Anda di halaman 1dari 19

AKAD DAN PRODUK PENYALURAN DANA BERBASIS JUAL BELI

(MURABAHAH, ISTISHNA, SALAM, IJARAH DAN MULTI JASA)

Kelompok 4

Mila Emilia Yulianti 5554180000

Muhammad Hari Rafli 5554180040

Dosen Pengampu : Elif Pardiansyah, S.Sy.,M.Si

Abstrak

Murabahah adalah salah satu akad muamalah dalam bentuk jual beli. Secara
etimologis, Murabahah berasal dari kata dasar ribh yang berarti "keuntungan, laba,
tambahan (margin)". Wahbah az-Zuhaili memberikan definisi Murabahah yaitu "jual
beli dengan harga perolehan ditambah keuntungan". Secara umum rukun dan syarat
sah akad diatur dalam pasal 22 KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah) yang
meliputi: subyek akad (al 'aqidain), obyek akad (mahallul 'aqad), tujuan akad
(maudhu'ul aqad), dan sighatul akad (kesepakatan atau ijab dan kabul).

Kata Kunci : Murabahah, Istishna, Salam, Ijarah, Multi Jasa

A. PENDAHULUAN

Jual beli merupakan aktifitas sehari-hari yang tidak terlepas dalam kehidupan.
Dengan melakukan jual beli segala kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti sekarang ini yang
menyebabkan permintaan kebutuhan pokok dalam kehidupan semakin meningkat,
baik kebutuhan produktif maupun kebutuhan konsumtif. Kemampuan masyarakat
yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan membutuhkan sebuah lembaga
keuangan hadir dengan memberikan jasa pembiayaan. Perbankan syari`ah merupakan
salah satu lembaga keuangan yang memberikan jasa pembiayaan dengan prinsip
syari`ah.

Perbankan syari`ah di Indonesia hadir ketika perekonomian bangsa mengalami


kemerosotan hingga menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan dan

[Type text] Page 1


dampaknya masih dirasakan hingga saat ini. Fungsi perbankan syari`ah secara garis
besar tidak berbeda dengan perbankan konvensional yakni sebagai lembaga
intermediasi, lembaga yang berfungsi mengerahkan dana dari masyarakat kemudian
menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat lain yang membutuhkan yang
diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan.

B. PEMBAHASAN

Penyaluran dana berbasis jual beli pada Bank Syariah

1 Murabahah

Murabahah adalah salah satu akad muamalah dalam bentuk jual beli. Secara
etimologis, Murabahah berasal dari kata dasar ribh yang berarti "keuntungan, laba,
tambahan (margin)". Wahbah az-Zuhaili memberikan definisi Murabahah yaitu "jual
beli dengan harga perolehan ditambah keuntungan". Secara umum rukun dan syarat
sah akad diatur dalam pasal 22 KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah) yang
meliputi: subyek akad (al 'aqidain), obyek akad (mahallul 'aqad), tujuan akad
(maudhu'ul aqad), dan sighatul akad (kesepakatan atau ijab dan kabul).

Jual beli Murabahah dalam perspektif ekonomi Islam memiliki beberapa rukun
dan syarat yang harus dipenuhi, terdiri dari:

1) Pihak yang berakad (Al-'aqidain)


a. Penjual (Bank)
b. Pembeli (Nasabah)
c. Pemasok (Supplier)
2) Obyek yang diakadkan (Mahallul 'Aqad)
a. Adanya wujud barang yang diperjualbelikan
b. Harga barang
3) Tujuan Akad (Maudhu'ul Aqad)
4) Akad (Sighat al-'Aqad)
a. Serah (ijab)
b. Terima (qabul)

Kecakapan hukum haruslah dipenuhi oleh para pihak dalam akad Murabahah.
Sebab para pihak yang berakad akan melakukan suatu perbuatan hukum yang
melahirkan adanya hak dan kewajiban. Terkait obyek akad dalam hukum positif atau
BW disebut dengan "sebab yang halal". Maka dalam prinsip umum obyek akad
haruslah terbebas dari unsur yang dilarang secara syariah maupun hukum positif yaitu

[Type text] Page 2


unsur maghrib (maysir, gharar, dan riba). 07 Standar Produk Perbankan Syariah
Murabahah

Tujuan pokok suatu akad merupakan suatu hal yang esensial karena akan
menentukan sah atau tidaknya suatu akad. Kaidah utama dalam hukum Islam
sebagaimana diterapkan Imam Suyuti dalam kitab Al Asybah wa an Nazhir bahwa
"segala sesuatu dipertimbangkan menurut tujuannya (al ummuru bi maqasidaha)".
Dalam kaitannya dengan jual-beli dengan pembiayaan murabahah ini maka tujuan
akad adalah pemindahan hak milik kebendaan dari pihak Bank (bai') kepada Nasabah
(musytari').

Sighat al-'aqad adalah berupa ijab dan kabul. Syarat dalam ijab dan kabul ini
meliputi:

1) Jala'ul ma'na yaitu tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu jelas,
sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki.
2) Tawafuq yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan kabul.
3) Jazmul iradataini yaitu antara ijab dan kabul menunjukkan kehendak para
pihak secara pasti, tidak ragu, dan tidak terpaksa.

Maka kesepakatan lahir setelah adanya persesuaian antara offer dan


acceptance dinyatakan dengan penandatanganan akad. Jika rukun dan syarat yang
telah dijelaskan di atas dapat terpenuhi, maka bank dan nasabah dapat memilih
mekanisme pembayaran berdasarkan jenis-jenis jual beli murabahah sebagai berikut:

a. Murabahah dengan tunai, yaitu jual beli barang dimana bank bertindak
sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.
b. Murabahah dengan cicilan (bitsaman ajil), yaitu jual beli barang dimana harga
jual dicantumkan dalam akad jual beli.

Pada awalnya, Murabahah tidak berhubungan dengan pembiayaan. Lalu, para


ahli dan ulama perbankan syariah memadukan konsep Murabahah dengan beberapa
konsep lain sehingga membentuk konsep pembiayaan dengan akad Murabahah.
Secara konsep terdapat perbedaan yang jelas antara pembiayaan berbasis Murabahah
yang diterapkan oleh bank syariah dan kredit yang dijalankan oleh bank
konvensional. Beberapa hal tersebut diantaranya:

Bank Syariah

1) Menjual barang pada nasabah


2) Hutang nasabah sebesar harga jual tetap selama jangka waktu Murabahah
3) Ada analisa supplier

[Type text] Page 3


4) Margin berdasarkan manfaat atau value added bisnis tersebut

Bank Konvensional

1) Memberi kredit (uang) pada nasabah


2) Hutang nasabah sebesar kredit dan bunga (berubah-ubah)
3) Tak ada analisa supplier
4) Bunga berdasarkan rate pasar yang berlaku

Mekanisme pembiayaan Murabahah mempunyai beberapa ciri atau elemen


dasar. Yang paling utama dan membedakan pembiayaan Murabahah dengan kredit
konvensional adalah adanya wujud barang sebagai underlying asset of transaction
dimana barang harus tetap dalam tanggungan bank selama transaksi antara bank dan
nasabah belum selesai.

Mekanisme Murabahah

- Bank bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan transaksi


Murabahah dengan nasabah;
- Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya;
- Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang yang
dipesan nasabah; dan
- Bank dapat memberikan potongan dalam besaran yang wajar dengan tanpa
diperjanjikan dimuka.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan pokok suatu akad merupakan suatu hal yang esensial karena akan
menentukan sah atau tidaknya suatu akad. Kaidah utama dalam hukum Islam
sebagaimana diterapkan Imam Suyuti dalam kitab Al Asybah wa an Nazhir bahwa
"segala sesuatu dipertimbangkan menurut tujuannya (al ummuru bi maqasidaha)".
Dalam kaitannya dengan jual-beli dengan pembiayaan murabahah ini maka tujuan
akad adalah pemindahan hak milik kebendaan dari pihak Bank (bai') kepada Nasabah
(musytari').

Berikut beberapa manfaat dan kegunaan dari menggunakan transaksi


Murabahah:

1. Sebagai pemenuh modal usaha kerja, investasi, maupun pembiayaan yang


bersifat konsumtif seperti angsuran rumah, kendaraan, dll.

[Type text] Page 4


2. Untuk pembiayaan kebutuhan produktif seperti mesin produksi, alat-alat
perkantoran, dll.
3. Cara dan proses pembayaran serta jangka waktu pembayaran sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak.

Analisis dan Identifikasi Risiko

Pembiayaan murabahah punya beberapa konsep dalam melakukan transaksi


bisa dengan pembayaran diawal atau cicil kemudian penyerahan barang akan
dilaksanakan. Dengan konsep pembayaran yang memakan waktu, terindikasi akan
munculnya berbagai risiko, risiko itu timbul karena kenaikan direct competitor’s
market rate (DCRM), kenaikan indirect competitor’s market rate (ICMR), dan
kenaikan expectea competitivebreturn for investor (ECRI). Oleh karena itu bank perlu
menentukan waktu jangka waktu dalam pembiayaan murabahah dengan
pertimbangan hal berikut: 1) Tingkat keuntungan 2) Prediksi perubahan suku bunga
3) Expektasi bagi hasil di dalam bank syariah.

Sistem Akuntansi Pencatatan

a. Pengakuan dan pengukuran

Berikut merupakan pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah, dimana


BMT bertindak sebagai penjual.

a) Saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.
b) Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut:

i. Jika murabahah pesanan mengikat, maka dinilai sebesar biaya perolehan


dan jika terjadi penuruanan nilai aset karena usang rusak, atau kondisi lainnya
sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan
mengurangi nilai aset.

ii. Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat,
maka dinilai berdasarkan biaya perolehan atau ni;ai bersih yang dapat direalisasikan,
mana yang lebih rendak, dan jika nilai bersih yang dapat direaisasikan lebih rendah
dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

1) Pengakuan dan pengukuran diskon pembelian aset murabahah

Jika terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka terdapat
beberapa alternatif perlakuan, diantaranya adalah sebagai berikut:

[Type text] Page 5


a) Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai pengurang biaya perolehan aset
murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah.

b) Diakui sebagai kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli.

c) Diakui sebagai tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad


murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual, dan

d) Diakui sebagai pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan
tidak diperjanjikan dalam akad.

2) Pengakuan dan pengukuran piutang murabahah

Piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah


keuntungan yang disepakati. Pada saat akhir periode laporan keuangan, piutang
murabahah dinilai sebessar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang
dikurangi penyisihan kerugian piutang.

3) Pengakuan dan pengukuran keuntungan murabahah

a) Keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya penyerahan barang jika


dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun, dan

b) Keuntungan murabahah diakui selama periode akad sesuai dengan tingkat resiko
dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih
dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan dan dipilih yang paling sesuai
dengan karakteristik resiko dan upaya transaksi murabahah-nya.

a. Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini diterapkan


pada murabahah tangguh dimana resiko penagihan kas dari piutang murabahah dan
beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.

b. Keuntungan diakui proposional dengan besaran kas yang berhasil ditagih


dari piutang murabahah. Metode ini diterapkan pada transaksi murabahah tangguh
dimana resiko piutang tidak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola dan
menagih piutang tersebut relative besar juga.

c. Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih.


Metode ini diterapkan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang
tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam
praktek, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh meungkin
todak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya.

[Type text] Page 6


4) Pengakuan dan pengukuran potongan pelunasan piutang murabahah Potongan
pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara
tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang
keuntungan murabahah. Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah dapat
dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu:

a) Jika potongan diberikan pada saat pelunasan, maka dianggap sebagai


pengurang piutang murabahah dan keuntungan murabahah.

b) Jika potongan diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima


pelunasan piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya
kepada pembeli. Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:

a) Jika disebabkan oleh pembeli membayar secara tepat waktu, maka


diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.

b) Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli,


maka diakui sebagai beban.

5) Pengakuan dan pengukuran denda Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam
melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, denda yang diterima diakui sebagai
bagian dana kebajikan.

6) Pengakuan dan pengukuran uang muka Pengakuan dan pengukuran penerimaan


uang maka adalah sebagai berikut:

a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.

b) Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran
piutang (merupakan bagian pokok).

c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh
penjual.

b. Penyajian

Penyajian transaksi murabahah di laporan keuangan tergantung pada rekening yang


terpengaruh oleh transaksi murabahah. Berikut adalah penyajian rekening-rekening
yang berkaitan dengan transaksi murabahah.42

1) Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu
saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.

[Type text] Page 7


2) Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)
piutang murabahah.

c. Pengungkapan

Berdasarkan PSAK 102, Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual


mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada harga perolehan aset murabahah, janji pemesanan dalam murabahah
berdasaran pesanan sebagai kewajiban atau bukan, dan pengungkapan yang
diperlukan sesuai PSAK 101 tentang penyajian laporan keuangan Syariah.

Dinamika Akad dan Produk Pembiayaan Berbasis Murabahah

2 Istishna

Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani'). Istishna paralel adalah suatu
bentuk akad Istishna antara pemesan (pembeli/mustashni’) dengan penjual
(pembuat/shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’,
penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’. Pembiayaan Istishna adalah
penyediaan dana dari Bank kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan
pesanan nasabah yang menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan
pembeli (nasabah) membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank
yang disepakati.

Mekanisme Istishna

Mekanisme pembayaran Istishna harus disepakati dalam akad dan dapat


dilakukan dengan cara: a. Pembayaran dimuka secara keseluruhan atau sebagian
setelah akad namun sebelum pembuatan barang. b. Pembayaran saat penyerahan
barang atau selama dalam proses pembuatan barang. Cara pembayaran ini
dimungkinkan adanya pembayaran termin sesuai dengan progres pembuatan aset
Istishna. c. Pembayaran ditangguhkan setelah penyerahan barang. d. Kombinasi dari
cara pembayaran di atas.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan Akad Istishna’ dipergunakan oleh bank untuk memfasilitasi


pemenuhan kebutuhan permodalan/pembiayaan bagi produsen/developer (konstruksi)

[Type text] Page 8


dengan cara melakukan pemesanan pembelian dengan pembayaran di muka secara
bertahap.

Manfaat ba’i istishna’ sama dengan ba’i salam, karena pada hakekatnya sama.
Dan manfaat yang diperoleh dari ba’i istishna’ yaitu memperoleh selisih harga yang
didapat dari nasabah dengan harga jual kepada pembeli.

Analisis dan Identifikasi Risiko

- Pembiayaan (credit risk) yang disebabkan oleh nasabah wanprestasi atau


default, baik dalam penyelesaian aktiva istishna’ dalam penyelesaian maupun
penyelesaian kewajiban pembayaran aktiva istishna’ yang sudah diserahkan.
- Risiko Pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar jika modal aktiva
istishna’ dalam penyelesaian adalah dalam valuta asing.

Industri bank syariah memiliki karakteristik risiko pembiayaan dalam hal


gagal bayar yang berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan risiko tersebut
terletak pada karakteristik pola produk dalam menyalurkan pembiayaan yang hanya
ada pada bank syariah. Penyaluran dana tersebut terdiri dari berbagai macam bentuk
akad, seperti sistem bagi hasil dan jual beli dengan menggunakan akad istishna.
Sehingga membutuhkan treatment khusus dalam melakukan risk control
(menghindari risiko, pemisahan dan diversifikasi, perlindungan dan pengurangan
resiko, pemindahan non asuransi) dan risk management (sebuah cara sistematis dalam
memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat penagangan resiko tersebut
terutama dalam akad jual beli/istishna). Bank syariah banyak menggunakan produk
dalam penyaluran pembiayaan salah satunya adalah akad istishna yang mempunyai
rata-rata risiko cukup tinggi, yang menyebabkan menurunnya tingkat pembiayaan
tersebut sebesar (528 tahun 2013 per-oktober). Berbeda dengan pembiayaan yang
ada di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebesar (18.371 tahun 2013 per-oktober).
Hal ini dikarenakan bank syariah kurang menerapkan resiko pembiayaan (risk
control dan risk management) yang menyebabkan gagal bayar dalam pembiayaan
istishna. Penerapan resiko pembiayaan dalam akad istishna merupakan salah satu cara
untuk menciptakan perbankan yang sehat, yang pada gilirannya akan berdampak

[Type text] Page 9


positif terhadap perekonomian nasabah secara makro dan mikro atau negative apabila
penerapan risk control dan risk management terrsebut disalahgunakan. Terutama
resiko pembiayaan yang ada pada pembiayaan tersebut, terutama dalam pemberian
pembiayaan pada nasabah istishna (resiko pembiayaan yang terjadi akibat keinginan
bank untuk berekspansi, yang menyebabkan berkurangnya peer control terhadap
nasabah. Keadaan ini akan memicu unculnya moral hazard sehingga meningkatkan
potensi terjadinya penyimpangan penggunaan pembiayaan yang pada akhirnya
meningkatkan resiko pembiayaan dan kesulitan nasbah dalam membayar barang yang
dibeli pada saat barang telah jadi dibuat dan tidak sesuai dengan kriteria. Padahal, jika
investor mendirikan bank dia harus berani pula menanggung resiko pembiayaan.
Karena, resiko pembiayaan akan menghambat berptar kembalinya dana kepada
debitur lain yang membutuhkannya untuk mengembangkan operasi bisnisnya. Oleh
karena itu, diperlukan penerapan resiko pembiayaan istishna yang didalamnya
terdapat identifikasi resiko (menyusun daftar resiko, menganalisis karakteristik risiko,
menggambarkan proses terjadinya risiko, membuat daftar sumber terjadinya risiko
dan menentukan pendekatan atau instrument yang tepat untuk di identifkasi risiko),
analisis risiko, dan evaluasi risiko yang dimiliki oleh setiap bank dalam menangani
resiko pembiayaan gagal bayar secara profesional, serta mencegahnya terulang
kembali.

Sistem Akuntansi Pencatatan

Pengakuan dan Pengukuran

1. Uang muka pesanan nasabah yang diterima Bank diakui sebagai uang muka
Istishna sebesar uang yang diterima.

2. Uang muka yang dibayarkan Bank kepada supplier diakui sebagai uang muka
kepada supplier sebesar uang yang diberikan dan diakui sebagai Aset Istishna Dalam
Penyelesaian pada saat barang diserahkan oleh supplier.

3. Tagihan Bank kepada nasabah atas sebagian barang pesanan yang telah diserahkan
diakui sebagai piutang Istishna sebesar persentase harga jual yang telah diselesaikan
dan diakui sebagai Termin Istishna sebesar persentase harga pokok yang telah
diselesaikan.

[Type text] Page 10


4. Tagihan supplier kepada Bank atas sebagian barang pesanan yang telah
diselesaikan diakui sebagai Aset Istishna Dalam Penyelesaian dan utang Istishna
sebesar tagihan supplier.

5. Dalam hal Bank menggunakan metode persentase penyelesaian maka Bank dapat
mengakui pendapatan Istishna atas pembayaran yang telah dilakukan nasabah sebesar
persentase penyelesaian.

6. Pada saat barang pesanan telah diserahkan kepada nasabah, Bank melakukan jurnal
balik atas rekening Aset Istishna Dalam Penyelesaian dan Termin Istishna.

7. Utang Istishna yang berasal dari transaksi Istishna yang pembayarannya bersamaan
dengan proses pembuatan aset Istishna: a. diakui pada saat diterima tagihan dari
supplier kepada Bank sebesar nilai tagihan. b. dihentikan pengakuannya dari Laporan
Keuangan pada saat dilakukan pembayaran sebesar jumlah yang dibayar. 8. Uang
muka Istishna yang berasal dari transaksi Istishna yang pembayarannya dilakukan di
muka secara penuh: a. diakui pada saat pembayaran harga barang diterima dari
nasabah sebesar jumlah yang diterima. b. dihentikan pengakuannya dari Laporan
Keuangan pada saat dilakukan penyerahan barang kepada nasabah sebesar nilai
kontrak. 9. Jika nasabah membayar uang muka kepada Bank dalam proses pembuatan
aset Istishna, penerimaan uang muka tersebut diperlakukan sebagai pembayaran
termin sebesar jumlah uang muka yang dibayarkan.

Penyajian

1. Uang muka Istishna disajikan sebagai kewajiban lainnya.

2. Uang muka kepada supplier disajikan sebagai aset lainnya.

3. Utang Istishna disajikan sebesar tagihan dari supplier yang belum dilunasi.

4. Aset Istishna Dalam Penyelesaian disajikan sebesar dana yang dibayarkan Bank
kepada supplier.

5. Termin Istishna disajikan sebesar jumlah tagihan termin Bank kepada nasabah.

6. Piutang Istishna disajikan sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.

7. Marjin Istishna Ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang Istishna.

8. Pendapatan marjin Istishna yang akan diterima disajikan sebagai bagian dari aset
lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah

[Type text] Page 11


tergolong non-performing, pendapatan marjin Istishna yang akan diterima disajikan
pada rekening administratif.

9. Penyisihan Penghapusan Aset Produktif piutang Istishna disajikan sebagai pos


lawan (contra account) piutang Istishna.

3 Salam

Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan
pengiriman oleh muslam alaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima. Bank dapat bertindak sebagai
pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika Bank bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal ini disebut salam parallel.

Mekanisme Salam

Bank bertindak baik sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan transaksi
Salam dengan nasabah; − Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam
bentuk perjanjian tertulis berupa Akad Pembiayaan atas dasar Salam; − Penyediaan
dana oleh Bank kepada nasabah harus dilakukan di muka secara penuh yaitu
pembayaran segera setelah Pembiayaan atas dasar Akad Salam disepakati atau paling
lambat 7 tujuh hari setelah Pembiayaan atas dasar Akad Salam disepakati; dan −
Pembayaran oleh Bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang
nasabah kepada Bank atau dalam bentuk piutang Bank.

Tujuan dan Manfaat

Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena punya hikmah dan
manfaat yang besar, dimana kebutuhan manusia dalam bermuamalat seringkali tidak
bisa dipisahkan dari kebutuhan atas akad ini. Kedua belah pihak, yaitu penjual dan
pembeli bisa sama-sama mendapatkan keuntungan dan m anfaat dengan
menggunakan akad salam. Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa:

1. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada
waktu yang ia inginkan. Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga

[Type text] Page 12


yang lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia membutuhkan
kepada barang tersebut. Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang tidak
kalah besar dibanding pembeli.

2. Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-cara yang


halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya tanpa harus
membayar bunga. Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat
menggunakan uang pembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada kewajiban apapun.

3. Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli, karena


biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang pesanan berjarak
cukup lama.

Analisis dan Identifikasi Risiko

- Risiko Pembiayaan (credit risk) yang disebabkan oleh nasabah wanprestasi


atau default.
- Risiko Pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar jika modal Salam
dalam penyelesaian adalah dalam valuta asing. 

Sistem Akuntansi Pencatatan

4 Ijarah

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam
tanggungan waktu tertentu yang diikuti dengan pembayaran upah atau biaya sewa
tanpa disertai dengan perpindahan hak milik atas barang itu sendiri. Al-Ijarah berasal
dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya adalah al-'iwadh, dalam bahasa
Indonesia berarti ganti dan upah.

[Type text] Page 13


Pengertian ijarah menurut fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan ijarah, menyebutkan bahwa ijarah adalah akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan
demikian akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak
guna saja dari yang menyewakan pada penyewa.

Pengertian ijarah dari ulama fiqih antara lain; menurut ulama Hanafiyah ijarah
adalah akad atau suatu kemanfaatan dengan pengganti. Sedangkan menurut ulama
Syafi'iyah, bahwa ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung
maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan
pengganti tertentu. Adapun menurut ulama Malikiyyah dan Hanabilah menyatakan
bahwa ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu
tertentu dengan pengganti (Syafi’i, 2001).

Mekanisme Ijarah

- Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi Ijarah dengan
nasabah;
- Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan obyek sewa
yang dipesan nasabah;
- Pengembalian atas penyediaan dana Bank dapat dilakukan baik dengan
angsuran maupun sekaligus;
- Pengembalian atas penyediaan dana Bank tidak dapat dilakukan dalam bentuk
piutang maupun dalam bentuk pembebasan utang; dan
- Dalam hal pembiayaan atas dasar Ijarah Muntahiya Bittamlik, selain Bank
sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi Ijarah dengan nasabah, juga
bertindak sebagai pemberi janji (wa’ad) antara lain untuk memberikan opsi
pengalihan hak penguasaan obyek sewa kepada nasabah sesuai kesepakatan.

Tujuan dan Manfaat

[Type text] Page 14


1. Bagi bank :
- Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana
- Memperoleh pendapatan dalam bentuk imbalan/fee/ujroh
2. Bagi Nasabah :
- Memperoleh hak manfaat atas barang yang dibutuhkan
- Memperoleh peluang untuk mendapatkan hak penguuasaan barang dalam hal
menggunakan akad Ijarah Muntahiya Bittamlik.
- Merupakan sumber pembiayaan dan layanan perbankan syariah untuk
memperoleh hak manfaat atas barang dan/atau memperoleh peluang untuk
mendapatkan hak penguasaan barang.

Analisis dan Identifikasi Risiko

- Risiko Pembiayaan (credit risk) yang disebabkan oleh nasabah wanprestasi


atau default.
- Risiko Pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar jika modal
pengadaan aktiva Ijarah maupun sumber pembiayaan Ijarah adalah dalam
valuta asing.

Sistem Akuntansi Pencatatan

5 Multi Jasa

Multijasa terdiri dari dua kata, yaitu kata multi yang berati banyak, bermacam-
macam dan kata jasa berati perbuatan yang berguna atau bernilai bagi orang lain atau
bermanfaat. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional N0.44/DSNMUI/VII/2004,
tentang pembiayaan multijasa, bahwa salah satu bentuk pelayanan jasa keuangan
yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan multijasa.

Pembiayaan Multijasa merupakan pembiayaan yang diberikan oleh lembaga


keuangan syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu
jasa.Dalam fatwa DSN sendiri pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan
menggunakan akad Ijarah atau kafalah.Keuntungan yang diperoleh dari kedua

[Type text] Page 15


pembiayaan Multijasa tersebut berbentuk imbalan jasa (ujrah) atau fee.Besarnya ujrah
atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam
bentuk presentase.

Sedangkan untuk perhitungan ujrah/fee tidak ada batasnya, karena tidak ada
ulama, ayat Alquran, hadis yang membatasinya.Sehingga perhitungan ujrah/fee
tergantung kesepakatan dan kepatutannya.Hal tersebut merupakan cerminan
kebijaksanaan Islam.Seperti kaidah alaslu al muamal al ibahah. Menjadi penting
adalah kesepakatan, saling rela, tidak ada gharar, dan tidak ada penipuan Dimana
besarnya ujrah/fee tidak boleh dikaitkan dengan besarnya tanggungan karena
pekerjaanya hanya sekali

Mekanisme Multi Jasa

Pembiayaan Multijasa atas dasar akad Ijarah

- Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi Ijarah dengan
nasabah;
- Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan obyek sewa
yang dipesan nasabah;
- Pengembalian atas penyediaan dana Bank dapat dilakukan baik dengan
angsuran maupun sekaligus; dan
- Pengembalian atas penyediaan dana Bank tidak dapat dilakukan dalam
bentuk piutang maupun dalam bentuk pembebasan utang.

Pembiayaan Multijasa atas dasar akad Kafalah

- Bank bertindak sebagai pemberi jaminan atas pemenuhan kewajiban nasabah


terhadap pihak ketiga;
- Obyek penjaminan harus:
+ Merupakan kewajiban pihak/orang yang meminta jaminan; + Jelas nilai,
jumlah dan spesifikasinya; dan

[Type text] Page 16


+ Tidak bertentangan dengan syariah (tidak diharamkan).
- Bank dapat memperoleh imbalan atau fee yang disepakati di awal serta
dinyatakan dalam jumlah nominal yang tetap; B-17
- Bank dapat meminta jaminan berupa Cash Collateral atau bentuk jaminan
lainnya atas nilai penjaminan; dan
- Dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga,
maka Bank melakukan pemenuhan kewajiban nasabah kepada pihak ketiga
dengan memberikan dana talangan sebagai Pembiayaan atas dasar Akad
Qardh yang harus diselesaikan oleh nasabah

Tujuan dan Manfaat

1. Bagi Bank
- sebagai salah satu bentuk penyaluran dana dalam rangka memberikan
pelayanan jasa bagi nasabah.
- Memperoleh pendapatan dalam bentuk imbalan/fee/ujroh.
2. Bagi Nasabah
memperoleh pemenuhan jasa-jasa tertentu seperti pendidikan dan kesehatan
dan jasa lainnya yang dibenarkan secara syariah.

Analisis dan Identifikasi Risiko

- Risiko Pembiayaan (credit risk) yang disebabkan oleh nasabah wanprestasi


atau default.
- Risiko Pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar jika pembiayaan
multijasa untuk transaksi komersial adalah dalam valuta asing.
6 Produk Jual Beli Pada KSPPS/BMT

Pengertian BMT

Baitul Mal wa Tamwil mempunyai dua istilah, yaitu Baitul Mal dan Baitul


Tamwil. Baitul Mal lebih mengarah pafa usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran
dana yang nonprofit, seperti zakat,infak, dan sedekah. Adapun Baitul Tamwil sebagai

[Type text] Page 17


usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan
ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariat Islam.
Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang
tidak terjangkau oleh pelayanan bank syariah atau BPR syariah. Prinsip
operasionalnya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli, ijarah , dan titipan
(wadi’ah). Karena itu meskipun mirip dengan bank syariah, BMT memilikipangsa
pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang terjangkau layanan perbankan serta
pelaku usaha keciil yang mengalami hambatan “psikologis” bila berhubungan dengan
pihak bank.

Murabahah adalah akad perjanjian penyediaan barang berdasarkan jual-beli, di mana


bank syari’ah membiayai (membelikan) kebutuhan barang/investasi nasabah dan
menjual kembali kepada nasabah ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
Pembayaran dari nasabah dilakukan dengan cara angsur dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.8 Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang
yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok, dan
kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan.
Dengan kata lain, penjualan barang kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus
profit.

Penutup

Jual beli merupakan aktifitas sehari-hari yang tidak terlepas dalam kehidupan.
Dengan melakukan jual beli segala kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti sekarang ini yang
menyebabkan permintaan kebutuhan pokok dalam kehidupan semakin meningkat,
baik kebutuhan produktif maupun kebutuhan konsumtif. Kemampuan masyarakat
yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan membutuhkan sebuah lembaga
keuangan hadir dengan memberikan jasa pembiayaan. Perbankan syari`ah merupakan
salah satu lembaga keuangan yang memberikan jasa pembiayaan dengan prinsip
syari`ah.

[Type text] Page 18


DAFTAR PUSTAKA

Lestari, E. P. (2013). Risiko Pembiayaan Dalam Akad Istishna Pada Bank Umum Syariah. e-
journal.metrouniv.ac.id .

Saprida. (2016). Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli. Jurnal Ilmu Syariah FAI Universitas
Ibn Kahldun (UIKA) Bogor, Vol. 4, No.1 .

https://akuntansikeuangan.com

https://text-id.123dok.com

[Type text] Page 19

Anda mungkin juga menyukai