DISUSUN OLEH :
TAHUN 2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha esa karena dengan Rahmat dan
Berkatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah
Manajemen Perbankan dengan judul “Pengaturan dan Pengawasan Perbankan” dalam
kesempatan ini penulis juga menyampaikan limpah terima kasih kepada Ibu Penina Nufninu, S
AB,M.M selaku dosen mata kuliah Manajemen Perbankan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan pengetahuan namun demikian makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan. Penulis mengharapkan masukan baik itu
saran maupun kritikan guna untuk membuat makalah ini lebih baik lagi akhir kata penulis
mengucapkan limpah terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................................1
Kata pengantar................................................................................................................2
Daftar isi...........................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan..........................................................................................................4
Bab II Pembahasan.........................................................................................................6
2.7 FLI.................................................................................................................14
3.1 kesimpulan...............................................................................................................22
Daftar pustaka...............................................................................................................24
Pertayaan .......................................................................................................................24
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalahn di atas,maka tujuan makalah ini sebagai
berikut:
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kewenangan pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK meliputi wewenang sebagai
berikut:
6
Kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen (right to protect) yaitu
kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen dalam bentuk
pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat, pelayanan pengaduan
konsumen, dan pembelaan hukum.
b. Menyampaikan pedoman penyusunan kebijakan perkreditan bank,yang mengatur
mengenai hal-hal sebagai berikut:
Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan
Organisasi dan manajemen perkreditan
Kebijakan persetujuan kredit
Dokumentasi dan administrasi kredit
Pengawasan kredit dan penyelesaian kredit bermasalah
c. Menyusun standar pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yaitu dimana
bank wajib menerapkan fungsi audit intern bank sesuai dengan SPFAIB dengan:
Menyusun internal audit charter
Membentuk dewan audit
Membentuk satuan kerja audit intern
Menyusun panduan audit intern
d. Menyusun rencana kerja tahunan yang memuat:
Rencana penghimpunan dana, penyaluran dana, pemberian jasa lain
Rencana pengembangan produk perbankan
Rencana perluasan jaringan kantor
Rencana pengembangan sumber daya manusia
Proyeksi rencana dan perhitungan laba rugi
e. Pengunaan system informasi
f. Kegiatan transaksi derivatif dengan ketentuan:
Bank wajib memiliki pedoman pelaksanaan transaksi derivatif secara
tertulis
Bank dilarang memelihara posisi atas transaksi derivatif yang dilakukan
oleh nasabah grup dari bank, direksi, komisaris, pegawai atau pemilik
bank
7
Bank hanya dapat melakukan transaksi derivatif yang berkaitan dengan
valuta asing dan suku bunga
8
Sejalan dengan itu, Bank Indonesia diberi kewenangan, tanggung jawab, dan kewajiban
secara utuh untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank dengan menempuh
upaya-upaya baik yang bersifat prefentif maupun represif.
Bank harus melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian dalam
memelihara tingkat kesehatan sesuai dengan ketentuan antara lain sebagai berikut:
a) Kecukupan modal
b) Kualitas asset
c) Kualitas manajemen
d) Likiditas
e) Rentabilitas
f) Solvabilitas
1) Prinsip prekondisi bagi pengawasan Bank yang efektif (precondition for effective
banking supervision)
System pengawasan bank yang efektif memiliki tanggung jawab dan tujuan yang jelas
bagi setiap lembaga atau badan yang melaksanakan pengawasan bank. Masing-masing
badan yang terlibat dalam pengawasan perbankan harus memiliki independensi
operasional dan kecukupan sumber daya. Kondisi tersebut harus didukung oleh kerangka
hukum yang memadai termasuk didalamnya yang mengatur kewenangan organisasi
pengawasan, kekuatan untuk mengatur kepatuhan terhadap ketentuan, dan perlindungan
hukum bagi pengawas, pengaturan terhadap sharing informasi antara pengawas dan
kerahasian informasi juga harus diatur secara jelas.
2) Prinsip perizinan dan struktur (Licensing and structure)
9
Aktivitas perbankan yang diizinkan dan merupakan sumber pengawasan harus
didefinisikan secara jelas, selain itu penggunaan kata “bank” harus dikontrol sejauh
mungkin
3) Prinsip ketentuan kehati-hatian dan persyaratan (prudent regulation and requirements)
Pengawas wajib menetapkan ketentuan kehati-hatian dan persyratan kecukupan modal
minimum bagi seluruh bank. Persyaratan kecukupan modal tersebut harus mencerminkan
risiko yang ditanggung oleh bank serta harus mendefinisikan komponen permodalannya.
Bagi bank telah beroperasi secara internasional, ketentuan tersebut minimal harus sesuai
dengan yang ditetapkan dalam Basle Capital Accord dan amendemennya.
4) Prinsip metode pengawasan perbankan yang berjalan (methods of on Going
Supervesion).
System pengawasan perbankan yang efektif harus meliputi system pengawasan on site
dan off site
5) Prinsip persyaratan informasi (information requirements).
Pengawas harus yakin bahwa masing-masing bank telah melakukan dokumentasi yang
sesuai dengan penerapan kebijakan dan praktik-praktik akuntasnsi yang konsisten.
Dokumentasi tersebut yang memungkinkan pengawas untuk mendapatkan informasi
kondisi keuangan bank dan profitabilitas bisnisnya secara benar dan wajar. Pengawas
juga harus yakin bahwa bank telah memublikasikan laporan keuangannya secara teratur
yang mencerminkan kondisi bank yang sebenarnya.
6) Prinsip kewenangan pengawas (formal pawers of supervisors).
Pengawas harus memiliki ukuran pengaturan pengawas yang memadai untuk melakukan
tindakan perbaikan secara cepat pada saat bank gagal untuk memenuhi kebutuhan kehati-
hatian (misalnya ketentuan kecukupan modal), pada saat terjadi pelanggaran ketentuan,
atau pada saat depesan dalam posisi terancam. Dalam situasi yang ekstrim, pengawas
harus memiliki kemampuan untuk mencabut izin usaha bank atau merekomendasikan
pencabutan tersebut.
7) Prinsip lintas batas perbankan (cros border banking)
Pengawasa harus mempraktikan pengawasan global sercara konsolidasi melakukan
pemantauan yang memadai dan menerapkan norma kehati-hatian yang tepat disegala
10
aspek kegiatan usaha terhadap bank beroperasi secara internasional. Khususnya terhdap
kantor cabang diluar negeri joint venture dan kantor cabangnya.
11
2.5. LIKUDASI BANK
Likuidasi adalah tindakan pemberesan berupa penyelesaian seluruh hak dan kewajiban
bank sebagai akibat pembubaran badan hukum bank. Likuidasi bank dilakukan dengan cara
pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para debitor, diikuti dengan pembayaran
kewajiban bank kepada para kreditor dari hasil pencairan dan atau penagihan tersebut. Proses
dan tata cara likuidasi bank setelah izin usahanya disebut oleh Bank Indonesia diberitahukan
kepada bank yang bersangkutan, kemudian diumumkan dalam surat kabar harian yang
mempunyai peredaran luas proses dan tata cara likuidasi bank dilakukan sebagai berikut:
a). bank yang dicabut izin usahanya wajib menyusun neraca penutupan per tanggal
pencabutan izin usaha selambat-lambatnya 21 hari sejak tanggal pencabutan izin usaha.
Neraca penutupan tersebut wajib disampaikan kepada Bank Indonesia selanjutnya direksi
bank yang bersangkutan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS) dan
membentuk tim likuidasi.
b). apabila direksi bank tidak menyelenggarakan RUPS, pimpinan Bank Indonesia
meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan. Penetapan tersebut berisi
pembubaran badan hukum bank, penunjukan tim likudasi dan perintah pelaksanaan
likuidasi, dan menbentuk tim likuidasi yang susunan nama-nama calon anggota tim
likuidasi dengan persetujuan Bank Indonesia. Anggota tim sekurang-kurangnya terdiri
dari 3 orang dan maksimal 7 orang.
a). melakukan pendaftaran dan penguman mengenai pembubaran badan hukum bank
e). menyusun rencana dan cara pencairan harta kekayaan bank dan likuidasi
12
g). menwakili bank dan likudasi diluar dan didalam pengadilan
Salah satu piranti kebijakan moneter yang digunakan Bank Indonesia saat ini untuk
menyeimbangkan permintaan dan penawaran uang adalah dengan mengendalikan likuidasi
perbankan. Pengendalian dilakukan melalui penerapan giro wajib minimum (stuturory reserves)
atau juga disebut reserve requirement. Reserve Requirement merupakan perbandingan antara
saldo giro bank yang wajib ditempatkan pada Bank Indonesia terhadap dana pihak ketiga (DPK)
yang dimiliki bank. Penerapan kebijakan giro wajib minimum disesuaikan dari waktu ke waktu
dan berdasarkan kondisi dinamika perekonomian dan arah kebijakan moneter.
bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp 1 triliun s.d Rp 10 triliun,
wajib memelihara tambahan GWM rupiah sebesar 1% dari DPK dalam rupiah .
contoh:
apabila Bank mempunyai DPK dalam rupiah dalam satu masa laporan sebesar Rp 5
Triliun maka GWM yang wajib dipelihara adalah sebesar Rp 300 miliar dengan
perhitungan sebagai berikut:
13
Kewajiban dan pemenuhan persentase GWM dihitung dengan membandingkan jumlah saldo
rekening Giro Bank Indonesia setiap hari dalam satu masa laporan terhadap rata-rata harian
jumlah DPK dalam satu masa laporan sebelumnya sebagai berikut:
Saldo Giro Bank Indonesia setiap hari dalam satu masa laporan x 100%
Rata-rata harian jumlah DPK dalam satu masa laporan pada dua masa laporan
sebelumnya.
Bank Indonesia memmberikan jasa giro setiap hari kerja terhadap bagian saldo rekening Giro
Rupiah Bank yang diperuntukan untuk pemenuhan kewajiban tambahan GWM dalam Rupiah
sebesar 3% per tahun.
14
2.8. PENYERTAAN MODAL BANK
Penyertaan modal bank adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, termasuk penanaman dalam bentuk surat utang
konversi (Converible) dengan opsi (equity option) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat
bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan pada perusahaan yang bergerak
dibidang keuangan. Perusahaan yang bergerak dibidang keuangan meliputi:
Bank Umum
Bank Perkreditan Rakyat
Perusahaan pembiayaan
Modal ventura
Perusahaan efek
Asuransi
Serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan.
Kegiatan penyertaan modal oleh bank merupakan salah satu bagian dari kegiatan
penanaman dana bank untuk memperoleh pendapatan disamping kegiatan lain seperti:
penyaluran kredit, penanaman dana dalam bentuk surat-surat berharga, dan kegiatan pasar uang
antar bank. Penyertaan modal bank kepada perusahaan debitur bersifat sementara penyertaan
modal sementara adalah penyertaan modal oleh bank dalam perusahaan debitur untuk mengatasi
kegagalan kredit (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku. Penyertaan modal sementara juga bisa dalam bentuk surat utang konversi
(convertible bonds) dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu yang
berakibat bank memiliki atau akan memilki saham pada perusahaan debitur.
15
modal, terdapat dokumentasi dan pemantauan secara priodik, terdapat prosedur
akuntansi dan valuasi yang tepat, terdapat kemudahan untuk dilakukan jejak audit
(audit trail).
f. Bank tidak sedang dalam status pengawasan insentif atau pengawasan khusus.
Faktor Penilaian
Bank Indonesia dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan faktor-
faktor yang disebut dengan CAMELS, sebagai berikut:
a. permodalan (capital).
b. Kualitas asset (asset quality).
c. Manajemen (management).
d. Rentabilitas (earning).
e. Likuiditas (liquidity).
f. Sensitivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk)
16
2.10. Posisi Devisa Netto Bank Umum
Untuk memelihara integritas dan stabilitas sistem keuangan diperlukan adanya stabilitas
nilai tukar. Dalam rangka mencapai stabilitas nilai tukar perlu dilakukan pengaturan dalam
pengelolaan resiko transaksi valuta asing yang dilakukan oleh perbankan.
Pengertian
Posisi devisa netto (NOP)secara keseluruhan adalah angka yang merupakan penjumlahan
nilai absolut sebagai jumlah dari:
a. Selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk untuk setiap valuata asing.
b. Selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen maupun kontijensi
dalam rekening administrative untuk setiap valuta asing.
Menurut peraturan bank Indonesia no.6/20/PBI/2004 tahun 2004 tentang posisi devisa
netto bank umum, bank wajib memelihara posisi devisa netto dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Secara keseluruhan setinggi-tingginya 20% dari modal.
b. Untuk neraca setinggi-tingginya 20%dari modal.
Komponen aktiva valuta asing adalah semua aktiva valuta asing yang dimiliki bank baik bersasal
dari penduduk maupun bukan penduduk yang terdiri dari:
a. Kas
b. Emas
c. Giro termasuk giro pada BI
d. Deposito on call
e. Sertifikat deposito
f. Deposito berjangka
g. Margin deposito
h. Surat berharga
i. Kredit yang diberikan
j. Nilai bersih wesel ekspor yang telah diambil alih
k. Rekening antar kantor aktiva
l. Tagihan lainya meliputi:penyertaan dalam valas aktiva tetap dikantor cabang diluar
negeri, pendapatan bunga yang masih harus diterima, tagihan akseptasi, transaksi reverse
repo dan tagihan derivative.
17
c. Deposito berjangka
d. Sertifikat deposito
e. Margin deposito
f. Pinjaman yang diterima
g. Jaminan import
h. Rekening antar kantor pasiva
i. Kewajiban lainya termasuk: biaya yang masih harus dibayar, kewajiban akseptasi
transaksi repo dan kewajiban derivative.
2.11.Pembatasan transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valas Oleh Bank Umum
Pelarangan transaksi
c). Warga Negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap (permanent resident)
Negara lain dan tidak berdomisisli di Indonesia.
Transaksi-transaksi tertentu yang dilarang untuk dilakukan oleh bank dengan pihak-pihak
tersebut diatas meliputi:
18
e. Transaksi antar kantor dalam rupiah, yaitu semua tagihan (aktiva)yang dimiliki bank
terhadap kantor pusat atau kantor cabang diluar negeri baik untuk kepentingan bank
maupuan nasabah.
f. Penyertaan dalam rupiah kepada pihak-pihak tersebut di atas
Pembatasan Transaksi
Berdasarkan peraturan BI tersebut diatas bank hanya dapat melakukan transaksi Derivatif
valuta asing terhadap rupiah dengan pihak-pihak yang di larang untuk melakukan
transaksi yang telah disebutkan sampai batas maksimal nominal tertentu setiap saat, baik
untuk transaksi setiap individual maupuan posisi (outstanding) transaksi derifatif per
bank yaitu sebesar USD 3.000.000 atau ekuivalen. Transaksi derivatif adalah kontrak
atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrument yang
mendasari. Instrumen yang mendasarinya yaitu suku bunga dan nilai tukar dalam bentuk
transaksi for watch,swap,dan option valuta asing terhadap rupiah dan transaksi lainya
yang dapat dipersamakan dengan itu.
Prinsip mengenal nasabah pada dasarnya adalah prinsip yang diterapkan bank untuk
mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan
transaksi yang mecurigakan. Dalam penerapan prinsip ini bank diwajibkan membentuk unit kerja
khusus dan atau menunjuk pejabat yang bertanggung jawab atas penerapan prinsip mengenal
nasabah. Dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah bank wajib menetapkan kebijakan dan
prosedur mengenai
a) Penerimaan nasabah
b) Pengidentifikasian nasabah
c) Pemantauan terhadap rekening dan transaksi nasabah
d) Manajemen risiko
19
Risiko dalam hal ini adalah potensi terjadinya suatu peristiwa atau efents yang dapat
menimbulkan kerugian bank. Sedangkan manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan
metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasik, mengukur, memantau dan mengendalikan
risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.
a) Risiko kredit
b) Risiko pasar
c) Risiko liquiditas
d) Risiko operasional
e) Risiko hukum
f) Risiko Reputasi
g) Risiko strategik
h) Risiko kepatuhan
Dalam ketentuan kualitas aktiva bank umum ini, asset yang dinilai kualitasnya mencakup
aktiva produktif dan aktiva non produktif .perluasan cakupan asset yang dinilai tersebut
dimaksudkan agar bank sedini mungkin mengatur kembali portofolio asset-asetnya terutama
pada sisi aktiva non produkstif sehingga dapat mengembalikan fungsi bank sebagai lembaga
intermediasi yang menyalurkan dana kepada sector usaha yang eligible .Selain itu, untuk
menentukan kualitas penyediaan dana yang lebih mencerminkian tingkat ekposur risiko kredit,
perlu ditata kembali kriteria, persyaratan, dan tata cara penilaian kualitas pada setiap jenis
penyediaan dana.
Kualitas bank umum sebagai mana diatur dalam peraturan BI No.7/2/PBI/2005 tanggal
20 Januari 2005 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum terdiri dari:
a) Aktiva produktif
Aktiva produktif adalah penyedia dana Bank untuk memperoleh penghasilan bank wajib
menyesuaikan penilaian kualitas aktiva produktif paling kurang setiap 3 bulan, yaitu
posisi akhir bulan maret, juni, September dan desember.
Aktifa produktif terdiri dari:
Kredit
Surat berharga
Penempatan dana antar bank
Tagihan akseptasi
20
Reverse Repurchase Agreement atau Reverse repo
Tagihan derivatif
Penyertaan modal
Transaksi rekening administratif
Bentuk penyediaan dana lainnya
aktiva non produktif adalah asset bank selain aktiva produktif yang memiliki posisi
kerugian.
21
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
1. Pengaturan dan Pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sesuai
dengan wewenang yang tercantum dalam UU.No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
2. Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap jasa perbankan di
Indonesia dilakukan secara terpadu,sehingga mampu mewujudkan sistem kekuangan
yang tumbuh secara berkesinambungan dan melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Bank Indonesia No. 4/10/PB1/2002 tanggal 18 November 2002 tentang Sertifikat Bank
Indonesia:
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. 10 tahun
1998:
Peraturan Bank Indonesia No.5/10/PB1/2003 Tahun 2004 Tentang Penyertaan Modal Bank Umum:
Peraturan Bank Indonesia No.5/21/PB1/2001 Tahun 2001 Tentang Kewajiban Penyertaan Modal
Minimum Bank Umum:
Peraturan Bank Indonesia No.5/12/PB1/2003 Tahun 2004 Tentang Kewajiban Penyertaan Modal
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/15/PBI/2004 Tahun 2004 Tentang Giro Wajib Minimum:
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.6/6/PB1/2004 Tahun 2004 Tentang Fasilitas Likuiditas:
Peraturan Bank Indonesia No.5/10/PBI/2003 Tahun 2004 Tentang Penyertaan Modal Bank Umum;
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/15/PBI/2004 Tahun 2004 Tentang Giro Wajib Minimum;
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.6/6/PBI/2004 Tahun 2004 Tentang Fasilitas Likuidiats Intrahari:
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/20/PBI/2004 Tahun 2004 Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum:
Core Principles for Effective Banking Supervision. Basle Committee on Banking Supervision,
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/2005 Tahun 2005 Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit
Bank Umum;
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/1/2005 Tahun 2005 Tentang Pinjaman Luar Negeri Bank;
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/2005 Tahun 2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum;
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/4/2005 Tahun 2005 Tentang Prinsip Kehati-hatian Dalam Aktivitas
Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum.
23
DAFTAR PERTANYAAN
24
3. Thania Ome Dhobo (kelompok 3)
a. Apakah Bank Indonesia adalah OJK?
Jawab:
Bank Indonesia adalah Bank sentral Neagara Republik Indonesia yang status
dan kedudukannya sebagai lembaga Negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenang, bebas dari campur tangan pemerintah
atau pihak lain kecuali hal-hal yang secara tegas di atur dalam Undang-
undang.
OJK (Otoritas Jasa Keuangan) adalah lembaga yang dipercayakan oleh Bank
Indonesia untuk melakukan pengawasan perbankan. Jadi, OJK beroperasi
sesuai dengan Perintah Bank Indonesia.
b. Apakah yang mengawasi Perbankan itu Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan?
Jawab:
Yang mengawasi perbankam adalah Bank Indonesia dan Otoritas jasa Keuangan
tetapi yang lebih memiliki perang penting yaitu Bank Indonesia karena BI yang
mengelola suku bunga, Nilai tukar, dan lain sebagainya sedangkan OJK yang
mengawasi setiap kinerja dari bank.
25