Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat meyelesaikanmakalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Kebanksentralan, dengan
judul, “Perkembangan Kebijakan Perbankan, Ketentuan Baru BI Dan OJK
Terbaru Yang Masih Berlaku”
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dewi Sartika Nasution, M.Ec., selaku dosen mata Kebanksentralan, semoga tugas
yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada seluruh sumber referensi yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini semoga Allah SWT. senantiasa membalas dengan
kebaikan yang berlipat ganda.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Perkembangan Kebijakan Perbankan
2. Untuk Mengetahui Ketentuan Baru BI Dan OJK Terbaru Yang Masih
Berlaku
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kewajiban pemenuhan RPIM dilakukan untuk posisi setiap akhir bulan Desember
dan untuk pertama kali untuk posisi Desember 2022.
2. Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah (Bank)
menetapkan target RPIM dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) berdasarkan hasil
penilaian mandiri Bank sesuai dengan keahlian dan model bisnis.
3. Target RPIM yang ditetapkan harus meningkat dibandingkan RPIM Bank posisi
akhir bulan Desember tahun sebelumnya.
4. Dalam hal RPIM Bank pada posisi akhir bulan Desember tahun sebelumnya sebesar
30% (tiga puluh persen) atau lebih, target RPIM yang ditetapkan paling sedikit
sebesar pemenuhan RPIM posisi akhir bulan Desember tahun sebelumnya.
5. Kewajiban pemenuhan RPIM dikecualikan bagi Bank yang sedang dikenakan
pembatasan kegiatan usaha oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Umum
Konvensional/Bank Umum Syariah dalam status pengawasan intensif atau
pengawasan khusus, bank perantara, dan Bank dalam kondisi tertentu atas dasar
rekomendasi OJK.
pembelian surat berharga yang ditujukan untuk tujuan pembangunan atau keuangan
berkelanjutan; danpembelian surat berharga yang diterbitkan oleh LJK non-Bank yang
mendukung pembiayaan kepada UMKM, Korporasi UMKM, dan/atau PBR; danPenerbit
SBPI ditambah dengan LJK non-Bank.
Bank wajib menyampaikan data untuk perhitungan RPIM yang dilakukan melalui
pelaporan dalam Laporan Bank Umum Terintegrasi (LBUT) dan/atau laporan lain yang
ditetapkan Bank Indonesia.Penyampaian laporan lain yang ditetapkan Bank Indonesia
secara luring pertama kali disampaikan untuk posisi akhir bulan Desember
2022.Penyesuaian Terkait Publikasi
Bank Indonesia dapat memublikasikan atas pemenuhan RPIM pada kanal situs web Bank
Indonesia dan/atau bentuk publikasi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Bank yang tidak memenuhi target RPIM dan memiliki RPIM kurang dari 30% (tiga puluh
persen) wajib memenuhi Giro RPIM sebesar hasil perkalian antara konstanta tertentu
sebesar 0,1 (nol koma satu) dan nilai kekurangan RPIM.Kewajiban pemenuhan Giro RPIM
dikenakan sejak pemenuhan RPIM posisi akhir bulan Desember 2024 dan dilakukan setiap
hari kerja sejak bulan April sampai dengan bulan Desember.Bank Indonesia menghentikan
kewajiban pemenuhan Giro RPIM bagi Bank yang pada tahun berikutnya dapat mencapai
target RPIM yang ditetapkan untuk posisi akhir bulan Desember tahun sebelumnya.
Pengaturan Sanksi:
Bank Indonesia mengenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis bagi Bank yang
tidak melakukan pemenuhan RPIM dengan masa berlaku sejak pemenuhan RPIM posisi
akhir Desember 2024.Bank Indonesia mengenakan sanksi administratif berupa teguran
tertulis dan/atau kewajiban membayar bagi Bank yang melanggar kewajiban pemenuhan
Giro RPIM. Sanksi kewajiban membayar sebesar hasil perkalian antara konstanta sebesar
0,01 (nol koma nol satu) dan nilai kekurangan Giro RPIM dan paling banyak sebesar
Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).Pemenuhan Giro RPIM dan sanksi pemenuhan
RPIM dapat dikecualikan bagi Bank dalam kondisi tertentu atas dasar rekomendasi
OJK.Ketentuan lebih lanjut mengenai RPIM diatur dalam Peraturan Anggota Dewan
Gubernur.
Jakarta, 19 September 2023. Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Penerapan Tata
Kelola bagi Bank Umum (POJK Tata Kelola). POJK ini diterbitkan mengingat tata
kelola merupakan hal yang sangat fundamental dalam pengelolaan kegiatan usaha
suatu bank untuk dapat berkembang secara sehat dan berkelanjutan dengan
mengedepankan nilai, etika, prinsip, dan menjunjung tinggi integritas.
Penerapan tata kelola yang baik juga menjadi salah satu faktor utama untuk
menciptakan sektor keuangan yang lebih berintegritas, memiliki daya saing dan
daya tahan (risiliensi) yang mampu memberikan nilai tambah pada kinerja
perusahaan dan perekonomian
Berbagai perubahan tersebut telah mendorong OJK untuk mereview dan
mengkinikan ketentuan tata kelola bank umum dengan tujuan untuk memberi acuan
bagi industri perbankan untuk berkembang secara sehat, berhati-hati, berintegritas,
senantiasa memegang prinsip-prisip governasi serta menegakkan market
disciplines.
Penerbitan POJK Tata Kelola juga merupakan tindak lanjut dari amanat Undang-
Undang Nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor
Keuangan.
Penyempurnaan aturan tata kelola ini telah mengacu dan diselaraskan pada berbagai
standar internasional antara lain Basel Committee on Banking Services (BCBS),
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), ataupun
Internatioal Finance Corporation (IFC).
Salah satu aspek penting dalam POJK Tata Kelola adalah mendorong penguatan
kepengurusan Bank serta memberikan koridor pengaturan yang lebih jelas terkait
perilaku dan kewenangan pemegang saham khususnya pemegang saham
pengendali terhadap Bank.
Secara umum substansi POJK Tata Kelola mengatur mengenai kewajiban Bank
untuk menerapkan tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
yang diwujudkan dalam beberapa aspek antara lain yaitu: pelaksanaan tugas,
tanggung jawab, dan wewenang
Direksi serta Dewan Komisaris, kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite,
penanganan benturan kepentingan, dan penerapan fungsi kepatuhan.
Selain itu, diatur juga mengenai audit internal, audit eksternal, penerapan
manajemen risiko, remunerasi, penyediaan dana kepada pihak terkait dan
penyediaan dana besar, integritas pelaporan serta sistem teknologi informasi,
rencana strategis Bank, aspek pemegang saham termasuk kebijakan dividen,
penerapan strategi antifraud, penerapan keuangan berkelanjutan, dan penerapan
tata kelola dalam kelompok usaha Bank.
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan untuk memastikan Bank menerapkan
tata kelola yang baik, OJK dapat menetapkan sanksi terhadap pelanggaran tata
kelola tersebut secara effective, proportionate, dan dissuasive. Hal ini dilakukan
untuk menjaga komitmen dari semua pihak agar penerapan tata kelola benar-benar
dipedomani dan dilaksanakan secara tepat dan konsisten oleh Bank dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Subari, Sri Mulyati Tri dan Ascarya. 2002. Kebijakan Sistem Pembayaran
di Indonesia. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan
(PPSK) Bank Indonesia.
Fitriani, A., & Santoso, D. (2022). Implikasi Ketentuan OJK Terbaru terhadap
Industri Perbankan. Jurnal Manajemen Keuangan, 18(1), 56-78.