Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN DENGAN


SISTEM PENGAWASAN INTERN BANK SYARIAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Pengawasan
Internal Perbankan Syariah
Dosen pengampu : Restu Fahdiansyah, M.S.A

Disusun Oleh :
~ Kelompok 07 ~

1. Rina Sisterland (210502059)


2. Tiara (210502060)
3. Yek Ahmad Amjad (210502049)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Yang mana dalam makalah ini
bertema “Pihak-pihak yang berkepentingan dengan Sistem Pengawasan
Intern Bank Syariah”.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan mengenai
Pihak-pihak yang berkepentingan dengan Sistem Pengawasan Intern Bank
Syariah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi dan berita. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Pengawasan Internal Perbankan Syariah dengan semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan yang kami miliki dan bantuan dari beberapa
refrensi. Dan saya ucapkan kepada Bapak Restu Fahdiansyah, M.S.A, selaku
dosen yang telah memberikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri Mataram. Kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada
dosen pengampu, kami meminta masukan demi perbaikan pembuatan makalah
kami di tugas selanjutnya dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Mataram, 13 Maret 2024

KELOMPOK 07

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................................
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1.1. Dewan Komisaris...........................................................................................
1.2. Direksi............................................................................................................
1.3. Satuan Kerja Audit Internal (SKAI)..............................................................
1.4. Pejabat dan Pegawai Bank...........................................................................
1.5. Pihak-pihak Ekstern......................................................................................
BAB III PENUTUP
1.1. Kesimpulan..................................................................................................
1.2. Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri perbankan syariah telah berkembang pesat dalam beberapa dekade
terakhir, tidak hanya di negara-negara dengan mayoritas Muslim, tetapi juga di
pasar global yang semakin mengakui nilai-nilai keuangan Islam. Pertumbuhan ini
memunculkan kebutuhan yang semakin besar akan sistem pengawasan intern yang
efektif dalam bank-bank syariah untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip-
prinsip syariah, integritas operasional, serta keamanan dan kepercayaan nasabah.
Sistem pengawasan intern memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas
dan keberlanjutan bank syariah. Namun, untuk memastikan keberhasilannya,
sangat penting untuk memahami siapa saja pihak-pihak yang memiliki
kepentingan atau stakeholder dalam sistem ini. Pemahaman yang komprehensif
tentang pihak-pihak yang berkepentingan ini akan membantu bank syariah dalam
merancang dan melaksanakan sistem pengawasan intern yang sesuai dengan
kebutuhan dan ekspektasi semua pihak terkait.
Dengan memahami peran dan kepentingan masing-masing pihak ini, bank
syariah akan lebih mampu mengelola risiko, meningkatkan kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip syariah, serta memperkuat kepercayaan nasabah dan masyarakat
terhadap lembaga keuangan syariah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Dewan Komisaris?
2. Direksi?
3. Satuan Kerja Audit Internal (SKAI)?
4. Pejabat dan Pegawai Bank?
5. Pihak-pihak Ekstern?

1
1.3. Tujuan
1. Untuk Memahami Dewan Komisaris
2. Untuk Memahami Direksi
3. Untuk Memahami Satuan Kerja Audit Internal (SKAI)
4. Untuk Memahami Pejabat dan Pegawai Bank
5. Untuk Memahami Pihak-pihak Ekstern

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dewan Komisaris


Dewan Komisaris Bank mempunyai tanggungjawab melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan pengendalian intern secara umum, termasuk kebijakan
Direksi yang menetapkan pengendalian intern tersebut.
Dalam PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGANNOMOR 33
/POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DANDEWAN KOMISARIS EMITEN
ATAU PERUSAHAANPUBLIK menjelaskan bahwa : Dewan Komisaris adalah
organ Emiten atau Perusahaan Publik yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi
nasihat kepada
Direksi. Sedangkan Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang
berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi persyaratan
sebagai Komisaris Independen sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan ini. Dalam peraturan OJK ini juga menjelaskan tentang
keanggotaan Dewan Komisaris yang diatur dalam pasal 20 sampai pasal 27.
Sedangkan terkait dengan tugas, tanggungjawab dan wewenang Dewan Komisaris
diatur dalam pasal 28 sampai pasal 34. Untuk pedoman dan kode etik diatur dalam
peraturan yang sama dalam pasal 35 sampai pasal 36.
1. Keanggotan Dewan Komisaris
Mengacu pada aturan OJK ini maka yang menjadi syarat dari keanggota
Dewan Direksi pada sebuah bank adalah sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris paling kurangterdiri dari 2 (dua)orang anggota Dewan
Komisaris.
2) Dalam hal Dewan Komisaris terdiri dari 2 (dua) orang anggota Dewan
Komisaris, 1 (satu) diantaranya adalah Komisaris Independen
3) Dalam hal Dewan Komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota Dewan
Komisaris, jumlah Komisaris Independen wajib paling kurang 30% (tiga
puluh persen) dari jumlah seluruh anggota Dewan Komisaris.

3
4) 1 (satu) di antara anggota Dewan Komisaris diangkat menjadi komisaris
utama atau presiden komisaris.
5) Ketentuan mengenai persyaratan dan pemenuhan persyaratan untuk menjadi
anggota dalam mutatis mutandis berlaku bagi anggota Dewan Komisaris.
6) Selain memenuhi ketentuan sebagaimana, Komisaris Independen wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan
tanggungjawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau
mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam
waktu 6 (enam) bulan terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali
sebagai Komisaris Independen Emiten atau Perusahaan Publik pada
periode berikutnya.
b. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut;
c. Tidak mempunyai hubungan Afliasi dengan Emiten atau Perusahaan
Publik, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau pemegang
saham utama Emiten atau Perusahaan Publik tersebut; dan
d. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung
yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik
tersebut.
7) Anggota Dewan Komisaris dapat merangkap jabatan sebagai:
a. Anggota Direksi paling banyak pada 2 (dua) Emiten atau Perusahaan
Publik lain
b. Anggota Dewan Komisaris paling banyak pada 2 (dua) Emiten atau
Perusahaan Publik lain.
8) Dalam hal anggota Dewan Komisaris tidak merangkap jabatan sebagai
anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan dapat
merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris paling banyak pada 4
(empat) Emiten atau Perusahaan Publik lain.
9) Anggota Dewan Komisaris dapat merangkap sebagai anggota komite paling
banyak pada 5 (lima) komitedi Emiten atau Perusahaan Publik dimana yang

4
bersangkutan juga menjabat sebagai anggota Direksi atau anggota Dewan
Komisaris.
10) Rangkap jabatan sebagai anggota komite sebagaimana dimaksud pada
hanya dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan lainnya.
11) Dalam hal terdapat peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur
ketentuan mengenai rangkap jabatan yang berbeda dengan ketentuan dalam
Peraturan otoritas Jasa Keuangan, berlaku ketentuan yang mengatur lebih
ketat.

2. Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang Dewan Komisaris adalah


sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawas andan bertanggung
jawab atas pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan pada umumnya, baik mengenai Emiten atau Perusahaan
Publik maupun usaha Emiten atau Perusahaan Publik, dan memberi
nasihat kepada Direksi.
2) Dalam kondisi tertentu, Dewan Komisaris wajib menyelenggarakan RUPS
tahunan dan RUPS lainnya sesuai dengan kewenangannya sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.
3) Anggota Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan itikad baik, penuh
tanggungjawab, dan kehati-hatian.
4) Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit dan
dapat membentuk komite lainnya.
5) Dewan Komisaris wajib melakukan evaluasi terhadap kinerja komite yang
membantu pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya setiap akhir tahun
buku.

2.2. Direksi

5
Direksi Bank mempunyai tanggung jawab menciptakan dan memelihara
Sistem Pengendalian Internyang efektif serta memastikan bahwa sistem tersebut
berjalan secara aman dan sehat sesuai tujuan pengendalian intern yang ditetapkan
Bank. Sementara itu Direktur Kepatuhan wajib berperanaktif dalam mencegah
adanya penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen dalam menetapkan
kebijakan berkaitan dengan prinsip kehati-hatian.
Dalam Peraturan OJK NOMOR 33 /POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI
DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK
menjelaskan bahwa Direksi adalah organ Emiten atau Perusahaan Publik untuk
kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik sesuai dengan maksud dan tujuan
Emiten atau Perusahaan Publik yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
1) Direksi bertugas menjalankan dan bertanggungjawab atas pengurusan emiten
atau Perusahaan public untuk kepentingan emiten atau Perusahaan public
sesuai dengan maksud dan tujuan emiten atau Perusahaan public yang
ditetapkan dalam anggaran dasar.
2) Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab atas pengurusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Direksi wajib menyelenggarakan RUPS tahunan dan
RUPS lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar.
3) Setiap anggota Direksi wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan itikad baik, penuh tanggung
jawab, dan kehati-hatian.
4) Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
sebagai Direksi dapat membentuk komite.
5) Dalam hal dibentuk komite, Direksi wajib melakukan evaluasi terhadap kinerja
komite setiap akhir tahun buku.
6) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng atas
kerugian Emiten atau Perusahaan Publik yang disebabkan oleh kesalahan atau
kelalaian anggota Direksi dalam menjalankan tugasnya.
7) Anggota Direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian Emiten
atau Perusahaan Publik apabila dapat membuktikan:
a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahanatau kelalaiannya;

6
b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, penuh tanggung jawab,
dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Emiten atau Perusahaan Publik;
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.
8) Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, sesuai dengan maksud
dan tujuan yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
9) Direksi berwenang mewakili Emiten atau Perusahaan Publik didalam dan
diluar pengadilan.
10) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Emiten atau Perusahaan
Publik apabila:
a. Terdapat perkaradi pengadilan antara Emiten atau Perusahaan Publik
dengan anggota Direksi yang bersangkutan; dan
b. Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang
berbenturan dengan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik.
11) Dalam hal terdapat keadaan pada pont 10 b ,yang berhak mewakili Emiten
atau Perusahaan Publik adalah:
a. Anggota Direksi lainnya yang tidak mem punyai benturan kepentingan
dengan Emiten atau Perusahaan Publik
b. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan
kepentingan dengan Emiten atau Perusahaan Publik
c. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi
atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Emiten
atau Perusahaan Publik.

2.3. Satuan Kerja Audit Internal (SKAI)


Dalam PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 /POJK.03/2019 TENTANG PENERAPAN FUNGSI
AUDIT INTERN PADA BANK UMUM menyatakan bahwa Satuan Kerja Audit

7
Intern yang selanjutnya disingkat SKAI adalah unit kerja dalam Bank Yang
menjalankan fungsi Audit Intern.
Mengacu aturan OJK tersebut maka yang Menjadi bagian dan aturan dari
Satuan Kerja Audit Internter diri dari : STRUKTUR, WEWENANG, DAN
TUGAS POKOK SATUAN KERJA AUDIT INTERN
1. Strukturdari SKAI adalahsebagai berikut yang terdiri dari:
1) SKAI bertanggung jawab langsung kepada direktur utama.
 Direktur utama; atau
 Dewan Komisaris.
2) Dalam melaksanakan tugas, SKAI menyampaikan laporan kepada:
3) Laporan yang dibuat oleh SKAI wajib disampaikan salinannya kepada
Dewan Komisaris, Komite Audit, dan direktur yang membawahkan fungsi
kepatuhan.
4) Kepala SKAI diangkat dan diberhentikan oleh direktur utama setelah
mendapat Persetujuan dari Dewan Komisaris dengan mempertimbangkan
rekomendasi Komite Audit. SKAI mempunyai wewenang paling sedikit:
 Mengakses seluruh informasi yang relevan tentang Bank terkait dengan
tugas dan fungsi SKAI;
 Melakukan komunikasi secara langsung dengan Direksi, Dewan
Komisaris, dan Komite Audit, serta Dewan Pengawas Syariah bagi
bank umum syariah dan bank umum konvensional yang memiliki unit
usaha syariah;
 Menyelenggarakan rapat secara berkala dan insi dentil dengan Direksi,
Dewan Komisaris, dan Komite Audit, serta Dewan Pengawas Syariah
bagi bank umum syariah dan bank umum konvensional yang memiliki
unit usaha syariah;
 Melakukan koordinasi kegiatan dengan auditor ekstern; dan
 Mengikuti rapat yang bersifat strategis.

2. Tugas pokok SKAI paling sedikit:

8
1) Membantu tugas direktur utama dan Dewan Komisaris dalam melakukan
pengawasan dengan cara menjabarkan secara operasional baik
perencanaan, pelaksanaan, maupun pemantauan hasil audit;
2) Membuat analisis dan penilaian di bidang keuangan, akuntansi,
operasional, dan kegiatan lain melalui audit;
3) Mengidentifkasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan
meningkatkan efsiensi penggunaan sumber daya dan dana; dan
4) Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan
yang
5) diperiksa padasemua tingkatan manajemen.

3. Fungsi Kepala Satuan Kerja Audit Intern


1) Kepala SKAI harus memiliki kompetensi dan kemampuan yang memadai
dalam memimpin fungsi audit intern yang independent dan objektif.
2) Kepala SKAI bertanggungjawab untuk:
a. Memastikan pelaksanaan fungsi audit internsesuai dengan Standar
Profesional Audit Intern dan Kode Etik Audit Intern;
b. Memilih sumber daya manusia yang kompeten sesuai dengan
kebutuhan dalam
c. pelaksanaan tugas SKAI;
d. Memastikan anggota SKAI mengikuti pengembangan profesional
berkelanjutan serta pelatihan lain sesuai dengan perkembangan
kompleksitas dan kegiatan usaha Bank;
e. Menyusun dan mengkaji piagam audit intern secara periodik;
f. Menyusun rencanaaudittahunan danaclokasicanggaran untuk
pelaksanaan fungsi audit intern
g. Memastikan pelaksanaan audit intern sesuai dengan rencana audit
intern;
h. Melaporkan temuan yang signifkan kepada Direksi untuk dilakukan
Tindakan perbaikan dalam waktu yang cepat;
i. Memantau tindakan perbaikan atas temuan yang signifkan;

9
j. Melaporkan hasil pemantauan tindak lanjut perbaikan atas temuan
yang signifkan kepada Direksi dan Dewan Komisaris, dengan
tembusan kepada Komite Audit dan direktur yang membawahkan
fungsi kepatuhan;

1. Terselenggara transfer pengetahuan antara pihak ekstern kepada


anggota SKAI mempertimbangkan penggunaan jasa ahli pihak
ekstern bersifat sementara;
2. Penggunaan jasa pihak ekstern tidak memengaruhi independensi
dan objektivitas fungsi SKAI
3. Pihak ekstern mematuhi piagam audit intern Bank
k. Memastikan dalam halterdapat penggunaan jasa pihak ekstern untuk
aktivitas audit intern:
1. Menentukan strategi pelaksanaan audit intern Perusahaan anak dan
2. Merumuskan prinsip-prinsip audit intern yang mencakup
metodologi audit dan langkah-langkah pelaksanaan pengendalian
mutu.
3) Bagi bank umum syariah dan bank umum konvensional yang memiliki
unit usaha syariah, selain melaksanakan tanggungjawab kepala SKAI
bertanggung jawab menyampaikan temuan terkait pelaksanaan pemenuhan
prinsip syariah pada Dewan Pengawas Syariah.

4. Piagam Audit Intern


1) Bank wajib memiliki piagam audit intern yang memuat paling sedikit:
a. Struktur dan kedudukan SKAI;
b. Tugas dan tanggung jawab SKAI serta hubungan dengan unit kerja
yang melakukan fungsi pengendalian lain;
c. wewenang SKAI
d. Kode Etik Audit Intern
e. Persyaratan auditor intern dalam SKAI
f. Pertanggungjawaban SKAI

10
g. Larangan perangkapan tugas dan jabatan auditor intern serta pelaksana
dalam SKAI dari pelaksanaan kegiatan operasional Bank termasuk
dalam Perusahaan anak
h. Kriteria penggunaan tenaga ahli ekstern dalam mendukung fungsi audit
intern
i. Syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh SKAI untuk menjaga
independensi apabila diminta untuk memberikan layanan konsultasi
atau tugas khusus lain.
j. Tanggung jawab dan akuntabilitas kepala SKAI
k. Persyaratan untuk mematuhi Standar Profesional Audit Intern;
l. Prosedurdalam koordinasi fungsi audit intern dengan ahli hukum atau
auditor ekstern
m. Kebijakan pembatasan penugasan secara berkala dan masa tunggu
(cooling offperiod) penugasan yang memadai kepada anggota SKAI
n. Kebijakan pembatasan penggunaan jasa dan masa tunggu (cooling-off
period) yang memadai bagi pihak ekstern.
2) Piagam audit intern merupakan pedoman pelaksanaan fungsi audit intern
atas:
a. Pelaksanaan audit;
b. Inisiasi komunikasi dengan auditee pada Bank;
c. Pemeriksaan aktivitas Bank; dan
d. Kewenangan untuk mengakses catatan, dokumen, data, dan fsik aset
Bank, termasuk sistem manajemen informasi dan risalah pertemuan
manajemen.
3) Piagam audit intern ditetapkan oleh direktur utama setelah mendapat
persetujuan dari Dewan Komisaris dengan mempertimbangkan
rekomendasi Komite Audit.
4) Piagam audit intern harus dapat diakses oleh:
a. Seluruh pemangku kepentingan intern Bank
b. Pemangku kepentingan ekstern Bank melalui situs web Bank untuk
Bank yang sahamnya dimiliki publik.

11
5) Piagam audit intern dikaji paling sedikit sekali dalam 3 (tiga) tahun. yang
termasuk pula masuk dalam aturan SKAI adalah terkait
a. Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang bertugas memberikan
nasihat dansaran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar
sesuai dengan prinsip syariah.
b. Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan
fungsi Dewan Komisaris.
c. Audit Intern adalah kegiatan pemberian keyakinan dan konsultasi yang
bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan
nilai dan memperbaiki operasional Bank, melalui pendekatan yang
sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola Bank.
d. Standar Profesional Audit Intern adalah standar pelaksanaan audit
intern secara professional sebagaimana ditetapkan oleh asosiasi profesi
audit intern, termasuk pedoman pelaksanaan standar.
e. Kode Etik Audit Interna dalah norma dan asas mengenai kepatutan dan
kepantasan yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh auditor intern,
yang paling sedikit mencakup kode etik pelaksanaan audit intern
sebagaimana ditetapkan oleh asosiasi profesi audit intern.
SKAI harus mampu mengevaluasi dan berperanaktif dalam meningkatkan
efektivitas Sistem Pengendalian Intern secara berkesinambungan berkaitan dengan
pelaksanaan operasional Bank yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan oleh manajemen Bank. Disamping itu
Bank perlu memberikan perhatian kepada pelaksanaan audit intern yang
independent melalui jalur pelaporan yang memadai, dank eahlian auditor intern
khususnya praktek dan penerapan penilaian risiko.

2.4. Pejabat dan Pegawai Bank


Setiap pejabat dan pegawai Bank wajib memahami dan melaksanakan Sistem
Pengendalian Intern yangtelah ditetapkan oleh manajemen Bank. Pengendalian
intern yang efektif akan meningkatkan tanggung jawab pejabat dan pegawai Bank,

12
mendorong budaya risiko (risk culture) yang memadai, dan mempercepat proses
identifkasi terhadap praktek perbankan yang tidak sehat dan terhadap organisasi
melalui sistem deteksi dini yang efsien.

2.5. Pihak-Pihak Ektern


Pihak-pihak ekstern Bank antara lain otoritas pengawasan Bank, auditor
ekstern, dan nasabah Bank yang berkepentingan terhadap terlaksananya Sistem
Pengendalian Intern Bank yang handal danefektif.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam industri perbankan syariah, sistem pengawasan intern memainkan
peran penting dalam menjaga kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah,
meningkatkan integritas operasional, serta memastikan keamanan dan
kepercayaan nasabah. Dalam makalah ini, kami telah membahas beberapa pihak
yang memiliki kepentingan atau stakeholder dalam sistem pengawasan intern
bank syariah.
Manajemen bank bertanggung jawab untuk merancang, melaksanakan, dan
memantau efektivitas kontrol internal guna memastikan operasional bank berjalan
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan regulasi yang berlaku. Pemegang saham
dan investor membutuhkan keyakinan bahwa bank syariah mampu mengelola
risiko dengan baik dan memberikan hasil yang sesuai dengan ekspektasi mereka.
Otoritas regulator memiliki peran penting dalam mengawasi dan mengatur
aktivitas perbankan syariah serta memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
syariah. Nasabah dan masyarakat membutuhkan jaminan bahwa bank syariah
yang mereka percayakan mampu menjaga keamanan dana, memberikan layanan
yang berkualitas, serta beroperasi dengan integritas dan keadilan. Pegawai bank
juga memiliki kepentingan dalam memastikan bahwa sistem pengawasan intern
melindungi kepentingan mereka sebagai karyawan.
Dengan demikian, kerjasama antara semua pihak yang berkepentingan ini
menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan perbankan syariah yang sehat,
transparan, dan berintegritas. Upaya bersama dari manajemen bank, pemegang
saham, otoritas regulator, nasabah, masyarakat, dan pegawai bank diperlukan
untuk memastikan efektivitas sistem pengawasan intern dalam mendukung

14
pertumbuhan dan perkembangan industri perbankan syariah. Dengan pemahaman
yang komprehensif tentang peran dan kepentingan pihak-pihak ini, bank syariah
akan lebih mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik, meningkatkan
kepercayaan publik, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan
ekonomi secara keseluruhan.

3.2. Saran
Alhamdulillah dengan ini makalah yang berjudul “Pihak-pihak yang
berkepentingan dengan Sistem Pengawasan Intern Bank Syariah” dapat
diselesaikan. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan dan perbaikan, untuk itu kami mengharapkan saran dari berbagai pihak:
 Dari pihak dosen, kami mengharapkan masukan dan saran demi
menyempurnakan makalah.
 Untuk para mahasiswa, kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat
dan berguna sebagai pelengkap belajar. Kami juga mengharapkan masukan
dan saran demi hasil makalah yang lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Permadi Gandapraja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank (Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama, 2004 ), hlm.xix

Suhardi, op. cit., hlm.3.

http://repository.iainbengkulu.ac.id/3286/1/JUNAIDI.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai