Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN PERBANKAN,


KETENTUAN BARU BI DAN OJK TERBARU YANG
MASIH BERLAKU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebanksentralan
Dosen Pengampu: Dewi Sartika Nasution, M.Ec.

Disusun Oleh : Kelompok 13

1. Atika Kurnia Sari 210502031


2. Rika Akana Putri 210502032

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATRAM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat meyelesaikanmakalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Kebanksentralan, dengan
judul, “Perkembangan Kebijakan Perbankan, Ketentuan Baru BI Dan OJK
Terbaru Yang Masih Berlaku”

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dewi Sartika Nasution, M.Ec., selaku dosen mata Kebanksentralan, semoga tugas
yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada seluruh sumber referensi yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini semoga Allah SWT. senantiasa membalas dengan
kebaikan yang berlipat ganda.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna perbaikan dan kelengkapan penyusunan
makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 7 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2
2.1 Perkembangan Kebijakan Perbankan ........................................ 2
2.2 Ketentuan Baru BI Dan OJK Terbaru Yang Masih Berlaku ...... 4
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan............................................................................. 10
3.2 Saran ...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan perbankan di Indonesia dalam tahun-tahun belakangan ini
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Seiring dengan perkembangan
perbankan di Indonesia diharapkan membawa kearah kemajuan bagi perbankan
Indonesia guna mampu menghadapi dan mengantisipasi semua tantangan
perekonomian dan perbankan internasional serta membawa manfaat yang besar
bagi masyarakat kearah kesejahteraan yang berkeadilan. Kegiatan lembaga
perbankan secara umum dilakukan oleh pelaku yang menurut fungsi serta tujuan
usaha dapat dibedakan yaitu berupa bank sentral dan bank umum. Bank umum
atau bank komersial dalam kegiatan dibina dan diawasi oleh bank sentral,
sedangkan bank sentral dalam menjalankan pokok-pokoknya berdasakan
kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah

Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan


ekonomi. Sebelum sampai pada praktik-praktik yang terjadi saat ini, ada banyak
permasalahan yang terkait dengan masalah-masalah perbankan ini. Masalah
utama yang muncul dalam praktik perbankan ini adalah pengaturan sistem
keuangan yang berkaitan dengan mekanisme penentuan volume uang yang
beredar dalam perekonomian. Sistem keuangan, yang terdiri dari otoritas
keuangan (financial authorities), sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan
bukan bank, pada dasarnya merupakan tatanan dalam perekonomian suatu
Negara yang memiliki peran utama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa
keuangan. Fasilitas jasa tersebut diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan,
termasuk pasar uang dan pasar modal.Secara umum lembaga keuangan dapat
dikelompokan dalam dua bentuk yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga
keuangan bukan bank. Sistem perbankan di Indonesia dibedakan berdasarkan
fungsinya yang terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Bank Umum, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara
langsung dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito berjangka, lalu
menyalurkan kepada masyarakat terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-
bentuk lainnya. Bank umum dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Kebijakan Perbankan ?


2. Apa Ketentuan Baru BI Dan OJK Terbaru Yang Masih Berlaku?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Perkembangan Kebijakan Perbankan
2. Untuk Mengetahui Ketentuan Baru BI Dan OJK Terbaru Yang Masih
Berlaku
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Kebijakan Perbankan

A. Situasi Perbankan Indonesia Praderegulasi


Pada periode tahun 1974-1982 perekonomian Indonesia berkembang
cukup baik karena ditopang oleh ekspor migas yang cukup tinggi. Tingginya harga
minyak pada saat itu memengaruhi penerimaan dalam negeri sehingga dana
pembangunan cukup tersedia untuk menunjang kegiatan investasi. Pada saat itu
masyarakat yang belum menemukan sasaran investasi yang tepat menyimpan dana
nya di bank sehingga terjadi kelebihan likuiditas yang cukup besar. Di samping itu
juga Bank Indonesia (central bank) menyediakan kredit likuiditas dengan syarat yang
mudah dan lunak untuk membiayai pengembangan sektor yang potensial.
B. Situasi Perbankan Indonesia Pascarederegulasi

a) Kebijaksanaan pemerintah tanggal 1 Juni 1983


Kebijaksanaan ini bertujuanuntuk menggairahkan pengerahan dana masyarakat.
Kebijaksanaan tersebut antara lain berisi penghapusan sistem pagu kredit dan
mengurangi kredit likuiditas, Bank Indonesia tidak menetapkan tingkat suku bunga
deposito maupun suku bunga pinjaman, dan kebijaksanaan moneter dengan Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dan penyediaan fasilitas diskonto.

b) Kebijaksanaan 27 Oktober 1988 (Pakto 88)


Latar belakang kebijaksanaan ini dilandasi oleh kebijaksanaan 1 Juni 1983 yang
ternyata mendapat penghimpunan dana untuk investasi swasta. Selanjutnya pihak
swasta berpartisipasi lebih besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
menciptakan iklim yang memungkinkan bank-bank beroperasi lebih efisien dan
perluasan jaringan kantor bank.

c) Kebijaksanaan Pemerintah 25 Maret 1989


Kebijaksanaan ini merupakan penyempurnaan Pakto 88 yang berisikan tentang
penyempurnaan pendirian BPR. Dalam kebijaksanaan baru ini usaha BPR tidak
boleh menerima simpanan dalam bentuk giro, tidak diperkenankan pindah wilayah
dan membuka kantor cabang dan tidak perlu penyesuaian modal bagi BPR baru tetapi
disesuaikan dengan kebutuhan modal. BPR yang akan meningkatkan usahanya untuk
menjadi bank umum harus mempunyai modal sebesar Rp. 10 miliar.

C. Kebijaksanaan Pemerintah 29 Januari 1990


Latar belakang kebijaksanaan ini untuk mendukung pembangunan yang
makin efisien. Untuk itu perlu disempurnakan aturan tentang Kredit Likuiditas Bank
Indonesia (KLBI) yang jumlahnya masih relatif tinggi dan menyempurnakan sistem
perkreditan.Kebijaksanaan yang diambil meliputi mengurangi secara bertahap
pemberian KLBI, KLBI diberikan secara terbatas untuk swasembada pangan (KUT),
pengembangan koperasi (kredit koperasi KUD dan anggota koperasi primer), dan
peningkatan investasi (pembiayaan pembangunan) PIR trans, KPR yang diberikan
dengan maksimum sebesar Rp. 50 juta dan jumlah kredit yang disediakan minimum
20% disalurkan untuk usaha kecil dan kegiatan koperatif yang produktif.

D. Paket Kebijakan Pemerintah Februari 1991


a) Inti kebijaksanaan ini meliputi beberapa aspek penting yang terdiri dari :
penyempurnaan persyaratan perizinan, kepemilikan dan kepengurusan bank, yang
meliputi beberapa aspek antara lain pemilik dan pengelola bank harus memenuhi
persyaratan tertentu sesuai dengan fungsinya untuk melindungi kepentingan
masyarakat sehingga kesehatan sebuah bank harus diupayakan secara kontinuitas
sejak berdiri, pembukaan kantor cabang atau perwakilan dan penyertaan bank di luar
negeri, pendirian kantor bank, dan persyaratan pembukaan kantor BPR dan merger.
b) Ketentuan yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian (prudential
regulation) yang meliputi permodalan bank, jaminan pemberian kredit, kredit untuk
pembelian saham dan pemilikan saham oleh bank, batas maksimum pemberian
kredit, kredit untuk pembelian saham dan pemilikan saham oleh bank, batas
maksimum pemberian kredit (BMPK) atau legal lending limit, dan garansi bank.

E. Perkembangan Jumlah Bank Dan Kantor Bank


Selama periode tahun 2004-2009 jumlah bank dan kantor bank termasuk
bank perkreditan rakyat mengalami peningkatan yang sangat pesat. Selama 6 tahun jumlah
bank mengalami pertumbuhan sebesar 92,48% atau menurun rata-rata -7,52% setiap tahun.
Dalam tahun 2004 terdapat 133 bank, turun menjadi 123 pada tahun 2009. Selain itu selama
6 tahun terakhir jumlah kantor bank mengalami pertumbuhan 157,456% atau meningkat
rata-rata setiap tahun 57,45% yaitu dari 7.939 kantor bank pada tahun 2004 menjadi 12.500
kantor bank pada tahun 2009.

F. Perkembangan Dana Dan Kredit Bank


Perkembangan dana dan kredit bank
Dalam periode 2004-2009 tingkat pertumbuhan dana bank yang
dihimpun dari masyarakat jika dilihat menurut kelompok bank, dan jenis mata uang, maka
tahun 2004 bank umum swasta nasional devisa berhasil menghimpun dana lebih besar.
Pada periode yang sama jumlah kredit bank yang berhasil dikucurkan dari sector ekonomi
paling besar didonimasi oleh sektor industry, diikuti sektor jasa, dan yang terakhir adalah
sektor pertanian.

2.2 Ketentuan Baru BI Dan OJK Terbaru Yang Masih Berlaku


Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 24/3/PBI/2022
tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/13/PBI/2021 tentang Rasio
Pembiayaan Inklusif Makroprudensial bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum
Syariah, dan Unit Usaha Syariah dilatarbelakangi dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. untuk mendukung upaya bersama pemerintah mewujudkan peningkatan akses


pembiayaan dan pengembangan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
dan Perorangan Berpenghasilan Rendah (PBR), Bank Indonesia perlu mengatur
Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM).
2. untuk mendorong kontribusi bank secara optimal dalam pemenuhan RPIM, perlu
mempertimbangkan keahlian dan model bisnis bank dalam pembiayaan inklusif.

Substansi penyempurnaan pengaturan dalam PBI ini meliputi:

Kewajiban dan target RPIM

1. Kewajiban pemenuhan RPIM dilakukan untuk posisi setiap akhir bulan Desember
dan untuk pertama kali untuk posisi Desember 2022.
2. Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah (Bank)
menetapkan target RPIM dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) berdasarkan hasil
penilaian mandiri Bank sesuai dengan keahlian dan model bisnis.
3. Target RPIM yang ditetapkan harus meningkat dibandingkan RPIM Bank posisi
akhir bulan Desember tahun sebelumnya.
4. Dalam hal RPIM Bank pada posisi akhir bulan Desember tahun sebelumnya sebesar
30% (tiga puluh persen) atau lebih, target RPIM yang ditetapkan paling sedikit
sebesar pemenuhan RPIM posisi akhir bulan Desember tahun sebelumnya.
5. Kewajiban pemenuhan RPIM dikecualikan bagi Bank yang sedang dikenakan
pembatasan kegiatan usaha oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Umum
Konvensional/Bank Umum Syariah dalam status pengawasan intensif atau
pengawasan khusus, bank perantara, dan Bank dalam kondisi tertentu atas dasar
rekomendasi OJK.

Penyesuaian Pembiayaan Inklusif

Penyempurnaan terkait pemberian kredit/pembiayaan secara rantai pasok kepada badan


usaha non UMKM selain Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang ditujukan untuk membiayai
UMKM, PBR, dan/atau pembangunan/pembelian rumah sederhana/rumah sangat
sederhana untuk diakui sebagai pemenuhan RPIM.

Penyempurnaan Surat Berharga Pembiayaan Inklusif (SBPI) meliputi:

penambahan cakupan yaitu:

pembelian surat berharga yang ditujukan untuk tujuan pembangunan atau keuangan
berkelanjutan; danpembelian surat berharga yang diterbitkan oleh LJK non-Bank yang
mendukung pembiayaan kepada UMKM, Korporasi UMKM, dan/atau PBR; danPenerbit
SBPI ditambah dengan LJK non-Bank.

Penyesuaian Pelaporan terkait RPIM

Bank wajib menyampaikan data untuk perhitungan RPIM yang dilakukan melalui
pelaporan dalam Laporan Bank Umum Terintegrasi (LBUT) dan/atau laporan lain yang
ditetapkan Bank Indonesia.Penyampaian laporan lain yang ditetapkan Bank Indonesia
secara luring pertama kali disampaikan untuk posisi akhir bulan Desember
2022.Penyesuaian Terkait Publikasi

Bank Indonesia dapat memublikasikan atas pemenuhan RPIM pada kanal situs web Bank
Indonesia dan/atau bentuk publikasi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Kewajiban Giro RPIM

Bank yang tidak memenuhi target RPIM dan memiliki RPIM kurang dari 30% (tiga puluh
persen) wajib memenuhi Giro RPIM sebesar hasil perkalian antara konstanta tertentu
sebesar 0,1 (nol koma satu) dan nilai kekurangan RPIM.Kewajiban pemenuhan Giro RPIM
dikenakan sejak pemenuhan RPIM posisi akhir bulan Desember 2024 dan dilakukan setiap
hari kerja sejak bulan April sampai dengan bulan Desember.Bank Indonesia menghentikan
kewajiban pemenuhan Giro RPIM bagi Bank yang pada tahun berikutnya dapat mencapai
target RPIM yang ditetapkan untuk posisi akhir bulan Desember tahun sebelumnya.

Pengaturan Sanksi:

Bank Indonesia mengenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis bagi Bank yang
tidak melakukan pemenuhan RPIM dengan masa berlaku sejak pemenuhan RPIM posisi
akhir Desember 2024.Bank Indonesia mengenakan sanksi administratif berupa teguran
tertulis dan/atau kewajiban membayar bagi Bank yang melanggar kewajiban pemenuhan
Giro RPIM. Sanksi kewajiban membayar sebesar hasil perkalian antara konstanta sebesar
0,01 (nol koma nol satu) dan nilai kekurangan Giro RPIM dan paling banyak sebesar
Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).Pemenuhan Giro RPIM dan sanksi pemenuhan
RPIM dapat dikecualikan bagi Bank dalam kondisi tertentu atas dasar rekomendasi
OJK.Ketentuan lebih lanjut mengenai RPIM diatur dalam Peraturan Anggota Dewan
Gubernur.
Jakarta, 19 September 2023. Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Penerapan Tata
Kelola bagi Bank Umum (POJK Tata Kelola). POJK ini diterbitkan mengingat tata
kelola merupakan hal yang sangat fundamental dalam pengelolaan kegiatan usaha
suatu bank untuk dapat berkembang secara sehat dan berkelanjutan dengan
mengedepankan nilai, etika, prinsip, dan menjunjung tinggi integritas.

Penerapan tata kelola yang baik juga menjadi salah satu faktor utama untuk
menciptakan sektor keuangan yang lebih berintegritas, memiliki daya saing dan
daya tahan (risiliensi) yang mampu memberikan nilai tambah pada kinerja
perusahaan dan perekonomian
Berbagai perubahan tersebut telah mendorong OJK untuk mereview dan
mengkinikan ketentuan tata kelola bank umum dengan tujuan untuk memberi acuan
bagi industri perbankan untuk berkembang secara sehat, berhati-hati, berintegritas,
senantiasa memegang prinsip-prisip governasi serta menegakkan market
disciplines.

Penerbitan POJK Tata Kelola juga merupakan tindak lanjut dari amanat Undang-
Undang Nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor
Keuangan.
Penyempurnaan aturan tata kelola ini telah mengacu dan diselaraskan pada berbagai
standar internasional antara lain Basel Committee on Banking Services (BCBS),
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), ataupun
Internatioal Finance Corporation (IFC).
Salah satu aspek penting dalam POJK Tata Kelola adalah mendorong penguatan
kepengurusan Bank serta memberikan koridor pengaturan yang lebih jelas terkait
perilaku dan kewenangan pemegang saham khususnya pemegang saham
pengendali terhadap Bank.
Secara umum substansi POJK Tata Kelola mengatur mengenai kewajiban Bank
untuk menerapkan tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
yang diwujudkan dalam beberapa aspek antara lain yaitu: pelaksanaan tugas,
tanggung jawab, dan wewenang
Direksi serta Dewan Komisaris, kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite,
penanganan benturan kepentingan, dan penerapan fungsi kepatuhan.
Selain itu, diatur juga mengenai audit internal, audit eksternal, penerapan
manajemen risiko, remunerasi, penyediaan dana kepada pihak terkait dan
penyediaan dana besar, integritas pelaporan serta sistem teknologi informasi,
rencana strategis Bank, aspek pemegang saham termasuk kebijakan dividen,
penerapan strategi antifraud, penerapan keuangan berkelanjutan, dan penerapan
tata kelola dalam kelompok usaha Bank.
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan untuk memastikan Bank menerapkan
tata kelola yang baik, OJK dapat menetapkan sanksi terhadap pelanggaran tata
kelola tersebut secara effective, proportionate, dan dissuasive. Hal ini dilakukan
untuk menjaga komitmen dari semua pihak agar penerapan tata kelola benar-benar
dipedomani dan dilaksanakan secara tepat dan konsisten oleh Bank dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Perkembangan perbankan di Indonesia mengalami peningkatan yang


cukup pesat beberapa tahun terakhir ini. Hal itu disebabkan oleh adanya
serangkaian langkah deregulasi di bidang perbankan. Ada beberapa
deregulasi di bidang perbankan dan moneter yang secara kronologis dapat
dikemukakan sesuai urutan waktu pengumuman kebijaksanaan deregulasi.
Selain tu, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 24/3/PBI/2022 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 23/13/PBI/2021 tentang Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial
bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha
Syariah.
Jakarta, 19 September 2023. Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17 Tahun 2023 tentang
Penerapan Tata Kelola bagi Bank Umum (POJK Tata Kelola). POJK ini
diterbitkan mengingat tata kelola merupakan hal yang sangat fundamental
dalam pengelolaan kegiatan usaha suatu bank untuk dapat berkembang secara
sehat dan berkelanjutan dengan mengedepankan nilai, etika, prinsip, dan
menjunjung tinggi integritas.

3.2 Saran

Kami menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banayak


kesalahan dan jauh dari kata sempura. Oleh karena itu, untuk memperbaiki
makalah ini kamidari kelompok 2 (dua) selaku penyusun makalah meminta
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Subari, Sri Mulyati Tri dan Ascarya. 2002. Kebijakan Sistem Pembayaran
di Indonesia. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan
(PPSK) Bank Indonesia.

Sukirno, S. (2020). Perkembangan Kebijakan Perbankan di Indonesia.


Jakarta: Penerbit XYZ.

Prasetyo, B. (2021). Analisis Ketentuan Baru Bank Indonesia dalam Regulasi


Perbankan.

Jurnal Ekonomi Keuangan, 25(2), 123-145.

Fitriani, A., & Santoso, D. (2022). Implikasi Ketentuan OJK Terbaru terhadap
Industri Perbankan. Jurnal Manajemen Keuangan, 18(1), 56-78.

Anda mungkin juga menyukai