Oleh
Perjanjian Beli Kembali adalah repurchased agreement yaitu perjanjian untuk menjual
dan sekaligus membeli kembali surat berharga pada tanggal dan harga yang telah ditetapkan;
perjanjian seperti ini dikenal juga dengan sebutan repo atau RP. Repurchase agreement sebagai
perjanjian meminjam uang dengan suatu jaminan, jaminan berupa instrumen investasi di pasar
modal seperti saham, surat utang negara, dan obligasi korporasi. Instrumen dalam transaksi
repo adalah seller sebagai pihak yang butuh dana dan buyer sebagai pihak yang pinjam dana.
Menurut Alina prima sari (2009), dalam transaksi Repo, umumnya nilai transaksi Repo akan
berada di bawah nilai jaminannya. Salah satu yang mempengaruhi nilai transaksi Repo ini
tentunya adalah jenis jaminannya. Hal lain yang akan mempengaruhi nilai transaksi Repo
tentunya juga adalahkualitas dari barang jaminannya. Jika kita menjaminkan saham Coca-
Cola misalnya, nilai yang bisa kita dapatkan tentunya akan lebih tinggi dibandingkan dengan
saham PT. Antah Berantah.
Transaksi repurchase agreement ini yang dilaksanakan pada bank konvensional, yaitu
transaksi pertukaran antara uang tunai dengan surat berharga bukan antara surat berharga
dengan surat berharga. Dimana harga beli kembali lebih besar dari harga jual sehingga
transaksi yang dilakukan pada bank konvensional berlaku unsur bunga. Dan adanya bunga itu
haram hukumnya. Karena dalam islam bunga termasuk transaksi riba. riba itu ialah orang yang
memiliki utang Jika ia tidak mampu melunasi, maka ia harus menambah dana (dalam bentuk
bunga pinjam) atas penambahan waktu yang diberikan. Hal tersebut sangat bertentangan
dengan prinsip muamalah dalam islam.
Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/4/PBI/2015 tentang Pasar Uang
Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) ,Pasar uang antar bank syariah maksudnya
pasar yang dimana di perdagangkan surat berharga yang diterbitkan sehubungan dengan
penempatan atau peminjaman uang dalam jangka pendek dan memanage likuiditas secara
efisien, dapat memberikan keuntungan dan sesuai dengan syariah.
Transaksi Repo Surat Berharga Syariah berdasarkan Prinsip Syariah dibolehkan dengan
mengikuti ketentuan bahwa transaksi dilakukan dengan akad al-bai maaal-wad bi al-syira.
Akad Jual beli atas Surat Berharga Syariah harus dilakukan dengan akad jual beli yang
sesungguhnya (al-bai al-haqiqi) yang antara lain ditandai dengan berpindahnya kepemilikan
Surat Berharga Syariah yang diperjualbelikan berikut segala hak dan akibat hukum lain yang
melekat padanya.
Akad Al-bai' ma'a al-wa'd bi al-syira' atau jual beli SBS outright diikuti dengan janji
untuk membeli kembali SBS (muwaadah) dengan menyepakati terlebih dahulu harga dan
waktu pembelian dan penjualan kembali SBS. Dalam akad ini membahas tentang bagaimana
transaksi repurchase agreement syariah di indonesia yang dilakukan dalam jangka waktu
sampai satu tahun.
Dalam repo Surat Berharga Syariah ini lembaga keuangan syariah dan lembaga
keuangan konvensional diperbolehkan menjadi penjual dan/atau pembeli repo Surat Berharga
Syariah. Lembaga keuangan konvensional yang melakukan jual-beli surat berharga syariah pun
harus tunduk dan patuh pada ketentuan yang terdapat dalam fatwa. Jika janji tidak dipenuhi,
maka pihak yang mengingkari janji dapat dikenakan sanksi.
Pada Juli lalu, Bank Indonesia (BI) dan 18 bank syariah menandatangani nota
kesepahaman fasilitas Mini Master Repo Agreement (MRA). Penggunaan instrumen repo ini
dinilai menjadi salah satu solusi menangani masalah likuiditas perbankan syariah.
Sebelum transaksi Repo terjadi akan dibuat dulu ketentuan-ketentuan yang disepakati
oleh pihak-pihak yang terlibat. Secara sederhana instrumen yang terlibat dalam transaksi Repo
ada 5 hal :
Dari segi waktu jatuh temponya, Repo terbagi atas 3 jenis, yaitu :
1. Classic Repo : Transaksi Repo tanpa terjadi kepindahan kepemilikan efek, efek tetap
berada di pihak penjual. Efek tersebut tidak dapat dijual sebelum Repo tersebut jatuh
tempo.
2. Sell/Buy Back Repo : Transaksi Repo yang melibatkan transfer efek dan dana antara
pihak penjual dan pihak pembeli.
Dalam transaksi sell/ buy back Repo, terjadi dua kali pemindahbukuan, misalnya, Broker
X bertransaksi Repo jual dengan Bank Y. Maka pada tanggal penyelesian pertama, yaitu terjadi
perpindahan efek dari broker X ke bank Y yang diikuti dengan perpindahan dana dari bank Y
ke broker X. Sedangkan pada tanggal penyelesainnya, jumlah dan istrumen efek yang sama
akan berpindah dari bank Y ke broker X sesuai kesepakatan yang telah terjadi sebelumnya.
Umumnya, harga pada saat penebusan lebih tinggi dibandingkan harga penjualan. A sell / buy
back adalah penjualan spot dan maju pembelian kembali keamanan. Ini adalah dua berbeda
perdagangan pasar langsung tunai, satu untuk penyelesaian ke depan. Harga berjangka
ditetapkan relatif terhadap harga spot untuk menghasilkan tingkat pengembalian pasar.
Motivasi dasar dari jual / beli punggung umumnya sama untuk repo klasik, yaitu berusaha
untuk mendapatkan keuntungan dari tarif pembiayaan yang lebih rendah umumnya tersedia
untuk jaminan sebagai lawan dari pinjaman non-aman. Ekonomi transaksi juga mirip dengan
bunga meminjam uang tunai melalui menjual / buy back implisit di dalam selisih antara harga
jual dan harga beli.
Ada beberapa perbedaan antara kedua struktur. repo adalah teknis satu transaksi
sedangkan sell / buy back adalah sepasang transaksi (yang menjual dan membeli). A sell / buy
back tidak memerlukan dokumentasi hukum khusus sementara repo yang umumnya
memerlukan perjanjian master berada di tempat antara pembeli dan penjual (biasanya SIFMA
/ ICMA ditugaskan Global Master Repo Agreement (GMRA)). Untuk alasan ini ada
peningkatan terkait dalam risiko dibandingkan dengan repo. Jika kegagalan pihak lawan,
kurangnya perjanjian mungkin mengurangi berdiri hukum dalam mengambil jaminan. Setiap
pembayaran kupon pada keamanan yang mendasari selama kehidupan sell / buy back
umumnya akan diteruskan kembali ke penjual keamanan dengan menyesuaikan uang dibayar
pada pengakhiran sell / buy back. Dalam sebuah repo, kupon tersebut akan diteruskan langsung
ke penjual keamanan.
Muhammad Luky Junizar (2013) pengaruh pengumumanPembelian kembali saham
(buyback) terhadap respon pasar: studi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia
(bei) mengungkapkan bahwa Stock repurchase atau pembelian kembali saham atau yang biasa
dikenal dengan buy back stock adalah tindakan yang dilakukan oleh emiten maupun
perusahaan publik untuk membeli kembali saham yang telah ditawarkan kepada masyarakat
baik melalui bursa maupun di luar bursa. Maksud dan tujuan dari pelaksanaan aksi korporasi
ini antara lain adalah untuk meningkatkan likuiditas saham, memperoleh keuntungan dengan
menjual kembali setelah harga mengalami kenaikan atau sebagai langkah untuk mengurangi
modal disetor (Annual Report BAPEPAM-LK, 2008).
Dalam transaksi Repo, umumnya nilai transaksi Repo akan berada di bawah nilai jaminannya.
Salah satu yang mempengaruhi nilai transaksi Repo ini tentunya adalah jenis jaminannya.
Sebagai contoh, untuk untuk Repo Obligasi misalnya, nilai transaksi Reponya bisa berkisar di
sekitar 70% dari nilai obligasinya. Jika nilai Obligasi yang dijaminkan Rp 1 milyar, maka nilai
uang yang bisa dipinjam sebesar Rp 700 juta. Sebaliknya untuk Repo Saham, nilai Reponya
mungkin akan berkisar sebesar 50% dari nilai saham yang dijaminkan. Jika nilai saham yang
dijaminkan adalah Rp 1 milyar, maka uang yang akan dipinjamkan hanya sebesar Rp 500 juta.
Ini tentunya wajar, karena harga obligasi biasanya lebih stabil dan pergerakannya tidak terlalu
fluktuatif dibandingkan dengan harga saham.
Kegunaan Repo
Untuk pembeli, repo adalah suatu kesempatan untuk menginvestasikan uang tunai untuk jangka
waktu yang disesuaikan (investasi lain biasanya batas tenor). Ini adalah jangka pendek dan
aman sebagai investasi yang aman karena investor menerima jaminan. likuiditas pasar untuk
repo yang baik, dan harga yang kompetitif bagi investor. Uang Dana adalah pembeli besar
Repurchase Perjanjian.
Untuk pedagang di perusahaan perdagangan, repo digunakan untuk membiayai posisi panjang,
memperoleh akses ke biaya pendanaan yang lebih murah dari investasi spekulatif lain, dan
menutup posisi pendek pada efek. Selain menggunakan repo sebagai kendaraan pendanaan,
pedagang repo "membuat pasar". Pedagang ini telah secara tradisional dikenal sebagai
"pedagang repo cocok-buku".
Konsep perdagangan cocok-buku berikut erat dengan seorang broker yang mengambil kedua
sisi perdagangan yang aktif, pada dasarnya tidak memiliki risiko pasar, risiko kredit saja.
Dasar-book cocok pedagang terlibat baik di repo dan reverse repo dalam waktu singkat,
menangkap keuntungan dari bid / ask spread antara reverse repo dan tingkat repo. Saat ini,
cocok-buku repo pedagang menerapkan strategi keuntungan lainnya, seperti jatuh tempo non-
cocok, swap agunan, dan manajemen likuiditas.
Namun dari tanggal penerbitan repurchase agreement tersebut belum ada bank yang
berminat untuk melaksanakan perjanjian transaksi repurchase agreement syariah tersebut
hingga Pada awal Juli lalu, Bank Indonesia (BI) dan 18 bank syariah menandatangani nota
kesepahaman atau memorandum of understanding (mou) mengenai fasilitas mini master
repurchase agreement syariah di gedung bank indonesia.diantaranya 11 dari bank umum
syariah dan 7 dari unit usaha syariah yang sepakat menggunakan fasilitas Mini Master Repo
Agreement (MRA).
18 bank anggota IIGMA tersebut antara lain, Bank BNI Syariah,Bank Muamalat
Syariah, Bank syariah Bukopin, Bank Sinarmas syariah, Bank CIMB niaga syariah, Bank
Tabungan Negara Syariah, Bank Tabungan pensiunan nasional syariah, Bank Jabar banten
syariah, maybank syariah, Bank victoria syariah, Bank OCBC NISP syariah, Bank Syariah
Mandiri, Bank mega syariah, Bank DKI Syariah, Bank Permata syariah,Bank Danamon
syariah, BRI syariah dan Bank Panin syariah. Sementara terdapat bank yang tidak ikut yaitu
BCA syariah dan BII syariah.
Masing-masing bank tersebut melibatkan legal and complience unit dalam melakukan
pembahasan. Mini Mra syariah sebagai dokumen acuan dalam melakukan transaksi repo
syariah.Melalui Repurchase agreement syariah ini diharapkan bisa menjadi jembatan bagi bank
syariah dan bank konvnsional dalam melakukan kerjasama. Selain menjadi salah satu
instrumen likuiditas, repo syariah diharapkan bisa mengembangkan surat berharga syariah
negara (sbsn) di pasar sekunder.
Dengan adanya repo syariah maka terbuka jalan untuk meningkatkan likuiditas pasar
bank syariah dan sumber pembiayaannya murah. Apabila kondisi likuiditas bank syariah
mengalami pengetatan maka akan memperoleh dana mahal dan dari pasar uang antar bank
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Penggunaan instrumen repo ini dinilai menjadi salah satu
solusi menangani masalah likuiditas perbankan syariah. Transaksi yang direpokan bisa
dilakukan antara lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah. Jika
likuiditas berkurang maka tingkat kredit mengalami penurunan. Begitu sebaliknya, jika
likuiditas mengalami kelebihan maka belum tentu baik bagi perusahaan sebab kondisinya arus
kas yang masuk lebih besar dibandingkan dengan arus kas yang keluar. Sehingga kekurangan
dan kelebihan likuiditas merupakan resiko dari likuiditas. Resiko likuiditas adalah resiko yang
muncul akibat kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu.
Dalam pelaksanaan transaksi Repo, terdapat beberapa issue atau kendala yang dihadapi oleh
para pihak, diantaranya adalah :
Transaksi Repo dilakukan para pihak sesuai dengan kesepakatan masing-masing pihak.
Agar terdapat standar dan keteraturan dalam perjanjian atau kesepakatan antar pihak, maka
telah ditentukan suatu perjanjian standar transaksi Repo berupa Master Repurchase Agreement
(MRA), khususnya untuk transaksi Repo atas SUN dan SBI.
Beberapa hal yang perlu dicantumkan dalam MRA adalah :Tata cara transaksi,
mekanisme pembayaran dan pengalihan aset, pemeliharaan marjin, bagaimana bila tejadi
wanprestasi, pengakhiran perjanjian, penyelesaian sengketa, dan dilampiri dengan dokumen-
dokumen pendukung. Dharma Setyadi (2009)
Selama ini pemegang saham mayoritas yang mengatur harga. Banyak kasus repo
sehingga merugikan investor kecil. Dengan aturan repo, investor bisa mengetahui berapa
jumlah saham tertentu yang di-repo-kan. sebenarnya transaksi repo adalah transaksi
kontraktual antara dua pihak yang terlibat pinjam-meminjam efek. Sehingga, tak perlu
dilaporkan secara detail. Ini berbeda dengan repo perbankan yang menggunakan dana publik.
transaksi repo memang memiliki tendensi untuk menggoreng saham. Tapi selama ini sudah ada
rekening dana nasabah yang menyulitkan sekuritas nakal untuk memainkan saham repo. "Dulu
ada indikasi sekuritas memakai dana nasabah untuk transaksi repo. Tapi dengan adanya
rekening dana nasabah sekuritas nakal sudah lebih susah untuk melanggar.
Setiap jenis usaha pasti memiliki berbagai jenis resiko, tak terkecuali pada jenis usaha
perbankan syariah. Salah satu resiko yang dihadapi oleh dunia perbankan adalah jenis resiko
likuiditas. Resiko ini mengharuskan bank untuk bisa mengelola aset-asetnya dan mengontrol
jumlah asset yang likuid guna memenuhi kewajiban bank, dalam menghadapi resiko likuiditaas
bank memiliki manajemen tersendiri, proses manajemen resiko likuiditas yang baik bank harus
dimulai dari tahapan mengukur likuiditas sampai dengan tahap mitigasi serta diakhiri dengan
berbagai strategi guna mengelola likuiditas pada bank islam.
Maka repurchase agreement syariah ini akan sangat membantu dalam meningkatkan
pertumbuhan perekonomian indonesia, sebab perbankan sebagai pilar penting dalam
pertumbuhan perekonomian indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/perjanjian_beli_kembali.aspx
Kontan.Co.Id
Menurut Alina prima sari (2009), sekilas tentang repo, from wordpress.com, 24 april
Fatwa No 94 Tahun 2014 tentang Repo Surat Berharga Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/4/PBI/2015 tentang Pasar Uang Antarbank
Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)