Dosen Pengampu :
Kelompok 5
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunia-
Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Tata Kelola Perusahaan dengan
topik “DIREKSI DAN KOMISARIS”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan .............................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dewan Direksi dan Dewan Komisaris .......................... 7
1. Dewan Direksi ............................................................................ 7
2. Dewan Komisaris ....................................................................... 7
B. Fungsi Dewan Direksi dan Dewan Komisaris ................................ 7
C. Manual Dewan Direksi dan Dewan Komisaris ............................... 8
D. Regulasi Direksi .............................................................................. 9
1. Direksi menurut UU BUMN ...................................................... 9
2. Direksi menurut Peraturan Menteri ........................................... 10
3. Direksi menurut UU Persoalan Terbatas.................................... 11
4. Direksi menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) .......................................................................................... 11
E. Regulasi Komisaris ......................................................................... 12
1. Komisaris menurut UU BUMN ................................................. 12
2. Komisaris menurut UU Perseroan Terbatas ............................... 14
3. Komisaris menurut UU Pasar Modal ......................................... 16
4. Komisaris menurut Peraturan Bursa Efek .................................. 16
5. Komisaris dan Komisaris Independen menurut Peraturan
OJK ............................................................................................. 16
6. Komisaris menurut Komite Nasional GCG ............................... 17
7. Komisaris menurut ISICOM ...................................................... 17
8. Komisaris dan Komisaris Independen di Perbankan ................. 18
F. Program Orientasi Bagi Anggota Direktur dan Komisaris
Baru ................................................................................................. 19
1. Program Pengenalan Perusahaan di BUMN .............................. 19
2. Program Pengenalan Perusahaan di Perusahaan Publik ............ 19
G. Peran Direktur dan Komisaris Independen ..................................... 20
iii
1. Pengertian Direktur dan Komisaris Independen ........................ 20
2. Persyarat dan Masa Jabatan Direktur dan Komisaris
Independen ................................................................................. 20
3. Kendala dalam Implementasi Direktur dan Komisaris
Independen ................................................................................. 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 24
B. Saran ..................................................................................................... 24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Direksi atau Direktur dari suatu Perseman adalah suatu organ Perseroan, di
samping organ Perseroan lainnya berupa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan
Komisaris, yang memiliki tugas, kewenangan dan tanggungjawab yang penuh terhadap
pengurusan dan jalannya Perseroan yang dipimpinnya untuk kepentingan dan tujuan
Perseroan tersebut serta mewakili dan bertindak untuk dan atas nama Perseroan di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan
ketentuan dalam anggaran dasar dari Perseroan tersebut.
Sebelum menjabat menjadi anggota Direksi, maka dalam hal pengangkatan bagi
Direksi Persero terdapat pada Pasal 16 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
Tentang Badan Usaha Milik Negara (UUBUMN) yang berbunyi: Anggota Direksi
diangkat berdasarkan pertimbangan keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman,
jujur, perilaku yang baik, serta dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan
mengembangkan Persero.
Dewan komisaris memilki poran yang penting dalam good corporate governance
(GCG). Peran ini semakin penting setelah terjadinya beberapa white collar crime yang
melibatkan pimpinan perusahaan pada jenjang Tertinggi. Di Indonesia peningkatan
kebutuhan akan GCG semakin terasa setelah terjadinya krisis mull dimensi sejak 1997
Diduga bahwa salah satu penyebat terjadinya krisis di indonesia adalah lemahnya
pengawasan yang dilakukan terhadap direksi perusahaan yang seharusnya menjadi
tanggung jawab dewin komisaris. Bahkan, karena lemahnya peraturan yang ada pada
waktu itu, misalnya karena tidak adanya ketentuan mengenai harus adanya anggota
komisaris independen, dewan komisaris tidak saja kurang efektif dan kurang berdaya,
melainkan juga turut berperan dalam pengambilan keputusan yang tidak selalu
memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham (terutama pemegang saham
minoritas), dan pemangku kepentingan lainnya termasuk masyarakat luas.
B. Rumusan
1. Apa itu Direksi dan Komisaris?
2. Apa saja fungsi Direksi dan Komisaris?
3. Apa saja Regulasi Direksi?
4. Apa saja Regulasi Komisaris?
5. Apa saja Program Orientasi bagi Anggota Direksi dan Komisaris Baru?
6. Bagaimana peran Direktur dan Komisaris Independen?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Direksi dan Komisaris.
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi Direksi dan Komisaris.
3. Untuk mengetahui apa saja regulasi Direksi.
4. Untuk mengetahui apa saja Regulasi Komisaris.
5. Untuk mengetahui apa saja Program Orientasi bagi Anggota Direksi dan Komisaris
Baru.
6. Untuk mengetahui bagaimana peran Direktur dan Komisaris Independen.
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEWAN DIREKSI
2. DEWAN KOMISARIS
7
berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang (contenveiling power) dalam pengambilan
keputusan oleh dewan komisaris.
Dewan direksi dan dewan komisaris dipilih oleh pemegang saham dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang mewakili kepentingan para pemegang
saham tersebut. Peran direksi dan komisaris sangat penting dan cukup menentukan
bagi keberhasilan implementasi GCG. Diperlukan komitmen penuh dari dewan
direksi dan komisaris agar implementasi GCG dapat berjalan dengan lancar sesuai
dengan harapan. Dalam hal ini, Indonesia yang menggunakan sistem two board, maka
direksi memiliki kewajiban dalam penyusunan pedoman, sedangkan dewan komisaris
memberikan nasihat dan mengawasi direksi.
8
4) Mekanisme penunjukan calon direksi dan komisaris (statement of corporate
intent) termasuk kriter a persyaratan (kualifikasi), proses seleksi, serta uji
kelayakan dan kepatutan fit and propper test).
5) Pembagian tugas dari masing-masing direksi dan komisaris (distribution of duties
of board of director and board of commissioner) beserta ruang lingkup (scope of
work) dari wewenang dan tanggung jawabnya yang diatur dengan jelas dan
tercermin dalam struktur organisasi perusahaan secara resmi.
6) Tata cara penyelenggaraan rapat direksi, rapat komisaris, rapat direksi dan
komisaris; mekanisme pengambilan keputusan dalam rapat direksi, rapat
komisaris, serta rapat direksi dan komisaris; serta hubungan kerja antara direksi
dan komisaris.
7) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
8) Pengkajian kinerja direksi.
9) Fungsi dan tanggung jawab sekretaris perusahaan (corporate secretary) dan satuan
audit internal (internal audit).
10) Penanganan terhadap konflik kepentingan (conflict of interest).
D. REGULASI DIREKSI
9
Ketentuan tentang rekrutmen direksi BUMN telah diatur pada Pasal 16
UU No.19 tahun 2003 tentang BUMN, yaitu:
Anggota direksi diangkat berdasarkan pertimbangan keahlian integritas,
kepemimpinan, pengalaman, kejujuran, perilaku yang baik, serta dedikasi
yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan persero;
Pengangkatan anggota direksi dilakukan melalui mekanisme uji kelayakan dan
kepatutan;
Calon anggota direksi yang telah dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan
wajib menandatangani kontrak manajemen sebelum ditetapkan
pengangkatannya sebagai anggota direksi.
10
Pada Pasal 23 dalam Permen No. PER-01/MBU/2011 tentang Larangan
Mengambil Keuntungan Pribadi, disebutkan bahwa para anggota direksi dilarang
melakukan tindakan yang mempunyai konflik kepentingan, dan mengambil
keuntungan pribadi, baik secara langsung maupun tidak langsung dari
pengambilan keputusan dan kegiatan BUMN yang bersangkutan selain
penghasilan yang sah. Selain itu, sesuai Keputusan Menteri Badan Usaha Milik
Negara Republik Indonesia No. Kep-59/MBU/2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang
Kontrak Manajemen Calon Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara,
dinyatakan bahwa calon anggota direksi BUMN yang telah dinyatakan lulus uji
kelayakan dan kepatutan wajib menandatangani kontrak manajemen sebelum
ditetapkan pengangkatannya sebagai anggota direksi BUMN.
Transparansi anggota direksi diatur pada Pasal 101 ayat (1) dan (2) Pasal
101 ayat (1) menyatakan bahwa anggota direksi wajib melaporkan kepada
perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan
dan/atau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain. untuk selanjutnya
dicatat dalam daftar khusus. Sementara, Pasal 101 ayat (2) menyatakan bahwa
anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan menimbulkan kerugian bagi perseroan, bertanggung jawab secara
pribadi atas kerugian perseroan tersebut.
11
Pasal 2
Direksi emiten atau perusahaan publik paling kurang terdiri dari 2 (dua) orang
anggota direksi. Di mana satu diantara anggota direksi diangkat menjadi
direktur utama atau presiden direktur.
Pasal 3
Anggota direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Anggota direksi dapat
diangkat untuk masa jabatan tertentu dan dapat diangkat kembali. Satu periode
masa jabatan direksi paling lama 5 (lima) tahun atau sampai dengan penutupan
RUPS tahunan pada akhir 1 (satu) periode masa jabatan dimaksud.
Pasal 4
Berdasarkan Pasal 4 dalam peraturan tersebut, yang dapat menjadi anggota
direksi adalah orang-perseorangan yang memenuhi persyaratan pada saat
diangkat dan selama menjabat:
a. Mempunyai akhlak, moral, dan integritas yang baik.
b. Cakap melakukan perbuatan hukum.
c. Dalam 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan dan selama menjabat:
1) Tidak pernah dinyatakan pailit;
2) Tidak pernah menjadi anggota direksi dan/atau anggota dewan
komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan
dinyatakan pailit;
3) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor
keuangan; dan
4) Tidak pernah menjadi anggota direksi dan/atau anggota dewan
komisaris yang selama menjabat:
a) Pernah tidak menyelenggarakan RUPS tahunan;
b) Pertanggungjawabannya sebagai anggota direksi dan/atau anggota
dewan komisaris pernah tidak diterima oleh RUPS atau pernah
tidak memberikan pertanggungjawaban sebagai anggota direksi
dan/atau anggota dewan komisaris kepada RUPS; dan
c) Pernah menyebabkan perusahaan yang memperoleh izin,
persetujuan, atau pendaftaran dari otoritas jasa keuangan tidak
memenuhi kewajiban menyampaikan bahw laporan tahunan
dan/atau laporan keuangan kepada otoritas jasa keuangan.
d. Memiliki komitmen untuk mematuhi peratura perundang-undangan; dan
e. Memiliki pengetahuan dan/atau keahlian dibidang yang dibutuhkan emiten
atau perusahaan publik.
E. REGULASI KOMISARIS
12
Pasal 27 menyatakan bahwa pengangkatan dan pemberhentian komisaris
dilakukan oleh RUPS. Dalam hal menteri bertindak selaku RUPS,
pengangkatan dan pemberhentian komisaris ditetapkan oleh menteri.
Pasal 28 menyatakan bahwa:
Anggota komisaris diangkat berdasarkan pertimbangan integritas,
dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen perusahaan yang
berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan
yang memadai di bidang usaha persero tersebut, serta dapat menyediakan
waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
Komposisi komisaris harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif,
tepat dan cepat, serta dapat bertindak secara independen;
Masa jabatan anggota komisaris ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan;
Dalam hal komisaris terdiri atas lebih dari seorang anggota, salah seorang
anggota komisaris diangkat sebagai komisaris utama:
Pengangkatan anggota komisaris tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan anggota direksi, kecuali pengangkatan untuk pertama
kalinya pada waktu pendirian.
Pasal 29 menyebutkan bahwa anggota komisaris sewaktu-waktu dapat
diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya.
Pasal 30 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan
tata cara pengangkatan dan pemberhentian komisaris diatur dengan keputusan
menteri.
Pasal 31 menyatakan bahwa komisaris bertugas mengawasi direksi dalam
menjalankan kepengurusan persero serta memberikan nasihat kepada direksi.
Pasal 32 menyatakan bahwa dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian
wewenang kepada komisaris untuk memberikan persetujuan kepada direksi
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Berdasarkan anggaran dasar atau
keputusan RUPS, komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan persero
dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu.
Pasal 33 menyebutkan anggota komisaris dilarang memangku jabatan rangkap
sebagai:
Anggota direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha
milik swasta, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan konflik
kepentingan; dan/atau
Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
13
Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN, mengalami perubahan,
sehingga ketentuan Pasal 12 menjadi sebagai berikut.
1) Dalam melaksanakan tugasnya, dewan komisaris/dewan pengawas harus
mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau anggaran dasar.
2) Dewan komisaris/dewan pengawas bertanggung jawab dan berwenang
melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai BUMN maupu usaha BUMN, dan memberikan
nasihat kepada direksi.
3) Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan untuk kepentingan BUMN dan sesuai dengan maksud dan tujuan
BUMN, dan tidak dimaksudkan untuk kepentingan pihak atau golongan
tertentu.
4) Dewan komisaris/dewan pengawas membuat pembagian tugas yang diatur
oleh mereka sendiri.
5) Dewan komisaris/dewan pengawas wajib menyusun rencana kerja dan
anggaran tahunan dewan komisaris/dewan pengawas yang merupakan bagian
yang tak terpisahkan dan RKAP.
6) Dewan komisaris/dewan pengawas wajib menyampaikan laporan tentang
tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau
kepada RUPS/menteri.
7) Dewan komisaris/dewan pengawas harus memantau dan memastikan bahwa
GCG telah diterapkan secara efektif dan berkelanjutan.
8) Dewan komisaris/dewan pengawas harus memastikan bahwa dalam laporan
tahunan BUMN telah memuat informasi mengenai identitas, pekerjaan-
pekerjaan utamanya, jabatan dewan komisaris/devan pengawas di perusahaan
lain, termasuk rapat-rapat yang dilakukan dalam satu tahun buku (rapat
internal maupun rapat gabungan dengan direksi), serta honorarium, fasilitas,
dan/atau tunjangan lain yang diterima dari BUMN yang bersangkutan.
9) Dewan komisaris/dewan pengawas wajib melaporkan kepada BUMN
mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada BUMN yang
bersangkutan dan perusahaan lain, termasuk setiap perubahannya.
10) Mantan anggota direksi BUMN dapat menjadi anggota dewan
komisaris/dewan pengawas pada BUMN yang bersangkutan, setelah tidak
menjabat sebagai anggota direksi BUMN yang bersangkutan sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun, kecuali dengan pertimbangan tertentu yang
diputuskan oleh menteri dalam rangka menjaga kesinambungan program
penyehatan BUMN yang bersangkutan, sepanjang tidak ada ketentuan
peraturan perundang-undangan lain yang melarangnya.
14
dari pasal tersebut menjelaskan bahwa dewan komisaris adalah organ
perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.
Pasal 108 ayat (1) mencantumkan bahwa dewan komisaris melakukan
pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya,
baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat
kepada direksi. Ayat (2) mencantumkan bahwa pengawasan dan pemberian
nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk kepentingan
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Pasal 110 ayat (1) menyatakan bahwa yang dapat menjadi anggota dewan
komisaris adalah orang-perseorangan yang cakap melakukan perbuatan
hokum.
Pasal 114 ayat (2) menyatakan bahwa setiap anggota dewan komisaris wajib
dengan iktikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan. Pasal 114 ayat (3) menyatakan bahwa
setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 115 ayat (1) menyebutkan bahwa dalam hal terjadi kepailitan karena
kesalahan atau kelalaian dewan komisaris melakukan pengawasan terhadap
pengurusan yang dilaksanakan oleh direksi dan kekayaan perseroan tidak
cukup untuk membayar seluruh kewajiban perseroan akibat kepailitan
tersebut, setiap anggota dewan komisaris secara tanggung renteng ikut
bertanggung jawab dengan anggota direksi atas kewajiban yang belum
dilunasi.
Kedudukan komisaris independen pada dasainya sama dengan anggota dewan
komisaris lainnya, yakni sebagai badan pengawas dan pemberi nasihat kepada
direksi. Ada pun, yang membedakannya adalah bahwa komisaris independen
menurut penjelasan Pasal 120 ayat (2) UU PT adalah berasai dari kalangan
luar perusahaan, tidak teranliasi dengan pemegang saham utaina, anggota
direksi dan/ atau anggota dewan komisaris lainnya. Tugas komisaris
independen dalam memastikan prinsip-prinsip dan praktik GCG dipatuhi dan
diterapkan dengan baik, antara lain: menjamin transparansi dan keterbukaan
laporan keuangan perusahaan, perlakuan yang adil terhadap pemegang saham
minoritas dan pemangku kepentingan yang lain, diungkapkannya transaksi
yang mengandung konflik kepentingan secara wajar dan adil, kepatuhan
perusahaan pada perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, serta
menjamin akuntabilitas organ perseroan. Hal yang tidak kalah penting adalah
komisaris independen hendaknya melakukan pengawasan terhadap kebijakan-
kebijakan direksi dalam pengelolaan perusahaan di mana perusahaan harus
memberikan perlakuan yang setara den wajar kepada pemangku kepentingan
sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan perusahaan termasuk
15
kepada pemegang saham minoritas, sehingga prinsip kewajaran dan
kesetaraan (fairness dapat terlaksana dengan baik.
16
Berdasarkan Pasal 21 ayat 2 Peraturan OJK tersebut, komisaris independen
wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1) Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau
mengawasi kegiatan emiten atau perusahaan publik tersebut dalam waktu 6
(enam) bulan terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali sebagai komisaris
independen emiten atau perusahaan publik pada periode berikutnya;
2) Tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak langsung pada emiten
atau perusahaan publik tersebut;
3) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik,
anggota dewan komisaris, anggota direksi, atau pemegang saham utama
emiten atau perusahaaḥ publik cersebut; dan
4) Tidak mempunyai hubungan usaha, baik langsung maupun tidak langsung
yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik tersebut.
17
Pedoman komisaris independen tersebut diharapkan dapat menjadi acuan
bagi para komisaris independen yang ada, baik di BUMN maupun perusahaan
public.
18
Perubahan status jabatan dari komisaris menjadi komisaris independen
pada bank yang sama harus mendapat persetujuan Bank Indonesia. Untuk
mendapatkan persetujuan, calon komisaris independen antara lain harus
menyampaikan surat pernyataan independensi. Persetujuan Bank
Indonesia mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai uji kelayakan dan kepatutan fit and proper test) bank umum.
Aktivitas dan proses bisnis perusahaan perlu segera diketahui dan dipahami
oleh segenap anggota direksi dan dewan komisaris yang baru bergabung di
perusahaan. Hal ini menjadi sangat penting, agar direksi dan dewan komisaris yang
baru tersebut dalam menjalankan tugas yang diembannya, tidak salah atau ragu dalam
setiap pengambilan keputusan (decision making). Oleh karena itu, perusahaan perlu
memberikan semacam program orientasi (orientation programme) atau kursus
pengenalan (induction course) kepada anggota dewan komisaris dan direksi yang baru
bergabung.
19
2. Program Pengenalan Perusahaan di Perusahaan Publik
Perusahaan publik dapat menyelenggarakan program kursus pengenalan
linduction course) bagi para anggota direksi dan dewan komisaris yang baru
diangkat untuk pertama kalinya menjadi komisaris/ direksi. Pelaksanaan program
tersebut dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga, seperti
Indonesian Society of Independent Commissioners (ISICOM) dan Forum for
Corporate Governance in Indonesia (FCGI). ISICOM telah menyusun pedoman
komisaris independen yang diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi para
komisaris independen di perusahaan publik. Selain itu, ISICOM juga aktif
melakukan sosialisasi prinsip-prinsip GCG dan lokakarya eksekutif jexecutive
workshop) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi para
komisaris independen. Sementara itu, FCGI adalah sebuah organisasi non-
pemerintah (non-government organization) yang beranggotakan berbaghi asosiasi
bisnis dan profesi yang bekerja sama dan berpartisipasi dalam mengembangkan
dan mensosialisasikan praktik terbaik corporate governance kepada dunia bisnis di
Indonesia dengan mengacu kepada international best practices.
Saat ini, hampir semua perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sudah memiliki direktur independen dan komisaris independen
dalam struktur organisasi perusahaan. Namun demikian, masih terdapat beberapa
perusahaan publik yang belum mengetahui arti pentingnya peran direktur
independen dan komisaris independen dalam rangka implementasi good corporate
governance (GCG). Bahkan, masih ada yang beranggapan bahwa keberadaan
direktur independen dan komisaris independen di perusahaan publik sebagai
pelengkap sekadar memenuhi regulasi yang berlaku.
20
dan komisaris independen adalah untuk melindungi kepentingan pemegang saham
minoritas dan pemangku kepentingan lainnya, serta menjaga prinsip kesetaraan
(faimess). Posisi pengawasan dilakukan dari dua sisi (layer), dari sisi operasional
dijalankan oleh direktur independen dan dari sisi kebijakan dijalankan oleh
komisaris independen tersebut dimaksudkan agar terdapat keseimbangan (check
and balance) yang harmonis.
21
menetapkan masa jabatan komisaris independen hanya selama satu tahun,
sedangkan sisanya sekitar 88% (delapan puluh delapan persen) masa jabatan
komisaris independennya selama tiga sampai dengan lima tahun. Inilah yang
menjadi polemik hangat di kalangan emiten. Bahkan, masih terlihat deengganan
para direktur independen dan komisaris independen untuk melepas salah satu
jabatan yang diembannya sebagai direktur independen dan komisaris independen
di perusahaan publik lain.
Direktur utama BEI beberapa waktu yang lalu mengakui bahwa selama ini
banyak emiten yang menempatkan direktur independen atau komisaris independen
lebih dari ketentuan itu, bahkan hingga lebih dari 20 tahun. Sementara itu, direktur
penilaian perusahaan BEI menyampaikan bahwa bursa juga melarang direktur dan
komisaris independen menduduki jabatan yang sama di perusahaan lain. Namun,
mereka dibolehkan menduduki jabatan lainnya. Misalnya, di perusahaan A,
seseorang inenduduki jabatan komisaris independen, berart dia tidak boleh
menduduki jabatan yang sama di perusahaan B. Namun, dia boleh menjabat di
jabatan lain, seperti komisaris utama atau direktur utama.
22
perusahaan dunia, seperti Enron Corp., World Com, dan lain-lain. Selain itu,
lemahnya pengawasan terhadap manajemen juga diindikasikan sebagai salah satu
penyebab krisis finansial di Asia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu,
pemberdayaan komisaris dengan memperkenalkan komisaris independen yang
diharapkan menjadi penggerak GCG telah menjadi bagian dari reformasi
kehidupan bisnis di Indonesia pascakrisis.
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dewan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam dan
di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
B. SARAN
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah. Penulis juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna sebagai pelengkap belajar.
24
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, M.A. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi.
Edisi 2, Cetakan ke-2. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 33/POJK/04/2014 Tanggal 8 Desember 2014
tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.
25