Kelompok 4
Abstrak
Murabahah adalah salah satu akad muamalah dalam bentuk jual beli. Secara
etimologis, Murabahah berasal dari kata dasar ribh yang berarti "keuntungan, laba,
tambahan (margin)". Wahbah az-Zuhaili memberikan definisi Murabahah yaitu "jual
beli dengan harga perolehan ditambah keuntungan". Secara umum rukun dan syarat
sah akad diatur dalam pasal 22 KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah) yang
meliputi: subyek akad (al 'aqidain), obyek akad (mahallul 'aqad), tujuan akad
(maudhu'ul aqad), dan sighatul akad (kesepakatan atau ijab dan kabul).
A. PENDAHULUAN
Jual beli merupakan aktifitas sehari-hari yang tidak terlepas dalam kehidupan.
Dengan melakukan jual beli segala kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti sekarang ini yang
menyebabkan permintaan kebutuhan pokok dalam kehidupan semakin meningkat,
baik kebutuhan produktif maupun kebutuhan konsumtif. Kemampuan masyarakat
yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan membutuhkan sebuah lembaga
keuangan hadir dengan memberikan jasa pembiayaan. Perbankan syari`ah merupakan
salah satu lembaga keuangan yang memberikan jasa pembiayaan dengan prinsip
syari`ah.
B. PEMBAHASAN
1 Murabahah
Murabahah adalah salah satu akad muamalah dalam bentuk jual beli. Secara
etimologis, Murabahah berasal dari kata dasar ribh yang berarti "keuntungan, laba,
tambahan (margin)". Wahbah az-Zuhaili memberikan definisi Murabahah yaitu "jual
beli dengan harga perolehan ditambah keuntungan". Secara umum rukun dan syarat
sah akad diatur dalam pasal 22 KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah) yang
meliputi: subyek akad (al 'aqidain), obyek akad (mahallul 'aqad), tujuan akad
(maudhu'ul aqad), dan sighatul akad (kesepakatan atau ijab dan kabul).
Jual beli Murabahah dalam perspektif ekonomi Islam memiliki beberapa rukun
dan syarat yang harus dipenuhi, terdiri dari:
Kecakapan hukum haruslah dipenuhi oleh para pihak dalam akad Murabahah.
Sebab para pihak yang berakad akan melakukan suatu perbuatan hukum yang
melahirkan adanya hak dan kewajiban. Terkait obyek akad dalam hukum positif atau
BW disebut dengan "sebab yang halal". Maka dalam prinsip umum obyek akad
haruslah terbebas dari unsur yang dilarang secara syariah maupun hukum positif yaitu
Tujuan pokok suatu akad merupakan suatu hal yang esensial karena akan
menentukan sah atau tidaknya suatu akad. Kaidah utama dalam hukum Islam
sebagaimana diterapkan Imam Suyuti dalam kitab Al Asybah wa an Nazhir bahwa
"segala sesuatu dipertimbangkan menurut tujuannya (al ummuru bi maqasidaha)".
Dalam kaitannya dengan jual-beli dengan pembiayaan murabahah ini maka tujuan
akad adalah pemindahan hak milik kebendaan dari pihak Bank (bai') kepada Nasabah
(musytari').
Sighat al-'aqad adalah berupa ijab dan kabul. Syarat dalam ijab dan kabul ini
meliputi:
1) Jala'ul ma'na yaitu tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu jelas,
sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki.
2) Tawafuq yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan kabul.
3) Jazmul iradataini yaitu antara ijab dan kabul menunjukkan kehendak para
pihak secara pasti, tidak ragu, dan tidak terpaksa.
a. Murabahah dengan tunai, yaitu jual beli barang dimana bank bertindak
sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.
b. Murabahah dengan cicilan (bitsaman ajil), yaitu jual beli barang dimana harga
jual dicantumkan dalam akad jual beli.
Bank Syariah
Bank Konvensional
Mekanisme Murabahah
Tujuan pokok suatu akad merupakan suatu hal yang esensial karena akan
menentukan sah atau tidaknya suatu akad. Kaidah utama dalam hukum Islam
sebagaimana diterapkan Imam Suyuti dalam kitab Al Asybah wa an Nazhir bahwa
"segala sesuatu dipertimbangkan menurut tujuannya (al ummuru bi maqasidaha)".
Dalam kaitannya dengan jual-beli dengan pembiayaan murabahah ini maka tujuan
akad adalah pemindahan hak milik kebendaan dari pihak Bank (bai') kepada Nasabah
(musytari').
a) Saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.
b) Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut:
ii. Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat,
maka dinilai berdasarkan biaya perolehan atau ni;ai bersih yang dapat direalisasikan,
mana yang lebih rendak, dan jika nilai bersih yang dapat direaisasikan lebih rendah
dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Jika terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka terdapat
beberapa alternatif perlakuan, diantaranya adalah sebagai berikut:
b) Diakui sebagai kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli.
d) Diakui sebagai pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan
tidak diperjanjikan dalam akad.
b) Keuntungan murabahah diakui selama periode akad sesuai dengan tingkat resiko
dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih
dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan dan dipilih yang paling sesuai
dengan karakteristik resiko dan upaya transaksi murabahah-nya.
5) Pengakuan dan pengukuran denda Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam
melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, denda yang diterima diakui sebagai
bagian dana kebajikan.
a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.
b) Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran
piutang (merupakan bagian pokok).
c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh
penjual.
b. Penyajian
1) Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu
saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
c. Pengungkapan
2 Istishna
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani'). Istishna paralel adalah suatu
bentuk akad Istishna antara pemesan (pembeli/mustashni’) dengan penjual
(pembuat/shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’,
penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’. Pembiayaan Istishna adalah
penyediaan dana dari Bank kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan
pesanan nasabah yang menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan
pembeli (nasabah) membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank
yang disepakati.
Mekanisme Istishna
Manfaat ba’i istishna’ sama dengan ba’i salam, karena pada hakekatnya sama.
Dan manfaat yang diperoleh dari ba’i istishna’ yaitu memperoleh selisih harga yang
didapat dari nasabah dengan harga jual kepada pembeli.
1. Uang muka pesanan nasabah yang diterima Bank diakui sebagai uang muka
Istishna sebesar uang yang diterima.
2. Uang muka yang dibayarkan Bank kepada supplier diakui sebagai uang muka
kepada supplier sebesar uang yang diberikan dan diakui sebagai Aset Istishna Dalam
Penyelesaian pada saat barang diserahkan oleh supplier.
3. Tagihan Bank kepada nasabah atas sebagian barang pesanan yang telah diserahkan
diakui sebagai piutang Istishna sebesar persentase harga jual yang telah diselesaikan
dan diakui sebagai Termin Istishna sebesar persentase harga pokok yang telah
diselesaikan.
5. Dalam hal Bank menggunakan metode persentase penyelesaian maka Bank dapat
mengakui pendapatan Istishna atas pembayaran yang telah dilakukan nasabah sebesar
persentase penyelesaian.
6. Pada saat barang pesanan telah diserahkan kepada nasabah, Bank melakukan jurnal
balik atas rekening Aset Istishna Dalam Penyelesaian dan Termin Istishna.
7. Utang Istishna yang berasal dari transaksi Istishna yang pembayarannya bersamaan
dengan proses pembuatan aset Istishna: a. diakui pada saat diterima tagihan dari
supplier kepada Bank sebesar nilai tagihan. b. dihentikan pengakuannya dari Laporan
Keuangan pada saat dilakukan pembayaran sebesar jumlah yang dibayar. 8. Uang
muka Istishna yang berasal dari transaksi Istishna yang pembayarannya dilakukan di
muka secara penuh: a. diakui pada saat pembayaran harga barang diterima dari
nasabah sebesar jumlah yang diterima. b. dihentikan pengakuannya dari Laporan
Keuangan pada saat dilakukan penyerahan barang kepada nasabah sebesar nilai
kontrak. 9. Jika nasabah membayar uang muka kepada Bank dalam proses pembuatan
aset Istishna, penerimaan uang muka tersebut diperlakukan sebagai pembayaran
termin sebesar jumlah uang muka yang dibayarkan.
Penyajian
3. Utang Istishna disajikan sebesar tagihan dari supplier yang belum dilunasi.
4. Aset Istishna Dalam Penyelesaian disajikan sebesar dana yang dibayarkan Bank
kepada supplier.
5. Termin Istishna disajikan sebesar jumlah tagihan termin Bank kepada nasabah.
6. Piutang Istishna disajikan sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
8. Pendapatan marjin Istishna yang akan diterima disajikan sebagai bagian dari aset
lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah
3 Salam
Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan
pengiriman oleh muslam alaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima. Bank dapat bertindak sebagai
pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika Bank bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal ini disebut salam parallel.
Mekanisme Salam
Bank bertindak baik sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan transaksi
Salam dengan nasabah; − Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam
bentuk perjanjian tertulis berupa Akad Pembiayaan atas dasar Salam; − Penyediaan
dana oleh Bank kepada nasabah harus dilakukan di muka secara penuh yaitu
pembayaran segera setelah Pembiayaan atas dasar Akad Salam disepakati atau paling
lambat 7 tujuh hari setelah Pembiayaan atas dasar Akad Salam disepakati; dan −
Pembayaran oleh Bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang
nasabah kepada Bank atau dalam bentuk piutang Bank.
Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena punya hikmah dan
manfaat yang besar, dimana kebutuhan manusia dalam bermuamalat seringkali tidak
bisa dipisahkan dari kebutuhan atas akad ini. Kedua belah pihak, yaitu penjual dan
pembeli bisa sama-sama mendapatkan keuntungan dan m anfaat dengan
menggunakan akad salam. Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa:
1. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada
waktu yang ia inginkan. Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga
4 Ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam
tanggungan waktu tertentu yang diikuti dengan pembayaran upah atau biaya sewa
tanpa disertai dengan perpindahan hak milik atas barang itu sendiri. Al-Ijarah berasal
dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya adalah al-'iwadh, dalam bahasa
Indonesia berarti ganti dan upah.
Pengertian ijarah dari ulama fiqih antara lain; menurut ulama Hanafiyah ijarah
adalah akad atau suatu kemanfaatan dengan pengganti. Sedangkan menurut ulama
Syafi'iyah, bahwa ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung
maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan
pengganti tertentu. Adapun menurut ulama Malikiyyah dan Hanabilah menyatakan
bahwa ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu
tertentu dengan pengganti (Syafi’i, 2001).
Mekanisme Ijarah
- Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi Ijarah dengan
nasabah;
- Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan obyek sewa
yang dipesan nasabah;
- Pengembalian atas penyediaan dana Bank dapat dilakukan baik dengan
angsuran maupun sekaligus;
- Pengembalian atas penyediaan dana Bank tidak dapat dilakukan dalam bentuk
piutang maupun dalam bentuk pembebasan utang; dan
- Dalam hal pembiayaan atas dasar Ijarah Muntahiya Bittamlik, selain Bank
sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi Ijarah dengan nasabah, juga
bertindak sebagai pemberi janji (wa’ad) antara lain untuk memberikan opsi
pengalihan hak penguasaan obyek sewa kepada nasabah sesuai kesepakatan.
5 Multi Jasa
Multijasa terdiri dari dua kata, yaitu kata multi yang berati banyak, bermacam-
macam dan kata jasa berati perbuatan yang berguna atau bernilai bagi orang lain atau
bermanfaat. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional N0.44/DSNMUI/VII/2004,
tentang pembiayaan multijasa, bahwa salah satu bentuk pelayanan jasa keuangan
yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan multijasa.
Sedangkan untuk perhitungan ujrah/fee tidak ada batasnya, karena tidak ada
ulama, ayat Alquran, hadis yang membatasinya.Sehingga perhitungan ujrah/fee
tergantung kesepakatan dan kepatutannya.Hal tersebut merupakan cerminan
kebijaksanaan Islam.Seperti kaidah alaslu al muamal al ibahah. Menjadi penting
adalah kesepakatan, saling rela, tidak ada gharar, dan tidak ada penipuan Dimana
besarnya ujrah/fee tidak boleh dikaitkan dengan besarnya tanggungan karena
pekerjaanya hanya sekali
- Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi Ijarah dengan
nasabah;
- Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan obyek sewa
yang dipesan nasabah;
- Pengembalian atas penyediaan dana Bank dapat dilakukan baik dengan
angsuran maupun sekaligus; dan
- Pengembalian atas penyediaan dana Bank tidak dapat dilakukan dalam
bentuk piutang maupun dalam bentuk pembebasan utang.
1. Bagi Bank
- sebagai salah satu bentuk penyaluran dana dalam rangka memberikan
pelayanan jasa bagi nasabah.
- Memperoleh pendapatan dalam bentuk imbalan/fee/ujroh.
2. Bagi Nasabah
memperoleh pemenuhan jasa-jasa tertentu seperti pendidikan dan kesehatan
dan jasa lainnya yang dibenarkan secara syariah.
Pengertian BMT
Penutup
Jual beli merupakan aktifitas sehari-hari yang tidak terlepas dalam kehidupan.
Dengan melakukan jual beli segala kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti sekarang ini yang
menyebabkan permintaan kebutuhan pokok dalam kehidupan semakin meningkat,
baik kebutuhan produktif maupun kebutuhan konsumtif. Kemampuan masyarakat
yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan membutuhkan sebuah lembaga
keuangan hadir dengan memberikan jasa pembiayaan. Perbankan syari`ah merupakan
salah satu lembaga keuangan yang memberikan jasa pembiayaan dengan prinsip
syari`ah.
Lestari, E. P. (2013). Risiko Pembiayaan Dalam Akad Istishna Pada Bank Umum Syariah. e-
journal.metrouniv.ac.id .
Saprida. (2016). Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli. Jurnal Ilmu Syariah FAI Universitas
Ibn Kahldun (UIKA) Bogor, Vol. 4, No.1 .
https://akuntansikeuangan.com
https://text-id.123dok.com