Disusun Oleh:
3E AKUNTANSI
Puji dan syukur kami curahkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga aktivitas hidup yang kita jalani
ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini lebih-
lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak sehingga semua cita-cita serta harapan
yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Tidak lupa kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Juwenah yang telah memberikan
tugas sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan dan
kami memperoleh banyak pengetahuan tentang Tanggung Jawab Dewan
Komisaris dan Dewan Direksi Komisaris Independen.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Tidak semua
materi dapat dimuat dengan sempurna dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki makalah ini dimasa mendatang. Harapan yang
paling besar dari penyusunan makalah ini ialah mudah-mudahan apa yang kami
susun ini bermanfaat untuk pribadi, teman-teman serta orang lain yang ingin
memperoleh dan menyempurnakan lagi atas mengambil hikmah dari makalah ini
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Jenis Laporan Keuangan................................................................................ 3
2.1.1 Neraca ..................................................................................................... 3
2.1.2 Laporan Laba Rugi ................................................................................. 6
2.1.3 Laporan Perubahan Ekuitas .................................................................... 7
2.1.4 Laporan Arus Kas ................................................................................... 8
2.1.5 Catatan Atas Laporan Keuangan ............................................................ 8
2.2 Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia ............................. 9
2.2.1 Standar Akuntansi Keuangan (SAK) - IFRS ........................................ 10
2.2.2 Standar Akuntansi Keuangan (SAK) - Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP) ............................................................................................... 11
2.2.1 Standar Akuntansi Keuangan (SAK) - Syariah .................................... 11
2.2.1 Standar Akuntansi Keuangan (SAK) - Entitas Mikro Kecil Menengah
Makro (EMKM) ............................................................................................. 12
3.1 Perpajakan di Indonesia .................................................................................. 13
BAB III ................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui di dalam suatu Perseroan Terbatas terdapat
(RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Pasal 1 angka 4, angka 5 dan angka 6
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Tanggung jawab dewan komisaris, dewan direksi dan
dewan komisaris independen.
2. Bagaimana tugas dewan komisaris, dewan direksi dan dewan komisaris
independen.
3. Bagaimana struktur pengawasan di dalam suatu perusahaan.
1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui:
1. Untuk Mengetahui Tanggung jawab dewan komisaris, dewan direksi
dan dewan komisaris independen.
2. Untuk Mengetahui tugas dewan komisaris, dewan direksi dan dewan
komisaris independen.
3. Untuk Mengetahui struktur pengawasan di dalam suatu perusahaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Menyusun pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan dalam bentuk
laporan tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan
kegiatan perusahaan dan laporan pelaksanaan Good Corporate
Governance (GCG).
b. Persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan
serta laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris dilakukan oleh
RUPS.
c. Memberikan pertanggungjawaban Dewan Direksi kepada RUPS
merupakan perwujudan akuntabilitas pengelolaan Perusahaan dalam
rangka pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG).
4
a. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif,
termasuk didalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas
strategi tersebut.
b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-
manajer profesional.
c. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem
pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik.
d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan
yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam
menjalankan operasinya.
e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan
dikelola dengan baik.
f. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance
(GCG) dipatuhi dan diterapkan dengan baik.
5
e. Memberikan tanggapan dan rekomendasi atas usulan dan rencana
pengembangan strategis perusahaan yang diajukan Direksi.
f. Memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan
stakeholders.
g. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris perusahaan tidak
boleh turut serta dalam pengambilan keputusan operasional.
Keputusan Dewan Komisaris mengenai hal yang diatur dalam
Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan dilakukan dalam
fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan operasional
tetap menjadi tanggung jawab Direksi.
6
2.2.3 Dewan Komisaris Independen
1. Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan.
2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan
stakeholders yang lain.
3. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan
secara wajar dan adil.
4. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku.
5. Menjamin akuntabilitas organ perusahaan.
7
6. Pengangkatan anggota Komisaris tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan anggota Direksi, kecuali pengangkatan untuk pertama
kalinya pada waktu pendirian.
7. Anggota Dewan Pengawas sewaktu-waktu dapat dihentikan.
Berdasarakan keputusan Menteri dengan menyebutkan alasannya.
8
Sentral Senayan II, Jl. Asia Afrika No. 8 Jakarta. Dari jumlah kantor tersebut
diatas yang beroperasi sebanyak 63 kantor.
9
bahwa produk adalah ilegal. Kasus ini dapat mempengaruhi bank lain, di mana
orang tidak percaya bahwa mereka lebih terhadap sistem perbankan nasional.
Berdasarkan kasus Bank Century tersebut menimbulkan dampak yang
cukup besar terhadap perekonomian Indonesia sendiri. Sebab, menyeret banyak
pejabat-pejabat penting dan masalah pergerakan harga saham yang terus
mengalami penurunan akibat dari dampak sistemik kasus Bank Century ini.
Pemilik Bank Century adalah Robert Tantular juga yang melakukan tindak
kriminal karena melakukan perampokan terhadap banknya sendiri. Oknum-oknum
yang terlibat diantaranya: ada yang menduga oknum POLRI terlibat “menjaga”
oknum-oknum yang terkait Bank Century karena dianggap “proyek kelas kakap”.
Beberapa pihak juga mengaitkan ini dengan ditangkapnya dua petinggi KPK,
Bibit dan Chandra beberapa waktu lalu tanpa ada bukti yang jelas, demi
menghambat pengusutan kasus Century. Banyak yang sekarang sudah
menempatkan Sri Mulyani dan Boediono sebagai tersangka tetapi sebenarnya
masih ada kemungkinan bahwa Sri Mulyani dan Boediono adalah bagian dari
konspirasi besar semata-mata demi menyelamatkan dana pihak Century dan
orang-orang yang terkait Century.
Sri Mulyani dan Boediono-lah yang telah menyelamatkan ekonomi
Indonesia sehingga saat ini Indonesia tidak terjerumus krisis yang lebih hebat.
Yang melakukan tindak penyelewengan hanyalah segelintir orang, Robert
Tantular, pemilik Bank Century yang menggondol dana Bank Century, dan
beberapa oknum di BI. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam kemelut Bank
tersebut diantaranya adalah delapan orang yakni Komisaris Utama Sulaiman AB,
Komisaris Poerwanto Kamajadi, Komisaris Rusli Prakasa, Direktur Utama
Hermanus Hasan Muslim. Kemudian Wakil Direktur Utama Hamidy, Direktur
Pemasaran Lila K. Gondokusumo, Direktur Kepatuhan Edward M. Situmorang,
dan Pemegang Saham Robert Tantular.
Hancurnya Bank Century sehingga harus diselamatkan oleh pemerintah
melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui suntikan dana Rp 6,7 triliun
terjadi karena perpaduan pengurusan bank yang mengarah pada tindak kriminal
serta krisis ekonomi global yang terjadi. Surat-surat berharga bodong yang ada di
10
Century menjadi salah satu pemicu bobroknya kondisi bank tersebut. Belakangan
dilihat ada pengaruh Antaboga, masalah surat bodong itu pasti ada pengaruhnya
dari Bank Century. Tetapi diperburuk karena kondisi krisis global, kalau keadaan
seperti itu tidak dalam krisis global, maka tidak akan meletus seperti itu. PT Bank
Century Tbk (BCIC) pada awalnya ternyata agen penjual produk investasi yang
diterbitkan PT Antaboga Delta Sekuritas. Hal itu diketahui berdasarkan
pemeriksaan awal Bank Indonesia (BI) pada 2005. Menurut Deputi Gubernur BI,
Siti Ch Fadjrijah dalam pertemuan dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan
Rakyat menyatakan bahwa dari penelusuran BI diketahui produk yang dijual tidak
mempunyai izin dari Bapepam.
11
perbankan pasti terpantau. Di samping itu, Bapepam selaku otoritas pasar
modal harusnya juga bertanggungjawab karena Bank Century merupakan
perusahaan publik.
Kasus Bank Century ini menunjukkan ada praktik-praktik yang
menyimpang di bank sentral menyangkut tes kelayakan dan kepatutan (fit and
proper test) yang tidak akurat. BI juga dinilai gagal dalam menciptakan tata
kelola yang baik (Good Corporate Governance). Kesehatan merupakan hal
yang paling penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia
maupun perusahaan.
c. Kesehatan Bank
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku, untuk melaksanakan seluruh
kegiatan usaha perbankannya kegiatan tersebut meliputi:
1. Kemampuan menghimpun dana masyarakat dari lembaga lain dan
dari modal sendiri
2. Kemampuan mengolah dana
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal dan pihak lain
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku
d. Aturan Kesehatan Perbankan
Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan
bank dilakukan oleh Bank Indonesia. UU tersebut lebih lanjut menetapkan
bahwa:
1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen,
likuiditas, solvabilitas & aspek lain yang berhubungan dengan usaha
12
bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
2. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syari’ah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib
menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank
3. Bank wajib menyampaikan kepada BI segala keterangan dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan
oleh BI
4. Bank atas permintaan BI, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya serta
wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan
5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaaan terhadap bank, baik secara
berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan, BI dapat
menugaskan akuntan publikuntuk dan atas nama bank Indonesia
melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
6. Bank wajib menyampaikan kkca, perhitungan laba rugi tahunan dan
penjelasannya, serta laporan berkala lainnya dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh BI. Neraca dan perhitungan laba rugi dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan BI.
e. Aspek-Aspek Penilaian
Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya
menggunakan berbagai alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama yang
digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama
analisis CAMEL. Analisis ini terdiri dari aspek capital, assets, management,
earning dan liquidity.
13
f. Hal-hal yang Perlu Diketahui Mengenai Pengendalian Resiko
Operasional yang Efektif di Perbankan
Prinsip-prinsip yang harus dijalankan agar suatu organisasi dapat
berjalan sesuai dengan prosedur operasional yang berlaku dan
meminimasi resiko operasional dan resiko-resiko yang lain adalah seperti
yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Board of Director, sebagai pimpinan tertinggi organisasi harus
menyadari aspek utama risiko operasional bank yang harus dikelola,
dan harus menyetujui dan me-review secara periodik kerangka
manajemen risiko operasional bank.
2. Board of Director, sebagai pimpinan tertinggi organisasi harus
memastikan bahwa ada audit reguler terhadap kerangka manajemen
risiko operasional yang dilakukan oleh tim internal yang independen
dan kompeten, yaitu independen dari tim risiko operasional biasanya
fungsi internal audit.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16