Anda di halaman 1dari 14

KESEHATAN BANK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank Dan Lembaga Keuangan
Dosen Pengampu: Maryani,S.E.,M,M

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Alin Maulana 2022110002

Keysha Putri Wintara 2022110068

Kartika Safitri 2022110045

PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PRABUMULIH 2024

1
A. Tingkat Kesehatan Bank

Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 13/1/PBI/2011 telah menyebutkan


terkait penilaian tingkat kesehatan bank, kesehatan bank merupakan sarana bagi
pihak pengawas dalam penentuan atau penetapan strategi serta fokusnya untuk
melakukan pengawasan terhadap bank.

Ismi Hariyani juga mengemukakan pendapatnya dalam bukunya yang berjudul


“Restrukturisasi & Penghapusan Kredit Macet (2010) menyebutkan bahwa tingkat
kesehatan bank merupakan suatu hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif
atas berbagai aspek yang mempengaruhi kondisi atau kinerja bank. Penilaian itu
dilakukan terhadap berbagai aspek mulai dari faktor modal, kualitas aset,
manajemen, rentabilitas, likuiditas hingga sensitivitas terhadap risiko pasar.

Pendapat lain, Ikatan Bankir Indonesia (IBI) juga mengemukakan dalam bukunya
yang berjudul “Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko” (2016),
menyebutkan bahwa tingkat kesehatan bank merupakan sebagai hasil penelitian
secara kuantitatif dan atau kualitatif terhadap berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap kondisi suatu bank.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita simpulkan tingkat kesehatan bank
adalah suatu hasil penelitian yang dilakukan baik itu secara kuantitatif maupun
kualitatif atau keduanya terhadap berbagai aspek yang berpengaruh pada kondisi
bank seperti faktor modal, kualitas aset, manajemen bank dan sebagainya.

2
B. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2021) karya Prima Andreas
Siregar, disebutkan jika ada empat faktor penting dalam penilaian tingkat kesehatan
bank. Empat faktor ini bersumber dari Surat Edaran Bank Indonesia tahun 2011:

1. Profil risiko (risk profile) Adalah penilaian terhadap risiko inheren serta
kualitas penerapan manajemen risiko dalam penjalanan operasional bank.
Penilaian risiko ini jika dilihat lebih detail mencakup risiko kredit, risiko
pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik,
risiko kepatuhan, serta risiko reputasi. Kedelapan penilaian risiko ini
seluruhnya berkaitan dengan kegiatan operasional bank.
2. Good Corporate Governance (GCG) Adalah penilaian terhadap manajemen
bank atas pelaksanaan prinsip GCG dengan pendekatan RGEC (Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earning and Capital), yang
didasarkan pada tiga aspek utama, yakni governance structure, governance
process, serta governance output. Berikut penjelasannya: Governance
structure mencakup pelaksanaan tugas serta tanggung jawab Dewan
Komisaris dan Dewan Direksi. Governance process mencakup fungsi
kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit
intern serta ekstern, penerapan manajemen risiko, penyediaan dana, serta
rencana strategis bank.
3. Governance output mencakup transparansi kondisi keuangan serta non
keuangan, dan penerapan GCG yang sesuai prinsip Transparency,
Accountability, Responsibility, Independency, serta Fairness (TARIF)

4. Rentabilitas (earnings) Adalah penilaian terhadap kinerja rentabilitas,


sumbernya, serta sustainability earnings bank. Rentabilitas merupakan
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian rentabilitas
didasarkan pada: Perbandingan laba sebelum pajak 12 bulan terakhir
terhadap rata-rata volume usaha di periode yang sama. Perbandingan beban
operasional terhadap pendapatan operasional di 12 bulan terakhir.

3
5. Permodalan (capital) Adalah penilaian faktor permodalan yang meliputi
tingkat kecukupan dan pengelolaan modal. Faktor yang dibutuhkan untuk
menilai tingkat kesehatan bank, sama dengan indikator yang diperlukan
dalam penilaian. Hanya saja untuk indikator atau parameter penilaian ini
bisa ditambahkan sesuai dengan indikator yang diinginkan bank. Asalkan
indikator ini sesuai dengan karakteristik bank dan kompleksitasnya.

Faktor yang menggugurkan penilaian tingkat kesehatan bank antara lain :

• Perselisihan Intern
• Campur Tangan Pihak Luar Bank
• Window Dressing
• Praktek Bank dalam Bank
• Kesulitan yang Mengakibatkan pengunduran dalam Kliring
• Praktek yang Membahayakan Usaha Bank

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh


pemerintah melalui Bank Indonesia. Bank Indonesia sebagai pengawasan dan
pembinaan bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan kalau perlu
dihentikan kegiatan operasinya. Perbaikan yang dilakukan antara lain perubahan
manajemen, melakukan penggabungan seperti merger, konsolidasi, akuisisi atau
malah dilikuidasi (pembubaran). Pertimbangan ini sangat tergantung pada kondisi
bank itu sendiri. Penilaian bank ini dilakukan setiap periode tertentu.

Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolaannya, sejarahnya, pemiliknya.
Sisi kuantitatif dapat dilihat dari skor tertentu seperti rasio likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, dan Loan Deposit Ratio.

Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolanya, sejarahnya,
pemiliknya. Sisi kuantitatif dapat dilihat dari skor tertentu seperti rasio likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas, dan loan deposit ratio

1. Rasio likuiditas
Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikkan (membayar)
utang jangka pendek
Semakin tinggi nilai rasio likuiditas menunjukkan kondisi kesehatan bank yang
semakin baik.

2. Rasio solvabilitas
Menujukkan kemampuan bank dalam mengembalikkan (membayar) utang jangka
panjang

4
3.Rasio profitabilitas
Menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan labaa. Ada dua pendekatan
yang bisa digunakan untuk mengentahui ukuran ini.

A. Return On Asset (ROA)


ROA mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan membagi laba
sebelum pajak dengan aktiva.

B. Return On Equity (ROE)


ROE mengukur kemampuan bank untuk menghasilkn laba dengan membandingkan
laba sebelum pajak dengan equity

4. Capital adequacy ratio (CAR)


Mengukur kecukupan modal dengan membandingkan capital dengan asset beresiko

5. Loan deposit ratio (LDR)


Mengukur kemampuan bank dalam mengelola dana dengan membandingkan
besarnya pinjaman yang diberikan olehh bank dengan besarnya simpanan.

C. Metode Camel Kesehatan Bank

CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya


Paket Februari 1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut
dikeluarkan sebagai dampak kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto
1988). CAMEL berkembang menjadi CAMELS pertama kali pada tanggal 1

Penilaian tingkat kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor


CAMELS yang terdiri dari:

1. Permodalan (Capital)

Penilaian Capital adalah dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank
yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian
tersebut didasarkan pada Capital Adequacy Ratio (CAR) yang ditetapkan BI, yaitu
perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain


dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

5
1. kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
terhadap ketentuan yang berlaku;
2. komposisi permodalan trend ke depan/proyeksi KPMM;
3. aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank;
4. kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari
keuntungan (laba ditahan);
5. rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha;
6. akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk
meningkatkan permodalan Bank.

2. Kualitas Aset (Asset Quality)

Kualitas Asset adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk
dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1. aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva


produktif;
2. debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit;
3. perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan
dengan aktiva produktif;
4. tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP);
5. kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif;
6. sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif;
7. dokumentasi aktiva produktif dan kinerja penanganan aktiva produktif
bermasalah.

3. Manajemen (Management)

Penilaian Management adalah untuk menilai kualitas manajemen akan mengajukan


250 pertanyaan yang menyangkut manajemen bank yang bersangkutan. Kualitas ini
juga akan melihat dari segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam
menangani berbagai kasus yang terjadi.
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) manajemen umum;
2) penerapan sistem manajemen risiko; dan
3) kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank
Indonesia dan atau pihak lainnya.

6
4. Rentabilitas (Earnings)

Penilaian Earning adalah untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan


keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi ROA atau rasio laba
terhadap total asset dan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional (BOPO).

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain


dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

1) Return on Assets (ROA);


2) Return on Equity (ROE);
3) Net Interest Margin (NIM);
4) Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO);
5) Perkembangan laba operasional;
6) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan;
7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya dan
Prospek laba operasional.

5. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian Liquidity adalah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank
dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua
hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus
mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1. aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari
1 bulan;
2. 1-month maturity mismatch ratio;
3. Loan to Deposit Ratio (LDR);
4. proyeksi cash flow 3 bulan mendatang;
5. ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti;
6. kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management/ALMA);
7. kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau
sumber-sumber pendanaan lainnya dan stabilitas dana pihak ketiga (DPK).

6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)

Penilaian rasio sensitivitas terhadap risiko pasar didasarkan pada Interest Rate Risk
Ratio (IRRR) yang proksi terhadap risiko pasar. IRRR menunjukkan kemampuan
bank dalam mengcover biaya bunga yang harus dikeluarkan dengan pendapatan
bunga yang dihasilkan

7
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko
pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:

1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga
dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement)
suku bunga;
2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar
dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement)
nilai tukar; dan
3) Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.
Hasil dari analisi ini terdiri dari nasing-masing aspek ini kemudian akan
menghasilkan kondisi suatu bank. Hasil tersebut dituangkan kedalam bentuk angka
yang diberikan bobot sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Bobot nilai ini
diberikan sebagai nilai kredit. Dari bobot nilai ini dapat dipastikan kondisi suatu
bank.

Sebagai pengguna jasa perbankan, kita harus mengetahui apakah kondisi bank
yang kita percaya itu sehat atau tidak. Hal ini tentunya dilakukan oleh Bank
Indonesia sebagai bank milik pemerintah dengan menggunakan rasio CAMEL.

D. Manfaat Perbankan
Perbankan adalah lembaga yang sangat penting dalam aktivitas keuangan
masyarakat. Beberapa manfaatnya antara lain adalah:

 Menghimpun dana. Adanya bank memungkinkan masyarakat


menyimpan uang baik dalam bentuk tabungan, deposito, giro dan lain
sebagainya
 Menyediakan pinjaman. Bank memberikan berbagai produk pinjaman
bagi masyarakat yang membutuhkan dana baik untuk modal usaha
maupun membeli rumah
 Menyediakan layanan jasa keuangan. Bank juga menawarkan berbagai
produk dan layanan yang memudahkan masyarakat misalnya fasilitas
transfer, pembayaran, pembelian dll
 Memberikan fasilitas transaksi ke luar negeri, baik transfer uang untuk
keperluan pribadi maupun bisnis (misalnya seperti bisnis ekspor impor)
 Menjadi tempat berinvestasi. Bank menyediakan berbagai pilihan
investasi bagi masyarakat.
Itulah penjelasan lengkap mengenai perbankan dan manfaatnya bagi masyarakat.
Dengan adanya lembaga perbankan, aktivitas keuangan kita jadi makin mudah

8
E. Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank

Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank Apabila terdapat penyimpangan terhadap


aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia dapat mengambil tindakan-tindakan
tertentu dengan tujuan agar bank yang bersangkutan menjadi sehat dan tidak
membahayakan kinerja perbankan secara umum. Berdasarkan Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan
agar :

1. Pemegang saham menambah modal.


2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank.
3. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.
4. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alis seluruh kewajiban.
5. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada
pihak lain.
6. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank
atau pihak lain

G. Aturan Kesehatan Bank

kesehatan bank umum yang menjadi landasan dalam menilai Tingkat Kesehatan
Bank adalah sebagai berikut:
1 Berorientasi Risiko
Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada resiko-resiko Bank dan
dampak yang ditimbulkan pada kinerja Bank secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupuneksternal yang
dapat meningkatkan resiko atau mempengaruhi kinerja keuangan bank pada saat
mendeteksi secara dini akar dari permasalahan Bank serta mengambil
langkah-langkah pencegahan dan perbaikan secara efektif dan efisien.
2 Proporsionalitas
Penggunaan indikator dala tiap faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank
dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.
Indikator penilaian Tingkat Kesehatan Bank dalam Surat Edaran ini merupakan
standart minimum yang wajib digunakan dalam menilai tingkat kesehatan Bank.

9
Namun demikian, Bank dapat menggunakan indikator tambahan yang sesuai
dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam menilai Tingkat Kesehatan
Bank sehingga dapat mencerminkan kondisi Bank dengan lebih baik.
3 Materialitas dan Signifikansi
Bank perlu memperhatikan materialitas atau signifikansi faktor penelitian
Tingkat Kesehatan Bank yaitu Profil Resiko, GCG, Rentabilitas, dan Permodalan
serta signifikansi indikator penilaian pada masing-masing faktor dalam
menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan peringkat faktor. Penentuan
materialitas dan signifikansi tersebut didasarkan pada analisis yang didukung oleh
data dan informasi yang memadai mengenai Resiko dan kinerja keuangan.
4 Komprehensif dan Terstruktur
Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta
difokuskan pada permasalahan utama Bank. Analisis dilakukan secara terintegrasi,
yaitu dengan mempertimbangkan keterkaitan antar resiko dan antar faktor
penilaian Tingkat Kesehatan Bank serta perusahaan anak yang wajib

relevan untuk menunjukkan tingkat, trend, dan tingkat permasalahan yang


dihadapi oleh Bank.
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara individual mencakup
penilaian terhadap faktor-faktor berikut: Profil Risiko, GCG, Rentabilitas, dan
Permodalan. Sekarang saya akan mencermati komponen pertama dari penilaian
kesehatan bank terbaru dengan metode RGEC, yang mengacu ke Surat Edaran
(SE) Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Substansi Pengaturan:
1. Pokok-pokok pengaturan dalam Surat Edaran ini adalah sebagai berikut:
a. Prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar dalam melakukan penilaian
Tingkat Kesehatan Bank baik secara individual maupun konsolidasi yang
mencakup prinsip berorientasi risiko, proporsionalitas, materialitas atau
signifikansi, dan komprehensif dan terstruktur.

10
b. Faktor-faktor penilaian tingkat Kesehatan Bank terdiri dari: Profil risiko
(risk profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings),
dan Permodalan (capital).
c. Mekanisme penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang meliputi:
1. Tata cara penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum secara individual atas
4 (empat) faktor penilaian dengan berpedoman pada parameter/indikator
yang disediakan.
2. Tata cara penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum secara konsolidasi bagi
Bank yang mengendalikan Perusahaan Anak atas 4 (empat) faktor
penilaian. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi dilakukan
dengan memperhatikan: (i) materialitas atau signifikansi pangsa perusahaan
anak terhadap pangsa atau kinerja Bank secara konsolidasi; dan/atau (ii)
signifikansi permasalahan perusahaan anak pada Profil Risiko, GCG,
Rentabilitas, dan Permodalan Bank secara konsolidasi.
d. Definisi peringkat faktor penilaian dan peringkat komposit Tingkat
Kesehatan Bank.
e. Periode penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang paling kurang dilakukan
setiap semester (untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember) serta
pengkinian sewaktu-waktu apabila diperlukan.
f. Format laporan yang wajib disampaikan oleh Bank kepada Bank Indonesia
atas penilaian sendiri (self assessment) penilaian Tingkat Kesehatan Bank
yang dilakukannya.

Dalam menilai Profil Risiko, Bank wajib pula memperhatikan


cakupan penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
Salah satu perbedaan utama metode RGEC dan Metode CAMELS adalah
perhitungan profil risiko pada metode RGEC menggunakan dua dimensi
penilaian, yaitu :
1 Penilaian Resiko Inharen
Penilaian resiko Inharen merupakan penilaian atas resiko yang melekat
pada kegiatan bisinis Bank, baik yang dapat dikuantifikasi maupun yang tidak,
yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan Bank. Karakteristik resiko
inharen Bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi
bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas Bank, industri
dimana Bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi.

11
Penilaian atas resiko inharen dilakukan dengan memperhatikan indikator
masing-masing jenis resiko mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian
Tingkat kesehatan Bank Umum. Penetapan tingkat resiko inharen untuk
masing-masing jenis resiko dikategorikan dalam peringkat (1) Low (2) Low to
moderate
(3) Moderate (4) Moderate to High (5) High. Esensi dari penilaian kesehatan bank
yang baru, yaitu kualitas manajemen resiko. Aspek “Risk Profile” tersebut
mencakup jenis resiko. Aspek tersebut mencakup 8 jenis resiko yang
masing-masing terdapat indikator penilaiaan yang dapat dilihat selengkapnya pada
SE BI
No.13/24/DPNP.
a Resiko Kredit, menggunakan 17 indikator penilaian
b Resiko Likuiditas, menggunakan 15 indikator penilaian
c Resiko Opersional, menggunakan 11 indikator penilaian
d Resiko Hukum, menggunakan 13 indikator penilaian
e Resiko Strategik, menggunakan 10 indikator penilaian
f Resiko Kepatuhan, menggunakan 5 indikator penilaian
g Resiko Reputasi, menggunakan 10 indikator penilaian
Penilaian untuk faktor lainnya, yaitu faktor “G, E, dan C” secara umum sama
seperti penilaian dengan CAMELS sebelumnya. Semua komponen menggunakan
indikator/komponen penilaian yang tidak berubah drastis.

2 Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Resiko


Penilaian kualitas penerapan Manajemen Resiko mencerminkan penilaian
terhadap kecukupan sistem pengendalian resiko yang mencakup seluruh pilar
penerapan manajemen resiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia.

penerapan manajemen resiko bank bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas


penerapan manajemen resiko Bank sesuai prinsip-prinsip yang diatur dalam

12
ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan Manajemen Resiko bagi Bank
umum.
Penerapan manajemen resiko bank sangat bervariasi menurut skala,
kompleksitas, dan tingkat resiko yang dapat ditoleransi oleh Bank. Dengan
demikian, dalam menilai kualitas penerapan manajemen resiko perlu diperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha Bank. Penilaian kualitas penerapan
manajemen resiko merupakan penilaian terhadap empat aspek yang saling terkait
yaitu :
a Tata kelola Resiko
Tata kelola resiko mencakup evaluasi terhadap perumusan tingkat resiko
yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi resiko (risk tolerance) dan
kecakupan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi termasuk
pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.
b Kerangka Manajemen resiko
Kerangka manajemen resiko mencakup evaluasi terhadap strategi
manajemen resiko yang searah dengan tingkat resiko yang akan diambil
mendukung terlaksananya manajemen resiko secara efektif termasuk kejelasan
wewenang dan tanggung jawab, kecukupan kebijakan prosedur dan penetapan
c Proses manajemen Resiko, kecakupan sumber daya manusia,
dan kecakupan sistem informasi
Proses Manajemen Resiko, kecukupan Sumber Daya Manusia, dan
Kecakupan sistem informasi Manajemen Resiko mencakup evaluasi terhadap
proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian resiko, kecakupan
sistem informasi manajemen resiko, dan kecakupan kuantitas dan kualitas sumber
daya manusia dalam mendukung efektivitas proses manajemen.
d Kecakupan sistem pengendalilan resiko, dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank
Kecakupan sistem pengendalian resiko mencakup evaluasi terhadap
kecakupan sistem pengendalian intern dan kecakupan kaji ulang oleh pihak
independen (independen review) dalam Bank baik oleh Satuan Kerja Manajemen
Resiko (SKMR) maupun oleh satuan Kerja Audit Intern (SKAI). Kaji ulang oleh

13
SKMR antara lain mencakup metode, asumsi, dan variabel yang digunakan untuk
mengukur dan menetapkan limit resiko, sedangkan kaji ulang oleh (SKAI) antara
lain mencakup keandalan kerangka Manajemen Resiko dan Penerapan
Manajemen Resiko oleh unit bisnis atau unit pendukung.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

tingkat kesehatan bank adalah suatu hasil penelitian yang dilakukan baik
itu secara kuantitatif maupun kualitatif atau keduanya terhadap berbagai
aspek yang berpengaruh pada kondisi bank seperti faktor modal, kualitas
aset, manajemen bank dan sebagainya ,mempunyai metode “CAMELS”
dengan tujuan menelaah lebih dalam tentang pengertian serta penjabaran
nya,mengetahui tentang resiko perbankan yang akan di hadapi padaa
setiap kondisi tertentu.

14

Anda mungkin juga menyukai