Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN

“LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN”


DOSEN : Hj. Nuraeni Saeni, S.E., M.M.

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :

1. Ahmad Maniram (21179090)


2. Sri Fitriani Hasanuddin (20179128)
3. Feni (22179025)

INSTITUD BISNIS DAN KEUANGAN NITRO


2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunian-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Lembaga Keuangan.
dengan judul “Lembaga Penjamin Simpanan”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus member doa, saran, dan krtik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapakan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat
bagi dunia pendidikan.

Makassar, 24 Maret 2024

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................... 3
LANDASAN TEORI ................................................................................................ 3
2.1 Sejarah Penjaminan ................................................................................. 3
2.2 Sejarah Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan ............................. 3
2.3 Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan ............................................... 4
2.4 Fungsi dan Peranan Lembaga Penjamin Simpanan ................................. 5
2.5 Tujuan Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan .............................. 7
2.6 Syarat Berlakunya Simpanan yang Dijamin LPS .................................... 7
2.7 Premi Lembaga Penjamin Simpanan ....................................................... 8
BAB III ...................................................................................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Awal mula terbentuknya Lembaga Penjamin Simpanan adalah saat krisis moneter di
Indonesia 1998 mengakibatkan 16 bank dilikuidasi sehingga masyarakat tidak percaya
kepada bank. Padahal perbankan merupakan komponen penting dalam perekonomian
nasional. Stabilitas perekonomian secara keseluruhan dipengaruhi sebagian besar oleh
kondisi perbankan.

LPS hadir sebagai solusi atas masalah tersebut. Hal ini didasarkan pada Keputusan
Presiden No. 26 Tahun 1998 mengenai jaminan kewajiban pembayaran bank umum dan
Keputusan Presiden No. 193 Tahun 1998 terkait jaminan kewajiban pembayaran bank
perkreditan rakyat.

Dengan adanya blanket guarantee atau jaminan simpanan maka kepercayaan


masyarakat terhadap industri perbankan tumbuh kembali. Lembaga ini dapat menciptakan
rasa aman bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Akibatnya stabilitas sistem
perbankan dapat terjaga.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian dari Lembaga Penjamin Simpanan?


2. Mengapa Lembaga Penjamin Simpanan sangan dibutuhkan?
3. Apa tujuan dari Lembaga Penjamin Simpanan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami Lembaga Penjamin Simpanan.


2. Mengetahui kepentingan Lembaga Penjamin Simpanan.
3. Mengetahui Tujuan Lembaga Penjamin Simpanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penjaminan

Di Indonesia, wacana mengenai perlunya skema penjaminan mulai muncul ketika


terjadinya kebangkrutan bank sumba pada November 1992, setelah preseden tersebut mulai
timbul kesadaran bahwa para penabung (deposan) harus mendapat perlindungan yang
memadai, tatkala terjadi mismatch dan insolvency yang disebabkan oleh kesalahan
manajemen bank.

2.2 Sejarah Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan

Pada tahun 1998, krisis moneter perbankan yang menghantam Indonesia, yang
ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank, mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah
mengeluarkan beberapa kebjakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban
pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanker guarantee). Hal ini ditetapkan
didalam keputusan presiden nomor 193 tahun 1998 tentang jaminan terhadap kewajiban
pembayaran Bank Perkreditan rakyat.

Kemudian pada tahun 2004, industri perbankan mengahapuskan program


penjaminan yang popular disebut dengan blanket guarantee dan akan diganti dengan sistem
penjaminan yang lebih permanen. Secara bertahap program ini akan dikurangi cakupannya
dan dikurangi jumlah maksimal yang dijamin.

Sebagai pengganti program blanket guarantee pemerintah telah mengajukan


rancangan undang – undang tentang lembaga penjamin simpanan kepada DPR,. Melalui

3
rancangan undang- undang ini akan dibentuk suatu lembaga independen yang disebut
lembaga penjamin simpanan (LPS) yang berfungsi menjamin simpanan masyarakat yang
ada pada industri perbankan.

2.3 Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independent yang


berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Badan ini dibentuk
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan yang ditetapkan pada 22 September 2004. Undang-undang ini mulai berlaku
efektif 12 bulan sejak diundangkan sehingga pendirian dan operasional LPS dimulai pada
22 September 2005. Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik
Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan LPS.

Di dalam perekonomian modern dewasa ini diperlukan suatu system penyangga


ekonomi yang kokoh sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan para pelaku ekonomi
yang bernaung dibawahnya, dan yang menjadi salah satu tiang penyangganya adalah LPS.
Hal itu tercermin dari salah satu fungsi dari LPS yakni menjamin simpanan nasabah.

Belajar dari krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 ditandai dengan dilikuidasinya
16 bank mengakibatkan runtuhnya kepercayaan Masyarakat terhadap lembaga perbankan
nasional diikuti dengan penarikan simpanan besar-besaran pada sistem perbankan atau
rush. Maka untuk meredam efek bola salju tersebut saat itu pemerintah mengeluarkan
beberapa kebijakan diantaranya program penjaminan seluruh simpanan masyarakat atau
yang lebih dikenal dengan blanket guarantee melalui Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun
1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan
Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank
Perkreditan Rakyat.

4
Setelah beberapa tahun dilaksanakannya kebijakan blanket guarantee memang dapat
menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Tetapi
mengingat risiko dari blanket guarantee sangat besar yakni kewajiban penyediaan dana
talangan dan munculnya moral hazard bankir juga masyarakat, maka diperlukan suatu
lembaga penjaminan simpanan yang independen.

2.4 Fungsi dan Peranan Lembaga Penjamin Simpanan

LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga
stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya. Sejak tanggal 22 Maret 2007 dan
seterusnya, nilai simpanan yang dijamin LPS maksimum sebesar Rp 100 juta per nasabah
per bank, yang mencakup pokok dan bunga/bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah. Bila
nasabah bank memiliki simpanan lebih dari Rp 100 juta maka sisa simpanannya akan
dibayarkan dari hasil likuidasi bank tersebut.

Tujuan kebijakan publik penjaminan LPS tersebut adalah untuk melindungi


simpanan nasabah kecil karena berdasarkan data distribusi simpanan per 31
Desember2006, rekening bersaldo sama atau kurang dari Rp 100 juta mencakup lebih dari
98% rekening simpanan.

Sejak terjadi krisis global pada tahun 2008, Pemerintah kemudian mengeluarkan
Perpu No. 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 24 Tahun 2004
Tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang mengubah nilai simpanan yang dijamin oleh
LPS menjadi Rp 2.000.000.000 (dua milyar rupiah). Perpu ini dapat disesuaikan kembali,
apabila krisis global meluas atau mereda. LPS juga turut aktif dalam memelihara stabilitas
sistem perbankan sesuai dengan kewenangannnya.

5
1) Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.
b) Melaksanakan penjaminan simpanan.
c) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan.
d) Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank
Gagal yang tidak berdampak sistemik.
e) Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.

2) Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


a) Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
b) Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi
peserta.
c) Mel akukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
d) Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan
bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar
kerahasiaan bank.
e) Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada
angka 4.
f) Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.
g) Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak
bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas
tertentu.
h) Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan
simpanan.
i) Menjatuhkan sanksi administratif.

6
2.5 Tujuan Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan

Krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia pada tahun 1998
ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank yang mengakibatkan menurunnya tingkat
kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi,
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas
seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee).
Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang "Jaminan
Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum" dan Keputusan Presiden Nomor 193
Tahun 1998 tentang "Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat".

Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan kembali


kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan
yang terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank
maupun masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman
bagi nasabah penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan
yang sangat luas lingkupnya tersebut perlu digantikan dengan system penjaminan yang
terbatas.

Dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan bertujuan untuk menumbuhkan kembali


rasa aman masyarakat untuk bertransaksi dengan bank dalam hal simpanan sehingga
muncul kembali rasa kepercayaan mereka terhadap bank.

2.6 Syarat Berlakunya Simpanan yang Dijamin LPS

Apabila nasabah mendapatkan bunga simpanan melebihi suku bunga wajar yang
ditetapkan LPS, maka simpanan tersebut tidak dijamin LPS, baik simpanan pokok maupun
bunganya. Nasabah dapat menunggu pengumuman hasil rekonsiliasi dan verifikasi

7
simpanan tahap I di kantor bank, media cetak dan website LPS. Selain itu nasabah harus
memenuhi syarat-syarat berikut ini agar klaimnya dibayar LPS:
1) Simpanan nasabah tercatat dalam pembukuan bank
2) Nasabah tidak memperoleh bunga simpanan yang melebihi Tingkat suku bunga
wajar yang ditetapkan LPS atau nasabah tidak menerima imbalan yang tidak wajar
dari bank
3) Nasabah tidak melakukan tindakan yang merugikan bank, seperti: memiliki kredit
macet.

Sesuai Pasal 37B Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang Perbankan, setiap
bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan.
Sehingga untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank tersebut dibentuk LPS.
Ketentuan tersebut dipertegas kembali dalam Pasal 12 UU LPS yang menyebutkan bahwa
setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi
peserta penjaminan LPS.

Semua biaya peserta penjaminan simpanan LPS akan ditanggung oleh bank yang
bersangkutan, sehingga nasabah tidak dibebani biaya apapun. Namun hak nasabah atas
bunga simpanan terhenti ketika bank tersebut dicabut izin usahanya. Jenis bank peserta
penjaminan LPS meliputi: bank umum dan BPR, termasuk bank nasional, bank campuran
dan bank asing, serta bank konvensional dan bank syariah.

2.7 Premi Lembaga Penjamin Simpanan

Besarnya premi penjaminan adalah sama untuk setiap bank yaitu sebesar 0,1 %
(satu perseribu) dari rata-rata saldo bulanan total simpanan dalam setiap periode. Premi
penjaminan tersebut dibayarkan dimuka 2 kali dalam 1 tahun yaitu periode 1 Januari
sampai 30 Juni dibayarkan paling lambat tanggal 31 Januari dan periode 1 Juli sampai 31
Desember dibayarkan paling lambat 31 Juli.

8
Besarnya premi penjaminan tersebut dapat diubah apabila dipenuhi sekurang-
kurangnya satu kriteria berikut:
1) Terjadi perubahan nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu
bank.
2) Akumulasi cadangan penjaminan telah melampaui tingkat sasaran sebesar 2,5 %
dari total simpanan di setiap bank.
3) Terjadi perubahan tingkat risiko kegagalan pada industri perbankan.

Cara penetapan premi yang sama untuk setiap bank tersebut dapat diubah sehingga
tingkat premi menjadi berbeda antara satu bank dan bank yang lain berdasarkan skala risiko
kegagalan bank. Namun perbedaan tingkat premi yang terendah dan yang tertinggi tidak
melebihi 0,5 %.

Selain membayar premi penjaminan, bank juga diwajibkan membayar kontribusi


kepesertaan sebesar 0,1% (satu perseribu) dari modal sendiri (equitas) BPR pada akhir
tahun fiskal sebelumnya atau dari modal disetor bagi bank baru.

9
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merupakan elemen penting dalam sistem


keuangan suatu negara. Melalui fungsi dan perannya yang vital, LPS berkontribusi dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan, melindungi simpanan nasabah, dan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan. Meskipun menghadapi berbagai
tantangan, penting bagi LPS untuk terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan
perubahan dalam lingkungan ekonomi dan keuangan guna menjalankan fungsinya secara
efektif dan efisien.

10
DAFTAR PUSTAKA

Suska, 2010, “Penjaminan simpanan nasabah perbankan”


https://repository.uin-suska.ac.id/15264/7/7.%20BAB%20II__2018124IH.pdf

lps, 2019, “SALINAN LAMPIRAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN


SIMPANAN NOMOR 4 TAHUN 2019 TENTANG PENCATATAN TRANSAKSI DAN
PELAPORAN KEUANGAN BANK DALAM LIKUIDASI”
https://www.lps.go.id/documents/10157/1393855/PLPS+4+2019+lampiran/a8ba688b-
e31e-4e2f-a73c-dc953522ec2a

RAMIA KESIT, 2018, “PERAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) DALAM


MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN
SYARIAH”
https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/734/1/SKRIPSI%20KESIT%20RAMIA%20DE
VI%20fix.pdf

11
12

Anda mungkin juga menyukai