko hukum, risiko yang timbul akibat tuntuan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis.
6. Risiko stratejik, risiko akibat ketidaktepatan bank dalam mengambil keputusan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik, serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
7. Risiko kepatuhan, risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau
tidak melaksanakan aturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Risiko reputasi, risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder
yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
b) Good Corporate Covernance (GCG), penilaian faktor ini merupakan penilaian
terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip GCG. Prinsip-
prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip tersebut
berpedoman pada ketentuan BI mengenai pelaksanaan GCG bagi bank umum
denganmemperhatikan karakteristik usaha bank.
c) Rentabilitas (earnings) meliputi evaluasi pada kinerja rentabilitas, sumber-
sumber rentabilitas, kesinambungan ( sustainability) rentabilitas serta manjemen
rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangan tingakat, trend,
struktur, stabilitas rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan
kinerja peer group, baik melalui aspek kuantitatif, maupun kualitatif.
d) Permodalan (capital) meliputi evaluasi pada kecukupan permodalan dan
kecukupan pengelolaan permodalan. Dalam hal ini bank wajib mengacu pada
ketentuan BI yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum
bagi Bank umum.. selain itu, dalam hal ini harus mengaitkan kecukupan modal
dengan Profil Risiko Bank. Jika risiko bank semakin tinggi maka semakin besar
juga modal yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko tersebut.

Sumber:
Lestari, Murti. 2020. Edisi Ketiga. “Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank”.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
BMP EKSI 4205 Modul Hal. 5.3-5.10

Anda mungkin juga menyukai