Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN 19

TINGKAT KESEHATAN BANK


URAIAN MATERI

A. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank


Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan
terhadap risiko dan kinerja bank (Peraturan Bank Indonesia Nomor:
13/1/PBI/2011). Jika dibanding antara perbankan konvensional dengan perbankan
syariah, kinerja keuangan perbankan konvensional lebih baik daripada perbankan
syariah. Tingkat Kesehatan Bank juga merupakan hasil penilaian kondisi bank
yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank. Menurut Hermawan Darmawi
(2011) Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik
pemilik, manajemen, masyarakat pengguna jasa bank dan pemerintah dalam hal
ini Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan, karena kegagalan
dalam industri perbankan akan berdampak buruk terhadap perekonomian
Indonesia. Dan juga Menurut Iswi Hariyani dalam buku Restrukturisasi &
Penghapusan Kredit Macet (2010), yang dimaksud dengan tingkat kesehatan suatu
bank yaitu hasil penilaian secara kualitatif atas berbagai aspek yang
mempengaruhi kondisi atau kinerja bank. Penilaian tersebut dilakukan terhadap
berbagai aspek, seperti faktor modal, kualitas aset, manajemen, rentabilitas (hasil
perolehan investasi), likuiditas (posisi keuangan kas suatu perusahaan), dan
sensitivitas terhadap risiko pasar.
Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor faktor
sebagai berikut:
a. Permodalan (Capital)
b. Kualitas Aset (Asset Quality)
c. Manajemen (Management)
d. Rentabilitas (Earnings)
e. Likuiditas (Liquidity)
f. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Risk Market)
Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan
dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential
banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk
menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya peraturan tentang
kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga
tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Bank
yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat diharapkan hanya bank
yang benar-benar sehat. Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh
Bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, 12 mulai dari
penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana (Totok
Budi Satoso dan Sigit Triandaru, 2009:52).
Dalam dunia perbankan tingkat kesehatan bank sangat penting bagi pembentukan
kepercayaan. Kepercayaan dan loyalitas nasabah terhadap bank merupakan faktor
yang sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk
menyusun strategi bisnis yang baik. Menurut Hermawan Darmawi (2011) hasil
penilaian kondisi bank dapat digunakan sebagai sarana untuk menetapkan strategi
usaha di masa mendatang oleh bank, sedangkan bagi Bank Indonesia dapat
digunakan sebagai sarana penetapan kebijakan dan implementasi Pengawasan
perbankan.
Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan
dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential
banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk
menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya peraturan tentang
kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga
tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan.

B. Cara Menilai Tingkat Kesehatan Bank


Penilaian kesehatan dilakukan dengan menggunakan hasil dari laporan keuangan
yang telah dipublikasikan oleh bank. Laporan keuangan merupakan media
informasi yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan pada perusahaan. Laporan
keuangan menggambarkan tingkat kesehatan keuangan dan kinerja dalam
operasional perusahaan. Laporan keuangan diperlukan setiap perusahaan untuk
bisa melakukan evaluasi atas kinerja yang dicapai perusahaan. Laporan keuangan
3 sebagai alat komunikasi bagi pihak yang terkait dalam perusahaan. Pihak-pihak
yang berkepentingan dalam perusahaan (stake holder) diantaranya pimpinan
perusahaan, pemegang saham, investor, kreditor, pemasok, pemerintah, karyawan.
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dalam beberapa indikator, salah satu
indikator yang disajikan adalah berupa laporan keuangan bank yang bersangkutan.
Berdasarkan Laporan Keuangan, dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang
biasa dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Penilaian kesehatan bank
bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup
sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas
dan pembina bankbank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank
tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.
Menurut Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin (2010) perkembangan metodologi
penilaian kondisi bank bersifat dinamis, sehingga sistem penilaian tingkat
kesehatan bank juga harus disesuaikan dengan kondisi yang senantiasa berubah
agar lebih mencerminkan kondisi bank yang sesungguhnya baik pada saat ini
maupun pada masa mendatang. Penilaian kondisi bank meliputi penyempurnaan
pendekatan penilaian kuantitatif dan kualitatif serta penambahan penilaian faktor
bilamana diperlukan.
Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau
UUS melalui:
 Penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor
Permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap
risiko pasar.
 Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen.
Penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen,
rentabilitas dan likuiditas menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/2007 yang
diakses dari http://www.bi.go.id meliputi penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut:
a. Permodalan (Capital)
I. kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan kemampuan
permodalan dalam mengcover risiko.
II. kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung
pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja
keuangan pemegang saham.
b. Kualitas Aset (Asset Quality)
I. kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif
bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur risiko
nasabah inti.
II. kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review)
internal, sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva
produktif bermasalah.
c. Manajemen (Management)
I. kualitas manajemen umum, penerapan manajemen risiko terutama
pemahaman manajemen atas risiko Bank atau UUS.
II. kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yang berlaku,
komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, dan
kepatuhan terhadap prinsip syariah termasuk edukasi pada
masyarakat, pelaksanaan fungsi sosial.
d. Rentabilitas (Earnings)
I. kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba
mendukung ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi.
II. diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk
mendapatkan fee based income, dan diversifikasi penanaman dana,
serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan
dan biaya.
e. Likuiditas (Liquidity)
I. kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity
mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan.
II. kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber
pendanaan, dan stabilitas pendanaan.
f. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)
I. kemampuan modal Bank atau UUS mengcover potensi kerugian
sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar.
II. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
Faktor finansial atau keuangan adalah penilaian kualitatif melalui
penilaian kuntitatif dan kualitatif mengenai Aspek Permodalan
(Capital), Kualitas Aset (Asset Quality), Rentabilitas (Earnings),
Likuiditas (Liquidity) dan Solvabilitas. Dalam penelitian ini
analisis yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank
adalah melalui analisis rasio keuangan dari Faktor Permodalan,
Kualitas Aset, Rentabilitas, dan Likuiditas.
Tahapan yang dilakukan dalam proses penilaian tingkat kesehatan bank
menggunakan kertas kerja yang sudah ditentukan. Secara umum tahapan itu
adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan formula dan indikator pendukung dalam rangka
penilaian setiap komponen yang tertuang dalam Matriks
Perhitungan / Analisis Komponen setiap faktor.
2. Berdasarkan formula dan indikator tersebut, dilakukan proses
analisis untuk menetapkan peringkat setiap komponen dengan
berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat
Komponen. Dalam proses ini juga dilakukan analisis terhadap
berbagai indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan.
3. Selanjutnya dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat
setiap faktor penilaian dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria
Penetapan Perangkat Faktor. Proses penetapan peringkat setiap
faktor penilaian dilaksanakan setelah mempertimbangkan unsur
judgment yang didasarkan atas materialitas dan signifikasi dari
setiap komponen
4. Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor penilaian,
dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat komposit
bank dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan
Peringkat Komposit. Proses penetapan peringkat komposit bank
dilaksanakan setelah mempertimbangkan unsur judgment yang
didasarkan atas materialitas dan signifikasi dari setiap faktor.

C. Jenis penilaian tingkat kesehatan bank


a. Penilaian tingkat kesehatan bank secara individual Jenis penilaian ini
disebut juga sebagai self assesment. Penilaian ini dilakukan oleh pihak
intern bank itu sendiri. Penilaian ini menggunakan empat faktor yang
telah disebutkan sebelumnya di atas, yakni profil risiko, Good Corporate
Governance (GCG), rentabilitas, dan permodalan.
b. Penilaian tingkat kesehatan bank secara konsolidasi Jenis penilaian ini
dilakukan secara konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko
(Risk-based Bank Rating). Penilaian ini juga menggunakan empat faktor,
yaitu profil risiko, GCG, rentabilitas, serta permodalan. Hanya saja
penilaian ini dikonsolidasikan antara perusahaan anak dengan bank
tersebut.
Dalam hal ini, perusahaan bank merupakan perusahaan yang dimiliki dan atau
dikendalikan oleh bank secara langsung baik di dalam maupun di luar negeri.
Contoh penilaian tingkat kesehatan bank Misalnya Bank A melakukan berbagai
analisis dan penilaian secara kuantitatif dan atau kualitatif terhadap keempat
faktor, seperti profil risiko yang dimiliki bank, GCG, tingkat perolehan laba serta
permodalan bank tersebut.  Perhitungan kuantitatif yang dilakukan Bank A
meliputi nilai perolehan laba lewat perbandingan, profil risiko, GCG, serta modal
yang dimilikinya. Setelah itu, bank ini juga akan melakukan proses penilaian
kualitatif terhadap keempat faktor tersebut. Setelah melakukan perhitungan dan
penilaian akan diketahui nilai peringkat komposit Bank A. Peringkat komposit
secara tidak langsung akan mempengaruhi operasional dan atau kelangsungan
usaha. Dalam hal ini, Bank Indonesia berwenang untuk menurunkan tingkat
peringkat komposit tingkat kesehatan bank apabila ditemui pelanggaran atau
permasalahan.
D. Beberapa faktor untuk penilaian tingkat kesehatan Bank
Penetapan mengenai peringkat faktor diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
No. 9/1/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah. Proses penilaian Peringkat Faktor Finansial
dilaksanakan dengan pembobotan atas nilai peringkat Faktor Permodalan,
Kualitas Aset, Rentabilitas, Likuiditas, dan Sensitivitas terhadap Risiko Pasar.

a. Faktor Permodalan (Capital)


I. Pengertian Permodalan Modal
Menurut Zainul Arifin (2006) didefinisikan sebagai sesuatu yang
mewakili kepentingan pemilik dalam perusahaan. Pemegang saham
menempatkan modal yang dimilikinya pada suatu bank dengan harapan
akan memperoleh hasil atau keuntungan di masa mendatang.
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2011) berpendapat bahwa faktor
permodalan adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan
bank dalam memenuhi kecukupan permodalan dan kemampuan
manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan
mengontrol risiko-risiko yang berpengaruh terhadap besarnya permodalan.
II. Cara Menilai Faktor Permodalan
Menurut Jumingan (2006:243) Penilaian faktor permodalan digunakan
untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan
operasional bank. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk
menilai Faktor Permodalan adalah Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)
atau Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).
Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan melakukan
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM)
2. Kemampuan modal inti dan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP) dalam mengamankan risiko hapus buku
(writeoff)
3. Kemampuan modal inti untuk menutup kerugian pada saat
likuidasi
4. Trend/pertumbuhan KPMM
5. Kemampuan internal bank untuk menambah modal
6. Intensitas fungsi keagenan bank syariah
7. Modal inti dibandingkan dengan dana mudharabah
8. Deviden Pay Out Ratio
9. Akses kepada sumber permodalan (eksternal support)
10. Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan
permodalan bank

b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality)


I. Pengertian Kualitas Aset
Kualitas Aset menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2002)
menunjukkan kualitas aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi
bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang
berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai
kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yaitu apakah
Lancar, Kurang Lancar, Diragukan atau Macet.
I. Cara Menilai Faktor Kualitas Aset
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank,
termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk)
yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan
dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut:
1. Kualitas aktiva produktif bank
2. Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti
3. Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti
4. Kemampuan bank dalam menangani/mengembalikan aset yang
telah dihapus buku
5. Besarnya Pembiayaan non performing
6. Tingkat Kecukupan Agunan
7. Proyeksi/Perkembangan kualitas aset produktif
8. Perkembangan/trend aktiva produktif bermasalah yang
direstrukturisasi
c. Faktor Rentabilitas (Earnings)
I. Pengertian Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat ukur untuk mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Selain itu rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula
digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.
Analisa Rentabilitas menurut Teguh Pudjo Muljono (1999) adalah suatu
cara yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen sebuah
bank dalam meningkatkan rentabilitas/keuntungannya.

II. Cara Menilai Faktor Rentabilitas


Penilaian faktor rentabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan
bank dalam menghasilkan pendapatan melalui kegiatan operasional bank
syariah. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk menilai Faktor
Rentabilitas adalah Rasio Return On Asset (ROA).
Komponen-komponen Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas sebagai
berikut:
1. Net operating margin (NOM)
2. Return on assets (ROA)
3. Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO)
4. Rasio Aktiva Yang Dapat Menghasilkan Pendapatan
5. Diversifikasi pendapatan 21
6. Proyeksi Pendapatan Bersih Operasional Utama (PPBO)
7. Net structural operating margin h. Return on equity (ROE)
8. Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar keuangan
9. Disparitas imbal jasa tertinggi dengan terendah
10. Pelaksanaan fungsi edukasi,
11. Pelaksanaan fungsi sosial
12. Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil
yang diberikan oleh bank syariah
13. Rasio bagi hasil dana investasi
14. Penyaluran dana yang diwrite-off dibandingkan dengan biaya
operasional
d. Faktor Likuiditas (Liquidity)
I. Pengertian Likuiditas
Likuiditas bank menurut Zainul Arifin (2006) adalah kemampuan bank
untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban jangka pendek. Maka
pengelolaan likuiditas yang baik akan berdampak pada kepercayaan
masyarakat untuk menyimpan dananya karena mereka yakin bahwa bank
tersebut mampu menjamin dananya apabila sewaktuwaktu atau pada saat
jatuh tempo dapat menarik kembali dananya.
Menurut Siswanto Sutojo dalam Amir Machmud dan Rukmana (2010)
bank harus mempunyai cukup dana atau sumber dana likuid untuk
membayar giro, deposito dan tabungan yang akan ditarik kembali oleh
nasabah. Bank yang tidak mampu dengan cepat membayar giro, deposito
dan tabungan milik para nasabah, bank tersebut akan menurunkan reputasi
bisnis bank tersebut dan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat
untuk menggunakan bank tersebut, maka setiap bank harus menjaga
likuiditas keuangan mereka dengan cermat.
II. Cara Menilai Faktor Likuiditas (Liquidity)
Penilaian faktor likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Dalam penelitian ini, rasio
yang digunakan untuk menilai Faktor Likuiditas adalah Rasio Financing to
Deposits Ratio (FDR).
1. Penilaian kuantitatif faktor likuiditas dilakukan dengan
melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut:
2. Besarnya Aset Jangka Pendek dibandingkan dengan kewajiban
jangka pendek 23
3. Kemampuan Aset Jangka Pendek, Kas dan Secondary Reserve
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
4. Ketergantungan kepada dana deposan inti
5. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak
ketiga
6. Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain
apabila terjadi mistmach
7. Ketergantungan pada dana antar bank
Bank indonesia dapat meminta direksi, komisaris, dan atau pemegang saham
untuk menyampaikan rencana tindakan ( action plan ) yang memuat langkah –
langkah perbaikan dengan target waktu selama periode tertentu yang wajib
dilaksanakan oleh bank apabila hasil penilaian tingkat kesehatan bank
menunjukkan bahwa satu atau lebih faktor penilaian memiliki peringkat 4 atau 5
Action plan tersebut antara lain meliputi :
a. Penambahan modal ( fresh money ) dari pemegang saham bank dan atau
pihak lainnya apabila bank mengalami permasalahan faktor permodalan
seperti kecenderungan menurunnya KPMM sehingga diperkirakan akan di
bawah ketentuan yang berlaku.
b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank
mengalami permasalahan faktor kualitas aset seperti meningkatnya jumlah
kredit bermasalah sehingga diperkirakan berpengaruh secara signifikan
kepada faktor lain.
c. Peningkatan fungsi audit internal, penyempurnaan pemisahan tugas, dan
peningkatan efektivitas korektif berdasarkan temuan audit apabila bank
mengalami permasalahan manajemen seperti lemahnya penerapan
pengendalian internal ( internal control )
d. Peningkatan efesiensi bank apabila bank mengalami permasalahan
rentabilitas sehingga perolehan laba menurun dan mempengaruhi faktor
lain secara signifikan
e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber – sumber
pendanaan lainnya apabila bank mengalami permasalahan likuiditas
seperti menurunnya kecukupan likuiditas ( liqudity shortage ) sehingga
diperkirakan akan mempengaruhi arus kas jangka pendek.
f. Penambahan modal ( fresh money ) dari pemegang saham bank atau pihak
lainnya atau penataan kembali portofolio bank apabila bank mengalami
permasalahan sensitivitas terhadap resiko pasar seperti meningkatnya
eksposure risiko suku bunga pada portofolio banking book ( interest rate
risk in banking book ) dan kemampuan modal untuk menyerap potensi
kerugian tersebut cendrung menurun.

E. Pelanggaran Kesehatan Bank


Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank
Indonesia dapat mengambil tindakan berdasarkan Undang – undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membayakan
kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar :
1. Pemegang saham menambah modal Pemegang saham mengganti
dewan komisaris dan atau direksi bank
2. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang macet, dan memperhitungkan kerugian bank dengan
modalnya
3. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain Bank dijual
kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban
4. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank
kepada pihak lain
5. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank
kepada bank atau pihak lain

F. Aturan Kesehatan Bank


Berdasarkan Undang – undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas
Undang – undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan
pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang – undang tersebut
menetapkan bahwa :
1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas menejemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati – hatian.
2. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh
cara – cara yang tidak merugikan bank dan kepetingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank.
3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan,
dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
4. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan
bagi pemeriksaan buku – buku dan berkas – berkas yang ada padanya,
serta wajib memberikan bantuan yang dperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara
berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat
menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia
melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
6. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca,
perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala
lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib
terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik.
7. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Anda mungkin juga menyukai