KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Komite – Komite
Dibawah Dewan Komisaris”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat, Pendidikan Profesi Akuntansi, Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada Achmad Soediro, S.E., M. Comm., Ak., CA. selaku dosen mata kuliah Etika Profesi
dan Tata Kelola Korporat yang telah memberi arahan dan ilmu sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik serta kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak lain yang telah membantu kelompok kami dalam penyusunan makalah
ini.
Kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun
tulisan. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat berguna untuk memperbaiki
kekurangan pada makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi kelompok kami dan pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.7. Peran Profesi Akuntan Profesional dalam Memfasilitasi Tanggung Jawab Komite.13
2.8. Pelaksanaan Peran Komite di Indonesia menurut Hasil Penilaian Bank Dunia (ROSC)
dan ASEAN CG Scorecard...........................................................................................13
3.1. Kesimpulan................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan dari uraian diatas maka dalam penulisan makalah ini penulis akan
membahas tentang “Komite – Komite Dibawah Dewan Komisaris” terkait dengan manfaat
serta tugas dan tanggungjawab dari komite – komite yang berada dibawah Dewan Komisaris
dalam suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat disimpulkan rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini ialah sebagai berikut :
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan dalam makalah ini ialah
sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris sangat besar dan berat. Maka dalam
melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk komite untuk membantu
Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) menyatakan bahwa ada beberapa komite yang dapat dibentuk antara lain Komite
Audit, Komite Nominasi dan Remunerasi, Komite Kebijakan Risiko, dan Komite Kebijakan
Corporate governance. Komite ini bertugas memberikan usulan dan masukan kepada Dewan
Komisaris.
Komite Audit adalah Komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu
Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja Direksi dan Tim
Manajemen sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Perseroan publik membentuk Komite Audit
sebagai bentuk kepatuhan terhadap Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5.
Tugas pokok dari Komite Audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris
dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama
berkaitan dengan review sistem pengendalian internal perusahaan, memastikan kualitas
laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit. Menurut lampiran Keputusan
Ketua Bapepam Nomor Kep-643/BL/2012 halaman 3, tugas dan tanggung jawab Komite
Audit antara lain adalah:
Menurut Razaee (2009) tanggung jawab komite audit dapat dikelompokkan menjadi 8
hal yaitu fungsi tata kelola, pengendalian internal, pelaporan keuangan, aktivitas audit,
penegakan kode etik, program whistle blower, manajemen risiko dan fraud laporan keuangan.
Dalam aturan OJK, disebutkan bahwa minimal satu anggota komite audit memiliki
latar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan.
Menurut Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan
Nomor: Kep-643/Bl/2012 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit, komite audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang terdiri dari
Komisaris Independen dan pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Minimal satu
anggota komite audit harus memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian di bidang
akuntansi dan/atau keuangan. Ketua Komite Audit harus berasal dari komisaris independen
karena Komite Audit harus bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris. Masa tugas anggota Komite Audit tidak boleh lebih lama dari masa jabatan
Dewan Komisaris dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya.
Ukuran Komite Audit berkisar antara 3 sampai 6 orang dan harus independen yang
dapat dilihat dari:
1) Mengakses dokumen, data, dan informasi Emiten atau Perusahaan Publik tentang
karyawan, dana, aset, dan sumber daya perusahaan yang diperlukan;
2) Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk Direksi dan pihak yang
menjalankanfungsi audit internal, manajemen risiko, dan Akuntan terkait tugas dan
tanggung jawab Komite Audit;
3) Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang diperlukan untuk
membantu pelaksanaan tugasnya (jika diperlukan); dan
4) Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris.
Menurut Razaee (2009) wewenang komite audit dapat lebih luas lagi karena
meningkatnya tanggung jawab yang diberikan kepada Komite Audit.
Menurut Razaee (2009, halaman 130-131) Komite Audit harus membuat agenda
tertulis dengan baik atas setiap rapat yang dilakukannya yang berisi:
1) Laporan reguler (minutes of meetings) kepada dewan komisaris yang berisi agenda,
aktivitas, hasil musyawarah dan rekomendasi komite audit;
2) Laporan tahunan resmi kepada dewan komisaris yang berisi ringkasan wewenang,
tugas, tanggung jawab pemantauan, sumber daya, pendanaan, kinerja, rekomendasi,
dan hasil musyawarah tahun lalu dan agenda untuk tahun depan;
3) Laporan tahunan resmi kepada pemegang saham yang menyatakan bahwa laporan
keuangan telah disajikan sesuai standar akuntansi, Komite Audit telah mengadopsi
piagam, Komite Audit telah meninjau laporan keuangan yang telah diaudit bersama
dengan manajemen, Komite Audit telah berdiskusi dengan eksternal audit mengenai
masalah yang perlu mendapat perhatian.
Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki piagam Komite Audit (audit
committee charter) yang memuat paling tidak mengenai tugas dan tanggung jawab serta
wewenang, komposisi, struktur, dan persyaratan keanggotaan, tata cara dan prosedur kerja,
kebijakan penyelenggaraan rapat, sistem pelaporan kegiatan, ketentuan mengenai penanganan
pengaduan atau pelaporan sehubungan dugaan pelanggaran terkait pelaporan keuangan dan
masa tugas Komite Audit. Piagam Komite Audit (audit committee charter) ini wajib dimuat
dalam laman (website) Emiten atau Perusahaan Publik.
Komite Nominasi dibentuk untuk melakukan evaluasi dan nominasi atas anggota
Dewan Komisaris dan Direksi yang baru. Komite ini juga memfasilitasi proses pemilihan
Komisaris dan Direktur oleh pemegang saham. Proses nominasi yang efektif dapat
menghasilkan Komisaris dan Direktur yang memiliki kualifikasi untuk menjalankan tugasnya
dan mengurangi kemungkinan terpilihnya anggota dewan yang didasarkan pada aspek
lainnya selain kualifikasi. Sedangkan,
Oleh karena itu bagi sebuah perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, Komite Nominasi
dan Remunerasi diketuai oleh Komisaris Independen dan anggotanya dapat terdiri dari
Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Keberadaan Komite Nominasi dan
Remunerasi serta tata kerjanya dilaporkan dalam RUPS.
Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER —
01 /MBU/2011, organ pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, terdiri dari Komite
Audit, sekretariat Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas (jika diperlukan), dan komite lainnya
(jika diperlukan). Komite lainnya antara lain Komite Pemantau Manajemen Risiko, Komite
Nominasi dan Remunerasi, dan Komite Pengembangan Usaha. Seorang atau lebih anggota
dari komite tersebut harus berasal dari anggota Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas.
Komite Audit bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan
pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai
kecukupan pengendalian internal termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan. Komite
Audit wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum
Pemegang Saham.
Komite Pemantau Risiko paling kurang melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara
kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut dan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko,
guna memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris.
Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab paling
kurang terkait dengan kebijakan remunerasi dan terkait dengan kebijakan nominasi. Komite
Remunerasi dan Nominasi wajib memastikan bahwa kebijakan remunerasi paling kurang
sesuai dengan kinerja keuangan dan pemenuhan cadangan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundangundangan yang berlaku; prestasi kerja individual; kewajaran dengan peer
group; dan pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang.
1) Sebagian anggota Komite Audit adalah akuntan profesional, dengan demikian efektif
tidaknya Komite Audit antara lain bergantung pada komitmen, independensi dan
kemampuan akuntan profesional dalam menjalankan tugas sebagai anggota Komite
Audit.
2) Auditor eksternal berkomunikasi secara reguler dan terbuka dengan Komite Audit.
3) Akuntan profesional yang bekerja di unit audit internal memastikan bahwa kerja sama
unit audit internal dengan Komite Audit dilaksanakan dengan standar berlaku dan
praktik terbaik.
4) Akuntan internal dapat membantu pelaksanaan berbagai tugas Komite Audit seperti
dalam melakukan penelaahan atas laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya
terkait dengan informasi keuangan perusahaan.
5) Akuntan profesional memfasilitasi pengembangan indikator kinerja (keuangan dan
non-keuangan) yang sesuai bagi Dewan Komisaris, Direksi, Komite-Komite, dan
anggota Dewan.
6) Akuntan profesional memfasilitasi pengembangan sistem remunerasi anggota Dewan
yang berdasarkan indikator kinerja dan mencerminkan kepentingan jangka panjang
perusahaan.
2.8. Pelaksanaan Peran Komite di Indonesia menurut Hasil Penilaian Bank Dunia
(ROSC) dan ASEAN CG Scorecard
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian mengenai
komite yang berada di bawah Dewan Komisaris di perusahaan terbuka dengan menggunakan
ASEAN CG Scorecard:
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adanya kebutuhan terkait integritas laporan keuangan dan non keuangan, penelaahan
transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, nominasi anggota dewan
dan eksekutif kunci, serta remunerasi dewan. oleh karena itu Menurut prinsip CG OECD
VI.E 1 dan 2, Dewan dapat mempertimbangkan untuk membentuk komite khusus untuk
membantu dewan dalam melaksanakan tugas-tugas dimana terdapat potensi benturan
kepentingan.
Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris sangat besar dan berat. Maka dalam
melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk komite untuk membantu
Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) menyatakan bahwa ada beberapa komite yang dapat dibentuk antara lain Komite
Audit, Komite Nominasi dan Remunerasi, Komite Kebijakan Risiko, dan Komite Kebijakan
Corporate governance.
Komite Audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris dalam melakukan
fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama berkaitan dengan review
sistem pengendalian internal perusahaan, memastikan kualitas laporan keuangan, dan
meningkatkan efektivitas fungsi audit.
DAFTAR PUSTAKA
Modul Chartered Accountant: Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat. 2015. Ikatan Akuntan
Indonesia.