Anda di halaman 1dari 13

LEMBAGA PENJAMIN

SIMPANAN

Disusun Oleh :

Dede Suana Ependi

1810631010186

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2018

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………….. 1


Daftar Isi …………………….. 2
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang …………………….. 3
B. Rumusan Masalah …………………….. 3
C. Manfaat dan Tujuan …………………….. 4
BAB II BAB II Pembahasan
A. Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan …………………….. 5
B. Status dari Lembaga Penjamin Simpanan …………………….. 6
C. Mekanisme Peran LPS dalam Sistem …………………….. 6
Keuangan di Indonesia
D. Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan …………………….. 6
E. Tugas Lembaga Penjamin Simpanan …………………….. 7
F. Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan …………………….. 7
G. Tujuan Pembentukan Lembaga Penjamin …………………….. 8
Simpanan
H. Kepesertaan di dalam Lembaga Penjamin …………………….. 8
Simpanan
I. Simpanan yang dapat dijaminkan …………………….. 9
J. Syarat Penjaminan Lembaga Penjamin …………………….. 9
Simpanan
BAB III Penutup
A. Kesimpulan …………………….. 11
B. Saran …………………….. 11
Lampiran …………………….. 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembuatan makalah ini dilatar belakangi oleh rasa keingintahuan kami sebagai
seorang mahasiswa yang dituntut kritis dalam berbagai bidang. Kami sebagai
mahasiswa ekonomi, tertarik pada  pengkajian yang berkaitan dengan bidang studi
yang kami pelajari. Dari sekian banyak bab tentang lembaga keuangan,kami
mengerucut pada pembahasan yang lebih spesifik yaitu pembahasan tentang Lembaga
Penjamin Simpanan. Lembaga ini adalah lembaga yang berkaitan erat dengan dunia
perbankan pada umumnya. Membahas tentang lembaga ini, berarti pula kita harus
mengerti tentang dunia perbankan pada umumnya dan khususnya pada salah satu
kegiatan yang diselenggarakan yaitu simpanan.
Beberapa tahun belakangan ini, peran Lembaga Penjamin Simpanan menjadi
begitu dibutuhkan mengingat banyaknya bank-bank regional maupun bank nasional
yang mengalami pailit. Lembaga ini mulai terkenal sejak terjadinya kasus bank
Century yang sampai sekarang kasusnya belum dapat diselesaikan dengan tuntas.
Semenjak kasus tersebut, mulailah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui
berbagai media informasi. Tujuannya agar masyarakat mengerti bahwa jika kita
melakukan simpanan di bank tertentu, simpanan tersebut telah mendapat jaminan dari
Lembaga Penjamin Simpanan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu LPS?
2. Apa status LPS?
3. Bagaimana mekanisme peran LPSdalam sistem keuangan di Indonesia?
4. Apakah fungsi dari LPS?
5. Apakah tugas dari LPS?
6. Apakah wewenang dari LPS?
7. Apakah tujuan pembentukan LPS?
8. Bagaimana kepesertaan di dalam LPS?
9. Apa saja yang menjadi simpanan yang dijaminkan?
10.  Apa saja syarat suatu pinjaman dapat dijamin oleh LPS?

3
C. Manfaat dan Tujuan
1. Mengetahui tentang lembaga yang bergerak dibidang keuangan khususnya
Lembaga Penjamin Simpanan
2. Mengetahui fungsi-fungsi dari Lembaga Penjamin Simpanan
3. Mengetahui tujuan pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan
4. Mengetahui siapa saja peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan
5. Memahami peranan-peranan Lembaga Penjamin Simpanan dalam dunia
perekonomian saat ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang
berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Badan ini dibentuk
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan yang ditetapkan pada 22 September2004. Undang-undang ini
mulai berlaku efektif 12 bulan sejak diundangkan sehingga pendirian dan operasional
LPS dimulai pada 22 September 2005.Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di
wilayah Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan LPS.
Di dalam perekonomian modern dewasa ini diperlukan suatu sistem
penyangga ekonomi yang kokoh sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan para
pelaku ekonomi yang bernaung dibawahnya, dan yang menjadi salah satu tiang
penyangganya adalah LPS. Hal itu tercermin dari salah satu fungsi dari LPS yakni
menjamin simpanan nasabah.
Belajar dari krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 ditandai dengan
dilikuidasinya 16 bank mengakibatkan runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga perbankan nasional diikuti dengan penarikan simpanan besar-besaran pada
sistem perbankan atau rush. Maka untuk meredam efek bola salju tersebut saat itu
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya program penjaminan
seluruh simpanan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan blanket
guaranteemelaluiKeputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan
Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193
Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan
Rakyat
Setelah beberapa tahun dilaksanakannya kebijakan blanket guarantee memang
dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional.
Tetapi mengingat risiko dari blanket guarantee sangat besar yakni kewajiban
penyediaan dana talangan dan munculnya moral hazard bankir juga masyarakat, maka
diperlukan suatu lembaga penjaminan simpanan yang independen.

5
B. Status dari Lembaga Penjamin Simpanan
1. LPS adalah badan hukum
2. LPS dalam melaksanakan tugasnya independen, transparan, dan akuntabel
3. LPS bertanggung jawab kepada Presiden.

C. Mekanisme Peran LPS dalam Sistem Keuangan di Indonesia

D. Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan


LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam
menjaga stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya.
Sejak tanggal 22 Maret 2007 dan seterusnya, nilai simpanan yang dijamin LPS
maksimum sebesar Rp 100 juta per nasabah per bank, yang mencakup pokok dan
bunga/bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah. Bila nasabah bank memiliki
simpanan lebih dari Rp 100 juta maka sisa simpanannya akan dibayarkan dari hasil
likuidasi bank tersebut.
Tujuan kebijakan publik penjaminan LPS tersebut adalah untuk melindungi
simpanan nasabah kecil karena berdasarkan data distribusi simpanan per 31
Desember2006, rekening bersaldo sama atau kurang dari Rp 100 juta mencakup lebih
dari 98% rekening simpanan.

6
Sejak terjadi krisis global pada tahun 2008, Pemerintah kemudian
mengeluarkan Perpu No. 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang mengubah nilai
simpanan yang dijamin oleh LPS menjadi Rp2.000.000.000 (dua milyar rupiah).
Perpu ini dapat disesuaikan kembali, apabila krisis global meluas atau mereda.
LPS juga turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai
dengan kewenangannnya.

E. Tugas Lembaga Penjamin Simpanan

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.


2. Melaksanakan penjaminan simpanan.
3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan.
4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal
yang tidak berdampak sistemik.
5. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.

F. Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan


1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi
peserta.
3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan
bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan
bank.
5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada
angka 4.
6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.
7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi
kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.
8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan

7
simpanan.
9. Menjatuhkan sanksi administratif.

G. Tujuan Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan


Krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia pada tahun 1998
ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank yang mengakibatkan menurunnya tingkat
kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi,
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas
seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket
guarantee). Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998
tentang "Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum" dan Keputusan
Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang "Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran
Bank Perkreditan Rakyat".
Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan
kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup
penjaminan yang terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi
pengelola bank maupun masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap
menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta menjaga stabilitas sistem
perbankan, program penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut perlu
digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas.
Dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan bertujuan untuk menumbuhkan
kembali rasa aman masyarakat untuk bertransaksi dengan bank dalam hal simpanan
sehingga muncul kembali rasa kepercayaan mereka terhadap bank.

H. Kepesertaan di dalam Lembaga Penjamin Simpanan


1. Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia
wajib menjadi peserta Penjaminan
2. Bank peserta penjaminan meliputi seluruh Bank Umum (termasuk kantor cabang
dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan
dalam wilayah Republik Indonesia) dan Bank Perkreditan Rakyat, baik bank
konvensional maupun bank berdasarkan prinsip syariah
3. Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia yang melakukan
kegiatan perbankan di luar wilayah Republik Indonesia tidak termasuk dalam

8
Penjaminan.
Kewajiban bank peserta Lembaga Penjamin Simpanan adalah:
1. Menyerahkan dokumen kepesertaan
2. Membayar kontribusi kepesertaan
3. Membayar premi penjaminan
4. Menyampaikan laporan

I. Simpanan yang dapat dijaminkan


1. Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan
atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
2. Simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah
3. Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari masyarakat,
termasuk yang berasal dari bank lain
4. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah hasil
penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank tersebut, baik
rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint account);
5. Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang diperhitungkan
bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut yang dibagi secara
prorata dengan jumlah pemilik rekening
6. Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis
diperuntukkan bagi kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening
tersebut diperhitungkan sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang
bersangkutan

J. Syarat Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan


Selain memenuhi besaran nilai simpanan yang dijamin, nasabah juga perlu
memenuhi syarat-syarat berikut:
1.      Simpanan nasabah tercatat dalam pembukuan bank;
2.      Nasabah tidak memperoleh bunga simpanan yang melebihi tingkat bunga wajar
yang ditetapkan oleh LPS/nasabah tidak menerima imbalan yang tidak wajar dari
bank; dan
3.  Nasabah tidak melakukan tindakan yang merugikan bank, misalnya memiliki
kredit macet di bank tersebut

9
Peserta Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan
Sesuai Pasal 37B Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang Perbankan,
setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang
bersangkutan. Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank tersebut dibentuk
LPS. Dalam Pasal 12 UU LPS ketentuan tersebut dipertegas dengan menyebutkan
bahwa setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia
wajib menjadi peserta penjaminan LPS. Jenis bank tersebut meliputi bank umum dan
BPR, termasuk bank nasional, bank campuran, dan bank asing, serta bank
konvensional dan bank syariah.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga independen bentukan pemerintah
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang dengan tujuan menumbuhkan rasa
kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan setelah terjadinya krisis moneter
yang mengakibatkan dilikuidasinya beberapa bank di Indonesia. LPS berfungsi
menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga stabilitas sistem
perbankan sesuai kewenangannya.

B.  Saran
Saran ini kami tujukan kepada masyarakat pada umumnya bahwa perbankan
adalah rekan yang paling tepat untuk investasi anda. Dalam prakteknya transaksi
dengan bank akan lebih mudah dan praktis dibandingkan dengan model investasi lain.
Seperti telah dijelaskan pada bab pembahasan bahwa melakukan penyimpanan di
bank juga mendapatkan jaminan dari lembaga pemerintah yaitu Lembaga Penjamin
Simpanan.

11
LAMPIRAN

KASUS

LPS Jamin Simpanan Di Bank Syariah


Oktober 31, 2013 - Ekonomi

 
MEDAN (Berita): Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjamin semua simpanan di
perbankan syariah yakni bank umum syariah (BUS) maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Syariah sehingga diharapkan ke depan makin meningkat kinerja perbankan tersebut.
Direktut Eksekutif Kantor Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumut-Aceh Hari Utomo
menegaskan hal itu pada seminar sehari “Program Penjaminan LPS dan Prospek
Pertumbuhan Perbankan Syariah” di hotel JW Marriot Medan Kamis (31/10).
Hadir di sana Kepala Regional V Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Achamd Fauzi dan kalangan
perbankan syariah di Sumut berikut sejumlah nasabahnya serta  Gubsu diwakili Kepala Biro
Perekonomian Drs Ismail.
Pembicara pada seminar itu Suwandi, Direktur Group Akuntansi dasn Anggaran LPS
yang  mengetengahkan “Peranan LPS dalam mendorong Akselerasi Industri Perbankan
Syariah”, Yuslam Fauzi, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) tentang
“Prospek Industriu Perbankan Suaroah” dan KH Ma’ruf Amin, Ketua Majelis Ulama
Indonesia memaparkan soal “Penjaminan Simpanan dalam kacamata Fikih”.
Hari menyebut dengan dijaminnya semua simpanan nasabah di perbankan syariah
maka diharapkan pangsa bank syariah terus meningkat dengan banyaknya masyarakat
melakukan transaksi.
Hal ini sejalan dengan akan dicanangkannya Kampanye Nasional Gerakan Ekonomi 
Syariah yang diresmikan Presiden pada 5 Nopember 2013 di Jakarta. Di Medan juga akan
digelar hal serupa yang intinya bagaimana menyebarluaskan dan pemahaman tentang
perbankan syariah.
Menurut dia, upaya peningkatan perbankan syariah terus digalakkan mengingat  saat
ini pangsa pasar perbankan syariah 4,76 persen, masih jauh dibanding ketetapan BI minimal
5 persen atau angka pertumbuhan rata-rata sekira 4 persen.
Sedangkan perbankan nasional mencapai 16 persen. “Namun kalau sosialisasi terus
digalakkan maka saya optimis pertumbuhan pasar perbankan syariah pada sepuluh tahun ke
depan mencapai 10 sampai 20 persen,” katanya.
Ia memaparkan kondisi perbankan syariah nasional pada April 2013 tercatat bank

12
umum syariah (BUS) 11, Unit usaha syariah (UUS) 26 dam 159 BPR Syariah sehingga total
keseluruhan jaringan perbankan syariah di Indonesia mencapai 2.664 kantor. Sedangkan aset
posisi April 2013 sebesar Rp207,79 triliun atau 44
persen dibanding posisi sama tahun 2012.
Perbankan syariah di Sumut, saat ini asetnya Rp9,58 triliun, meningkat 18,42 persen
dengan share atau pangsa pasar 4,76 persen dibandig total aset perbankan Sumut. 
Kondisinya masih lebih tinggi dibanidng bank-bank nasional di kisaran
11,84 persen. “Pertumbuhan perbankan syariah yang besar perlu mendapat dukungan semua
pihak, tak hanya regulator saja, tapi juga perbankan nasional,” terangnya.
Ia menambahkan BI dan perbankan syariah juga telah memiliki program yang jelas seperti
promosi, perluasan jaringan kantor, produk, servis jaringan syariah dan peningkatan daya
saing.
Beberapa keunggulan perbankan syariah memiliki nilai jual tinggi seperti sistem
syariah bunga produk yang sifatnya spekulatif sehingga tahan terhadap
goncangan ekonomi glonal disertai sistem syariah yang adil

13

Anda mungkin juga menyukai