Anda di halaman 1dari 17

awwwwwwdsssssssssssssssssssssss

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Komite – Komite
Dibawah Dewan Komisaris”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat, Pendidikan Profesi Akuntansi, Universitas Sriwijaya.
            Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada Achmad Soediro, S.E., M. Comm., Ak., CA. selaku dosen mata kuliah Etika Profesi
dan Tata Kelola Korporat yang telah memberi arahan dan ilmu sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik serta kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak lain yang telah membantu kelompok kami dalam penyusunan makalah
ini.
Kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun
tulisan. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat berguna untuk memperbaiki
kekurangan pada makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi kelompok kami dan pembaca.

Palembang, 12 April 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................4

1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

2.1. Manfaat Keberadaan Komite.......................................................................................6

2.2. Komite Audit...............................................................................................................6

2.3. Komite Nominasi dan Remunerasi............................................................................11

2.4. Komite Kebijakan Risiko..........................................................................................11

2.5. Komite Kebijakan Corporate Governance...............................................................12

2.6. Komite-komite menurut Peraturan Menteri BUMN dan Bank Indonesia.................12

2.7. Peran Profesi Akuntan Profesional dalam Memfasilitasi Tanggung Jawab Komite.13

2.8. Pelaksanaan Peran Komite di Indonesia menurut Hasil Penilaian Bank Dunia (ROSC)
dan ASEAN CG Scorecard...........................................................................................13

2.9. Menggunakan ASEAN CG Scorecard untuk Menilai Komite-Komite di Perusahaan


Terbuka........................................................................................................................14

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................16

3.1. Kesimpulan................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut prinsip CG OECD VI.E 1 dan 2, Dewan dapat mempertimbangkan untuk


membentuk komite khusus untuk membantu dewan dalam melaksanakan tugas-tugas dimana
terdapat potensi benturan kepentingan. Contoh dari tanggungjawab tersebut adalah
memastikan integritas laporan keuangan dan non keuangan, penelaahan transaksi dengan
pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, nominasi anggota dewan dan eksekutif
kunci, serta remunerasi dewan. Apabila komite-komite di bawah dewan komisaris tersebut
telah terbentuk, mandat, komposisi dan prosedur kerja mereka harus ditentukan dengan baik
dan diungkapkan oleh Dewan.

Berdasarkan dari uraian diatas maka dalam penulisan makalah ini penulis akan
membahas tentang “Komite – Komite Dibawah Dewan Komisaris” terkait dengan manfaat
serta tugas dan tanggungjawab dari komite – komite yang berada dibawah Dewan Komisaris
dalam suatu perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat disimpulkan rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini ialah sebagai berikut :

1) Apa manfaat dari keberadaan Komite ?


2) Apa yang dimaksud dengan Komite Audit ?
3) Apa yang dimaksud dengan Komite Nominasi dan Remunerasi ?
4) Apa yang dimaksud dengan Komite Kebijakan Risiko ?
5) Apa yang dimaksud dengan Komite Kebijakan Corporate Governance ?
6) Apa saja Komite-komite menurut Peraturan Menteri BUMN dan Bank Indonesia ?
7) Bagaimana peran profesi akuntan profesional dalam memfasilitasi tanggung jawab
komite ?
8) Bagaimana pelaksanaan peran komite di Indonesia menurut hasil penilaian Bank
Dunia (ROSC) dan ASEAN CG Scorecard ?
9) Bagaimana menggunakan ASEAN CG Scorecard untuk menilai komite-komite di
perusahaan terbuka ?
1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan dalam makalah ini ialah
sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui manfaat dari keberadaan Komite.


2) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Komite Audit.
3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Komite Nominasi dan Remunerasi.
4) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Komite Kebijakan Risiko.
5) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Komite Kebijakan Corporate
Governance.
6) Untuk mengetahui apa saja Komite-komite menurut Peraturan Menteri BUMN dan
Bank Indonesia.
7) Untuk memahami bagaimana peran profesi akuntan profesional dalam memfasilitasi
tanggung jawab komite.
8) Untuk memahami bagaimana pelaksanaan peran komite di Indonesia menurut hasil
penilaian Bank Dunia (ROSC) dan ASEAN CG Scorecard.
9) Untuk memahami bagaimana menggunakan ASEAN CG Scorecard untuk menilai
komite-komite di perusahaan terbuka.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Manfaat Keberadaan Komite

Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris sangat besar dan berat. Maka dalam
melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk komite untuk membantu
Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) menyatakan bahwa ada beberapa komite yang dapat dibentuk antara lain Komite
Audit, Komite Nominasi dan Remunerasi, Komite Kebijakan Risiko, dan Komite Kebijakan
Corporate governance. Komite ini bertugas memberikan usulan dan masukan kepada Dewan
Komisaris.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER — 01


/MBU/2011, yang menyatakan bahwa organ pendukung dewan komisaris terdiri dari Komite
Audit, sekretariat Dewan Komisaris dan Komite lainnya (Komite Pemantau Manajemen
Risiko, Komite Nominasi dan Remunerasi, dan Komite Pengembangan Usaha). Selanjutnya
menurut UU PT Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Dewan Komisaris dapat
membentuk komite untuk membantu menjalankan tugas pengawasan. Seorang atau lebih
anggota komite ini adalah anggota Dewan Komisaris. Komite ini dipilih dan bertanggung
jawab kepada Dewan Komisaris. Yang dimaksud dengan “komite” dalam UU PT ini antara
lain Komite Audit, Komite Remunerasi, dan Komite Nominasi.

2.2. Komite Audit

Komite Audit adalah Komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu
Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja Direksi dan Tim
Manajemen sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Perseroan publik membentuk Komite Audit
sebagai bentuk kepatuhan terhadap Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5.

Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit

Tugas pokok dari Komite Audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris
dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama
berkaitan dengan review sistem pengendalian internal perusahaan, memastikan kualitas
laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit. Menurut lampiran Keputusan
Ketua Bapepam Nomor Kep-643/BL/2012 halaman 3, tugas dan tanggung jawab Komite
Audit antara lain adalah:

1) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang


berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik;
2) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara
manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya;
3) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukan Akuntan
yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee;
4) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan
mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal;
5) Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko yang
dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi
pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris;
6) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan
keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;
7) Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait dengan adanya
potensi benturan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik; dan
8) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau Perusahaan Publik.

Menurut Razaee (2009) tanggung jawab komite audit dapat dikelompokkan menjadi 8
hal yaitu fungsi tata kelola, pengendalian internal, pelaporan keuangan, aktivitas audit,
penegakan kode etik, program whistle blower, manajemen risiko dan fraud laporan keuangan.

Kualifikasi Komite Audit

Menurut lampiran keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-643/BL/2012 halaman 2,


persyaratan sebagai Komite Audit adalah:

1) Wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, pengalaman sesuai


dengan bidang pekerjaannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik;
2) Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait dengan
layanan jasa atau kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik, proses audit,
manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal serta
peraturan perundang-undangan terkait lainnya;
3) Wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh emiten atau perusahaan
publik;
4) Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus melalui pendidikan dan
pelatihan;
5) Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan
keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan;
6) Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik, kantor konsultan hukum,
kantor jasa penilai publik atau pihak lain yang memberi jasa assurance, jasa non-
assurance, jasa penilai dan/atau jasa konsultasi lain kepada emiten atau perusahaan
publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir;
7) Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan
emiten atau perusahaan publik tersebut dalam waktu (enam) bulan terakhir kecuali
komisaris independen;
8) Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada emiten
atauperusahaan publik;
9) Dalam hal anggota Komite Audit memperoleh saham emiten atau perusahaan publik
baik langsung maupun tidak langsung akibat suatu peristiwa hukum, maka saham
tersebut wajib dialihkan kepada pihak lain dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan setelah diperolehnya saham tersebut.
10) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan anggota dewan komisaris, anggota
direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik tersebut; dan
11) Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik tersebut.

Dalam aturan OJK, disebutkan bahwa minimal satu anggota komite audit memiliki
latar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan.

Komposisi Komite Audit

Menurut Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan
Nomor: Kep-643/Bl/2012 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit, komite audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang terdiri dari
Komisaris Independen dan pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Minimal satu
anggota komite audit harus memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian di bidang
akuntansi dan/atau keuangan. Ketua Komite Audit harus berasal dari komisaris independen
karena Komite Audit harus bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris. Masa tugas anggota Komite Audit tidak boleh lebih lama dari masa jabatan
Dewan Komisaris dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya.

Ukuran Komite Audit berkisar antara 3 sampai 6 orang dan harus independen yang
dapat dilihat dari:

1) Tidak menerima kompensasi selain yang sudah ditentukan;


2) Tidak memberikan jasa penasehat dan konsultasi kepada perusahaan dimana dia
menjadi komite audit atau afiliasinya atau bisnis terkait;
3) Tidak menjadi pegawai perusahaan atau afiliasinya dalam 5 tahun terakhir;
4) Dst.

Wewenang Komite Audit

Menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-643/BL/2012, dalam melaksanakan


tugasnya Komite Audit mempunyai wewenang sebagai berikut:

1) Mengakses dokumen, data, dan informasi Emiten atau Perusahaan Publik tentang
karyawan, dana, aset, dan sumber daya perusahaan yang diperlukan;
2) Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk Direksi dan pihak yang
menjalankanfungsi audit internal, manajemen risiko, dan Akuntan terkait tugas dan
tanggung jawab Komite Audit;
3) Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang diperlukan untuk
membantu pelaksanaan tugasnya (jika diperlukan); dan
4) Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris.

Menurut Razaee (2009) wewenang komite audit dapat lebih luas lagi karena
meningkatnya tanggung jawab yang diberikan kepada Komite Audit.

Akuntabilitas Komite Audit

Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-643/BL/2012 menyatakan bahwa Komite Audit


harus mengadakan rapat secara berkala paling kurang satu kali dalam 3 (tiga) bulan (4 kali
dalam setahun). Rapat Komite Audit hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh lebih
dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota. Keputusan diambil dalam rapat harus berdasarkan
musyawarah untuk mufakat. Menurut Razaee (2009), rapat Komite Audit harus menjadi
sebuah forum untuk saling jujur, terbuka, dan forum dialog yang konstruktif antara anggota
Komite Audit, manajemen, internal auditor dan eksternal auditor. Komite Audit harus
mengadakan pertemuan paling tidak 4 kali dalam setahun untuk mereviu laporan keuangan
kuartalan perusahaan dan untuk membahas masalah penting lainnya. Kualitas dan kuantitas
rapat memiliki dampak signifikan terhadap efektifitas komite audit dalam melaksanakan
tugas pemantauan.

Menurut Razaee (2009, halaman 130-131) Komite Audit harus membuat agenda
tertulis dengan baik atas setiap rapat yang dilakukannya yang berisi:

1) Hasil rapat sebelumnya,


2) Telaah atas laporan keuangan dan laporan audit pada periode tersebut,
3) Telaah atas manajemen periode tersebut, identifikasi kelemahan internal control,
respon manajemen atas kelemahan material tersebut,
4) Telaah atas program whistle blower,
5) Telaah atas program manajemen resiko perusahaan,
6) Telaah atas internal auditor, eksternal auditor, rencana audit, ruang lingkup dan
temuan audit.

Ada tiga jenis laporan komite audit yaitu:

1) Laporan reguler (minutes of meetings) kepada dewan komisaris yang berisi agenda,
aktivitas, hasil musyawarah dan rekomendasi komite audit;
2) Laporan tahunan resmi kepada dewan komisaris yang berisi ringkasan wewenang,
tugas, tanggung jawab pemantauan, sumber daya, pendanaan, kinerja, rekomendasi,
dan hasil musyawarah tahun lalu dan agenda untuk tahun depan;
3) Laporan tahunan resmi kepada pemegang saham yang menyatakan bahwa laporan
keuangan telah disajikan sesuai standar akuntansi, Komite Audit telah mengadopsi
piagam, Komite Audit telah meninjau laporan keuangan yang telah diaudit bersama
dengan manajemen, Komite Audit telah berdiskusi dengan eksternal audit mengenai
masalah yang perlu mendapat perhatian.

Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki piagam Komite Audit (audit
committee charter) yang memuat paling tidak mengenai tugas dan tanggung jawab serta
wewenang, komposisi, struktur, dan persyaratan keanggotaan, tata cara dan prosedur kerja,
kebijakan penyelenggaraan rapat, sistem pelaporan kegiatan, ketentuan mengenai penanganan
pengaduan atau pelaporan sehubungan dugaan pelanggaran terkait pelaporan keuangan dan
masa tugas Komite Audit. Piagam Komite Audit (audit committee charter) ini wajib dimuat
dalam laman (website) Emiten atau Perusahaan Publik.

2.3. Komite Nominasi dan Remunerasi

Komite Nominasi dibentuk untuk melakukan evaluasi dan nominasi atas anggota
Dewan Komisaris dan Direksi yang baru. Komite ini juga memfasilitasi proses pemilihan
Komisaris dan Direktur oleh pemegang saham. Proses nominasi yang efektif dapat
menghasilkan Komisaris dan Direktur yang memiliki kualifikasi untuk menjalankan tugasnya
dan mengurangi kemungkinan terpilihnya anggota dewan yang didasarkan pada aspek
lainnya selain kualifikasi. Sedangkan,

Komite Kompensasi (Remunerasi) dibentuk dengan tujuan untuk membuat rencana


kompensasi dan manfaat bagi para komisaris, direktur, dan eksekutif senior perusahaan.
Komite ini perlu dibuat agar ada pihak yang independen dan kompeten dalam membuat
sistem remunerasi yang dapat memotifasi kinerja optimal dari anggota Dewan Komisaris,
Direksi dan eksekutif perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai pemegang saham.

Oleh karena itu bagi sebuah perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, Komite Nominasi
dan Remunerasi diketuai oleh Komisaris Independen dan anggotanya dapat terdiri dari
Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Keberadaan Komite Nominasi dan
Remunerasi serta tata kerjanya dilaporkan dalam RUPS.

2.4. Komite Kebijakan Risiko

Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji


sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat
diambil oleh perusahaan. Anggota Komite Kebijakan Risiko terdiri dari anggota Dewan
Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan.
2.5. Komite Kebijakan Corporate Governance

Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan Komisaris


dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta menilai
konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate social responsibility). Anggota Komite Kebijakan Corporate
Governance terdiri dari anggota Dewan Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga
menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan. Bila dipandang perlu, Komite Kebijakan
Corporate Governance dapat digabung dengan Komite Nominasi dan Remunerasi.

2.6. Komite-komite menurut Peraturan Menteri BUMN dan Bank Indonesia

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER —
01 /MBU/2011, organ pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, terdiri dari Komite
Audit, sekretariat Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas (jika diperlukan), dan komite lainnya
(jika diperlukan). Komite lainnya antara lain Komite Pemantau Manajemen Risiko, Komite
Nominasi dan Remunerasi, dan Komite Pengembangan Usaha. Seorang atau lebih anggota
dari komite tersebut harus berasal dari anggota Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas.

Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang


Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, dalam rangka mendukung
efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk
paling kurang Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan
Nominasi.

Komite Audit bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan
pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai
kecukupan pengendalian internal termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan. Komite
Audit wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum
Pemegang Saham.

Komite Pemantau Risiko paling kurang melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara
kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut dan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko,
guna memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris.

Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab paling
kurang terkait dengan kebijakan remunerasi dan terkait dengan kebijakan nominasi. Komite
Remunerasi dan Nominasi wajib memastikan bahwa kebijakan remunerasi paling kurang
sesuai dengan kinerja keuangan dan pemenuhan cadangan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundangundangan yang berlaku; prestasi kerja individual; kewajaran dengan peer
group; dan pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang.

2.7. Peran Profesi Akuntan Profesional dalam Memfasilitasi Tanggung Jawab


Komite

Akuntan profesional akan sangat membantu dalam memfasilitasi tanggung jawab


Komite Audit dan komite lainnya antara lain adalah:

1) Sebagian anggota Komite Audit adalah akuntan profesional, dengan demikian efektif
tidaknya Komite Audit antara lain bergantung pada komitmen, independensi dan
kemampuan akuntan profesional dalam menjalankan tugas sebagai anggota Komite
Audit.
2) Auditor eksternal berkomunikasi secara reguler dan terbuka dengan Komite Audit.
3) Akuntan profesional yang bekerja di unit audit internal memastikan bahwa kerja sama
unit audit internal dengan Komite Audit dilaksanakan dengan standar berlaku dan
praktik terbaik.
4) Akuntan internal dapat membantu pelaksanaan berbagai tugas Komite Audit seperti
dalam melakukan penelaahan atas laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya
terkait dengan informasi keuangan perusahaan.
5) Akuntan profesional memfasilitasi pengembangan indikator kinerja (keuangan dan
non-keuangan) yang sesuai bagi Dewan Komisaris, Direksi, Komite-Komite, dan
anggota Dewan.
6) Akuntan profesional memfasilitasi pengembangan sistem remunerasi anggota Dewan
yang berdasarkan indikator kinerja dan mencerminkan kepentingan jangka panjang
perusahaan.
2.8. Pelaksanaan Peran Komite di Indonesia menurut Hasil Penilaian Bank Dunia
(ROSC) dan ASEAN CG Scorecard

Penilaian Bank Dunia pada tahun 2010 menyebutkan bahwa UU PT di Indonesia


tidak menentukan siapa yang memilih atau memberhentikan auditor eksternal, dan peraturan
Bapepam-LK sehubungan komite audit tidak menyebutkan tugas Komite Audit dalam
menunjuk auditor eksternal serta dalam menilai potensi benturan kepentingan. Namun dalam
peraturan Bapepam-LK tahun 2012 sudah menyebutkan tentang tugas Komite Audit
sehubungan dengan proses penunjukan audit eksternal yaitu Komite Audit mengajukan nama
eksternal auditor kepada Dewan Komisaris.

Berdasarkan penilaian ASEAN Scorecard tahun 2012-2013, beberapa praktik yang


baik yang telah dilakukan perusahaan terbuka di Indonesia adalah bahwa anggota Komite
audit sepenuhnya independen dan pada umumnya sudah ada pengungkapan mengenai tugas,
komposisi, jumlah pertemuan, dan kehadiran komite audit. Sedangkan kelemahannya adalah
kurang memadainya pengungkapan mengenai penilaian kinerja komite, termasuk komite
audit. Selain itu mayoritas perusahaan terbuka di Indonesia belum memiliki komite nominasi
dan remunerasi.

2.9. Menggunakan ASEAN CG Scorecard untuk Menilai Komite-Komite di


Perusahaan Terbuka

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian mengenai
komite yang berada di bawah Dewan Komisaris di perusahaan terbuka dengan menggunakan
ASEAN CG Scorecard:

1) Komite Nominasi: Keberadaan Komite Nominasi, mayoritas anggota Komite


Nominasi adalah pihak independen, ketua Komite Nominasi adalah komisaris
independen, pengungkapkan tugas/kerangka acuan/piagam Komite Nominasi,
pengungkapan jumlah pertemuan Komite Nominasi, Komite Nominasi bertemu
setidaknya dua kali selama tahun, tingkat kehadiran anggota pada rapat Komite
Nominasi diungkapkan. Jika perusahaan tidak memiliki Komite Nominasi, maka
jawaban untuk item ke dua hingga terakhir adalah ‘Not Applicable’.
2) Komite Remunerasi: Keberadaan Komite Remunerasi, mayoritas anggota Komite
Remunerasi adalah pihak independen, ketua Komite Remunerasi adalah komisaris
independen, pengungkapkan tugas/ kerangka acuan /piagam Komite Remunerasi,
pengungkapan jumlah pertemuan Komite Remunerasi, Komite Remunerasi bertemu
setidaknya dua kali selama tahun, tingkat kehadiran anggota pada rapat Komite
Remunerasi diungkapkan. Jika perusahaan tidak memiliki Komite Remunerasi, maka
jawaban untuk item ke dua hingga terakhir adalah ‘Not Applicable’.
3) Komite Audit: Keberadaan Komite Audit, anggota Komite Audit mayoritas adalah
pihak independen, ketua Komite Audit adalah seorang Komisaris Independen,
perusahaan mengungkapkan piagam Komite Audi, Laporan Tahunan mengungkapkan
profil atau kualifikasi anggota Komite Audit, setidaknya salah satu anggota Komite
Audit memiliki keahlian akuntansi, Laporan Tahunan mengungkapkan jumlah
pertemuan Komite Audit, Komite Audit bertemu setidaknya empat kali sepanjang
tahun, kehadiran anggota pada rapat Komite Audit diungkapkan, Komite Audit
memiliki tanggung jawab utama untuk memberi rekomendasi tentang penunjukan,
pengangkatan kembali dan pemberhentian auditor eksternal.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adanya kebutuhan terkait integritas laporan keuangan dan non keuangan, penelaahan
transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, nominasi anggota dewan
dan eksekutif kunci, serta remunerasi dewan. oleh karena itu Menurut prinsip CG OECD
VI.E 1 dan 2, Dewan dapat mempertimbangkan untuk membentuk komite khusus untuk
membantu dewan dalam melaksanakan tugas-tugas dimana terdapat potensi benturan
kepentingan.

Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris sangat besar dan berat. Maka dalam
melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk komite untuk membantu
Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) menyatakan bahwa ada beberapa komite yang dapat dibentuk antara lain Komite
Audit, Komite Nominasi dan Remunerasi, Komite Kebijakan Risiko, dan Komite Kebijakan
Corporate governance.

Komite Audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris dalam melakukan
fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama berkaitan dengan review
sistem pengendalian internal perusahaan, memastikan kualitas laporan keuangan, dan
meningkatkan efektivitas fungsi audit.

Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris dalam


menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta sistem
remunerasinya.

Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji


sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat
diambil oleh perusahaan.

Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan Komisaris


dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta menilai
konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate social responsibility).

DAFTAR PUSTAKA

Modul Chartered Accountant: Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat. 2015. Ikatan Akuntan
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai