Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank (Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011). Jika dibanding antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah, kinerja keuangan perbankan konvensional lebih baik daripada perbankan syariah. Tingkat Kesehatan Bank juga merupakan hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank. Menurut Hermawan Darmawi (2011) Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, manajemen, masyarakat pengguna jasa bank dan pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan, karena kegagalan dalam industri perbankan akan berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia. Dan juga Menurut Iswi Hariyani dalam buku Restrukturisasi & Penghapusan Kredit Macet (2010), yang dimaksud dengan tingkat kesehatan suatu bank yaitu hasil penilaian secara kualitatif atas berbagai aspek yang mempengaruhi kondisi atau kinerja bank. Penilaian tersebut dilakukan terhadap berbagai aspek, seperti faktor modal, kualitas aset, manajemen, rentabilitas (hasil perolehan investasi), likuiditas (posisi keuangan kas suatu perusahaan), dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor faktor sebagai berikut: a. Permodalan (Capital) b. Kualitas Aset (Asset Quality) c. Manajemen (Management) d. Rentabilitas (Earnings) e. Likuiditas (Liquidity) f. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Risk Market) Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya peraturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Bank yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat diharapkan hanya bank yang benar-benar sehat. Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, 12 mulai dari penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana (Totok Budi Satoso dan Sigit Triandaru, 2009:52). Dalam dunia perbankan tingkat kesehatan bank sangat penting bagi pembentukan kepercayaan. Kepercayaan dan loyalitas nasabah terhadap bank merupakan faktor yang sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis yang baik. Menurut Hermawan Darmawi (2011) hasil penilaian kondisi bank dapat digunakan sebagai sarana untuk menetapkan strategi usaha di masa mendatang oleh bank, sedangkan bagi Bank Indonesia dapat digunakan sebagai sarana penetapan kebijakan dan implementasi Pengawasan perbankan. Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya peraturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan.
B. Cara Menilai Tingkat Kesehatan Bank
Penilaian kesehatan dilakukan dengan menggunakan hasil dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan oleh bank. Laporan keuangan merupakan media informasi yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan pada perusahaan. Laporan keuangan menggambarkan tingkat kesehatan keuangan dan kinerja dalam operasional perusahaan. Laporan keuangan diperlukan setiap perusahaan untuk bisa melakukan evaluasi atas kinerja yang dicapai perusahaan. Laporan keuangan 3 sebagai alat komunikasi bagi pihak yang terkait dalam perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (stake holder) diantaranya pimpinan perusahaan, pemegang saham, investor, kreditor, pemasok, pemerintah, karyawan. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dalam beberapa indikator, salah satu indikator yang disajikan adalah berupa laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan Laporan Keuangan, dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang biasa dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Penilaian kesehatan bank bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bankbank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya. Menurut Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin (2010) perkembangan metodologi penilaian kondisi bank bersifat dinamis, sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan bank juga harus disesuaikan dengan kondisi yang senantiasa berubah agar lebih mencerminkan kondisi bank yang sesungguhnya baik pada saat ini maupun pada masa mendatang. Penilaian kondisi bank meliputi penyempurnaan pendekatan penilaian kuantitatif dan kualitatif serta penambahan penilaian faktor bilamana diperlukan. Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau UUS melalui: Penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor Permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen. Penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/2007 yang diakses dari http://www.bi.go.id meliputi penilaian terhadap komponen- komponen sebagai berikut: a. Permodalan (Capital) I. kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko. II. kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham. b. Kualitas Aset (Asset Quality) I. kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur risiko nasabah inti. II. kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. c. Manajemen (Management) I. kualitas manajemen umum, penerapan manajemen risiko terutama pemahaman manajemen atas risiko Bank atau UUS. II. kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yang berlaku, komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, dan kepatuhan terhadap prinsip syariah termasuk edukasi pada masyarakat, pelaksanaan fungsi sosial. d. Rentabilitas (Earnings) I. kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukung ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi. II. diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk mendapatkan fee based income, dan diversifikasi penanaman dana, serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya. e. Likuiditas (Liquidity) I. kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan. II. kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan. f. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk) I. kemampuan modal Bank atau UUS mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar. II. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar. Faktor finansial atau keuangan adalah penilaian kualitatif melalui penilaian kuntitatif dan kualitatif mengenai Aspek Permodalan (Capital), Kualitas Aset (Asset Quality), Rentabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity) dan Solvabilitas. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah melalui analisis rasio keuangan dari Faktor Permodalan, Kualitas Aset, Rentabilitas, dan Likuiditas. Tahapan yang dilakukan dalam proses penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan kertas kerja yang sudah ditentukan. Secara umum tahapan itu adalah sebagai berikut : 1. Menerapkan formula dan indikator pendukung dalam rangka penilaian setiap komponen yang tertuang dalam Matriks Perhitungan / Analisis Komponen setiap faktor. 2. Berdasarkan formula dan indikator tersebut, dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap komponen dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen. Dalam proses ini juga dilakukan analisis terhadap berbagai indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan. 3. Selanjutnya dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap faktor penilaian dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Perangkat Faktor. Proses penetapan peringkat setiap faktor penilaian dilaksanakan setelah mempertimbangkan unsur judgment yang didasarkan atas materialitas dan signifikasi dari setiap komponen 4. Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor penilaian, dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat komposit bank dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit. Proses penetapan peringkat komposit bank dilaksanakan setelah mempertimbangkan unsur judgment yang didasarkan atas materialitas dan signifikasi dari setiap faktor.
C. Jenis penilaian tingkat kesehatan bank
a. Penilaian tingkat kesehatan bank secara individual Jenis penilaian ini disebut juga sebagai self assesment. Penilaian ini dilakukan oleh pihak intern bank itu sendiri. Penilaian ini menggunakan empat faktor yang telah disebutkan sebelumnya di atas, yakni profil risiko, Good Corporate Governance (GCG), rentabilitas, dan permodalan. b. Penilaian tingkat kesehatan bank secara konsolidasi Jenis penilaian ini dilakukan secara konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating). Penilaian ini juga menggunakan empat faktor, yaitu profil risiko, GCG, rentabilitas, serta permodalan. Hanya saja penilaian ini dikonsolidasikan antara perusahaan anak dengan bank tersebut. Dalam hal ini, perusahaan bank merupakan perusahaan yang dimiliki dan atau dikendalikan oleh bank secara langsung baik di dalam maupun di luar negeri. Contoh penilaian tingkat kesehatan bank Misalnya Bank A melakukan berbagai analisis dan penilaian secara kuantitatif dan atau kualitatif terhadap keempat faktor, seperti profil risiko yang dimiliki bank, GCG, tingkat perolehan laba serta permodalan bank tersebut. Perhitungan kuantitatif yang dilakukan Bank A meliputi nilai perolehan laba lewat perbandingan, profil risiko, GCG, serta modal yang dimilikinya. Setelah itu, bank ini juga akan melakukan proses penilaian kualitatif terhadap keempat faktor tersebut. Setelah melakukan perhitungan dan penilaian akan diketahui nilai peringkat komposit Bank A. Peringkat komposit secara tidak langsung akan mempengaruhi operasional dan atau kelangsungan usaha. Dalam hal ini, Bank Indonesia berwenang untuk menurunkan tingkat peringkat komposit tingkat kesehatan bank apabila ditemui pelanggaran atau permasalahan. D. Beberapa faktor untuk penilaian tingkat kesehatan Bank Penetapan mengenai peringkat faktor diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Proses penilaian Peringkat Faktor Finansial dilaksanakan dengan pembobotan atas nilai peringkat Faktor Permodalan, Kualitas Aset, Rentabilitas, Likuiditas, dan Sensitivitas terhadap Risiko Pasar.
a. Faktor Permodalan (Capital)
I. Pengertian Permodalan Modal Menurut Zainul Arifin (2006) didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam perusahaan. Pemegang saham menempatkan modal yang dimilikinya pada suatu bank dengan harapan akan memperoleh hasil atau keuntungan di masa mendatang. Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2011) berpendapat bahwa faktor permodalan adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan permodalan dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang berpengaruh terhadap besarnya permodalan. II. Cara Menilai Faktor Permodalan Menurut Jumingan (2006:243) Penilaian faktor permodalan digunakan untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan operasional bank. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk menilai Faktor Permodalan adalah Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) atau Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) 2. Kemampuan modal inti dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dalam mengamankan risiko hapus buku (writeoff) 3. Kemampuan modal inti untuk menutup kerugian pada saat likuidasi 4. Trend/pertumbuhan KPMM 5. Kemampuan internal bank untuk menambah modal 6. Intensitas fungsi keagenan bank syariah 7. Modal inti dibandingkan dengan dana mudharabah 8. Deviden Pay Out Ratio 9. Akses kepada sumber permodalan (eksternal support) 10. Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan permodalan bank
b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality)
I. Pengertian Kualitas Aset Kualitas Aset menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2002) menunjukkan kualitas aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yaitu apakah Lancar, Kurang Lancar, Diragukan atau Macet. I. Cara Menilai Faktor Kualitas Aset Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Kualitas aktiva produktif bank 2. Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti 3. Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti 4. Kemampuan bank dalam menangani/mengembalikan aset yang telah dihapus buku 5. Besarnya Pembiayaan non performing 6. Tingkat Kecukupan Agunan 7. Proyeksi/Perkembangan kualitas aset produktif 8. Perkembangan/trend aktiva produktif bermasalah yang direstrukturisasi c. Faktor Rentabilitas (Earnings) I. Pengertian Rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat ukur untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Analisa Rentabilitas menurut Teguh Pudjo Muljono (1999) adalah suatu cara yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen sebuah bank dalam meningkatkan rentabilitas/keuntungannya.
II. Cara Menilai Faktor Rentabilitas
Penilaian faktor rentabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan melalui kegiatan operasional bank syariah. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk menilai Faktor Rentabilitas adalah Rasio Return On Asset (ROA). Komponen-komponen Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas sebagai berikut: 1. Net operating margin (NOM) 2. Return on assets (ROA) 3. Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO) 4. Rasio Aktiva Yang Dapat Menghasilkan Pendapatan 5. Diversifikasi pendapatan 21 6. Proyeksi Pendapatan Bersih Operasional Utama (PPBO) 7. Net structural operating margin h. Return on equity (ROE) 8. Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar keuangan 9. Disparitas imbal jasa tertinggi dengan terendah 10. Pelaksanaan fungsi edukasi, 11. Pelaksanaan fungsi sosial 12. Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah 13. Rasio bagi hasil dana investasi 14. Penyaluran dana yang diwrite-off dibandingkan dengan biaya operasional d. Faktor Likuiditas (Liquidity) I. Pengertian Likuiditas Likuiditas bank menurut Zainul Arifin (2006) adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban jangka pendek. Maka pengelolaan likuiditas yang baik akan berdampak pada kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dananya karena mereka yakin bahwa bank tersebut mampu menjamin dananya apabila sewaktuwaktu atau pada saat jatuh tempo dapat menarik kembali dananya. Menurut Siswanto Sutojo dalam Amir Machmud dan Rukmana (2010) bank harus mempunyai cukup dana atau sumber dana likuid untuk membayar giro, deposito dan tabungan yang akan ditarik kembali oleh nasabah. Bank yang tidak mampu dengan cepat membayar giro, deposito dan tabungan milik para nasabah, bank tersebut akan menurunkan reputasi bisnis bank tersebut dan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat untuk menggunakan bank tersebut, maka setiap bank harus menjaga likuiditas keuangan mereka dengan cermat. II. Cara Menilai Faktor Likuiditas (Liquidity) Penilaian faktor likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk menilai Faktor Likuiditas adalah Rasio Financing to Deposits Ratio (FDR). 1. Penilaian kuantitatif faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 2. Besarnya Aset Jangka Pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek 23 3. Kemampuan Aset Jangka Pendek, Kas dan Secondary Reserve dalam memenuhi kewajiban jangka pendek 4. Ketergantungan kepada dana deposan inti 5. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga 6. Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi mistmach 7. Ketergantungan pada dana antar bank Bank indonesia dapat meminta direksi, komisaris, dan atau pemegang saham untuk menyampaikan rencana tindakan ( action plan ) yang memuat langkah – langkah perbaikan dengan target waktu selama periode tertentu yang wajib dilaksanakan oleh bank apabila hasil penilaian tingkat kesehatan bank menunjukkan bahwa satu atau lebih faktor penilaian memiliki peringkat 4 atau 5 Action plan tersebut antara lain meliputi : a. Penambahan modal ( fresh money ) dari pemegang saham bank dan atau pihak lainnya apabila bank mengalami permasalahan faktor permodalan seperti kecenderungan menurunnya KPMM sehingga diperkirakan akan di bawah ketentuan yang berlaku. b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank mengalami permasalahan faktor kualitas aset seperti meningkatnya jumlah kredit bermasalah sehingga diperkirakan berpengaruh secara signifikan kepada faktor lain. c. Peningkatan fungsi audit internal, penyempurnaan pemisahan tugas, dan peningkatan efektivitas korektif berdasarkan temuan audit apabila bank mengalami permasalahan manajemen seperti lemahnya penerapan pengendalian internal ( internal control ) d. Peningkatan efesiensi bank apabila bank mengalami permasalahan rentabilitas sehingga perolehan laba menurun dan mempengaruhi faktor lain secara signifikan e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber – sumber pendanaan lainnya apabila bank mengalami permasalahan likuiditas seperti menurunnya kecukupan likuiditas ( liqudity shortage ) sehingga diperkirakan akan mempengaruhi arus kas jangka pendek. f. Penambahan modal ( fresh money ) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya atau penataan kembali portofolio bank apabila bank mengalami permasalahan sensitivitas terhadap resiko pasar seperti meningkatnya eksposure risiko suku bunga pada portofolio banking book ( interest rate risk in banking book ) dan kemampuan modal untuk menyerap potensi kerugian tersebut cendrung menurun.
E. Pelanggaran Kesehatan Bank
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia dapat mengambil tindakan berdasarkan Undang – undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar : 1. Pemegang saham menambah modal Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank 2. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang macet, dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya 3. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban 4. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain 5. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank atau pihak lain
F. Aturan Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang – undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang – undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang – undang tersebut menetapkan bahwa : 1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas menejemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati – hatian. 2. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara – cara yang tidak merugikan bank dan kepetingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. 3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan, dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku – buku dan berkas – berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang dperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan. 5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank. 6. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik. 7. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya