DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunian-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Lembaga Keuangan.
dengan judul “Lembaga Penjamin Simpanan”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus member doa, saran, dan krtik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapakan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat
bagi dunia pendidikan.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Awal mula terbentuknya Lembaga Penjamin Simpanan adalah saat krisis moneter di
Indonesia 1998 mengakibatkan 16 bank dilikuidasi sehingga masyarakat tidak percaya
kepada bank. Padahal perbankan merupakan komponen penting dalam perekonomian
nasional. Stabilitas perekonomian secara keseluruhan dipengaruhi sebagian besar oleh
kondisi perbankan.
LPS hadir sebagai solusi atas masalah tersebut. Hal ini didasarkan pada Keputusan
Presiden No. 26 Tahun 1998 mengenai jaminan kewajiban pembayaran bank umum dan
Keputusan Presiden No. 193 Tahun 1998 terkait jaminan kewajiban pembayaran bank
perkreditan rakyat.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1998, krisis moneter perbankan yang menghantam Indonesia, yang
ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank, mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah
mengeluarkan beberapa kebjakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban
pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanker guarantee). Hal ini ditetapkan
didalam keputusan presiden nomor 193 tahun 1998 tentang jaminan terhadap kewajiban
pembayaran Bank Perkreditan rakyat.
3
rancangan undang- undang ini akan dibentuk suatu lembaga independen yang disebut
lembaga penjamin simpanan (LPS) yang berfungsi menjamin simpanan masyarakat yang
ada pada industri perbankan.
Belajar dari krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 ditandai dengan dilikuidasinya
16 bank mengakibatkan runtuhnya kepercayaan Masyarakat terhadap lembaga perbankan
nasional diikuti dengan penarikan simpanan besar-besaran pada sistem perbankan atau
rush. Maka untuk meredam efek bola salju tersebut saat itu pemerintah mengeluarkan
beberapa kebijakan diantaranya program penjaminan seluruh simpanan masyarakat atau
yang lebih dikenal dengan blanket guarantee melalui Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun
1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan
Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank
Perkreditan Rakyat.
4
Setelah beberapa tahun dilaksanakannya kebijakan blanket guarantee memang dapat
menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Tetapi
mengingat risiko dari blanket guarantee sangat besar yakni kewajiban penyediaan dana
talangan dan munculnya moral hazard bankir juga masyarakat, maka diperlukan suatu
lembaga penjaminan simpanan yang independen.
LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga
stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya. Sejak tanggal 22 Maret 2007 dan
seterusnya, nilai simpanan yang dijamin LPS maksimum sebesar Rp 100 juta per nasabah
per bank, yang mencakup pokok dan bunga/bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah. Bila
nasabah bank memiliki simpanan lebih dari Rp 100 juta maka sisa simpanannya akan
dibayarkan dari hasil likuidasi bank tersebut.
Sejak terjadi krisis global pada tahun 2008, Pemerintah kemudian mengeluarkan
Perpu No. 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 24 Tahun 2004
Tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang mengubah nilai simpanan yang dijamin oleh
LPS menjadi Rp 2.000.000.000 (dua milyar rupiah). Perpu ini dapat disesuaikan kembali,
apabila krisis global meluas atau mereda. LPS juga turut aktif dalam memelihara stabilitas
sistem perbankan sesuai dengan kewenangannnya.
5
1) Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.
b) Melaksanakan penjaminan simpanan.
c) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan.
d) Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank
Gagal yang tidak berdampak sistemik.
e) Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.
6
2.5 Tujuan Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan
Krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia pada tahun 1998
ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank yang mengakibatkan menurunnya tingkat
kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi,
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas
seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee).
Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang "Jaminan
Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum" dan Keputusan Presiden Nomor 193
Tahun 1998 tentang "Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat".
Apabila nasabah mendapatkan bunga simpanan melebihi suku bunga wajar yang
ditetapkan LPS, maka simpanan tersebut tidak dijamin LPS, baik simpanan pokok maupun
bunganya. Nasabah dapat menunggu pengumuman hasil rekonsiliasi dan verifikasi
7
simpanan tahap I di kantor bank, media cetak dan website LPS. Selain itu nasabah harus
memenuhi syarat-syarat berikut ini agar klaimnya dibayar LPS:
1) Simpanan nasabah tercatat dalam pembukuan bank
2) Nasabah tidak memperoleh bunga simpanan yang melebihi Tingkat suku bunga
wajar yang ditetapkan LPS atau nasabah tidak menerima imbalan yang tidak wajar
dari bank
3) Nasabah tidak melakukan tindakan yang merugikan bank, seperti: memiliki kredit
macet.
Sesuai Pasal 37B Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang Perbankan, setiap
bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan.
Sehingga untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank tersebut dibentuk LPS.
Ketentuan tersebut dipertegas kembali dalam Pasal 12 UU LPS yang menyebutkan bahwa
setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi
peserta penjaminan LPS.
Semua biaya peserta penjaminan simpanan LPS akan ditanggung oleh bank yang
bersangkutan, sehingga nasabah tidak dibebani biaya apapun. Namun hak nasabah atas
bunga simpanan terhenti ketika bank tersebut dicabut izin usahanya. Jenis bank peserta
penjaminan LPS meliputi: bank umum dan BPR, termasuk bank nasional, bank campuran
dan bank asing, serta bank konvensional dan bank syariah.
Besarnya premi penjaminan adalah sama untuk setiap bank yaitu sebesar 0,1 %
(satu perseribu) dari rata-rata saldo bulanan total simpanan dalam setiap periode. Premi
penjaminan tersebut dibayarkan dimuka 2 kali dalam 1 tahun yaitu periode 1 Januari
sampai 30 Juni dibayarkan paling lambat tanggal 31 Januari dan periode 1 Juli sampai 31
Desember dibayarkan paling lambat 31 Juli.
8
Besarnya premi penjaminan tersebut dapat diubah apabila dipenuhi sekurang-
kurangnya satu kriteria berikut:
1) Terjadi perubahan nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu
bank.
2) Akumulasi cadangan penjaminan telah melampaui tingkat sasaran sebesar 2,5 %
dari total simpanan di setiap bank.
3) Terjadi perubahan tingkat risiko kegagalan pada industri perbankan.
Cara penetapan premi yang sama untuk setiap bank tersebut dapat diubah sehingga
tingkat premi menjadi berbeda antara satu bank dan bank yang lain berdasarkan skala risiko
kegagalan bank. Namun perbedaan tingkat premi yang terendah dan yang tertinggi tidak
melebihi 0,5 %.
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12