“DEWAN KOMISARIS”
DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan kemampuan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dewan Komisaris”.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari motivasi dan bantuan
berbagai pihak.
Semoga kebaikan yang telah mereka berikan dibalas oleh Allah Swt. Penulis telah
berusaha menyelesaikan makalah ini sesuai dengan ilmu dan pengetahuan yang penulis peroleh.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama dalam kemajuan
dunia pendidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi
sistematika penulisan maupun dari segi penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan dari pembaca. Atas perhatian, saran, dan kritikan dari
pembaca penulis ucapkan terima kasih.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………………………
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Corporate Governance menjadi hal yang sangat penting, dengan adanya krisis moneter
pada 1998, yang melanda negara di Asia Tenggara, terutama Indonesia. Ditambah lagi adanya
krisis ekonomi global yang terjadi akhirakhir ini, yang melanda hampir di seluruh dunia
termasuk negara adidaya seperti Amerika. Keterpurukan sektor bisnis lebih dirasakan akibat
kurang efektifnya pengelolaan perusahaan oleh manajemen yang didukung lemahnya mekanisme
pengawasan yang dilakukan dewan komisaris.
Dewan komisaris adalah terjemahan dari raad van commissarisen sebagaimana diatur
dalam KUHD, yang sebetulnya tidak banyak berbeda dengan undang-undang di Negeri Belanda.
Namun perubahan undang undang di negeri Belanda menyebabkan fungsi dari raad van
commissarisen juga berubah, tetapi dengan berlakunya UU No 40 Tahun 2007’ maka fungsi
dewan komisaris sudah dapat disesuaikan dengan yang di negeri Belanda, yaitu dewan komisaris
bekerja untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan (pasal 108/2
UUPT).
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai makna dewan komisaris,
fungsi dewan komisaris, regulasi komisaris, serta program oritentasi bagi anggota komisaris
baru, maka berdasarkan uraian di atas permasalahan yang akan dibahas adalah :
PEMBAHASAN
A. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat atau arahan kepada direksi Perseroan terbatas (PT). Dewan komisasris
ditunjuk sebagai sekelompok orang yang mengawasi kegiatan dan operasional perusahaan. Di
Indonesia Dewan Komisaris ditunjuk oleh RUPS dan di dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas.
Anggota dewan komisaris diangkat dan diberhentikan sesuai persetujuan dari anggota
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang kemudian dilaporkan kepada Menteri Hukum dan
HAM untuk dicatatkan dalam daftar wajib perusahaan atas pergantian dewan komisaris.
Pengangkatan dewan komisaris diusulkan oleh anggota RUPS yang memiliki wewenang
untuk mengusulkan dewan komisaris untuk masa jabatan 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
pengangkatan yang ditetapkan oleh RUPS. Bagi anggota Dewan Komisaris yang telah habis
masa jabatanya maka dapat diangkat kembali atau diberhentikan melalui RUPS.
1. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan yang akan dilakukan oleh
perusahaan. Dewan Komisaris juga dapat memberikan nasihat kepada Direksi dengan tujuan
kepentingan perusahaan.
2. Dalam memberikan nasihat kepada Direksi, Dewan Komisaris wajib melakukannya dengan
itikad baik, kehati-hatian dan bertanggungjawab demi kepentingan perusahaan.
3. Dewan Komisaris turut bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian perusahaan apabila
Dewan Komisaris terbukti bersalah atau lalai dalam menjalankan tugas sebagaimana
mestinya.
C. Manual Dewan Komisaris
1. Menjadi referensi utama bagi setiap anggota direksi dan komisaris untuk melaksanakan
tugas, wewenang, dan tanggung jawab dalam mengelola perusahaan.
2. Membangun kemandirian dalam membuat keputusan dan dapat menjalankan tugas serta
tanggung jawab masing-masing sesuai harapan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya.
Beberapa hal yang perlu dimasukkan dalam penyusunan manual tersebut adalah sebagai
berikut:
2. Visi, misi, nilai, tujuan, sasaran perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.
3. Prinsip-prinsip GCG, system pengendalian internal, nilai-nilai etika bisnis dan aturan
perilaku perusahaan, termasuk pelanggaran terhadap aturan perilaku perusahaan beserta
sanksinya.
9. Fungsi dan tanggung jawab sekretaris perusahaan dan satuan audit internal.
D. Regulasi Komisaris
Ketentuan mengenai komisaris BUMN diatur melalui UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
Beberapa pasal yang mengatur mengenai komisaris BUMN adalah sebagai berikut:
➢ Pasal 27
➢ Pasal 28
➢ Pasal 29
➢ Pasal 30
➢ Pasal 31
➢ Pasal 32
➢ Pasal 33
2. Komisaris menurut UU Perseroan Terbatas
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), mengatur
mengenai tugas dan fungsi komisaris dalam beberapa pasal, yaitu:
Pasal 80 dala UU No. 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal mengatur tentang tanggung
jawab atas informasi yang tidak benar dan menyesatkan. Pasal tersebut menyebutkan komisaris
sebagai pihak yang berhubungan dengan penyampaian informasi kepada public dalam rangka
pernyataan pendaftaran. Bagi setiap calon emiten yang akan mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Indonesia, PT Bursa Efek Indonesia, mewajibkan adanya komisaris independen dalam
struktur kepengurusan emiten tersebut.
Butir 1-a dari Peraturan Pencatatan Efek No. 1-A PT Bursa Efek Jakarta mengenai
ketentuan umum pencatatan efek yang bersifat ekuitas di bursa mengatur tentang rasio komisaris
independen. Dalam butir tersebut dinyatakan bahwa jumlah komisaris independen haruslah
secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak yang bukan
merupakan pemegang saham pengendali, dengan ketentuan bahwa jumlah komisaris independen
sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah angota komisaris.
5. Komisaris menurut Peraturan OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menetapkan Peraturan No. 33/POJK. 04/2014
tanggal 8 Desember 2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan
Publik, pada Pasal 20 mengatur tentang keanggotaan dewan komisaris sebagai berikut:
➢ Dewan komisaris, paling kurang terdiri dari dua orang anggota dewan komisaris.
➢ Dalam hal dewan komisaris terdiri dari dua orang anggota dewan komisaris, satu
diantaranya adalh komisaris independen.
➢ Dalam hal dewan komisaris terdiri lebih dari dua orang anggota dewan komisaris, jumlah
komisaris independen wajib paling kurang 30% dari jumlah seluruh anggota dewan
komisaris.
➢ Satu diantara anggota dewan komisaris diangkat menjadi komisaris utama atau presiden
komisaris.
Pedoman komisaris independen tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi para
komisaris independen yang ada, baik di BUMN maupun di perusahaan public.
8. Komisaris di Perbankan
Bank Indonesia melalui surat edaran kepada semua bank umum konvensional di
Indonesia No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 mengenai Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum, pada Bagian I Umum butir F, antara lain dosebutkan bahwa
dalam pelaksanaan GCG, diperlukan keberadaan komisaris independen dan pihak independen
untuk menghindari konflik kepentingan pelaksanaan tugas seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi bakn, keseimbangan, serta melindungi pemangku kepentingan khususnya pemilik
dana dan pemegang saham minoritas.
Berdasarkan Pasal 43 ayat (1) s.d (4) dalam Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-
01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
pada BUMN, pada Bab XI Program Pengenalan BUMN, antara lain menyebutkan bahwa
anggota dewan komisaris/ pengawas dan anggota direksi yang diangkat untuk pertama kalinya
wajib diberikan program pengenalam mengenai BUMN yang bersangkutan. Program pengenalan
tersebut merupakan tanggung jawab dari sekretaris perusahaan atau siapapun yang menjalankan
fungsi sebagai sekretaris perusahaan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini
jauh dari sempurna. Untuk perkembangan lebih lanjut penulis berharap adanya aturan yang lebih
baik mengenaik batasan masa jabatan komisaris independen yang hanya dua periode saja serta
mengingkatkan para kinerja dewan komisaris agar menjadi lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, M.A. (2020). The Power Good Corporate Governance : Teori dan Implementasi.
Jakarta: Salemba Empat.
Rifai, B. (2009). Peran komisaris independen dalam mewujudkan good corporate governance di
perusahaan publik. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 16(3), 396-412.