Anda di halaman 1dari 12

HUKUM BISNIS INTERNASIONAL

“MURABAHA TRADE FINANCE AGREEMENT FOR


PURCHASE OF COAL”

Dosen :
Arnold JP Nainggolan, S.H, M.Kn

Disusun Oleh :
Chandra Putra Toban Paembonan
(1640050067)

Fakultas Hukum
Universitas Kristen Indonesia
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan


menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli (Nurhayati dan Wasilah,
2008:160).
Murabahah hakikatnya jual beli, dimana antara penjual dan
pembeli dalam transaksi jual beli membuat suatu kesepakatan yang
kemudian kesepakatan ini dalam istilah perbankan syariah
dituangkan dalam nota akad. Terdapat dua jenis bentuk pembiayaan
murabahah yaitu murabahah dengan pesanan dan murabahah tanpa
pesanan (Nurhayati dan Wasilah, 2008:163). Kedua jenis akad ini
perbedaannya hanya pada sifatnya jika jenis yang pertama yaitu
murabahah dengan pesanan bersifat mengikat sedangkan yang
kedua murabahah tanpa pesanan sifatnya tidak mengikat.
Semua tergantung pada kebutuhan nasabah ingin melakukan
pembiayaan murabahah dengan pesanan atau murabahah tanpa
pesanan, karena layanan perbankan syariah yang berhubungan
dengan penyaluran dana seperti pemberian pembiayaan kepada
nasabah, dapat dilakukan dengan berbagai bentuk akad sesuai
kebutuhan nasabah sendiri. Salah satu bentuk pembiayaan yang
paling sering diberikan kepada nasabah adalah pembiayaan
konsumtif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
nasabah. Pembiayaan konsumtif terbagi menjadi beberapa macam
produk yang dibiayai, mulai dari barang, kepemilikan rumah dan
kendaraan. Pemberian pembiyaan kendaraan pada Bank Syariah,
dilakukan dengan menggunakan akad murabahah. Transaksi dengan
akad murabahah ini dapat dilaksanakan dengan berbagai sistem
pembayaran yaitu, dapat berbentuk tunai setelah menerima barang,
dapat ditangguh dengan cicilan setalah menerima barang, ataupun
ditangguhkan dengan membayar sekaligus dikemudian hari
BAB II
TEORI DAN KONSEP HUKUM

A. Pembiayaan
1. Pengertian
Pembiayaan Pembiayaan sering kali dipersamakan dengan
kredit. Sebagai produk utama bank, kredit dan pembiaayaan
merupakan sisi aktiva dari neraca bank. Kredit dan pembiayaan
merupakan kekayaan bank yang karenanya harus dipelihara dan
dijaga supaya tetap sehat. Istilah kredit berasal dari bahasa latin,
credo yang berarti I belive, I trust, (saya percaya, saya menaruh
kepercayaan). Perkatan credo berasal dari kombinasi perkataan
sanksekerta cred yang berarti kepercayaan, dan perkataan bahasa
latin do yang berarti saya menaruh. Istilah kredit juga berasal dari
bahasa latin credera yang diartikan pula kepercayaan. Dalam
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan pasal 1 ayat
12 yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

2. Fungsi Pembiayaan
a. Meningkatkan daya guna, peredaran, dan lalu lintas uang.
b. Meningkatkan daya guna dan peredaran uang.
c. Meningkatkan aktivitas investasi dan peredaran barang.
d. Sebagai aset terbesar yang menjadi sumber income terbesar bank.
3. Fasilitas Pembiayaan
Berdasarkan tujuan penggunaanya, fasilitas pembiayaan dibedakan
menjadi:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dana usaha bagi pembelian, pengadaan dan
penyediaan unsur-unsur barang dalam rangka perputaran usaha.
b. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan pengadaan sarana/prasarana usaha (aktiva
tetap).
c. Pembiayaan multiguna, yaitu pembiayaan yang dapat digunakan
untuk sewa suatu barang, talangan dana, maupun biaya jasa suatu
pengurusan dan lain-lain.
d. Pembiayaan sindikasi, yaitu pembiayaan yang dilakukan secara
musyarakah dengan lembaga keuangan syariah lainya kepada mitra
yang jumlah kebutuhan pembiayaanya melebihi kemampuan bank.

4. Bentuk Pembiayaan
Bentuk pembiyaan yang diterapkan pada bank syariah adalah;
Pembiayaan atas Dasar Mudharabah
1) Definisi Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa.
a) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah (sewa dan beli)
dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik.
c) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna.
d) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.
e) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujroh, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

C. Jaminan
1. Pengertian Jaminan
Jaminan atau yang lebih dikenal sebagai agunan harta benda
milik debitur atau pihak ketiga yang diikat sebagai alat pembayar jika
terjadi wanprestasi terhadap pihak ketiga. Jaminan dalam pengertian
yang lebih luas tidak hanya harta yang ditanggungkan saja,
melainkan hal-hal lain seperti kemampuan hidup usaha yang dikelola
oleh debitur. Untuk jaminan jenis ini, diperlukan kemampuan analisis
dari officer pembiayaan untuk menganalisa circle live usaha debitur
serta penambahan keyakinan atas kemampuan debitur untuk
mengembalikan pembiayaan yang telah diberikan perdasarkan
prinsip-prinsip syariah.

2. Fungsi Jaminan
Jaminan dalam pembiayaan memiliki dua fungsi yaitu pertama, untuk
pembayaran hutang seandainya terjadi wansprestasi atas pihak
ketiga yaitu dengan jalan menguangkan atau menjual jaminan
tersebut. Kedua, sebagai akibat dari fungsi pertama, atau sebagai
indicator penentuan jumlah pembiayaan yang akan diberikan kepada
pihak debitur. Pemberian jumlah pembiayaan tidak boleh melebihi
nilai harta yang dijaminkan.

3. Konsep Jaminan dalam Hukum Islam


Dalam hukum Islam berkaitan dengan jaminan utang dikenal dengan
dua isttilah yaitu kafalah dan rahn.
a. Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kaafil)
kepada pihak keiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
kepada yang ditanggung (makful‟anhu). Menurut bank Indonesia,
kafalah adalah akad pemberian jaminan (makful „alaih) yang
diberikan satu pihak kepada pihak lain, dimana pemberi jaminan
bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu hutang yang
menjadi hak penerima jaminan (makful).
b. Sedangkan rahn menurut bahasa berarti al-tsubut dan al
habs,yaitu penetapan dan penahanan. Adapula yang menjelaskan
bahwa rahn adalah terkurung atau terjerat.13 Secara istilah yaitu,
menjadikan barang yang mempunyai nilai menurut ajaran islam
sebagai jaminan utang, sehingga orang yang bersngkutan dapat
mengambil piutang atau mengambil sebagian manfaat barang itu.
Menurut Dewan Syariah Nasional, rahn yaitu menahan barang
sebagai jaminan atas hutang.

4. Penilaian dan Pengikatan Jaminan


a. Penilaian atau Transaksi (Appraisal) Jaminan Jaminan yang
diberikan selanjutnya perlu dilakukan appraisal gua mengetahui
seberapa besar nilai harta yang dijaminkan. Penilaian didefinisikan
sebagai proses menghitung atau mengestimasi nilai harta jaminan.
Proses dalam memberikannnn suatu estimasi didasarkan pada nilai
eonomis suatu harta jaminan baik dalam bentuk property
berdasarkan hasil analisa fakta-fakta objektif dan relevan dengan
menggunakan metode yang berlaku. Barang jaminan dapat
dikategorikan menjadi tiga yaitu:
1) Tangible (berwujud) seperti tanah, kendaraan, mesin, bangunan,
dll.
2) Intangible (tidak berwujud) seperti hak paten, Frainchise, merk
dagang, hak cipta, dll.
3) Surat-surat berharga.
Adapun dasar penilaian jaminan didasarkan atas beberapa hal yaitu:
1) Nilai pasar (market value) yaitu perkiraan jumlah uang yang dapat
diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu property
pada tanggal penilaian antara pembeli yang berminat membeli dan
penjual yang berminat menjual dalam suatu transaksi bebas ikatan
yang penawarannya dilakukan secara layak dimana kedua belah
pihak masing-masing mengetahui dan bertindak hati-hati tanpa
paksaan.
2) Nilai baru (reproduction) adalah nilai baru atau baya penggantian
baru adalah perkiraan jumlah uang yang diperoleh dari perhitungan
biaya reproduksi baru dikurangi biaya penyusutan yang terjadi
karena kerusakan fisik, kemunduran ekonomis dan fungsional. 3)
Nilai wajar (depreciated replacement cost) adalah perkiraan jumlah
uang yang diperoleh dari perhitungan biaya reprduksi baru dikurangi
biaya penyusutan yang terjadi karena kerusakan fifik, kemunduran
ekonimis dan fungsional. 4) Nilai asuransi adalah nilai perkiraan
jumlah uang yang diperoleh dari perhitungan biaya pengganti baru
dari bagian-bagian property yang perlu diasuransikan dikurangi
penyusustan karena kekurangan fisik. 5) Nilai likuidasi adalah jumlah
uang yang diperoleh dari transaksi jual beli property di pasar dalam
waktu terbatas dimana penjual terpaksa menjual.
BAB III
ANALISA KASUS

Pendapat hukum mengenai sengketa perjanjian murabaha yang


dilakukan oleh Greenwood Trading Limited (GTL) dan PT Talang
Segera (TS) untuk pembelian batubara.
Bahwa pada tanggal 26 Juli 2014 dilakukan penyerahan Bilyet
Giro No. KJ714676, tertanggal 15 September 2014 sesuai dengan
permintaan Yusufzada Anar Eldar/GTL.
Sesuai dengan kesepakatan Bilyet Giro tersebut sebagai
jaminan sampai dengan dilunasinya kewajiban PT Talang Segera (TS)
kepada Greenwood Trading Limited (GTL). Saat diserahkan Bilyet
Giro hanya ditanda tangani oleh komisaris utama PT TS, Michael
Satya Wirawan.
Seharusnya dari yang saya ketahui persyaratan formal dalam
penggunaan Bilyet Giro, diharuskan untuk memperoleh tanda tangan
dari pihak pembuka rekening. Dalam kasus ini adapun pembuka
rekening giro adalah Tiurma Victoria, Michael Wirawan dan Anton
Anggoro, tetapi penandatangan Bilyet Giro yang telah diserahkan
hanya dilakukan oleh Michael Wirawan selaku komisaris utama.
Pada dasarnya pembuatan Bilyet Giro yang ditandatangani oleh
Michael hanya sebagai jaminan sampai dengan dilunasinya kewajiban
PT TS. Maka dari itu, Bilyet Giro tidak seharusnya dicairkan karena
tidak sesuai dengan kesepakatan dari permintaan Yusufzada Anar
Eldar/GTL.
Akibat dari pencairan Bilyet Giro tersebut seluruh rekening PT
TS dimasukkan dalam Daftar Hitam Nasional. Dasar hukumnya
Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016 Pasal 18 Ayat (2)
tentang Bilyet Giro.
Bahwa pada tanggal 16 Oktober 2014 PT TS memngirmkan
surat kepada GTL meyatakan sebagai berikut:
1) Mengalami kesulitan dalam bisnisnya
2) Memiliki kewajiban pokok USD 871.063
3) Berkeinginan membayarkan kewajibannya dengan menjual
kantornya
4) Meminta agar GTL tidak mencairkan gironya
5) Sudah melakukan pembayaran senilai USD 41.774,58
Bahwa pada tanggal 19 Oktober 2014 PT TS mengirimkan
proposal pembayaran kepada GTL dalam bentuk adendum terhadap
perjanjian pokok.
Bahwa pada tanggal 15 November 2014 PT GTL mencairkan
Bilyet Giro PT TS.
Pada tanggal 18 November PT TS mengusulkan kepada PT GTL
agar membuat surat pernyataan agar rekening PT TS tidak
dimasukkan dalam Daftar Hitam Nasional.
Bahwa pada tanggal 19 November 2014 akibat dari pencairan
Bilyet Giro tersebut seluruh rekening PT TS segera dimasukkan Daftar
Hitam Nasional.
BAB IV
PENUTUP DAN REKOMENDASI

Menurut saya PT TS telah melakukan berbagai upaya dengan


mengirim proposal agar dapat menyelesaikan pembayaran kewajiban
pokok dan agar PT TS tidak masuk dalam Daftar Hitam Nasional.
Awal mula terjadinya sengketa ini karena pada tanggal 26 Juli
2014 dengan PT GTL mencairkan Bilyet Gironya dapat menunjukan
bahwa PT GTL mengingkari kesepakatan dalam pembuatan Bilyet
Giro yang dibuat hanya sebagai jaminan sampai dengan dilunasinya
kewajiban PT TS. Oleh karna itu, PT TS tidak dapat melunasinya
karena PT TS sudah masuk dalam Daftar Hitam Nasional dan masih
berupaya untuk membayarkan kewajiban pokoknya. Tetapi, PT GTL
masih menolak upaya dari PT TS tersebut.

Anda mungkin juga menyukai