Anda di halaman 1dari 1

Transaksi 

Repurchase Agreement yang selanjutnya disebut Transaksi Repo adalah kontrak


jual atau beli Efek dengan janji beli atau jual kembali pada waktu dan harga yang telah
ditetapkan.

Setiap Transaksi Repo wajib mengakibatkan perubahan kepemilikan atas Efek.


(2)Efek yang dipindahkan sebagai substitusi atau untuk pemeliharaan marjin dalam
Transaksi Repo wajib mengakibatkan perubahan kepemilikan atas Efek tersebut.
(3)Dalam hal terjadi peristiwa kegagalan (event of default) dalam Transaksi Repo, para
pihak wajib menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan tata cara penyelesaian
peristiwa kegagalan serta hak dan kewajiban yang mengikutinya sebagaimana
dimuat dalam perjanjian Transaksi Repo.

Repurchase Aggrement (Repo) adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai
dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijual
tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu. Surat-surat
berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi Repo adalah surat-
surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto, misalanya SBI, SPN, Sertifikat
Deposito, CP, atau T-Bills.
BI secara khusus mengatur ketentuan mengenai transaksi Repo dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No. 10/2/DPM tentang Transaksi Repurchase dengan Bank Indonesia di Pasar
Sekunder. Dalam surat edaran tersebut disebutkan bahwa ketentuan umum transaksi Repo
dengan BI adalah :
a) Transaksi Repo dengan BI diperuntukkan bagi bank umum yang melakukan kegiatan
usaha secara konvensional.
b) Surat berharga yang dapat direpokan adalah surat berharga yang diterbitkan oleh BI,
pemerintah dan/atau lembaga lainnya, yang ditatausahakan dalam Bank Indonesia-
Scripless Securities Settlement System. yang termasuk dalam surat berharga ini adalah SBI
dan SUN.
c) Transaksi surat berharga secara Repo adalah transaksi penjualan bersyarat surat
berharga oleh bank kepada BI dengan kewajiban pembelian kembali sesuai dengan harga
dan jangka waktu yang di sepakati.
d) Bank Indonesia menerapkan hair cut sebagai faktor pengurang harga Surat Berharga.
Hair cut adalah marjin yang ditetapkan BI sebagai faktor pengurang harga surat berharga.

Sumber : BMP EKSI 4205 Modul 8 Hal 8.14-8.15

Anda mungkin juga menyukai