Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

HUKUM JUAL BELI KREDIT

Dosen pengampu :
Dr.

Disusun oleh :
Kelompok 3
Ansari ( 2021.11.10937 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NASIONAL
BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
HUKUM JUAL BELI KREDIT

A. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Yang diciptakan sebagai
makhluk sosial yang saling berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama
lain dalam menjalani kehidupannya ditengah masyarakat. Contoh kongkret
yang dilakukan manusia dalam menjalankan perannnya dalam menjalankan
perannya sebagai makhluk sosial ialah jual beli yang merupakan kegiatan
yang sudah dilakukan sejak zaman batu hingga sekarang.
Jual beli merupakan kegiatan yang sakral karena mengandung peran
penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia yang begitu besar.namun,
dibalik perannya yang sentral tersebut, manusia sebagai subjek pelaku jual
beli seringkali melakukan hal-hal yang merusak tujuan dalam memenuhi
kebutuhannya melalui jual beli tersebut
Seiring berkembangnya zaman, praktek jual beli mengalami banyak
perkembangan bentuk transaksi karena kemajun teknologi yangbegitu pesat.
Penjualan dengan pembayaran tunai dan kredit adalah salah satu contoh
kongkret perkembangan transaksi jual beli yang sudah banyak dilakukan oleh
para pelaku usaha mikro maupun makro.
Sejak dahulu, jual-beli merupakan perangkat yang tak terpisahkan dari
seseorang dalam memenuhi kebutuhan yang ingin dicapainya. Cara dalam
melakukan transaksi jual-belipun meliputi banyak cara diantaranya adalah
dengan menggunakan system kredit.
Namun pada prakteknya, para pelaku usha menjual barang dengan opsi
pembayaran dengan harga yang berbeda, yaitu secara tunai dengan harga
normal,atau secara kredit dengan harga yang lebih tinggi dari harga
normal.Dalam syari’at Islam, jual beli dengan cara demikian termasuk ke
dalam bai’atan fi ba’iah, yaitu dua jual beli dalam satu transaksi atau akad
yang termasuk ke dalam jual beli yang dilarang.
B. KONSEP DASAR JUAL BELI
1. Definisi
Istilah jual beli dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tukar
menukar barang dengan uang atau barang dengan barang. Kata jual beli adalah
terjemahan dari kata bai’ dalam bahasa arab.Kata bai‟ dalam istilah Arab adalah
menyerahkan sesuatu yang dihargai dan mengambil harganya atau sebaliknya,
mengambil harga dan menyerahkan sesuatu yang dihargai.
Pengertian jual beli menurut bahasa adalah mempertukarkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain. Mempertukarkan sesuatu maksudnya harta
mempertukarkan benda dengan harta benda termasuk mempertukarkan harta
benda dengan mata uang, yang dapat disebut jual beli.
Secara terminologis terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan
ulama fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing masing definisi adalah sama,
yaitu tukar menukar barang dengan cara tertentu atau menukar sesuatu dengan
sepadan menurut cara yang diberikan. Definisi lain dikemukakan ulama
Malikiyyah, Syafi’iyah, Hanabilah bahwa jual beli yaitu tukar menukar harta
dengan harta pula dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jual
beli adalah suatu persetujuan dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar haraga yang
telah dijanjikan.
2. Dasar Hukum
a. Al-Qur’an
Firman Allah QS. Al-Baqarah/2:275
Artinya:Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Firman Allah QS. An-Nisa 29
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu.Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu
b. Al-Hadits
Artinya:Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang
di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijuL.(HR. Ibnu Majah).
c. Syarat dan Rukun Jual beli
memiliki 3 rukun yaitu:
a. Pelaku transaksi, yaitu: penjual dan pembeli.
b. Obyek transaksi, yaitu: harga dan barang.
c. Akad (transaksi), yaitu: segala tindakan yang dilakukan kedua belah pihak
yang menunjukkan mereka sedang melakukan transaksi, baik tindakan
tersebut berbentuk kata-kata atau perbuatan.
Ada 2 bentuk akad:
1) Akad dengan kata-kata, dinamakan juga dengan ijab qabul.
2) Akad dengan perbuatan, dinamakan juga dengan mu'athah.
Syarat jual beli yaitu:
a. Saling rela antara kedua-belah pihak.
b. Kerelaan antara kedua belah pihak untuk melakukan transaksi syarat
mutlak keabsahannya.
c. Pelaku akad adalah orang yang dibolehkan melakukan akad.
d. Obyek transaksi adalah barang yang dibolehkan agama.
e. Obyek transaksi adalah barang yang bisa diserahterimakan.
f. Obyek transaksi diketahui oleh kedua belah pihak saat akad. Maka tidak
sah menjual barang yang tidak jelas.
g. Harga harus jelas saat transaksi.
C. KONSEP DASAR KREDIT
1. Definisi Kredit
adalah sesuatu yang dibayar secara berangsur-angsur, baik itu jual beli
maupun dalam pinjam-meminjam.
Istilah kredit berasal dari bahasa yunani (credere) yang berarti kepercayaan
atau dalam bahsa latin “creditum” yang berarti kepercayaan atau kebenaran, atau
credo, yang berarti saya percaya atau saya meneruh kepercayaan. Maksud dari
percaya yang bagi si pemberi kredit adalah ia percaya pada si penerima kredit
bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedang
bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai
kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu.
Kredit menurut istilah adalah hak untuk menerima pembayaran atau
kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta, atau pada
waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang. Sedangkan
dalam syraiah kredit dikenal dengan pembiayaan yaitu menyediakan uang atau
tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan dengan pihak
lain, yang mewajibkan pihak lain mengembalikan pembiayaan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Jual beli kredit merupakan suatau
mekanisme jual beli, yaitu jual beli dengan cara harga barang dibayarkan secara
berkala dalam jangka waktu yang disepakati.
2. Syarat-Syarat Jual Beli Kredit

a. Harga barang ditentukan jelas dan pasti diketahui pihak penjual dan
pembeli.
b. Pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak dan tempo pembayaran
dibatasi sehingga terhindar dari praktek bai’ gharar atau bisnis penipuan.
c. Harga semula yang sudah disepakati bersama tidak boleh dinaikkan
lantaran pelunasannya melebihi waktu yang ditentukan.
d. Hindari penundaan serah terima barang.
e. Penjual memiliki barang yang hendak dia jual dengan sistem kredit,
penjual tidak boleh menjual barang manakala dia sendiri belum memiliki
barang yang hendak dia jual.
f. Penjual harus menjadikan barang yang akan dijual sudah masuk dibawah
pertanggung jawabannya. Artinya jika terjadi sesuatu atas barang tersebut
maka penjual maka penjuallah yang bertanggung jawab mengganti atau
memperbaikinya.
g. Jika barang sudah berada di tangan pembeli dan dan kesepakatan harga
sudah disetujui, maka barang dengan resmi menjadi milik pembeli.
Dengan demikian, penjual tidak berhak menyita atau menarik kembali
barang dagangannya meskipun uang cicilan kredit belum selesai.
3. Jenis-Jenis Kredit
a. Pengunaannya Menurut pengunaannya, kredit dibagi menjadi dua yaitu:
1) Kredit Konsumtif, ditunjuk kepada nasabah yang memerlukan dana
untuk kebutuhan konsumsi.
2) Kredit Produktif, kredit yang digunakan untuk keperluan produksi
atau usahanya.
b. Keperluan produksinyaMenurut keperluan produksinya kredit dibagi
menjadi dua yaitu:
1) Kredit modal kerja, untuk nasabah yang mengalami kekurangan
modal untuk usahanya.
2) Kredit Investasi, untuk nasabah yang membutuhkan barang modal
untuk usahanya.
c. Jangka waktunya Menurut jangka waktunya kredit dibagi menjadi tiga
yaitu:
1) Kredit jangka pendek
2) Kredit jangka menengah
3) Kredit jangka panjang
d. Cara penggunaan Menurut peggunaannya kredit dibagi empat yaitu:
1) Kredit rekening Koran bebas
2) Kredit rekening Koran terbatas
3) Kredit rekening Koran aflopend
4) Kredit rekening revolxing
4. Fungsi Kredit
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian antara lain
sebagai berikut:
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang dalam arti:
1) Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan
uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk
meningkatkan produksi atau usahanya.
2) Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada
lembaga-lembaga keuangan, yang kemudian oleh lembaga-
lembaga keuangan tersebut diusahakan dalam bentuk pemberian
kredit.
b. Kredit perbankan yang ditarik tunai dapat meningkatkan peredaran uang
kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang.
c. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang dalam arti dengan
mendapat kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi
barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.
d. Kredit dapat menjadi salah satu alat stabilisasi ekonomi dalam arti bila
keadaan ekonomi kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usahausaha
antara lain untuk peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok
rakyat. kebutuhan Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusahan
masyarakat dalam arti bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat
mengatasi kekurangmampuan para pengusaha dibidang permodalan
tersebut sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
e. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dalam arti dengan
bantuan kredit dari bank para pengusaha dapat memperluas usahanya dan
mendirikan proyek-proyek baru. Apabila perluasan usaha serta pendirian
proyek-proyek baru telah selesai maka untuk mengelolanya diperlukan
pula tenaga kerja, maka pemerataan pendapatan akan meningkat.
f. Kredit dapat sebagai alat hubungan ekonomi internasional dalam arti
bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha dapat
memberikan bantuan dalam bentuk kredit baik secara langsung
maupuntidak langsung kepada perusahaanperusahaan di dalam negeri
D. HUKUM JUAL BELI KREDIT
1. Hukum jual beli kredit
dengan tambahan harga karena tambahnya waktu:
Pendapat Yang Menganggapnya Riba
a. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
Menurut riwayat Abu Dawud: Barangsiapa melakukan dua jual-beli dalam satu
transaksi, maka baginya harga yang murah atau ia termasuk riba'.
b. Di dalam Silsilatul Ahaditsish shahihah,
dengan sangat jelas Al Albanie menyatakan:
Sungguh sedikit sekali penjual yang mau menjual kepadamu dagangannya dengan
satu harga saja baik dibayar kontan maupun ditangguhkan. Bahkan mayoritas
mereka menuntut darimu tambahan pada jual beli yang pembayarannya
ditangguhkan. Dan ini yang dikenal sekarang dengan jual beli kredit. Padahal itu
adalah riba yang dimaksudkan dalam sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam;
“barang siapa yang melakukan dua jual beli dalam satu jual beli maka baginya
harga yang paling rendah atau riba.”
1. Nabi melarang praktek riba,
yaitu adanya penambahan harga.
Berdasarkan Firman Allah dalam QS An-Nisa 161
Artinya: Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang
dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang orang yang kafir di
antara mereka itu siksa yang pedih.
Allah SWT telah mengharamkan bagi hambanya yang melakukan riba. Maka dalil
ini menjelaskan tentang pengharaman hukum jual beli secara kredit karena jual
beli secara kredit dalam pelaksanaannya terdapat penambahan harga dari harga
semula maka penambahan harga tersebut dihukumi riba, dan sebagaimana yang
kita ketahui bahwasannya riba itu hukumnya haram.
2. Hukum jual beli kredit Jual beli
sistem kredit, yaitu jual beli dengan penundaan pembayarannya.
Hal ini dibolehkan sebagaimana diberitakan Aisyah r.a. bahwa nabi pernah
membeli bahan makanan kepada seorang yahudi yang bernama Abu Syaham
dengan kredit dan beliau menggadaikan perisai besi kepadanya.
Hukum jual beli yang diperbolehkan berdasarkan firman Allah dalam Q.S
Al-Baqarah 282
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya
adalah dalil bolehnya akad hutang piutang, sedangkan akad kredit
merupakan salah satu bentuk hutang, sehingga keumuman ayat diatas bisa
menjadi dasar bolehnya akad kredit. Asalkan syarat-syaratnya terpenuhi. Syarat
syaratnya adalah: Harga barang ditentukan jelas dan pasti diketahui pihak penjual
dan pembeli, pembayaran cicilandisepakati kedua belah pihak dan tempo
pembayaran dibatasi sehingga terhindar dari praktek bai’ gharar atau bisnis
penipuan, harga semula yang sudah disepakati bersama tidak boleh dinaikkan
lantaran pelunasannya melebihi waktu yang ditentukan, hindari penundaan serah
terima barang, penjual memiliki barang yang hendak dia jual dengan sistem
kredit, penjual tidak boleh menjual barang manakala dia sendiri belum memiliki
barang yang hendak dia jual, penjual harus menjadikan barang yang akan dijual
sudah masuk dibawah pertanggung jawabannya artinya jika terjadi sesuatu atas
barang tersebut maka penjual maka penjuallah yang bertanggung jawab
mengganti atau memperbaikinya, jika barang sudah berada di tangan pembeli dan
dan kesepakatan harga sudah disetujui, maka barang dengan resmi menjadi milik
pembeli, dengan demikian penjual tidak berhak menyita atau menarik kembali
barang dagangannya meskipun uang cicilan kredit belum selesai
PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua pendapat
mengenai hukum jual beli secara kredit, yang pertama hukum jual beli secara
kredit yang tidak diperbolehkan. Pendapat yang kedua jual beli kredit
diperbolehkan asalkan syarat-syaratnya terpenuhi. Syarat-syarat nya adalah:
Harga barang ditentukan jelas dan pasti diketahui pihak penjual dan pembeli.
pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak dan tempo pembayaran dibatasi
sehingga terhindar dari praktek bai’ gharar atau bisnis penipuan. harga semula
yang sudah disepakati bersama tidak boleh dinaikkan lantaran pelunasannya
melebihi waktu yang ditentukan, hindari penundaan serah terima barang, penjual
memiliki barang yang hendak dia jual dengan sistem kredit, penjual tidak boleh
menjual barang manakala dia sendiri belum memiliki barang yang hendak dia
jual, penjual harus menjadikan barang yang akan dijual sudah masuk dibawah
pertanggung jawabannya, artinya jika terjadi sesuatu atas barang tersebut maka
penjual maka penjuallah yang bertanggung jawab 13 mengganti atau
memperbaikinya, jika barang sudah berada di tangan pembeli dan dan
kesepakatan harga sudah disetujui, maka barang dengan resmi menjadi milik
pembeli. dengan demikian, penjual tidak berhak menyita atau menarik kembali
barang dagangannya meskipun uang cicilan kredit belum selesai
DAFTAR PUSTAKA

Aida Rachman, ”Jual Beli Kredit Menurut Perspektif Islam Kontemporer”,


Skripsi pada Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang:
Toha PutraSemarang, 1989.
Erna Susanti, ”Perjanjian Kredit Jual Beli”, dalam Jurnal Beraja Niti,
Volume 3, No.1 Tahun 2014.
Fajar Khoirul Imam,”Hukum Jual Beli Dengan Opsi Harga Tunai dan Kredit”,
Skripsi pada Program Studi Ilmu Hukum Islam, Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2016.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Muhammad Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam
Islam ,Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2004.
Muhammad Sutrimo,”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli”, Skripsi pada
Program Studi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2014.

Anda mungkin juga menyukai