Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

DOSEN PEMBIMBING
M. SYAIFULLAH S.E.,M.M

DISUSUN OLEH

SUSANTY LUKMAN 21110058


ISNAEN LINTANG SEPTIANA 21120161

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERTIWI


KAMPUS CIKARANG
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan

rahmat yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat

waktu guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya dengan

judul “Lembaga Penjamin Simpanan”

Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak M. Syaifullah, S.E., M.M selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami sebagai

penyusun dan berguna juga untuk para pembaca.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan

waktu, pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran dari

berbagai pihak untuk bahan pertimbangan perbaikan di tugas makalah berikutnya.

Bekasi, 22 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................................1
1.2 Latar Belakang......................................................................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI.........................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan.............................................................................................4
2.2 Visi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).............................................................................................4
3.1 Misi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)............................................................................................4
BAB III................................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................................................................5
3.1 Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan secara umum.......................................................................5
3.2 Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan...................................................................................................5
3.3 Tugas dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan..........................................................................6
3.4 Bentuk simpanan Lembaga Penjamin Simpanan..................................................................................7
BAB IV..............................................................................................................................................................11
PENUTUP.........................................................................................................................................................11
4.1 KESIMPULAN...................................................................................................................................11
4.2 Saran....................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Sejarah pendirian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menerangkan pada tahun saat terjadinya krisis

moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia, yang ditandai dengan likuidasinya 16 bank

mengakibatkan turunya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang

terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh

kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarante). Hal ini ditetapkan dalam

Keputusan Presiden no.26 tahun 1998 tentang jaminan terhadap kewajiban pembayaran bank perkreditan

rakyat.

Jaminan yang diberikan pemerintah tentang pengembalian dana masyarakat yang dititipkan dan

diinvestasikan melalui bank disamping dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap

industri perbankan ternyata ada juga dampak jeleknya yaitu timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola

bank menjadi kurang hati-hati dalam mengelola dana masyarakat, sementara nasabah tidak peduli untuk

mengetahui kondisi keuangan bank karena simpanannya dijamin secara penuh oleh pemerintah. Banyak

Negara sepakat bahwa salah satu pendekatan yang diperlukan untuk membangun suatu sistem perbankan

yang sehat dan kuat adalah dengan memberikan jaminan yang eksplisit bagi nasabah penyimpan. Akan tetapi

sebelum pembentukan suatu lembaga penjamin yang permanen, diperlukan langkah-langkah pembaruan

sistem perbankan sebagai prasyarat agar sistem tersebut dapat berjalan efektif.

Alasan dasar bagi pemerintah untuk memfasilitasi pendirian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

adalah kepercayaan pada industri perbankan sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pada sistem

perbankan yang diawasi secara baik dapat menimbulkan terjadinya kebangkrutan bank, dan kebangkrutan itu

sendiri dapat diprediksi dan merupakan kejadian dapat dicegah. Selain itu, kesetaraan sosial juga merupakan

pertimbangan.

1
Perlindungan nasabah kecil dari bankir yang tidak bertanggung jawab merupakan suatu pendekatan

yang adil dan tepat. Pentingnya kepercayaan masyarakat terhadap bank telah menciptakan hubungan

kepercayaan antara bank dengan nasabahnya menjadi penting. Hal ini terjadi karena bank memiliki status

yang unik ditengah masyarakat selain bank sebagai sandaran suatu kepercayaan ia juga menempati posisi

khusus sebagai tempat yang aman.

Disamping itu, dalam menjalankan kegiatan usahanya bank juga terlibat dalam masalah-masalah

internal perusahaan dan individu sehingga peran bank telah melampaui hubungan tradisional antara kreditur

dan debitur. Dengan karakteristik demikian itu, maka hubungan antara bank dengan nasabah adalah

hubungan kepercayaan. Hal itu lebih diperjelas lagi dalam praktek perbankan modern yang melibatkan

struktur yang sangat kompleks dan sering kali menyebabkan bank berperan sebagai penasehat keuangan

(financial adviser) bagi nasabahnya sehingga menciptakan hubungan kepercayaan dan kerahasiaan

(confidentiality), dengan demikian maka bank memiliki kewajiban untuk mengungkapkan (a duty to disclose)

seluruh fakta material pada nasabahnya, apabila bank memiliki pengetahuan yang mungkin sangat penting

bagi nasabah.

Kebijakan pemerintah mengenai program penjaminan selanjutnya dituangkan dalam UU RI No.10

tahun 1998 tentang perbankan yaitu dalam pasal 37B yang bunyinya “Bahwa setiap bank wajib menjamin

dana dalam masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan”. Untuk menjamin simpanan

masyarakat pada bank sebagaimana yang dimaksud dibentuklah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam

rangka melindungi kepentingan nasabah dan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

perbankan.

Kebijakan pemerintah untuk mengantisipasi perubahan kondisi ekonomi setelah ditetapkannya

Undang-Undang RI No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) jumlah saldo yang

dijamin turut berubah-ubah bertahap mengikuti dengan kondisi yang terjadi, yaitu jumlah saldo nasabah yang

dijamin pada program penjaminan yang diberikan pemerintah. Suatu statemen yang terjadi diantaranya saldo

yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah:

2
1. Seluruhnya, sejak tanggal 22 september 2005 sampai dengan 21 maret 2006

2. Paling tinggi sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), sejak tanggal 22 maret 2006

sampai dengan 21 september 2006.

3. Paling tinggi sebesar Rp. 1. 000.000.000,00 (satu miliar rupiah), sejak tanggal 22 september 2006

sampai dengan 21 maret 2007.

4. Paling tinggi sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah), sejak tanggal 22 maret 2007.

Pada masa krisis ini ditetapkan lagi UU RI No. 7 Tahun 2009 7 yang isinya yaitu syarat perubahan

jumlah saldo yang dijamin. Perubahan jumlah yang sekarang menjadi Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar

rupiah) adalah suatu bentuk usaha pemerintah agar dapat menstabilkan sistem ekonomi pada saat terjadi

tekanan akibat krisis global. Begitu pula dalam Islam yaitu usaha Abu Qotadah seorang pemimpin pada

waktu itu menjamin terbayarnya hutang pada seorang yang sudah meninggal dunia, agar jenazahnya dapat

segera dishalati peristiwa itu disebut akad kafalah yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada

pihak ketiga untuk memenuhi pihak kedua atau yang ditanggung bank.

1.2 Tujuan

Berkaitan dengan penulisan makalah ini penyusun mempunyai tujuan yaitu agar mengetahui pengertian,

fungsi, tugas, serta kewajiban dari Lembaga Penjamin Simpanan.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan

LPS adalah lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya yang mempunyai fungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan; dan turut aktif dalam

memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya, LPS dapat meminta data, informasi, dan/atau dokumen kepada pihak lain. Setiap pihak

yang dimintai data, informasi, dan/atau dokumen wajib memberikannya kepada LPS. Setiap Bank yang

melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia wajib menjadi peserta Penjaminan.

Kewajiban bank menjadi peserta Penjaminan sebagaimana dimaksud tidak termasuk Badan Kredit Desa.

LPS juga menjamin Simpanan nasabah bank yang berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan,

dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sedangkan menurut UUD No 24 Tahun 2004 LPS

adalah lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

2.2 Visi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Menjadi lembaga yang terdepan, tepercaya, dan diakui di tingkat nasional dan internasional dalam

menjamin simpanan nasabah dan melaksanakan resolusi bank untuk mendorong dan memelihara stabilitas

sistem keuangan

3.1 Misi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Lembaga Penjamin Simpanan berkomitmen untuk:

a) Menyelenggarakan penjaminan simpanan yang efektif dalam rangka melindungi nasabah,

b) Melaksanakan resolusi bank yang efektif dan efisien,

c) Melaksanakan penanganan krisis melalui restrukturisasi bank yang efektif dan efisien, dan

d) Berperan aktif dalam mendorong dan memelihara stabilitas sistem keuangan nasional melalui

organisasi yang kompeten.


4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan secara umum

LPS atau Lembaga Penjamin Simpanan merupakan sebuah badan hukum yang dibentuk berdasarkan

UU no.24 tahun 2004 yang fungsi-nya menjamin simpanan nasabah penyimpan dan melakukan penyelesaian

dan penanganan bank gagal sebagai bagian dari pemeliharaan stabilitas sistem perbankan.

Penjaminan simpanan nasabah yang dilakukan LPS bersifat terbatas, namun dapat mencakup

sebanyak-banyaknya nasabah. Setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia wajib menjadi peserta

LPS dan membayar premi penjaminan.

3.2 Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah lembaga independen yang dibentuk dengan Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga

Penjamin Simpanan menjadi Undang-Undang.

LPS memiliki dua fungsi yaitu:

a) Menjamin simpanan nasabah penyimpanan

b) Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.

Dalam menjalankan fungsi untuk menjamin simpanan nasabah penyimpan, LPS bertugas

merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan dan melaksanakan penjaminan

simpanan. Sementara dalam menjalankan fungsi untuk turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem

perbankan, LPS bertugas untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara

stabilitas sistem perbankan merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian bank gagal

5
(bank resolution) yang tidak berdampak sistemik dan melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak

sistemik.

6
Khusus untuk penyelesaian bank gagal yang tidak berdampak sistemik, salah satu bentuk

penyelesaiannya adalah melalui likuidasi atas bank gagal yang telah dicabut izin usahanya oleh lembaga

pengawas perbankan, yaitu Otoritas Jasa Keuangan. Pelaksanaan likuidasi bank gagal tersebut dilakukan oleh

tim likuidasi yang dibentuk LPS. Setelah proses likuidasi selesai, maka tim likuidasi menyampaikan neraca

akhir likuidasi dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada LPS.

Sejak pencabutan izin usaha bank sampai dengan selesainya proses likuidasi bank yang dicabut izin

usahanya, LPS dan pihak lain yang berkepentingan terhadap proses likuidasi memerlukan informasi

mengenai potensi pengembalian yang akan diterima. Saat ini informasi yang dimaksud dipandang belum

memadai disebabkan laporan keuangan yang disampaikan adalah neraca sementara likuidasi pada awal proses

likuidasi dan neraca akhir likuidasi pada akhir proses likuidasi. Tidak ada laporan keuangan yang disajikan

selama pelaksanaan proses likuidasi bank.

Di sisi lain, ketentuan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum di Indonesia mensyaratkan

terpenuhinya asumsi dasar kelangsungan usaha (going concern) yang tidak dapat dipenuhi oleh bank dalam

proses dilikuidasi. Sehingga ketentuan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum di Indonesia tidak

dapat diterapkan pada laporan keuangan bank dalam likuidasi (BDL). Oleh karena itu, LPS memandang perlu

adanya panduan akuntansi bagi BDL dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan untuk berbagai

pihak yang berkepentingan sejak awal sampai akhir proses likuidasi.

3.3 Tugas dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan

Dalam menjalankan tugasnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memiliki beberapa tugas antara lain :

a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.

b) Melaksanakan penjaminan simpanan.

c) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan.

d) Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyelesaian bank gagal (bank resolution) yang

tidak berdampak sistemik.

e) Melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik.

7
Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yaitu :

a) Menetapkan, memungut premi penjaminan.

b) Menetapkan, memungut kontribusi peserta.

c) Mengelola kekayaan dan kewajiban LPS.

d) Mendapatkan data nasabah, kesehatan, laporan pemeriksaan.

e) Rekonsiliasi, verifikasi, konfirmasi data.

f) Menetapkan syarat, cara, ketentuan klaim.

g) Menunjuk, menguasakan, menugaskan pihak lain untuk kepentingan LPS.

h) Melakukan penyuluhan kepada bank & masyarakat.

i) Menjatuhkan sanksi administrative.

Kewenangan LPS dalam penyelesaian & penanganan bank gagal yaitu :

a) Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham.

b) Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank gagal yang diselamatkan.

c) Menjual, mengalihkan aset tanpa persetujuan debitur atau kewajiban tanpa persetujuan kreditur.

d) Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, mengubah setiap kontrak yang mengikat bank gagal yang

diselamatkan dengan pihak ke 3.

3.4 Bentuk simpanan Lembaga Penjamin Simpanan

Lembaga Penjamin Simpanan menjamin simpanan nasabah melalui bank dalam bentuk tabungan,

deposito berjangka, setoran pembayaran, sertifikat deposito dan bentuk lainnya yang disamakan dengan hal

diatas. Adapun nilai maksimum simpanan yang dijamin LPS adalah Rp2 miliar per nasabah per bank yang

berlaku sejak tanggal 13 Oktober 2008. Apabila seorang nasabah mempunyai beberapa rekening simpanan

pada satu bank, maka untuk menghitung simpanan yang dijamin, saldo seluruh rekening tersebut

dijumlahkan. Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS merupakan simpanan pokok ditambah bunga bagi bank

8
konvensional, atau pokok ditambah bagi hasil menjadi hak nasabah bank syariah. LPS hanya akan menjamin

pembayaran simpanan nasabah sampai dengan Rp 2 miliar.

Sementara itu, setoran di atas Rp 2 miliar akan diselesaikan oleh tim likuidasi berdasarkan hasil

likuidasi aset bank. Selain itu nasabah tidak akan dibebani biaya apapun terkait LPS, biaya penjamin

simpanan LPS akan ditanggung oleh bank ditempat nasabah meyetor dananya Terkait penjaminan oleh LPS,

Lembaga ini menjamin simpanan kepada seluruh bank umum dan bank syariah yang beroperasi di wilayah

negara Republik Indonesia, baik bank umum (bank asing, bank campuran, bank swasta internasional), bank

pembangunan daerah dan bank umum) maupun bank perkreditan rakyat (BPR).

Keikutsertaan bank dalam Lembaga penjamin sosial diatur berdasarkan Pasal 37B Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dimana setiap bank wajib mengamankan dana masyarakat yang

disimpan pada bank yang bersangkutan. Untuk menjamin simpanan masyarakat ke dalam bank, maka

terbentuklah Lembaga yang disebut LPS. Selain itu dalam pasal 12 UU LPS, keikutsertaan bank dan

ketentuannya juga dipertegas dengan menyebutkan bahwa setiap bank (baik  bank umum dan BPR, termasuk

bank nasional, bank campuran, dan bank asing, serta bank konvensional dan bank syariah ) yang melakukan

kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan LPS.

Selain hal diatas ternyata bank juga memiliki kewajiban yang perlu dijalankan sebagai peserta LPS.

Sebagai peserta penjaminan, setiap bank wajib:

a) menyerahkan dokumen sebagai berikut:

o salinan anggaran dasar dan/atau akta pendirian bank;

o salinan dokumen perizinan bank;

o surat keterangan dari LPP mengenai tingkat kesehatan bank;

o surat pernyataan dari pemegang saham, pengendali bagi yang berbadan hukum koperasi,

kantor pusat dari cabang bank asing, direksi dan komisaris.

b) membayar kontribusi kepesertaan;

9
c) membayar premi penjaminan;

d) menyampaikan laporan secara berkala.

e) Memberikan data, informasi dan dokumen yang dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraan

penjaminan;

f) Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya di dalam kantor bank atau tempat lainnya sehingga

dapat diketahui dengan mudah oleh masyarakat;

g) Menempatkan pengumuman pada seluruh kantor bank yang dapat diketahui dengan mudah oleh

nasabah mengenai:

o maksimum tingkat bunga yang dianggap wajar yang ditetapkan LPS; dan

o maksimum nilai simpanan yang dijamin LPS

Simpanan-simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari masyarakat, termasuk yang berasal dari

bank lain, yaitu :

a) Jenis & jumlah simpanan yang dijamin: Giro, Deposito, Sertifikat deposito & Tabungan/sejenis.

b) Nilai simpanan yang dijamin setiap nasabah pada suatu bank maksimal Rp. 2 milyar.

c) Nilai simpanan yang dijamin dapat diubah jika dipenuhi salah satu kriteria.

d) Terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar (rush).

e) Terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun.

f) Jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang dari 90% dari jumlah nasabah

penyimpan seluruh kantor bank.

Bank peserta penjaminan LPS mempunyai kewajiban antara lain :

a) Menyerahkan dokumen Salinan AD, Akta pendirian, perizinan & tingkat kesehatan bank.

b) Membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0.1% dari ekuitas

c) Membayar premi penjaminan.

d) Menyampaikan laporan secara berkala.

e) Memberikan data, informasi dan dokumen yang dibutuhkan kepada LPS.


10
f) Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya di kantor bank.

g) Surat pernyataan Direksi, Komisaris & Pemegang Saham, tentang komitmen & kesediaan untuk memenuhi

ketentuan LPS, bertanggung jawab atas kelalaian & pelanggaran, dan kesediaan melepaskan segala hak jika

bank menjadi bank gagal yang diselamatkan atau dilikuidasi.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, perkembangan

penjaminan simpanan yang ada di Indonesia, pada intinya untuk melindungi dana atau simpanan nasabah

yang terdapat pada institusi perbankan. Di dalam sistem perbankan Indonesia, mengenai perlindungan

terhadap nasabah penyimpan dana, perlindungan dapat diberikan dengan cara ditetapkannya suatu peraturan

yang mengatur terkait dengan penjaminan simpanan nasabah, dijelaskan siapa aktor penjaminan di dalam

perlindungan nasabah baik dari pihak lembaga penjaminan, bank, ataupun pemerintah.

Kemudian perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana dapat juga dilakukan melalui dua cara,

yaitu: Perlindungan secara implisit (implicit deposit protection), yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh

pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank.

Perlindungan secara eksplisit (explicit deposit protection), yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu

lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga

tersebut yang akan mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut.

Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat,

sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan

Terhadap Kewajiban Bank Umum. Sehingga, hakikat dari perlindungan hukum tersebut adalah melindungi

kepentingan dari nasabah penyimpan dan simpanannya yang disimpan di suatu bank tertentu terhadap suatu

risiko kerugian. Perlindungan hukum ini merupakan upaya untuk mempertahankan dan memelihara

kepercayaan masyarakat khususnya nasabah, maka sudah sepatutnya dunia perbankan perlu memberikan

perlindungan hukum. Dengan memperhatikan siapa aktor penjaminan, dasar penjaminan untuk memberikan

perlindungan hukum terhadap nasabah.

12
4.2 Saran

Keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan juga diharapkan dapat menjalankan fungsinya dengan baik

dalam menjamin simpanan nasabah bank secara terbatas, sehingga mendukung upaya menjaga stabilitas

sektor perbankan. Pada saat bersamaan, LPS juga diharapkan dapat menangani permasalahan yang dialami

oleh bank peserta program penjaminan. Fungsi ini idealnya dilengkapi kewenangan untuk menangani

penutupan bank bermasalah hingga pelaksanaan likuidasinya. Semangat dari kelaziman fungsi ini adalah

karena sebagai lembaga yang menjamin simpanan nasabah, LPS memiliki exposure risiko terbesar apabila

bank peserta ditutup. Bagaimana tidak, LPS yang akan membayar seluruh simpanan nasabah bank yang

dijamin secara terbatas, dan juga dengan sistem penjaminan yang telah ditetapkan secara resmi.

Dengan demikian, perlindungan hukum bagi nasabah bank di Indonesia yang simpanannya tidak

dijamin oleh LPS atau masih kurangnya hak-hak yang harus didapatkan dikarenakan harus melalui proses

yang tidak banyak diketahui oleh pihak nasabah atau masyarakat, maka lebih baiknya Pemerintah segera

mengeluarkan atau menyusun peraturan terkait dengan tata cara tentang likuidasi dan tata cara mengenai

upaya hukum bagi nasabah penyimpan yang dana simpanannya belum kembali setelah bank dilikuidasi dan

aset bank telah habis atau nasabah yang nilai simpanannya melebihi dari batas yang telah ditetapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://universalbpr.co.id/blog/lembaga-penjamin-simpanan-lps-fungsi-tugas-kewajibannya/

https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjz9sOHmPn0AhX1TGwGHSFv

BMQQFnoFCI4BEAE&url=https%3A%2F%2Frangkulteman.id%2Fberita%2Flembaga-penjamin-simpanan-

lps-adalah-tugas-dan-fungsinya&usg=AOvVaw1SJc8D8bbkrYHO7E2glZNj&cshid=1640237559562420

https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjq3svmnfn0AhUgTGwGHeXzB

UkQFnoECBwQAQ&url=https%3A%2F%2Frepository.uksw.edu%2Fbitstream

%2F123456789%2F19403%2F3%2FT1_312015122_BAB

%2520III.pdf&usg=AOvVaw2fVzSmANaMc0H4zE_l_kni

14

Anda mungkin juga menyukai