Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN PERBANKAN

PENGATURAN DAN PENGAWASAN PERBANKAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : DESI MARIA EFI (215400)

MARDILA KEBKOLE (215403)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN KUPANG

TAHUN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha esa karena dengan Rahmat dan
Berkatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah
Manajemen Perbankan dengan judul “Pengaturan dan Pengawasan Perbankan” dalam
kesempatan ini penulis juga menyampaikan limpah terima kasih kepada Ibu Penina Nufninu, S
AB,M.M selaku dosen mata kuliah Manajemen Perbankan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan pengetahuan namun demikian makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan. Penulis mengharapkan masukan baik itu
saran maupun kritikan guna untuk membuat makalah ini lebih baik lagi akhir kata penulis
mengucapkan limpah terima kasih.

Kupang, 19 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................................1

Kata pengantar................................................................................................................2

Daftar isi...........................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan..........................................................................................................4

1.1 latar belakang................................................................................................4

1.2 rumusan masalah...........................................................................................5

1.3 tujuan dan manfaat makalah......................................................................5

Bab II Pembahasan.........................................................................................................6

2.1 pengaturan dan pengawasan perbankan....................................................6

2.2 pengawasan bank.........................................................................................8

2.3 prinsip inti pengawasan bank.......................................................................9

2.4 tindakan BI terhadap bank bermasalah...................................................11

2.5 likuidasi Bank..............................................................................................12

2.6 ketentuan GWM..........................................................................................13

2.7 FLI.................................................................................................................14

2.8 penyertaan modal bank...............................................................................15

2.9 penilaian tingkat kesehatan bank..............................................................16

Bab III Penutup.............................................................................................................22

3.1 kesimpulan...............................................................................................................22

Daftar pustaka...............................................................................................................24

Pertayaan .......................................................................................................................24

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan berdasarakan ketentuan perudangan memiliki
kewenangan untuk membuat dan menerapkan ketentuan perudangan (Right to regulate) yang
berkaitan dengan operasional sebuah bank. Produk-produk peraturan yang telah dikeluarkan
Bank Indonesia yang terkait dengan berbagai aspek usaha bank jumlahnya cukup banyak.
Untuk mengakomodasi perkembangan disektor perbankan termasuk derasnya pengaruh
lingkungan perbankan internasional yang banyak dipengaruhi oleh bank for internasional
settlement. Bank Indonesia dari waktu ke waktu senantiasa melakukan penyesuaian
terhadapa peraturan agar dapat menerapkan prinsip-prinsip perbankan yang sehat sesuai
dengan praktik-praktik internasional yang lazim (international best practice). Beberapa dari
ketentuan dan peraturan yang terkait dengan operasional bank yang dianggap cukup penting.
Struktur pasar keuangan (financial markets) yang sehat serta ditunjang oleh pelaku pasar
yang sehat pula akan membantu berbagai langkah stabilitas ekonomi mencapai sasarannya.
Oleh karena itu,dibutuhkan pelaku pasar keuangan yang mampu menangkap sinyal-sinyal
indikatif yang disyaratkan otoritas perbankan. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia harus terus
berupaya meningkatkan profesionalisme pelaku dalam sektor perbankan agar dapat
menciptakan bankir yang tangguh dan professional. Melihat jumlah kantor bank yang
semakin bertambah,bank Indonesia jelas memiliki keterbatasan dalam melakukan
pengawasan. Untuk itu bank Indonesia mengembangkan pola pembinaan dan pengawasan
yang mengarah pada industri perbankan agar mampu mengatur sendiri pelaksaan prinsip
kehati-hatian.

4
1.2.RUMUSAN MASALAH

1.2.1. Apa pengertian Pengaturan dan Pengawasan perbankan?


1.2.2. Apa prinsip dan metode pengawasan perbankan?
1.2.3. Apa Tindakan Bank Indonesia Terhadap Bank Bermasalah?
1.2.4. Bagaimana Penilaian Tingkat Kesehatan Bank?
1.2.5.Bagamana penerapan prinsip dalam mengenal Nasabah?
1.2.6.Bagaimana penerapan manajemen risiko bank umum?

1.3 TUJUAN MAKALAH

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalahn di atas,maka tujuan makalah ini sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui pengaturan dan pengawasan perbankan


2. Untuk mengetahui tindakan Bank Indonesia terhadap Bank yang bermasalah

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGATURAN DAN PENGAWASAN PERBANKAN


a. Peraturan dan pengawasan perbankan

Kewenangan pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK meliputi wewenang sebagai
berikut:

 Kewenangan untuk menetapkan tata cara perizinan (right to license) dan


pendirian suatu bank, meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha
bank, pemberian izin pembukaan,penutupan dan pemindahan kantor bank,
pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian
izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
 Kewenangan untuk menetapakan ketentuan (right to regulate) yang
menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan
perbankan sehat guna memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat.
 Kewenangan untuk mengawasi meliputi:
1. pengawasan bank secara langsung (on-site supervision) terdiri dari
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan untuk memantau
tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk
mengetahui apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang
membayangkan kelanggsungan usaha bank.
2. pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yaitu pengawasan
melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan
bank,laporan hasil pemeriksaan, dan informasi lain.
 Kewenangan untuk mengenakan sanksi (ringth to impose saction) yaitu
kewenangan untuk melakukan penyidikan disektor jasa keuangan (SJK),
termasuk perbankan. Penyidikan dilakukan oleh penyidik kepolisian Negara
Republik Indonesia (RI) dan Pejabat pegawai Negeri Sipil dilingkungan OJK.
Hasil penyidikan disampaikan kepada jaksa untuk dilakukan penuntutan.

6
 Kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen (right to protect) yaitu
kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen dalam bentuk
pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat, pelayanan pengaduan
konsumen, dan pembelaan hukum.
b. Menyampaikan pedoman penyusunan kebijakan perkreditan bank,yang mengatur
mengenai hal-hal sebagai berikut:
 Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan
 Organisasi dan manajemen perkreditan
 Kebijakan persetujuan kredit
 Dokumentasi dan administrasi kredit
 Pengawasan kredit dan penyelesaian kredit bermasalah
c. Menyusun standar pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yaitu dimana
bank wajib menerapkan fungsi audit intern bank sesuai dengan SPFAIB dengan:
 Menyusun internal audit charter
 Membentuk dewan audit
 Membentuk satuan kerja audit intern
 Menyusun panduan audit intern
d. Menyusun rencana kerja tahunan yang memuat:
 Rencana penghimpunan dana, penyaluran dana, pemberian jasa lain
 Rencana pengembangan produk perbankan
 Rencana perluasan jaringan kantor
 Rencana pengembangan sumber daya manusia
 Proyeksi rencana dan perhitungan laba rugi
e. Pengunaan system informasi
f. Kegiatan transaksi derivatif dengan ketentuan:
 Bank wajib memiliki pedoman pelaksanaan transaksi derivatif secara
tertulis
 Bank dilarang memelihara posisi atas transaksi derivatif yang dilakukan
oleh nasabah grup dari bank, direksi, komisaris, pegawai atau pemilik
bank

7
 Bank hanya dapat melakukan transaksi derivatif yang berkaitan dengan
valuta asing dan suku bunga

Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan pengaturan perbankan berdasarkan prinsip


kehati-hatian menetapkan ketentuan sebagai berikut:

a) Kewajiban menyediakan modal minimum (capital adequarcy)


b) Kewajiban memelihara posisi devisa neto setinggi-tingginnya 25% dari
modal bank
c) Ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK)
d) Penyisihan penghapusan aktiva produktif
e) Pinjaman komersial luar negeri (PKLN), dimana saldo kredit penerimaan
PKLN bank dibatasi maksimum 30% dari modal bank
f) Ketentuan loan to deposit ratio (LDR) maksimum 110%
g) Kriteria orang-orang tercela yang dilarang menjadi pemegang saham dan
atau pengurus bank.

2.2 .PENGAWASAN BANK

Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Bank Indonesia memiliki kewenangan


dan tanggung jawab untuk menetapkan perizinan, pembinaan dan pengawasan bank serta
pengenaan sanksi terhadap bank yang tidak mematuhi peraturan perbankan yang berlaku. Bank
Indonesia dalam menerapkan kewenangan dan tanggung jawab dimaksud antara lain tetap
mempertimbangkan faktor-faktor kemampuan bank, prinsip kehati-hatian operasional bank,
tingkat persaingan yang sehat. Menyangkut pembinaan dan pengawasan bank Sampai
terbentuknya lembaga independen yang memiliki kewenangan dalam pengawasan bank oleh
pemerintah, kewenangan pengawasan bank tetap dilaksanakan oleh Bank Indonesia sebagai
otoritas moneter. Pembinaan yang dimaksud adalah upaya-upaya yang dilakukan dengan cara
menetapkan peraturan yang menyangkut aspek kelembagaan, kepemilikan, kepengurusan,
kegiatan usaha, pelaporan, serta aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan operasional bank.
Sedangkan pengawasan yang dilakukan meliputi pengawasan tidak langsung, terutama dalam
bentuk pengawasan dini melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank, dan pengawasan
langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan.

8
Sejalan dengan itu, Bank Indonesia diberi kewenangan, tanggung jawab, dan kewajiban
secara utuh untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank dengan menempuh
upaya-upaya baik yang bersifat prefentif maupun represif.

Bank harus melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian dalam
memelihara tingkat kesehatan sesuai dengan ketentuan antara lain sebagai berikut:

a) Kecukupan modal
b) Kualitas asset
c) Kualitas manajemen
d) Likiditas
e) Rentabilitas
f) Solvabilitas

Selanjutnya, untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai


kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang
dilakukan melalui bank. Penyediaan informasi tersebut dimaksudkan agar akses untuk
memperoleh informasi perihal kegiatan usaha dan kondisi bank menjadi lebih terbuka,
sekaligus menjamin adanya transparansi dalam dunia perbankan. Informasi tersebut dapat
memuat keadaan bank, termasuk kecukupan modaldan kualitas asset.

2.3 7 PRINSIP INTI PENGAWASAN BANK

1) Prinsip prekondisi bagi pengawasan Bank yang efektif (precondition for effective
banking supervision)
System pengawasan bank yang efektif memiliki tanggung jawab dan tujuan yang jelas
bagi setiap lembaga atau badan yang melaksanakan pengawasan bank. Masing-masing
badan yang terlibat dalam pengawasan perbankan harus memiliki independensi
operasional dan kecukupan sumber daya. Kondisi tersebut harus didukung oleh kerangka
hukum yang memadai termasuk didalamnya yang mengatur kewenangan organisasi
pengawasan, kekuatan untuk mengatur kepatuhan terhadap ketentuan, dan perlindungan
hukum bagi pengawas, pengaturan terhadap sharing informasi antara pengawas dan
kerahasian informasi juga harus diatur secara jelas.
2) Prinsip perizinan dan struktur (Licensing and structure)

9
Aktivitas perbankan yang diizinkan dan merupakan sumber pengawasan harus
didefinisikan secara jelas, selain itu penggunaan kata “bank” harus dikontrol sejauh
mungkin
3) Prinsip ketentuan kehati-hatian dan persyaratan (prudent regulation and requirements)
Pengawas wajib menetapkan ketentuan kehati-hatian dan persyratan kecukupan modal
minimum bagi seluruh bank. Persyaratan kecukupan modal tersebut harus mencerminkan
risiko yang ditanggung oleh bank serta harus mendefinisikan komponen permodalannya.
Bagi bank telah beroperasi secara internasional, ketentuan tersebut minimal harus sesuai
dengan yang ditetapkan dalam Basle Capital Accord dan amendemennya.
4) Prinsip metode pengawasan perbankan yang berjalan (methods of on Going
Supervesion).
System pengawasan perbankan yang efektif harus meliputi system pengawasan on site
dan off site
5) Prinsip persyaratan informasi (information requirements).
Pengawas harus yakin bahwa masing-masing bank telah melakukan dokumentasi yang
sesuai dengan penerapan kebijakan dan praktik-praktik akuntasnsi yang konsisten.
Dokumentasi tersebut yang memungkinkan pengawas untuk mendapatkan informasi
kondisi keuangan bank dan profitabilitas bisnisnya secara benar dan wajar. Pengawas
juga harus yakin bahwa bank telah memublikasikan laporan keuangannya secara teratur
yang mencerminkan kondisi bank yang sebenarnya.
6) Prinsip kewenangan pengawas (formal pawers of supervisors).
Pengawas harus memiliki ukuran pengaturan pengawas yang memadai untuk melakukan
tindakan perbaikan secara cepat pada saat bank gagal untuk memenuhi kebutuhan kehati-
hatian (misalnya ketentuan kecukupan modal), pada saat terjadi pelanggaran ketentuan,
atau pada saat depesan dalam posisi terancam. Dalam situasi yang ekstrim, pengawas
harus memiliki kemampuan untuk mencabut izin usaha bank atau merekomendasikan
pencabutan tersebut.
7) Prinsip lintas batas perbankan (cros border banking)
Pengawasa harus mempraktikan pengawasan global sercara konsolidasi melakukan
pemantauan yang memadai dan menerapkan norma kehati-hatian yang tepat disegala

10
aspek kegiatan usaha terhadap bank beroperasi secara internasional. Khususnya terhdap
kantor cabang diluar negeri joint venture dan kantor cabangnya.

2.4 TINDAKAN BANK INDONESIA TERHADAP BANK BERMASALAH

Berdasarkan undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah


diubah dengan UU No.10 tahun 1998, bank dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat
menghadapi beberapa masalah sebagai berikut:

a. Bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya;


Suatu bank dikatakan mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya
apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia. kondisi usaha bank semakin memburuk,
antara lain ditandai dengan menurunya permodalan, kualitas asset, likuiditas, dan
rentabilitas serta pengelolaan bank yang tidak dilakukan berdasarkan prinsip kehati-
hatian dan prinsip-prinsip perbankan yang sehat.
b. Keadaan suatu bank dapat membahayakan kelangsungan usahanya;
Bank yang diperkirakan membahayakan system perbankan adalah apabila tingkat
kesulitan yang dialami dalam melakukan kegiatan usaha bank tidak mampu memenuhi
kewajiban-kewajibannya kepada bank lain sehingga akan menimbulkan dampak berantai
kepada bank-bank lain. jika keadaan suatu bank membahayakan system perbankan Bank
Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana halnya terhadap bank yang mengalami
yang mengalami kesulitan dan membahayakan kelangsungan usahanya.
c. Kondisi perbankan membahayakan perekonomian;
Kondisi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian nasional yaitu suatu
kondisi system perbankan yang menurut penilaian Bank Indonesia dapat menybabkan
krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan berdampak kepada hajat hidup
orang banyak. Selain itu memerlukan peran langsung pemerintah untuk penanggulangan
melalui kebijakan dan tindakan yang berdampak pada APBN. Dalam kondisi seperti
diatas atas permintaan Bank Indonesia pemerintah dapat membentuk badan khusus yang
bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan.

11
2.5. LIKUDASI BANK

Likuidasi adalah tindakan pemberesan berupa penyelesaian seluruh hak dan kewajiban
bank sebagai akibat pembubaran badan hukum bank. Likuidasi bank dilakukan dengan cara
pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para debitor, diikuti dengan pembayaran
kewajiban bank kepada para kreditor dari hasil pencairan dan atau penagihan tersebut. Proses
dan tata cara likuidasi bank setelah izin usahanya disebut oleh Bank Indonesia diberitahukan
kepada bank yang bersangkutan, kemudian diumumkan dalam surat kabar harian yang
mempunyai peredaran luas proses dan tata cara likuidasi bank dilakukan sebagai berikut:

a). bank yang dicabut izin usahanya wajib menyusun neraca penutupan per tanggal
pencabutan izin usaha selambat-lambatnya 21 hari sejak tanggal pencabutan izin usaha.
Neraca penutupan tersebut wajib disampaikan kepada Bank Indonesia selanjutnya direksi
bank yang bersangkutan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS) dan
membentuk tim likuidasi.
b). apabila direksi bank tidak menyelenggarakan RUPS, pimpinan Bank Indonesia
meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan. Penetapan tersebut berisi
pembubaran badan hukum bank, penunjukan tim likudasi dan perintah pelaksanaan
likuidasi, dan menbentuk tim likuidasi yang susunan nama-nama calon anggota tim
likuidasi dengan persetujuan Bank Indonesia. Anggota tim sekurang-kurangnya terdiri
dari 3 orang dan maksimal 7 orang.

Tugas dan kewenangan tim likuidasi:

a). melakukan pendaftaran dan penguman mengenai pembubaran badan hukum bank

b). melakukan inventarisasi kekayaan dan kewajiban bank dan likuidasi

c). melakukan penentuan cara likuidasi

d). menyusun rencana kerja dan anggaran biaya

e). menyusun rencana dan cara pencairan harta kekayaan bank dan likuidasi

f). melakukan perundingan dengan para kreditor dan pembayaran kewajiban

12
g). menwakili bank dan likudasi diluar dan didalam pengadilan

2.6. KETENTUAN GIRO WAJIB MINIMUM

Salah satu piranti kebijakan moneter yang digunakan Bank Indonesia saat ini untuk
menyeimbangkan permintaan dan penawaran uang adalah dengan mengendalikan likuidasi
perbankan. Pengendalian dilakukan melalui penerapan giro wajib minimum (stuturory reserves)
atau juga disebut reserve requirement. Reserve Requirement merupakan perbandingan antara
saldo giro bank yang wajib ditempatkan pada Bank Indonesia terhadap dana pihak ketiga (DPK)
yang dimiliki bank. Penerapan kebijakan giro wajib minimum disesuaikan dari waktu ke waktu
dan berdasarkan kondisi dinamika perekonomian dan arah kebijakan moneter.

 Persentase Giro Wajib Minimum

a). DPK>Rp 1 triliun –Rp 10 juta triliun

bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp 1 triliun s.d Rp 10 triliun,
wajib memelihara tambahan GWM rupiah sebesar 1% dari DPK dalam rupiah .

contoh:

apabila Bank mempunyai DPK dalam rupiah dalam satu masa laporan sebesar Rp 5
Triliun maka GWM yang wajib dipelihara adalah sebesar Rp 300 miliar dengan
perhitungan sebagai berikut:

 5% x Rp 5 triliun = Rp 250 miliar


 1% x Rp 5 triliun = Rp 50 miliar

Formula Perhitungan Persentase GWM

13
Kewajiban dan pemenuhan persentase GWM dihitung dengan membandingkan jumlah saldo
rekening Giro Bank Indonesia setiap hari dalam satu masa laporan terhadap rata-rata harian
jumlah DPK dalam satu masa laporan sebelumnya sebagai berikut:

Saldo Giro Bank Indonesia setiap hari dalam satu masa laporan x 100%
Rata-rata harian jumlah DPK dalam satu masa laporan pada dua masa laporan
sebelumnya.

Pemberian Jasa Giro oleh Bank Indonesia

Bank Indonesia memmberikan jasa giro setiap hari kerja terhadap bagian saldo rekening Giro
Rupiah Bank yang diperuntukan untuk pemenuhan kewajiban tambahan GWM dalam Rupiah
sebesar 3% per tahun.

2.7. FASILITAS LIKUIDASI INTRAHARI

Fasilitas Likuidasi Intrahari (FLI) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)


No.6/6/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 adalah fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia
kepada bank umum untuk mengatasi kesulitan pendanaan yang terjadi selama jam operasional
Bank Indonesia Real Time gross settlement (BI-RTGS) karena nilai transaksi keluar (autgoing
transaksion) melalui system BI-RTGS lebih besar dibandingkan dengan saldo rekening giro
rupiah bank di Indonesia. Sistem BI-RTGS adalah system transfer dana elektronik antar peserta
dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi
individual.

Bank dapat memperoleh FLI setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a). tingkat kesehatan minimla cukup baik


b). memilkik surat berharga yang dapat diangungkan berupa SBI dan atau Surat utang
Negara (SUN)
c). tidak sedang dikenakan sanksi penangguhan sebagai bank peserta BI-RTGS dan BI-
SSS (Bank Indonesia Scriptless Settlement System)
d). tidak sedang dikenakan sanksi tidak dapat memperoleh fasilitas pendanaan jangka
pendek.

14
2.8. PENYERTAAN MODAL BANK

Penyertaan modal bank adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, termasuk penanaman dalam bentuk surat utang
konversi (Converible) dengan opsi (equity option) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat
bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan pada perusahaan yang bergerak
dibidang keuangan. Perusahaan yang bergerak dibidang keuangan meliputi:

 Bank Umum
 Bank Perkreditan Rakyat
 Perusahaan pembiayaan
 Modal ventura
 Perusahaan efek
 Asuransi
 Serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan.

Kegiatan penyertaan modal oleh bank merupakan salah satu bagian dari kegiatan
penanaman dana bank untuk memperoleh pendapatan disamping kegiatan lain seperti:
penyaluran kredit, penanaman dana dalam bentuk surat-surat berharga, dan kegiatan pasar uang
antar bank. Penyertaan modal bank kepada perusahaan debitur bersifat sementara penyertaan
modal sementara adalah penyertaan modal oleh bank dalam perusahaan debitur untuk mengatasi
kegagalan kredit (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku. Penyertaan modal sementara juga bisa dalam bentuk surat utang konversi
(convertible bonds) dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu yang
berakibat bank memiliki atau akan memilki saham pada perusahaan debitur.

Kegiatan penyertaan modal ini disatu pihak berpotensi mendatangkan keuntungan,


namun dilain pihak memiliki potensi risiko. oleh karena itu, Bank Indonesia menetapkan
peraturan mengenai prinsip kehati-hatian dalam kegiatan penyertaan modal sebagaimana diatur
dalam peraturan Bank Indonesia No.5/10/PBI/2003 penyertaan modal dan bank umum.

Batas maksimal penyertaan modal bank:

Pernyataan modal bank dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan:

a. Telah mendapat persetujuan dari bank Indonesia.


b. Rencana penyertaan modal telah dimuat dalam rencana kerja tahunan bank.
c. Bank memiliki rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) sesuai
ketentuan yang berlaku.
d. Tidak mengganggu kelangsungan usaha bank dan tidak secara material meningkatkan
profil resiko bank.
e. Bank memiliki system pengendalian intern untuk kegiatan penyertaan modal yang
sekurang-kurangnya meliputi: analisis dan prosedur pelaksanan kegiatan penyertaan

15
modal, terdapat dokumentasi dan pemantauan secara priodik, terdapat prosedur
akuntansi dan valuasi yang tepat, terdapat kemudahan untuk dilakukan jejak audit
(audit trail).
f. Bank tidak sedang dalam status pengawasan insentif atau pengawasan khusus.

2.9 Penilaian Tinggkat Kesehatan Bank


Berdasarkan peraturan Gubernur Bank Indonesia nomor 6/10/2004 mengenai tingkat
kesehatan perbankan adalah hasil penilai kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian
kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan,kualitas asset, manajemen, rentabilitas,
likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. penilaian kuantitatif adalah penilaian
terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keungan bank. Sedangkan penilain
kualitatif berkaitan dengan penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian
kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan bank.
Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank senantiasa bersifat dinamis sehingga
sistem penilaian tinggat kesehatan bank perlu di-review secara periodik untuk menyesuaikan
kondisi terkini. Tujuannya adalah agar lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan waktu
yang akan datang . bank Indonesia melakukan perbaikan kembali terhadap sistem penilaian
tingkat kesehatan yang meliputi penyempurnaan pendelatan penilaian kualitatif dan
kuantitatif dan penambahan faktor penilaian. Bagi perbankan hasil akhir penilaian kondisi
bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di
waktu yang akan datang. Sedangkan bagi bank Indonesia antara lain digunakan sebagai
sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank.

Faktor Penilaian
Bank Indonesia dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan faktor-
faktor yang disebut dengan CAMELS, sebagai berikut:
a. permodalan (capital).
b. Kualitas asset (asset quality).
c. Manajemen (management).
d. Rentabilitas (earning).
e. Likuiditas (liquidity).
f. Sensitivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk)

16
2.10. Posisi Devisa Netto Bank Umum
Untuk memelihara integritas dan stabilitas sistem keuangan diperlukan adanya stabilitas
nilai tukar. Dalam rangka mencapai stabilitas nilai tukar perlu dilakukan pengaturan dalam
pengelolaan resiko transaksi valuta asing yang dilakukan oleh perbankan.

Pengertian
Posisi devisa netto (NOP)secara keseluruhan adalah angka yang merupakan penjumlahan
nilai absolut sebagai jumlah dari:
a. Selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk untuk setiap valuata asing.
b. Selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen maupun kontijensi
dalam rekening administrative untuk setiap valuta asing.
Menurut peraturan bank Indonesia no.6/20/PBI/2004 tahun 2004 tentang posisi devisa
netto bank umum, bank wajib memelihara posisi devisa netto dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Secara keseluruhan setinggi-tingginya 20% dari modal.
b. Untuk neraca setinggi-tingginya 20%dari modal.

Aktiva valuta asing

Komponen aktiva valuta asing adalah semua aktiva valuta asing yang dimiliki bank baik bersasal
dari penduduk maupun bukan penduduk yang terdiri dari:

a. Kas
b. Emas
c. Giro termasuk giro pada BI
d. Deposito on call
e. Sertifikat deposito
f. Deposito berjangka
g. Margin deposito
h. Surat berharga
i. Kredit yang diberikan
j. Nilai bersih wesel ekspor yang telah diambil alih
k. Rekening antar kantor aktiva
l. Tagihan lainya meliputi:penyertaan dalam valas aktiva tetap dikantor cabang diluar
negeri, pendapatan bunga yang masih harus diterima, tagihan akseptasi, transaksi reverse
repo dan tagihan derivative.

Pasiva valuta asing


Komponen pasiva valuta asing adalah semua kewajiban valuta asing baik yang berasal
dari penduduk maupun bukan penduduk yang terdiri dari:
a. Giro
b. Deposito on call

17
c. Deposito berjangka
d. Sertifikat deposito
e. Margin deposito
f. Pinjaman yang diterima
g. Jaminan import
h. Rekening antar kantor pasiva
i. Kewajiban lainya termasuk: biaya yang masih harus dibayar, kewajiban akseptasi
transaksi repo dan kewajiban derivative.

2.11.Pembatasan transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valas Oleh Bank Umum

Penerapan devisa bebas di Indonesia telah mempercepat perkembangan dan integrasi


pasar keuangan Indonesia dan pasar keuangan dunia. Perkembangan pasar keuangan tercermin
dari semakin bertambahnya keaneka ragaman produk jasa keuangan hasil berbagi inovasi
diindustri keuangan dunia. Integrasi pasar keuangan terlihat antara lain, terlihat pada penggunaan
mata uang domestic didalam negeri oleh warga Negara asing dan badan-badan asing. Namun,
selanjutnya pengunaan tersebut semakin meluas sampai ke luar negeri, baik oleh warga Negara
Indonesia dan badan hukum Indonesia maupun oleh warga Negara asing dan badan-badan asing.

Pelarangan transaksi

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.3/3/PBI/2001, Bank dilarang melakukan transaksi-


transaksi tertentu dengan pihak-pihak sebagai berikut:

a). Warga Negara Asing

b). Badan hukum Asing atau Badan hukum Asing lainnya

c). Warga Negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap (permanent resident)
Negara lain dan tidak berdomisisli di Indonesia.

d.perwakilan Negara asing dan lembaga internasional di Indonesia.

e. kantor bank atau badan hukum Indonesia diluar negeri.

Transaksi-transaksi tertentu yang dilarang untuk dilakukan oleh bank dengan pihak-pihak
tersebut diatas meliputi:

a. Pemberian kredit , cerukan, dalam rupiah atau valuta asing.


b. Penempatan dana dalam rupiah dalam bentuk giro, call money, deposito berjangka,
sertifikat deposito, dan penempatan lainya, serta penempatan pada lembaga keuangan
bukan bank untuk kepentingan bank maupuan nasabah.
c. Melakukan transfer rupiah ke bank di luar negeri.
d. Pemebrian surat-surat berharga dalam rupiah yang diterbitkan oleh pihak-pihak diatas.

18
e. Transaksi antar kantor dalam rupiah, yaitu semua tagihan (aktiva)yang dimiliki bank
terhadap kantor pusat atau kantor cabang diluar negeri baik untuk kepentingan bank
maupuan nasabah.
f. Penyertaan dalam rupiah kepada pihak-pihak tersebut di atas

Pembatasan Transaksi
Berdasarkan peraturan BI tersebut diatas bank hanya dapat melakukan transaksi Derivatif
valuta asing terhadap rupiah dengan pihak-pihak yang di larang untuk melakukan
transaksi yang telah disebutkan sampai batas maksimal nominal tertentu setiap saat, baik
untuk transaksi setiap individual maupuan posisi (outstanding) transaksi derifatif per
bank yaitu sebesar USD 3.000.000 atau ekuivalen. Transaksi derivatif adalah kontrak
atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrument yang
mendasari. Instrumen yang mendasarinya yaitu suku bunga dan nilai tukar dalam bentuk
transaksi for watch,swap,dan option valuta asing terhadap rupiah dan transaksi lainya
yang dapat dipersamakan dengan itu.

2.12. PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH

Prinsip mengenal nasabah pada dasarnya adalah prinsip yang diterapkan bank untuk
mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan
transaksi yang mecurigakan. Dalam penerapan prinsip ini bank diwajibkan membentuk unit kerja
khusus dan atau menunjuk pejabat yang bertanggung jawab atas penerapan prinsip mengenal
nasabah. Dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah bank wajib menetapkan kebijakan dan
prosedur mengenai

a) Penerimaan nasabah
b) Pengidentifikasian nasabah
c) Pemantauan terhadap rekening dan transaksi nasabah
d) Manajemen risiko

2.13. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BANK UMUM

Kondisi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat


yang diikuti oleh semakin kompleksnya risiko bagi kegiatan usaha perbankan.

Adanya kondisis-kondisi ini menyebabkan BI mengeluarkan peraturan BI


No.5/8/PBI/2003.Tahun 2003 tentang penerapak manajemen risiko bagi bank umum. Peraturan
ini mengharuskan pengelolaan setiap aktifitas fungsional bank sedapat mungkin terintegrasi
kedalam suatu sistem dan psoses pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif. Dalam
rangka menciptakan prakondisi dan infrastruktur pengelolaan risiko maka bank wajib mengambil
langkah-langkah persiapan pelaksaan pengelolaan risikonya

19
Risiko dalam hal ini adalah potensi terjadinya suatu peristiwa atau efents yang dapat
menimbulkan kerugian bank. Sedangkan manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan
metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasik, mengukur, memantau dan mengendalikan
risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.

Jenis-jenis risiko bank berdasarkan ketetapan dalam peraturan BI No.5/8/PBI/2003.Tahun


2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum, risiko-risiko yang potensial
dihadapi bank dalam menjalankan aktifitas usahanya adalah

a) Risiko kredit
b) Risiko pasar
c) Risiko liquiditas
d) Risiko operasional
e) Risiko hukum
f) Risiko Reputasi
g) Risiko strategik
h) Risiko kepatuhan

2.14. KUALITAS AKTIVA BANK UMUM

Dalam ketentuan kualitas aktiva bank umum ini, asset yang dinilai kualitasnya mencakup
aktiva produktif dan aktiva non produktif .perluasan cakupan asset yang dinilai tersebut
dimaksudkan agar bank sedini mungkin mengatur kembali portofolio asset-asetnya terutama
pada sisi aktiva non produkstif sehingga dapat mengembalikan fungsi bank sebagai lembaga
intermediasi yang menyalurkan dana kepada sector usaha yang eligible .Selain itu, untuk
menentukan kualitas penyediaan dana yang lebih mencerminkian tingkat ekposur risiko kredit,
perlu ditata kembali kriteria, persyaratan, dan tata cara penilaian kualitas pada setiap jenis
penyediaan dana.

2.15. JENIS KUALITAS AKTIVA BANK UMUM

Kualitas bank umum sebagai mana diatur dalam peraturan BI No.7/2/PBI/2005 tanggal
20 Januari 2005 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum terdiri dari:

a) Aktiva produktif
Aktiva produktif adalah penyedia dana Bank untuk memperoleh penghasilan bank wajib
menyesuaikan penilaian kualitas aktiva produktif paling kurang setiap 3 bulan, yaitu
posisi akhir bulan maret, juni, September dan desember.
Aktifa produktif terdiri dari:
 Kredit
 Surat berharga
 Penempatan dana antar bank
 Tagihan akseptasi

20
 Reverse Repurchase Agreement atau Reverse repo
 Tagihan derivatif
 Penyertaan modal
 Transaksi rekening administratif
 Bentuk penyediaan dana lainnya

b). Aktiva Non produktif

aktiva non produktif adalah asset bank selain aktiva produktif yang memiliki posisi
kerugian.

Aktiva non produktif antara lain dapat dalam bentuk:

 Agunan yang diambil alih


 Property terbengkalai
 Rekening antar kantor
 Suspense account

Penilaian kualitas aktiva produktif

a). kualitas kredit


b). penilaian kualitas surat berharga
c).larangan dan pengecualian
d). kualitas penempatan
e). kualitas tagihan akseptasi
f). kualitas reverser repol
g).kualitas tagihan derivatif
h). kualitas penyertaan modal
i).kualiatas penyertaan modal sementara
j). kualitas transaksi rekening administrasi
k).kualitas aktiva produktif yang dijamin dengan agunan tunai

penilaian kualitas aktiva non produktif

a). kualitas agunan yang diambil alih


b). kualitas property terbengkalai
c).kualitas rekening antar kantor dan suspense acvcount

21
BAB III

PENUTUP

3.1.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil makalah yang disusun mengenai Pengaturan dan Pengawasan


Perbankan dari Bank Indonesia kepada berbagai aspek usaha bank dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:

1. Pengaturan dan Pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sesuai
dengan wewenang yang tercantum dalam UU.No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
2. Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap jasa perbankan di
Indonesia dilakukan secara terpadu,sehingga mampu mewujudkan sistem kekuangan
yang tumbuh secara berkesinambungan dan melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Bank Indonesia No. 4/10/PB1/2002 tanggal 18 November 2002 tentang Sertifikat Bank
Indonesia:

Surat Edaran Bank Indonesia No.6/4/DPM tanggal 16 Februari 2004;

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. 10 tahun
1998:

Peraturan Bank Indonesia No.5/10/PB1/2003 Tahun 2004 Tentang Penyertaan Modal Bank Umum:

Peraturan Bank Indonesia No.5/21/PB1/2001 Tahun 2001 Tentang Kewajiban Penyertaan Modal
Minimum Bank Umum:

Peraturan Bank Indonesia No.5/12/PB1/2003 Tahun 2004 Tentang Kewajiban Penyertaan Modal

Minimum Bank Umum Dengan Memperhitungkan Risiko Pasar (Market Risk);

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/15/PBI/2004 Tahun 2004 Tentang Giro Wajib Minimum:

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.6/6/PB1/2004 Tahun 2004 Tentang Fasilitas Likuiditas:

Peraturan Bank Indonesia No.5/10/PBI/2003 Tahun 2004 Tentang Penyertaan Modal Bank Umum;

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/15/PBI/2004 Tahun 2004 Tentang Giro Wajib Minimum;

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.6/6/PBI/2004 Tahun 2004 Tentang Fasilitas Likuidiats Intrahari:

Booklet Perbankan Indonesia, Bank Indonesia, 2004;

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/20/PBI/2004 Tahun 2004 Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum:

Surat Edara Bank Indonesia Nomor: 6/4/DPM tanggal 16 Februari 2004;

Core Principles for Effective Banking Supervision. Basle Committee on Banking Supervision,

Bank for International Settlement, CH-4002, Basie.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/2005 Tahun 2005 Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit
Bank Umum;

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/1/2005 Tahun 2005 Tentang Pinjaman Luar Negeri Bank;

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/2005 Tahun 2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum;

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/4/2005 Tahun 2005 Tentang Prinsip Kehati-hatian Dalam Aktivitas
Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum.

23
DAFTAR PERTANYAAN

1. Maria deycosta Midu (kelompok 4)


a. Jelaskan pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus itu seperti apa?
Jawab:
 Pemeriksaan atau pengawasan khusus adalah pengawasan terhadap bank yang dinilai
mengalami kesulitan sangat membahayakan kelangsungan usaha. Misalnya,
pengawasan dilakukan setiap hari.
 Pemeriksaan atau pengawasan umum adalah pengawasan bank pada umumnya.
Misalnya, pengawasan yang dilakukan oleh bank Indonesia setiap 3 bulan atau 6
bulan.
b. Jelaskan pembentukan satuan kerja audit interen?
Jawab:
Dengan membentuk satuan audit interen sebagai perpanjangan tangan dari BI untuk
mengawasi kinerja internal bank.
c. Jelaskan sensivitas terhadap resiko pasar?
Jawab:
Sensivitas terhadap resiko pasar artinya Bank harus menyesuaikan operasionalnya
sesuai dengan keadaan pasar keuangan agar usaha yang dijalankan sesuai dengan
keadaan pasar. Misalnya pada saat gejolak politik ada kenaikan harga maka nasabah
akan kesulitan dalam menyetor kewajiban ke bank maka dari bank akan memberikan
keringanan kepada nasabah dengan meminimalkan suku bunga kredit.

2. Abnit Nomleni (kelompok 2)


a. Jelaskan pengawasan kredit dan pengelesaian kredit bermasalah?
Jawab:
Kredit bermasalah terjadi jika nasabah membayar kredit dan suku bunga terlambat
atau tidak sesuai dengan persetujuan waktu yang ditentukan, kredit bermasalah
terjadi pada saat kredit macet.
b. Apa hubungan organisasi dengan manajemen perkreditan dalam dunia perbankan?
Jawab:
Hubungan antara organisasi dan manajemen perkreditan dalam dunia perbankan
memiliki hubungan yang erat karena jika bank ingin melakukan aktivitas perkreditan
otomatis memerlukan fungsi manajemen antara lain:
 Perencanaan
 Pengorganisasian
 Pelaksanaan
 Evaluasi

Dengan menggunakan fungsi manajemen ini untuk meningkatkan perekonomian


masyarakat atau kepercayaan dari masyarakat terhadap bank.

24
3. Thania Ome Dhobo (kelompok 3)
a. Apakah Bank Indonesia adalah OJK?
Jawab:
 Bank Indonesia adalah Bank sentral Neagara Republik Indonesia yang status
dan kedudukannya sebagai lembaga Negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenang, bebas dari campur tangan pemerintah
atau pihak lain kecuali hal-hal yang secara tegas di atur dalam Undang-
undang.
 OJK (Otoritas Jasa Keuangan) adalah lembaga yang dipercayakan oleh Bank
Indonesia untuk melakukan pengawasan perbankan. Jadi, OJK beroperasi
sesuai dengan Perintah Bank Indonesia.
b. Apakah yang mengawasi Perbankan itu Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan?
Jawab:
Yang mengawasi perbankam adalah Bank Indonesia dan Otoritas jasa Keuangan
tetapi yang lebih memiliki perang penting yaitu Bank Indonesia karena BI yang
mengelola suku bunga, Nilai tukar, dan lain sebagainya sedangkan OJK yang
mengawasi setiap kinerja dari bank.

“Sepi tanpa kekasih”


“Sekian dan terima kasih”

25

Anda mungkin juga menyukai