Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KOMISARIS INDEPENDEN dan KOMITE AUDIT

Ditujukan untuk memenuhi nilai tugas kelompok pada mata kuliah Tata Kelola Perusahaan

Dosen Pembimbing :

FERDY PUTRA, S.E., M.Ak., Ak

Disusun Oleh Kelompok 4 :

AYI PUJI ASTUTI (1902110027)


DWI AISYAH AMALIA (1902110097)
NIKEN AYU ERSANTI (1902110001)

S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul  “KOMISARIS INDEPENDEN dan
KOMITE AUDIT” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah ditujukan untuk memenuhi nilai tugas
kelompok pada mata kuliah Tata Kelola Perusahaan.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “KOMISARIS
INDEPENDEN dan KOMITE AUDIT” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak FERDY PUTRA, S.E., M.Ak., Ak selaku
Dosen Akuntansi pada mata kuliah Tata Kelola Perusahaan, Universitas Riau Fakultas Ekonomi
dan Bisnis. Yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia membantu
dalam penyelesaian makalah ini dan kepada seluruh anggota kelompok 7 Tata Kelola Perusahaan
yang luar biasa.

Penulis juga menyadari bahwa, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca, untuk
menjadi bahan pelajaran bagi penulis selanjutnya dalam pembuatan makalah yang lebih baik.

Pekanbaru, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................2
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
2.1 KOMISARIS INDEPENDEN...........................................................................................................3
2.1.1 PENGERTIAN KOMISARIS INDEPENDEN.................................................................................3
2.1.2 MASA JABATAN KOMISARIS INDEPENDEN............................................................................6
2.1.3 KRITERIA KOMISARIS INDEPENDEN........................................................................................6
2.1.4 TANGGUNG JAWAB KOMISARIS INDEPENDEN.....................................................................6
2.1.5 TUGAS KOMISARIS INDEPENDEN.............................................................................................7
2.1.6 KENDALA DALAM IMPLEMENTASI DIREKTUR DAN KOMISARIS INDEPENDEN...........8
2.1.7 KOMITE AUDIT..............................................................................................................................8
2.1.8 PENGERTIAN KOMITE AUDIT....................................................................................................8
2.1.9 EFEKTIVITAS KERJA KOMITE AUDIT.....................................................................................13
2.1.10 KOMUNIKASI KOMITE AUDIT.................................................................................................14
2.1.11 IMPLEMENTASI PRINSIP GCG DI KOMITE AUDIT...............................................................16
2.1.12 AUDIT COMMITTEE - SELF ASSESSMENT CHECKLIST......................................................18
BAB III.....................................................................................................................................................19
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................................19
3.1.2 SARAN............................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………… 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Laporan keuangan sebagai informasi kinerja yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas
dari operasional perusahaan sepanjang tahun. Operasional ini melibatkan pihak pengurus dalam
pengelolaan perusahaan, diantaranya adalah Pihak Manajemen, Dewan Komisaris, Komite
Audit, dan Pemegang Saham. Komite Audit berfungsi untuk memastikan bahwa operasional
sehari-hari berjalan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan dan memastikan bahwa
laporan keuangan yang disajikan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berterima umum. Dengan adanya Komite Audit diharapkan mampu meningkatkan pengawasan
internal perusahaan dan mampu membuat pertimbangan yang ditujukan pada para pemegang
saham. Dewan Komisaris dan Komite Audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis
dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga
terciptanya system pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate
governance.

Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan
dengan kandungan informasi akuntansi. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi
pengawasan, komposisi dewan mempengaruhi pihak managemen dalam menyusun laporan
keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas. Adanya komisaris
independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good
corporate governance di dalam perusahaan. Manfaat good corporate governance akan dilihat dari
premium yang bersedia dibayar oleh investor atas ekuitas perusahaan (harga pasar).

Dewan Komisaris dan Komite Audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis
dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga
terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate
governance. Berjalannya fungsi dewan komisaris dan komite audit secara efektif, maka kontrol
terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga managemen menjalankan perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan bukan untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian manajemen
akan jujur mengelola perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Untuk mengetahui secara keseluruhan keberhasilan suatu perusahaan adapun
struktur corporate governance yang dapat mengetahui kinerja perusahaan. Organ utama good
corporate governance adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai forum
pengambilan keputusan tertinggi bagi Pemegang Saham Perseroan, Dewan Komisaris sebagai
pengawas jalannya pengelolaan Perseroan oleh Direksi, sedangkan Direksi sebagai pengelola
Perseroan. Adapun elemen lain yang mendukung struktur tata kelola tersebut adalah Komite
Audit yang membantu Dewan Komisaris dalam mengawasi kebijakan keuangan, Sekretaris

1
Perusahaan yang menjadi penanggung jawab untuk efektivitas penerapan Tata Kelola
Perusahaan di Perseroan, Audit Internal dan Manajemen Risiko.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu komisaris independent?

2. Bagaimana kriteria komisaris independent?

3. Apa tanggung jawab komisaris independent?

4. Apa tugas komisaris independent?

5. Apa itu komite audit?

6. Bagaimana implementasi prinsip gcg di komite audit?

1.3 TUJUAN

1. Makalah ini bertujuan untuk membahas mengenai komisaris independent dan komite
audit.
2. Menjadi bahan bacaan bagi para pembaca dan pihak lain yang sedang membahas topik
serupa.
3. Memenuhi nilai tugas kelompok pada mata kuliah tata kelola perusahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KOMISARIS INDEPENDEN

2.1.1 PENGERTIAN KOMISARIS INDEPENDEN

Komisaris Independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki


hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan
anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau dengan
perusahaan yang mungkin menghalangi atau menghambat posisinya untuk bertindak independen
sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Komisaris Independen bertanggung jawab untuk melakukan
pengawasan dan juga mewakili kepentingan Pemegang Saham minoritas.

Pengangkatan Komisaris Independen diatur dalam Peraturan OJK Nomor


33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik atau
Regulasi Bursa Efek Indonesia dalam Peraturan Bapepam- LK Nomor IX.I.5 dan Bursa Efek
Indonesia Nomor IA Kep- 305/ BEJ/07-2004. Komisaris independen diangkat berdasarkan
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) dari pihak yang tidak terafiliasi dengan
pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya.

1. KOMISARIS INDEPENDEN MENURUT UU PERSEROAN TERBATAS

Kedudukan komisaris independen pada dasarnya sama dengan anggota dewan komisaris
lainnya, yakni sebagai badan pengawas dan pemberi nasihat kepada direksi. Ada pun, yang
membedakannya adalah bahwa komisaris independen menurut penjelasan Pasal 120 ayat (2) UU
PT adalah berasal dari kalangan luar perusahaan, tidak terafiliasi dengan pemegang saham
utaina, anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Tugas.komisaris independen
dalam memastikan prinsip-prinsip dan praktik GCG dipatuhi dan diterapkan dengan baik, antara
lain:

 Menjamin transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan


 Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan
yang lain.
 Diungkapkannya transaksi yang mengandung konflik kepentingan secara wajar dan adil
 Kepatuhan perusahaan pada perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, serta
 Menjamin : akuntabilitas organ perseroan.
Hal yang tidak kalah penting adalah komisaris independen hendaknya melakukan
pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan direksi dalan pengelolaan perusahaan di mana

3
perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan
sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan perusahaan termasuk kepada pemegang
saham minoritas, sehingga prinsip kewajaran dan kesetaraan (fairness) dapat terlaksana dengan
baik.

2. KOMISARIS MENURUT PERATURAN BURSA EFEK

Butir I-a dari Peraturan Pencatatan Efek No. 1-A PT Bursa Efek Jakarta (sekarang PT
Bursa Efek Indonesia) mengenai ketentuan umum pencatatan efek yang bersifat ekuitas di bursa
mengatur tentang rasio komisaris independen. Dalam butir tersebut dinyatakan bahwa jumlah
komisaris independen haruslah secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh pihak yang bukan merupakan pemegang saham pengendali, dengan ketentuan
bahwa jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari seluruh
umlah anggota komisaris.

Butir 2 dari peraturan tersebut mengatur mengenai persyaratan komisaris independen.


Butir tersebut menyatakan bahwa komisaris independen dilarang untuk memiliki hubungan
terafiliasi baik dengan pemegang saham pengendali, direktur, maupun komisaris lainnya, dan
untuk bekerja rangkap dengan perusahaan terafiliasi. Selain itu, komisaris independen
diharuskan untuk memahami peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

3. KOMISARIS INDEPENDEN MENURUT PERATURAN OJK

Berdasarkan Pasal 21 ayat 2 Peraturan OJK tersebut, komisaris ndependeri wajib


memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab
untuk merencanakan. memimpin, mengendalikan. atau mengawasi kegiatan emiten atau
perusahaan publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir, kecuali untuk
pengangkatan kembali sebagai komisaris independen emiten atau perusahaan publik pada
periode berikutnya,
2. Tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau
perusahaan publik tersebut.
3. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, anggota
dewan komisaris, anggota direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan
publik cersebut, dan
4. Tidak mempunyai hubungan usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik tersebut.
Komisaris independen hendaknya dapat berperan secara efektif melalui komite audit
untuk melakukan deteksi dini (early warning) adanya. potensi penyimpangan ataupun
kecurangan (fraud) di perusahaan publik, karena komisaris independen biasanya juga berperan

4
sebagai ketua komite audit. Komisaris independen dapat mengambil langkah-langkah
pencegahan kecurangan atau usulan perbaikan sistem, tentu saja tetap dalam kerangka kerja
sebagai komisaris. Melalui peran tersebut, komisaris independent telah berfungsi efektif'dalam
melindungi perusahaan publik dari risiko sekaligus melindunginya dari potensi tuntutan hukum
karera kegagalan dalam melaksanakan kewajibannya. Kapabilitas komisaris independen dalam
memberdayakan komite audit yang dipimpinnya merupakan faktor kunci sukses (key success
actor) yang menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan tugas yang diembannya.

4. KOMISARIS MENURUT KOMITE NASIONAL GCG

Komite Nasional Good Corporate Governance (KNGCG) mengeluarkan pedoman


tentang komisaris independen yang ada di perusahaan publik. Bagian Il.1 dari pedoman tersebut
menyebutkan bahwa pada prisipnya, komisaris bertanggung jawab dan berwenang untuk
mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta memberikan nasihat kepada direksi. jika
diperlukan. Untuk membantu komisaris dalam menjalankan tugasnya, berdasarkan prosedur
yang telah ditetapkan, maka seorang komisaris dapat meminta nasihat dari pihak ketiga dan/atau
membentuk komite khusus. Setiap anggota komisaris harus berwatak amanah serta mempunyai
pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnva.

5. KOMISARIS MENURUT ISICOM

Indonesian Society of Independent Commissioner (ISICOM) atau Paguyuban Komisaris


Independen Indonesia telah meluncurkan pedoman bagi komisaris independen. Beberapa hal
yang diatur dalam pedoman tersebut sebagai berikut.

 Pengertian dan definisi komisaris independen.


 Misi komisaris independen.
 Tanggung jawab komisaris independen.
 Wewenang komisaris independen.
 Kriteria formal komisaris independen.
 Kriteria dan kompetensi pribadi komisaris independen. Pedoman perilaku komisaris
independen.
 Komposisi komisaris independen.
 Proses nominasi dan pengangkatan komisaris inuependen.
 Evaluasi kinerja komisaris independen.
Pedoman komisaris independen tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi para
komisaris independen yang ada, baik di BUMN maupun perusahaan publik.

5
2.1.2 MASA JABATAN KOMISARIS INDEPENDEN

Peraturan otoritas jasa keuangan Nomor 33 /pojk.04/2014Tentang Direksi dan dewan


komisaris emiten atau perusahaan public Pasal 25 :

(1) Komisaris Independen yang telah menjabat selama 2 (dua) periode masa jabatan dapat
diangkat kembali pada periode selanjutnya sepanjang Komisaris Independen tersebut
menyatakan dirinya tetap independen kepada RUPS.
(2) Pernyataan independensi Komisaris Independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan.
(3) Dalam hal Komisaris Independen menjabat pada Komite Audit, Komisaris Independen yang
bersangkutan hanya dapat diangkat kembali pada Komite Audit untuk 1 (satu) periode masa
jabatan Komite Audit berikutnya.
2.1.3 KRITERIA KOMISARIS INDEPENDEN

Keberadaan Komisaris Independen yang ada di Perseroan senantiasa menjamin


mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Peraturan otoritas jasa keuangan Nomor 33 /pojk.04/2014Tentang Direksi dan dewan komisaris
emiten atau perusahaan public Pasal 21 :
a. Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk
merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali
sebagai Komisaris Independen Emiten atau Perusahaan Publik pada periode berikutnya;

b. tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut;

c. tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik, anggota Dewan
Komisaris,anggota Direksi, atau pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik
tersebut; dan

d. tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.

Misi Komisaris Independen adalah mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif dan
menempatkan kesetaraan (fairness) diantara berbagai kepentingan termasuk kepentingan
perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan
oleh Dewan Komisaris.

2.1.4 TANGGUNG JAWAB KOMISARIS INDEPENDEN

Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya


prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di dalam perusahaan

6
melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan
pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi
perusahaan. Dalam upaya untuk melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik maka Komisaris
Independen harus secara proaktif mengupayakan agar Dewan Komisaris melakukan pengawasan
dan memberikan nasehat kepada Direksi yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal
sebagai berikut :

1. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di dalamnya
memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi tersebut.

2. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-manajer profesional.

3. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit
yang bekerja dengan baik.

4. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun
nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya.

5. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan dikelola dengan baik.

6. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance dipatuhi dan diterapkan
dengan baik.

2.1.5 TUGAS KOMISARIS INDEPENDEN

Sebagaimana yang dimaksudkan antara lain berupa :

1. Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan.

2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain.

3. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil.

4. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku.

5. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.

 WEWENANG KOMISARIS INDEPENDEN

1. Komisaris independen mengetuai komite audit dan komite nominasi.

2. Komisaris independen berdasarkan pertimbangan yang rasional dan kehati-hatian berhak


menyampaikan pendapat yang berbeda dengan anggota dewan komisaris lainnya yang wajib
dicatat dalam Berita Acara Rapat Dewan Komisaris dan pendapat yang berbeda yang bersifat
material, wajib dimasukkan dalam laporan tahunan.

7
2.1.6 KENDALA DALAM IMPLEMENTASI DIREKTUR DAN KOMISARIS
INDEPENDEN

Berdasarkan data, pada awal tahun 2014 dari sejumlaah 489 perusahaan yang terdaftar di
BEI, masih terdapat sekitar 12 (dua belas) persen perusahaan terbuka (Tbk) yang menetapkan
masa jabatan komisaris independen hanya selama satu tahun, sedangkan sisanya Sekitar 88%
(delapan puluh delapan persen) masa jabatan komisaris Independennya selama tiga sampai
dengan lima tahun. Inilah yang menjadi polemik hangat di kalangan emiten. Bahkan, masih
teriihat keengganan para direktur independen dan komisaris independen unuk melepas salah satu
jabatan yang diembannya sebagai direktur independen dan komisaris independen di perusahaan
publik lain.

Hal yang muncul kemudian adalah masalah administratif berupa perubahan terhadap
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) perusahaan publik untuk
menyesuaikan dengan aturan baru tersebut Seseorang yang menjabat direktur independen dan
komisaris independen lebih dari dua periode, dikhawatirkan akan membuat mereka tidak
independen lagi. Karena direksi independen atau komisaris independen yang menjabat terlalu
lama bisa memengaruhi independensinya di perusahaan tersebut. Selain itu, adanya rangkap
jabatan tersebut, membuat waktu yang dimiliki direktur independen dan komisaris independen
akan terganggu dan tidak fokus, serta terdapat potensi konflik kepentingan. Emiten sektor
perbankan menjadi pihak yang paling merasa diberatkan oleh aturan baru BEI yang membatasi
masa jabatan direktur dan komisaris independen emiten maksimal dua periode berturut-turut
sejak diangkat.

Keberadaan direktur dan komisaris independen memegang peranan penting dalam rangka
implementasi GCG, jadi bukan sekadar pelengkap saja. Pihak regulator (BEI) hendaknya
melakukan evaluasi dan pengawasan secara periodik untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan
direktur dan komisaris independen di perusahaan puolik telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia hendaknya juga mengatur peranan
dewan komisaris dan direksi emiten di perbankan/industri keuangan yang tertuang dalam
peraturan tata kelola perusahaan Indonesia secara jelas dan konkret. Peranan direksi dan
komisaris merupakan salah satu dari lima sektor yang perlu segera diperbaiki untuk perbaikan
tata kelola perusahaan.

M,.Lemahnya pengawasan yang independen dan terlalu besarnya kekuasaan eksekutif


telah menjadi sebagian dari penyebab tumbangnya perusahaan-perusahaan dunia, seperti Enron
Corp., WorldCom, dan lain-lain. Selain itu, lemahnya pengawasan terhadap manajemen juga
diindikasikan sebagai salah satu penyebab krisis finansial di Asia, termasuk Indonesia. Oleh
karena itu, pemberdayaan komisaris dengan memperkenaikan komisaris independen yang
diharapkan menjadi penggerak GCG telah menjadi bagian dari reformasi kehidupan bisnis di
Indonesia pascakrisis.

2.1.7 KOMITE AUDIT

2.1.8 PENGERTIAN KOMITE AUDIT

8
Mengingat tugas komisaris dalam mengawasi jalannya perusahaan cukup berat, maka
komisaris dapat dibantu oleh beberapa komite, yaitu komite audit, komite remunerasi, komite
nominasi, komite manajemen risiko, dan lain-lain. Pembentukan beberapa komite tersebut
bertujuan untuk meningkatkan etektivitas dalam rangka implementasi tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance—GCG) di perusahaan. Pembentukan komite tersebut
harus ditetapkan melalui suatu surat keputusan (SK) dewan komisaris.

Ikatan Komite Audit Irdonesia (IKAI) mendefinisikan komite audi sebagai berikut :

Suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan
komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan
komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan fungsi pengawasan (oversight) atas proses
pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit, dan implementasi dari corporate
governance di perusahaan-perusahaan.

1. KOMITE AUDIT MENURUT KEMENTERIAN BUMN

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. 05/ MBU/2006
tanggal 20 Desember 2006 tenta:g Komite Audit bagi BUMN. Dalam Pasal 3 ayat 1 Peraturan
Menteri BUMN tersebut dinyatakan bahwa tugas komite audit terdiri dari lima hal, yaitu:

1. Membantu komisaris/ dewan pengawas untuk memastikan efektivitas sistem


pengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor internal dan eksternal

2. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh satuan pengawasan
internal maupun auditor eksternal.

3. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen


serta pelaksanaannya.

4. Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segala informasi
yang dikeluarkan BUMN.

5. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris/dewan pengawas


serta tugas-tugas komisaris/dewan pengawas lainnya.

Pada Pasal 3 ayat 2, di sebutkan bahwa komisaris/dewan pengawas dapat pula


memberikan penugasan lain kepada komite audit berupa, namun tidak terbatas pada :

1. Melakukan penelaahan atas informasi mengenai BUMN, serta rencana jangkapanjang,


rencana kerja dan anggaran BUMN, laporan manajemen, dan informasi lainnya,

2. Melakukan penelaahan atas ketaatan BUMN terhadap peraturan perundang-undangan dan


Perubungan dengan kegiatan BUMN

3. Melakukan penelaahan atas pengaduan yang berkaitan dengan BUMN

9
4. Mengkaji kecukupan fungsi audit internal, termasuk jumlah auditor, rencana ker'a
tahunan, dan penugasan yang telah dilaksanakan.

5. Mengkaji kecukupan pelaksanaan audit eksternal, termasuk di dalamnya pelaksanaan


audit dan jumlah auditornya.

Terkait dengan keanggotaan komite audit. Peraturan Menteri BUMN tersebut, diatur
dalam beberapa pasal sebagai berikut :

 Pasal 6 ayat 3 menyatakan bahwa anggota komite audit harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut.

a. Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan, serta pengalaman kerja yang cukup di
bidang pengawasan/ pemeriksaan.

b. Tidak memiliki kepentingan/keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan dampak negatif


dan konflik kepentingan terhadap BUMN yang bersangkutan.

c. Mampu berkomunikasi secara efektif.

 Pasal 6 ayat 4 menyatakan bahwa salah seorang dari anggota komite audit harus memiliki
latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan dan memahami manajemen risiko, dan
salah seorang harus memahami industri / bisnis BUMN yang bersangkutan.

 Pasal 6 ayat 5 menyatakan bahwa jika ada anggota komite audit berasal dari sebuah institusi
tertentu, maka institusi di mana anggota komite audit berasal tidak boleh memberikan jasa
pada BUMN yang bersangkutan.

 Pasal 6 ayat 7 menyatakan bahwa anggota komite audit berasal dari luar BUMN dilarang
mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda sampai derajat ketiga, baik menurut
garis lurus maupun garis ke samping dengan anggota komisaris/dewan pengawas dan/ atau
anggota direksi.

 Pasal 6 ayat 8 menyatakan bahwa anggota komite audit wajib “menyediakan waktu yang
cukup untuk melaksanakan tugasnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01 / MBU/2011 tanggal 1


Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GoodCorporate
Governance) pada BUMN, Pass! 18 ayat 1 butir b menyebutkan bahwa komite audit merupakan
salah satu organ pendukung dewan komisaris / dewan pengawas. Selain itu, Sesuai Peraturan
Menteri Negara BUMN No. PER12/MBU/201 2 tangga 24 Agustus 2012 tentang Organ
Pendukung Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas BUMN, hebe-apa pasal berikut antara lain
mengatur tentang komite audit sebagai berikut :

 Pasal 2 ayat 1 butir b menyatakan bahwa xomite audit merupakan salah satu organ
pendukung dewan komisaris/dewan pengawas.

10
 Pasal 15 ayat 1 menyatakan bahwa anggota komite audit harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :

a. Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalarnan kerja yang cukup di
bidang pengawasan/pemeriksaan.

b. Tidak memiliki kepentingan/keterkaitan pribadi vang dapat menimbulkan dampak negatif


dan konflik kepentingan terhadap perusahaan.

c. Mampu berkomunikasi secara efektif.

d. Dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.

e. Persyaratan lain yang ditetapkan dalam piagam komite audit jika diperlukan.

 Pasal 14 menyatakan buhwa masa jabatan anggota komite Audit yang bukan merupakan
anggota dewan komisaris/ dewan pengawas perusahaan paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang Saty kali selama 2 (dua) tahun masa jabatan, dengan tidak mengurang hak
dewan komisaris/dewan pengawas untuk memberhentikannya sewaktu-waktu.

2. KOMITE AUDIT MENURUT BURSA EFEK

Kehadiran komite audit di perusahaan publik telah mendapat respons yang cukup positif
dari berbagai pihak, antara lain pemerintah, Bapepam-LK Bursa Efek Indonesia, para investor,
profesi penasihat hukum (advokat, profesi akuntan, serta perusahaan penilai independen
(independeng appraisal company). Berdasarkan Surat Edaran dari Direksi PT Bursa Efek Jakarta
No, SE-008/BEJ/ 12-2001 tanggal 7 Desember 2001 mengenai Keanggetaan Komite Audit,
disebutkan bahwa :

 Jumlah anggota koinite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, termasuk ketua komite
audit

 Anggota komite audit yang berasal dari komisaris hanya sebanyak 1 (Satu) orang.
Anggota komite audit yang berasal dari komisaris tersebut harus merupakan komisaris
independen perusahaar tercatat yang sekaligus menjadi ketua komite audit.

 Anggota lainnya dan komite audit adalah berasal dari pihak eksternal yang independen.
Yang dimaksud pihak exsternal adalah pihak di: luar perusanaan tercatat yang bukan
merupakan komisaris, direksi, dan karyawan perusahaan tercatat, sedangkan yang
dimaksud independen adalah pihak di luar perusahaan tercatat yang tidak memiliki
hubungan usaha dan hubungan afiliasi dengan perusahaan tercatat, komisaris, direksi, dan
pemegang saham utama perusahaan tercatat, serta mampu memberikan pendapat
profesional secara bebas sesuai dengan etika profesionalnya, tidak memihak kepada
kepentingan siapapun.

11
Ketentuan mengenai keanggotaan komite audit juga diatur dalam Surat Edaran Bapepam
No. SE-03 PM/2000 tanggal 5 Mei 2000 dan Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta (BJ) No.
Kep-315/BEJ/06/2000Kedua peraturan tersebut menvatakan bahwa keanggotaan komite audit
sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota, seorang diantaranya merupakan komisaris
independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya
merupakan pihak ekstern yang independen di mana sekurang-kurangnya satu diantaranya
memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau keuangan.

3. KOMITE AUDIT MENURUT KOMITE NASIONAL GCG

Berdasarkan pedoman pembentukan komite audit yang efektif yang disusun oleh Komite
Nasional Good Corpcrate Governance (KNGCG) pada 30 Mei 2002, antara lain disebutkan
bahwa :

 Rekomendasi utama dalam pedoman ini tentang pembentukan komite audit adalah:

a. Dewan komisaris harus membentuk suatu kornite audit,

b. Harus ada ketentuan-ketentuan tertulis yang mengatur dengan jelas kewenangan dan
tugas komite audit,

c. Tugas utama komite audit termasuk pemeriksaan dan pengawasaan tentang proses
pelaporan keuangan dan kontrol internal, |

d. Anggota komite audit harus diangkat dari anggota dewan komisaris yang tidak
melaksanakan rugastugas eksekutif dan terdiri atas:

1) Paling sedikit tiga anggota, dan

2) Mayoritas harus independen.

 Tujuan dibentuknya kemute audit adalah :

a. Pelaporan keuangan

Meskipur direksi dar dewan komisaris bertanggung jawab terutama atas laporan keuangar
dan auditor eksternal bertanggung jawab har.va atas laporan keuangan audit ekstern,
komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan
audit eksternal.

b. Manajemen risiko dan kontrol

Meskipun direksi dan dewan komisaris terutama bertanggung jawab atas manajemen
risiko dan kontrol, komite audit memberikan pengawasan independen atas proses risiko
dan kontrol.

12
c. Tata kelola perusahaan

Meskipun direksi dan dewan komisaris terutama bertanggung jawab atas pelaksanaan tata
kelola perusahaan, komite audit melaksanakan pengawasan independen aras proses tata
kelola perusahaan.

 Komite audit yang efektif bekerja sebagai suatu alat untuk meningkatkan efektivitas,
tanggung jawab, keterbukaan, dan objektivitas dewan komisaris, serta memiliki fungsi untuk
:

a. Memperbaiki mutu laporan keuangan dengan mengawasi laporan keuangan atas nama
dewan komisaris.

b. Menciptakan iklim disiplin dan kontrol yang akan mengurangi kemungkinan


penyelewengan-penyelewengan.

c. Memungkinkan anggota yang non-eksekutif menyumbangkan suatu penilaian


independen dan memainkan suatu peranan yang positif.

d. Membantu direktur keuangan, dengan memberikan suatu kesempatan di mana pokol:


pokok persoalan yang penting yang sulit dilaksanakan uapai dikemukakan,

e. Memperkuat posisi auditor eksternal dengan memberikan suatu saluran komunikasi


terhadap pokok-pokok persoalan yang memprihatinkan dengan efektif,

f. Memperkuat posisi auditor internal dengan memperkuat independensinya dari


manajemen,

g. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap kelayakan dan objektivitas laporan


keuangan serta meningkatkan kepercayaan terhadap kontrol internal yang lebih baik.

 Tanggung jawab komite audit di bidang tata kelola perusahaan adalah memberikan
kepastian, bahwa perusahaan tunduk secara layak pada undang-undang dan peraturan yang
berlaku, melaksanakan urusannya dengar pantas dan mempertahankan kontrol yang sfektit
cerhadap konflik kepentingan (conflict of interest) dan manipriasi terhadap pegawainya.
Dalam hal tata kelola perusahaan, peran dan tanggung jawab komite audit harus termasuk
juga :

a. Mengawasi proses tata kelola perusahaan,

b. Memastikan bahwa manajemen senior membudayakan tata kelola perusahaan

c. Memonitor bahwa perusahaan tunduk paaa code of conduct,

d. Mengerti semua pokok persoalan yang mungkin dapat memengaruhi kinerja finansial
atau non-finansial perusahaan,

13
e. Memonitor bahwa perusahaan tunduk pada tiap undang-undang dan peraturan yang
berlaku,

f. Mengharuskan auditor internal melaporkan secara tertulis hasil pemeriksaan tata kelola
perusahaan dan temuan lainnya.

2.1.9 EFEKTIVITAS KERJA KOMITE AUDIT

Meskipun komite audit pada saat ini telah diakui keberadaannya di hampir semua
perusahaan di negara maju, terutama di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada, sampai saat ini
belum ada kesepakatan mengenai tolok ukur dari keberhasilan atau efektivitas komite audit.

Sementara itu, belum ada hasil pembuktian secara empiris mengenai hal ini, Sommer
(1991) berpandangan bahwa komite audit di banyak perusahaan masih belum melakukan
tugasnya dengan baik. Menurut Sommer, banyak komite audit vang hanya sekadar melakukan
tugastugas rutin, seperti penelaahan laporan dan seleksi auditor eksternal. Mereka tidak
mempertanyakan secara kritis maupun menganalisis secara mendalam kondisi pengendalian dan
pelaksanaan tanggung jawab oleh manajemen. Penyebabnya diduga bukan saja karena banyak
dari anggota komite audit yang tidak memiliki kompetensi dan independensi yang memadai,
melainkan juga karena banyak dari mereka yang belum memahami peran utamanya.

Komite audit dapat melakukan sinergi dengan audit internal untuk lebih meningkatkan
sistem pengendalian internal perusahaan. Apabila terdapat dugaan penyimpangan atau
kecurangan di perusahaan yang melibatkan direksi perusahaan, maka komisaris dapat
menugaskan komite audit untuk melakukan audit khusus (fraud audit). Dalam hal ini, komite
audit dapat meminta bartuan pihak eksternal (outsourcing), untuk melakukan audit investigatif
(investigative audit) atau audit forensik (forensic audit) guna mengungkapkan terjadinya praktik
kecurangan yang signifikan di perusahaan.

Kalbers dan Fogarty (1993) telah melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi efektivitas kerja komite audit. Hasil penelitian mereka yang dimuat dalam
Auditing A Journal of Practice & Theory berjudul “Audit Committee Effectiveness: An
Empirical Investigation of the Contribution of Power”, antara lain mengungkapkan bahwa
terdapat tiga faktor dominar vang berpengaruh terhadap Keberhasilan komite audit dalam
mengemban tugasnya. Ketiga faktor tersebut adalah kewenangar: tormal dan tertulis dari komite
audit, kerja sama manajemen, dan kualitas (kompetensi) anggota komite audit. Selain itu,
efektivitas kerja komite audit juga sangat dipengaruhi oleh pola hubungan (relationship) dan
tingkat intensitas komunikasi antara komite audit dengan berbagai pihak.

2.1.10 KOMUNIKASI KOMITE AUDIT

Komite audit hendaknya dapat melakukan komunikasi secara efektif dengan komisaris,
direksi, maupun auditor internal dan eksternal. Salah satu fungsi kornite audit adalah
menjembatani antara pemegang saram dan dewan konrisaris dengan kegiatan pengendalian yang
diselenggarakan cleh manajemen, serta auditor internal dan eksternal. Komite audit pada
Uurrrumnya memiliki akses langsung dengan setiap unsur pengendalian dalam peiusahaari.

14
Pada saat ini, komunikasi antara komite audit dengan berbagai pihak belum terjalin
dengan erat dan belum berjalan sebagaimana mestinya. Komunikasi yang lancar antara komite
audit dengan pihak yang berkepentingan akan menghasilkan peningkatan kinerja perusahaan,
terutama untuk aspek pengendalian.

A. Komunikasi Komite Audit dengan Dewan Komisaris

Salah satu fungsi pokok komite audit adalah membantu tugas komisaris dalam aspek
pengendalian perusahaan. Dalam rapat internal yang diselenggarakan secara rutin. komite audit
melaporkan hasil tugas yang dibebankan oleh komisaris dalam bentuk laporan berkala. Selain
itu. apabila ditugaskan secara khusus oleh komisaris, maka komite audit akan membuat laporan
khusus yang ditujukan kepada komisaris.

B. Komunikasi Komite Audit dengan Manajemen

Komunikasi antara komite audit dengan manajemen memegang peranan yang cukup penting
dalam rangka meningkatkan pengendalian perusahaan. Menurut Ridley dan Roth, pola hubungan
antara komite audit dengan manajemen adalah sebagai berikut.

Menurut Komite Nasional Good Corporate Governance (2002), Kounite Audit dapat
mempertimbangkan suatu rangkaian pokuk persoalan yang lebih luas, di mana hal ini dapat
diserahkan secara khusus oleh dewan komisaris, diantaranya menyangkut persoalan sebagai
berikut :

1. Manajemen harus mernpergunakan komite audit untuk membantu mereka dalam pelaksanaan
peran dan tanggung jawaunya sebagaimana ketentuan yang berlaku.

2. Oleh karena itu, komite audit harus mengadakan pertemuan dengan manajemen secara berkala
untuk membicarakan semua pokok-pokok persoalan, yang dapat memengaruhi kinerja finansial
atau nonfinansial organisasi secara terbuka', sehubungan dengan perannya untuk mengawasi
corporate governance.

C. Komunikasi Komite Audit dengan Auditor Internal

Komunikasi antara auditor internal dengan komite audit antara lain diatur dalam Pernyataan
Standar Auditing (Statement on Auditing StandardSAS) No. 61. Dalam standar tersebut
disebutkan 8 (delapan) hal yang perlu dikomunikasikan oleh auditor internal dengan komite
audit, yaitu sebagai berikut :

1. Pertanggungjawaban atas struktur kendali internal dan bahwa laporan keuangan bebas
dari kesalahan material.

2. Seleksi kebijakan akuntansi.

3. Estimasi akuntansi.

15
4. Dampak penyesuaian dar' hasil audit.

5. Pertanggungjawaban data nonkeuangan yang disepakati bersama.

6. Ketidaksenakatan antara manajemen dan auditor internal.

7. Diskusi pemilihan auditor eksternal.

8. Masalah proses akuntansi, seperti keterlambatan penyampaian laporan atau batas waktu
laporan yang tidak masuk akal.

Menurut Komite Nasional Good Cerporate Governance (2002). hubungan keria komite audit
dengan auditor internzl. antara lain sebagai berikut :

1. Memberikan rekomendasi terhadap pengangkatan dan/atau penggantian kepala auditor


internal yang ditunjuk oleh direktur utama.

2. Meninjau piagam audit internal (iniermat audit ckarner).

3. Meninjau struktur fungsi audit internal.

4. Meninjau rencana tahunan audit intern.

5. Memastikan bahwa fungsi audit internal mempunyai metodologi, alat, dan sumber yang
memadai untuk memenuhi piagam audit internal dan mengerjakan rencana tahunan audit
intern.

6. Meninjau semua laporan audit internal.

7. Memonitor kinerja fungsi audit internal, dan

8. Memastikan bahwa fungsi audit internal memenuhi standar profesional yang


bersangkutan.

D. Komunikasi Komite Audit dengan Auditor Eksternal

Salah satu tanggung jawab komite audit adalah menilai (me-review) hasil laporan audit dari
auditor eksternal. Kedudukan komite audit yang merupakan kepanjangan tangan dari dewan
komisaris dengan kompetensi yang dimililiki diharapkan dapat mengoptimaikan fungsi auditor
eksternal bagi perusahaan. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPap), Standar Auditing
No. 380 mengatur mengenai komunikasi antara akuntan publik (auditor eksternal) dengan komite
audit. Komunikasi antara komite audit dengan auditor eksternal dapat berbentuk lisan maupun
tertulis. Masalah yang dapat dikomunikasikan antara lain meliputi :

1. Tanggung jawab auditor berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonsia.

16
2. Kebijakan akuntansi yang signifikan.

3. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi,

4. Penyesuaian audit yang signifikan.

5. Informasi lair dalam dokumen yang berisi laporan keuangan auditan,

6. Ketidaksepakatan dengan manajemen,

7. Konsultansi dengan akuntan lain

8. Masalah besar yang dibicarakan dengan manajemen sebelum mengambil keputusan


untuk rnempertahankan auditor.

9. Kesulitan yang dijumpai dalam pelaksanaan audit.

Menurut Komite Nasional Good Corporate Governance (2002), hubungan kerja antara komite
audit dengan auditor eksterral, antara lain meliputi:

1. Memberikan rekomendasi tentang pengangkatan dan/atau penggantian auditor eksternal.

2. Meninjau surat pengangkatan auditor eksternal,

3. Meninjau biaya untuk audit eksternai,

4. Meninjau ruang lingkup dan perencanaan audit eksternal,

5. Meninjau laporan audit eksternal,

6. Meninjau management letters audit eksternal,

7. Memonitor kinerja auditor eksternal,

8. Memastikan bahwa auditor eksternal bekerja sesuai dengan standar proresional yang
bersangkutan, khususnya yang berkaitan dengan independensi.

Menurut Institute of Internal Auditors (ITA) Research Foundation dan PWC (2011), hubungan
antara komite audit dengan auditor Cksternal dalam rangka menjaga integritas proses pelaporan
keuangan perusahaan (integrity of a company's financial reporting processes), antara lain sebagai
berikut :

1. The reporting relationship.

2. Selection, reappointment, replacement, and evalution of auditors.

17
3. Auditor 'ndependence and objectivity.

4. External audit scope.

5. Audit fees.

6. Communication of audit results and insights.

7. Management representation letters.

8. Private sessions.

9. Disagreement with external auditors.

10. Nonauait services.

11. Using other auditors.

2.1.11 IMPLEMENTASI PRINSIP GCG DI KOMITE AUDIT

Komite audit memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan good corporate
governance (GCG) karena merupakan “mata” dan “telinga” dewan komisaris dalam rangka
mengawasi jalannya perusahaan. Keberadaan komite audit yang efektif merupakan salah satu
aspek penilaian dalam implemeniasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG di suatu perusahaan
publik, maka prinsip independensi (independency), transparansi dan pengungkapan
(transparency and disclosure), akuntabilitas (accountabilitu), pertanggungjawaban
(responsibilitu), serta kewajaran (fairness) harus menjaai landasan utama bagi aktivitas komite
adit. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dalam aktivitas komite audit axan dijelaskan lebih lanjut
dalarn bagian berikut. |

A. Prinsip Indepedensi Komite Audit

Komite audit diharapkan dapat bersikap independen terhadap kepentingan pemegang saham
mayoritas maupun minoritas. Selain itu, anggota komite audit seharusnya tidak memiliki
hubungan bisnis apa pun dengan perusahaan maupun hubungan kekeluargaan dengan anggota
direksi dan komisaris perusahaan, sehingga terhindar dari konflik kepentingan. Oleh karena itu,
nama-nama anggota komite audit (terutama di perusahaan publik) hendaknya diumumkan ke
masyarakat atau publik sebagai wujud akuntabilitas terhadap sikap independensi mereka. Hal ini
penting agar . masyarakat dapat melakukan kontrol sosial serta penilaian terhadap para anggota
komite audit tersebut

B. Prinsip Transparansi Komite Audit

Prinsip ini ditunjukkan melalui piagam komite audit (audit committee charter), program kerja
tahunan, serta rapat komite audit secara periodik yang didokumentasikan dalam notulen rapat.
Komite audit hendaknya membuat laporan secara berkala kepada komisaris tentang pencapaian

18
kinerjanya sebagai wujud pengungkapan (disclosure). Diharapkan agar laporan tersebut
dituangkan dalam laporan tahunar. (annual reporti perusahaan yang dipublikasikan kepada
publik.

C. Prinsip Akuntabilitas Komite Audit

Prinsip ini ditunjukkan oleh frekuensi pertemuan dan tingkat kehadiran anggota komite audit.
Selain itu, komite audit seharusnya memiliki kapabilitas, kompetensi, dan pengalaman di bidang
audit serta proses bisnis perusahaan agar dapat bekerja secara profesional.

D. Prinsip Pertanggungjawaban Komite Audit

Prinsip ini ditunjukkan olzh aktivitas komite audit yang dijalankan sesuai dengan peraturan
atau ketentuan yang berlaku. Selain itu, kinerja komite audit hendaknya dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada publik, selain kepada dewan komisaris.

E. Prinsip Kewararan Komite Audit

Prinsip ini ditunjukkan oleh sikap komite audit dalam pengambilan keputusan yang
didasarkan atas Sixap aail (fair dan objektif terhadap semua pihak.

Mengingat sangat pentingnya aspek manajemen risixro (risk management) dalam pengelolaan
perusahaan, inaka komite audit diharapkan dapat melakukan identifikasi risiko potensial
(potential risk) yang dihadapi perusahaan serta aiternatif pemecahannya. Selain itu, yang tidak
kalah penting adalah bahwa komite audit juga berkewajiban untuk menjaga tingkat kepatuhan
(compliance) perusahaan terhadap kebijakan atau peraturan yang berlaku.

Dengan demikian, komite audit sebagai perwujudan dari implementasi GCG berkaitan dengan
perannya sebagai corporate governance memilik! tugas, diantaranya sebagai berikut :

1. Mengawasi proses penyusunan corporate governance.

2. Memastikan bahwa manajemen senior secara aktif mensosialisasikan budaya corporate


governance.

3. Memonitor bahwa code of conduct telah diuaksanakan secara konsekuen.

4. Memantau bahwa perusahaan mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku.

5. Mewajibkan auditor internal melaporkan hasil evaluasi pelaksanaan corporate


governance dan temuan lainnya secara tertulis.

2.1.12 AUDIT COMMITTEE - SELF ASSESSMENT CHECKLIST

Anggota komite audit dapat melakukan penilaian mandiri (self assessment), yaitu melalui
peninjauan (review) menggunakan alat bantu (tool) kuesioner penilaian mandiri (setf assessment

19
guestionnaire) yang dilengkapi dengan self assessment checklist. Tujuannya untuk mengetahui
kelemahan atau kekurangan dalam pelaksanaan tugas yang diembannya sehingga diketahui
upaya perbaikan (improvement) agar komite audit dapat berjalan lebih efektif. Apabila
diperlukan dapat diprogramkan pelatihan (training) terhadap anggota komite audit untuk
meningkatkan pengetahuan dan keahlian terkait dengan proses bisnis dan teknik audit.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan
dengan kandungan informasi akuntansi. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi
pengawasan, komposisi dewan mempengaruhi pihak managemen dalam menyusun laporan
keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas. Adanya komisaris
independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good
corporate governance di dalam perusahaan. Manfaat good corporate governance akan dilihat dari
premium yang bersedia dibayar oleh investor atas ekuitas perusahaan (harga pasar).

Komite Audit berfungsi untuk memastikan bahwa operasional sehari-hari berjalan sesuai
kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan dan memastikan bahwa laporan keuangan yang
disajikan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berterima umum. Dengan
adanya Komite Audit diharapkan mampu meningkatkan pengawasan internal perusahaan dan
mampu membuat pertimbangan yang ditujukan pada para pemegang saham. Dewan Komisaris

20
dan Komite Audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara
kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya system
pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance.

Dewan Komisaris dan Komite Audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis
dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga
terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate
governance. Berjalannya fungsi dewan komisaris dan komite audit secara efektif, maka kontrol
terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga managemen menjalankan perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan bukan untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian manajemen
akan jujur mengelola perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Untuk mengetahui secara keseluruhan keberhasilan suatu perusahaan adapun
struktur corporate governance yang dapat mengetahui kinerja perusahaan.

3.1.2 SARAN
Perusahaan disarankan agar lebih meningkatkan kualitas pelaporannya dengan
meningkatkan kinerja komisaris dan mengoptimalkan peranan komite audit yang selama ini
masih dipandang kurang dalam benak investor. Bagi investor, agar mendapat informasi yang
benar-benar informatif, harus mempertimbangkan keberadaan komisaris independen dan komite
audit independen. Sehingga dengan informasi tersebut, diharapkan investor tidak mengambil
kesalahan dalam bereaksi di pasar modal.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Efendi, Muhammad. 2016. The Power Of Good Governance Teori dan Implementasi. Edisi
2. Jakarta: Salemba Empat

https://indocement.co.id/v5/id/compliance/dewan-komisaris/komisaris-
independen#:~:text=Komisaris%20Independen%20merupakan%20anggota
%20Dewan,menghalangi%20atau%20menghambat%20posisinya%20untuk

http://www.ptba.co.id/pdf-files/POJK_No_33-POJK_04
2014__Direksi_dan_Dewan_Komisaris.pdf

http://eprints.uny.ac.id/22519/1/SKRIPSI.pdf

21
22

Anda mungkin juga menyukai