Anda di halaman 1dari 26

Makalah Hukum Perbankan

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN BANK SERTA TUGAS DAN FUNGSI


OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DAN BANK INDONESIA (BI)
DALAM KONTEKS PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENDIRIAN
Disusun Oleh :
Puspa Rawani Aprilla (2103101010028)

Dosen Pengampu :
Rismawati, S.H., M.Hum
(196710091994032001)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KULA
BANDA ACEH 2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Makalah Hukum Perbankan.

Dalam makalah ini penulis membahas mengenai “Pembinaan Dan


Pengawasan Bank Serta Tugas Dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dan
Bank Indonesia Dalam Konteks Pembinaan”. Makalah ini penulis susun dengan
maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk ini penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada dosen pengampu yang telah memberi ilmu pengetahuan sehingga penulis
mampu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa terdapat kekurangan baik


dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu dan manfaat untuk
pembacanya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pembinaan Dan Pengawasan Bank............................................................... 3
B. Bank Indonesia ............................................................................................. 4
1) Tugas dan Fungsi Bank Indonesia dalam Fungsi Pembinaan dan
Pengawasan. ..................................................................................................... 5
2) Kewenangan Pembinaan dan Pengawasan Bank Indonesia ..................... 9
1) Sejarah Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan....................................... 16
2) Tugas dan Fungsi OJK ............................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................. 22
PENUTUP ............................................................................................................ 22
A. Kesimpulan ................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank merupakan suatu lembaga di bidang keuangan yang menerima
simpanan masyarakat baik individu maupun bisnis. Dana yang disimpan tersebut
kemudian digunakan bank untuk memberikan pinjaman, investasi, dan berbagai
layanan keuangan lainnya.
Eksistensi Bank Indonesia sebagai bank sentral secara tegas tertuang dalam
perubahan Pasal 23D Undang-Undang Tahun 1945, yang kemudian diatur lebih
lanjut dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 jo Undang-
undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Posisi BI sebagai lembaga
negara yang independen, sehingga Bank Indonesia tidak hanya bertindak atas nama
negara saja, yakni sebagai Bank Sentral, namun juga berkoordinasi dengan
pelaksana pemerintahan lainnya, misalnya Presiden yang membidangi keuangan
negara.
Pengaturan dan pengawasan terhadap lembaga keuangan bank dan lembaga
keuangan non-bank di Indonesia sekarang ini dilakukan oleh lembaga baru yang
bersifat independen yang dinamakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan yang
merupakan amanat dari Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.
Terkait pengawasan perbankan yang sebelumnya dijalankan oleh Bank Indonesia,
saat ini beralih kepada OJK.
Namun, pengaturan dan pengawasan bank ini tidak seutuhnya melepaskan
diri dari Bank Indonesia. Yang dimana OJK mempunyai tugas untuk mengatur dan
mengawasi perbankan dalam lingkup mikroprudensial yaitu lingkup yang
sedangkan Bank Indonesia mengatur dan mengawasi perbankan dalam lingkup

1
makroprudensial. Tentu, Bank Indonesia masih mempunyai tanggung jawab dalam
hal pengaturan dan pengawasan perbankan.
Pengalihan tugas Bank Indonesia kepada OJK ini menjadi suatu kajian yang
menarik karena terdapat dua lembaga yang mengatur dan mengawasi perbankan
saat ini. Dimana kedua lembaga tersebut sama-sama menyandang status sebagai
lembaga yang independen yang dituntut harus lepas dari segala bentuk campur
tangan pihak lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada terdapat beberapa pertanyaan yang
muncul yaitu :
1. Bagaimana Pembinaan dan Pengawasan Bank?
2. Apa saja tugas dan fungsi Bank Indonesia?
3. Bagaimana fungsi pembinaan, pengawasan, dan pendirian Bank Indonesia?
4. Apa saja tugas dan fungsi Otoritas Jasa Keuangan?
5. Bagaimana fungsi pengawasan Otoritas Jasa Keuangan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini didasarkan atas rumusan masalah yang telah
ditulis sebelumnya, yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi pembinaan dan pengawasan bank.
2. Untuk mengetahui apa saja tugas dan fungsi BI
3. Untuk mengetahui bagaiman fungsi pembinaan, pengawasan dan pendirian
Bank Indonesia
4. Untuk megetahui apa saja tugas dan fungsi Otoritas Jasa Keuangan
5. Untuk mengetahui bagaimana fungsi pengawasan pada Otorias Jasa Keuangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembinaan Dan Pengawasan Bank


Dalam Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen. Likuiditas,
rehabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan
1
wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”. Dalam
Ayat (3) ditentukan: “dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-
cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank”.
Dalam penjelasan dinyatakan, mengingat bank terutama bekerja dengan
dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank
perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat
padanya. Di pihak lain, bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan
intern dalam rangka menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam
pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Pasal tersebut di atas sebenarnya menentukan kriteria bank sehat. Suatu
bank dikatakan sehat apabila memenuhi ketentuan berikut ini:
1) Kecukupan modal,
2) Kualitas aset,
3) Kualitas manajemen,
4) Likuiditas,
5) Rentabilitas,
6) Solvabilitas,
7) Aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank,

1Lihat, Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

3
8) Melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian,
9) Tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah.

Dalam rangka melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan bank, Bank


Indonesia menetapkan peraturan pengawasan bank, pelaksanaan bank, pengenaan
sanksi terhadap bank sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan. Hingga saat ini, Bank Indonesia berperan sebagai pengawas
perbankan sekaligus sebagai regulator di bidang moneter.

B. Bank Indonesia
Ketentuan UU No.23 Tahun 1999 secara tegas menetapkan Bank Indonesia
sebagai lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah
dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam
UU Bank Indonesia 1999.
Sehubungan dengan itu dapat diketahui sebagai berikut:
a. Bank Indonesia adalah suatu lembaga negara yang independen dan didirikan
berdasarkan undang-undang (pasal 4 ayat (2).
b. Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya berada di luar pemerintahan dan
atau lembaga lainnya (penjelasan pasal 4 ayat (2).
c. Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya menyampaikan laporan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat (pasal 58).
d. Laporan keuangan Bank Indonesia diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan
dan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR (pasal 61).
Produk-produk yang dikeluarkan undang-undang bank sentral juga harus
melihat posisi pertama Bank Indonesia sebagai apa saja. Bank Indonesia sebagai
lembaga negara independen yang bertindak atas nama negara, maka Peraturan Bank
Indonesia tidak termasuk dalam hierarki peraturan perundang-undangan nasional,
tetapi diakui dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diatur oleh
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau ditetapkan sesuai dengan
kewenangannya.

4
Dengan ditetapkannya Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia,
maka dapat ditegaskan bahwa Bank Indonesia bukan suatu bank Umum atau Bank
Perkreditan Rakyat dalam sistem perbankan di Indonesia. Ketentuan UU No.10
tahun 1998 hanya menetapkan terdapatnya dua jenis bank yang melakukan usaha
Perbankan di Indonesia, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Kedua
jenis bank tersebut melakukan kegiatan intermediasi di antara anggota-anggota
masyarakat di Bidang perbankan.
Dalam penjelasan pasal 4 ayat (1) UU No.23 Tahun 1999 jo UU No.4 tahun
2003 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa : “Yang dimaksud dengan Bank
Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan
alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai 'Lender of
the last resort'.2
Bank Sentral dimaksud mempunyai tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dan tidak melakukan kegiatan intermediasi seperti yang
dilakukan oleh bank pada umumnya. Walaupun demikian dalam rangka
mendukung tugas-tugasnya Bank Sentral dapat melakukan aktivitas perbankan
yang dianggap perlu.
Di Indonesia hanya ada satu Bank Sentral dan sesuai dengan Penjelasan
Pasal 23 ayat (3). Undang-Undang Dasar 1945 disebut Bank Indonesia". Dengan
demikian jelaslah bahwa Bank Indonesia sebagai Bank Sentral tidak sama dan tidak
termasuk sebagai suatu jenis bank sebagaimana diatur oleh UU No.10 tahun 1998.

1) Tugas dan Fungsi Bank Indonesia dalam Fungsi Pembinaan dan


Pengawasan.
Pengertian Pembinaan Bank mengandung arti yang sangat luas, yakni:
"usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil
guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik".

2 penjelasan pasal 4 ayat (1) UU No.23 Tahun 1999 jo UU No.4 tahun 2003 tentang Bank
Indonesia

5
Pengertian Pembinaan Dalam Arti Sempit, yaitu pembinaan perbankan
adalah mencakup formulasi aturan mengenai pasar industri perbankan serta aturan
prudensial. Secara umum tujuan pembinaan dan pengawasan bank dimaksudkan
untuk meningkatkan keyakinan dari siapapun yang berkepentingan, bahwa bank-
bank dari segi finansial tergolong sehat, bahwa bank dikelola dengan baik dan
profesional serta tidak terkandung ancaman terhadap kepentingan masyarakat yang
menyimpan dananya di bank. Dalam bahasa yang lebih teknis, tujuan umum dari
pembinaan dan pengawasan adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat,
yaitu perbankan yang dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik,
berkembang secara wajar.
Bank mempunyai posisi khusus sebagai lembaga kepercayaan (trust) karena
bisnis utamanya adalah menghimpun dana (funding) dari dan meminjamkannya
(lending) kepada masyarakat. Jika kepercayaan tersebut terganggu, dapat terjadi
rush (bank run) yang pada akhirnya dapat menyeret seluruh sistem perbankan ke
dalam kondisi krisis. Oleh karena itulah lembaga perbankan dan lembaga keuangan
perlu diatur dan diawasi dengan hati-hati.
Pengawasan bank bertujuan menciptakan dan memelihara sistem perbankan
yang sehat, tumbuh secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.
Sejalan dengan perkembangan sistem pengawasan bank dan lembaga keuangan
yang diadopsi di negara-negara maju, sejak awal Tahun 90an di Indonesia mulai
diterapkan suatu konsep yang dikenal dengan pengawasan bank yang berhati-hati
(prudential supervision).
Selanjutnya, prudential supervision adalah suatu metode pengawasan yang
digunakan untuk mencegah bank-bank dan lembaga keuangan mengambil risiko-
risiko yang berlebihan (unacceptable risks) sehingga dapat membahayakan
kepentingan para kreditur (nasabah penyimpan dana) dan stabilitas sistem
keuangan. Berdasarkan kondisi tersebut bukannya bank-bank tidak diperkenankan
mengambil resiko sama sekali, namun tujuannya adalah untuk menjamin bahwa
resiko yang dihadapi bank-bank adalah “wajar” (acceptable), artinya resiko tersebut
dapat diatasi oleh alat pengaman (buffers) yang dimiliki bank.

6
Untuk itu, otoritas pengawasan bank menetapkan seperangkat lembaga dan
manajemennya, dan ketentuan kehati-hatian lainnya yang meliputi batas
maksimum pemberian kredit, posisi devisa netto, kualitas asset dan kecukupan
provisi dan sebagainya. Sukses atau gagalnya suatu bank bergantung pada adanya
sistem pengawasan bank yang efektif.
Dalam hal, sistem bank yang tidak baik pula. Begitu juga sebaliknya, sistem
pengawasan yang efektif tentu mendorong bank untuk terus-menerus memperbaiki
kinerja sehingga akan berakibatkan pada kondisi bank yang sehat dan kredibel.
Karena secara umum tujuan sistem pengawasan bank untuk memastikan bahwa
bank dikelola secara sehat dan hati-hati sesuai dengan prinsip manajemen risiko
dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) serta mematuhi
peraturan perundang-undangan berlaku.
Dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 ditentukan bahwa
dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi Bank, Bank Indonesia:
a) Menetapkan peraturan.
b) Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu
dari Bank.
c) Melaksanakan pengawasan Bank, dan
d) Mengenakan sanksi terhadap Bank sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pengawasan meliputi: pengawasan tindak langsung yang terutama dalam
bentuk pengawasan diri melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank, dan
pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-
tindakan perbaikan. Pengawasan tidak langsung yang terutama dalam bentuk
pengawasan dini melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank.
Pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan
tindakantindakan perbaikan. Sehubungan dengan pengawasan dalam Pasal 24
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 terdapat rumusan: “dalam rangka tugas

7
pengawasan, Bank Indonesia melaksanakan pengawasan bank dan mengenakan
sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan.3
Dalam hal pengawasan tidak langsung, Pasal 28 Undang-Undang Nomor 23
Tahun “Bank Indonesia mewajibkan Bank Untuk menyampaikan laporan
keterangan dan penjelasan sesuai dengan tata cara uang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Apabila diperlukan kewajiban tersebut dikenakan pula terhadap
perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, dan pihak terafiliasi bank”.
Berdasarkan ketentuan Pasal-Pasal tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pengawasan tidak langsung (indirect control) merupakan pengawasan dini (awal)
yang dilakukan dengan cara: setiap bank wajib menyampaikan laporan keterangan
dan penjelasan kepada Bank Indonesia, laporan tersebut harus disampaikan secara
tertulis sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macro prudential yakni
pengaturan (pembinaan) dan pengawasan selain hal yang di atur dalam Pasal ini,
merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Dalam rangka pengaturan dan
pengawasan macro prudential, Otoritas Jasa Keuangan membantu Bank Indonesia
untuk melakukan himbauan moral (moral suasion) kepada perbankan. 4
Bentuk-bentuk sistem pengawasan Otoritas Jasa Keuangan hingga kini
masih menjadi bahan diskusi dengan mengacu pada best practise yang terjadi di
luar negeri. selain itu, patut dipertimbangkan dari survei cross country yang
diselenggarakan oleh IMF dengan hasil bahwa pengawasan keuangan di bawah
Otoritas Jasa Keuangan ternyata tidak sepenuhnya menjamin sistem keuangan
berjalan lancar.
Kalaupun akan dibentuk, Otoritas Jasa Keuangan disarankan mengadopsi
sistem Prancis, Korea Selatan, Jepang, Jerman atau Inggris yang telah direvisi.
Dalam penjelasan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dikemukakan
bahwa macro prudential supervision merupakan kewajiban untuk melakukan
pengawasan terhadap aktivitas lembaga keuangan, khususnya perbankan, yang

3 Lihat, Pasal 24 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.


4 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2014, hlm. 212.

8
memiliki pengaruh signifikan pada sistem keuangan atau perekonomian. Micro
prudential supervision merupakan kewajiban untuk melakukan pengawasan
terhadap lembaga keuangan, khususnya perbankan, dengan tujuan untuk menjaga
tingkat kesehatan lembaga keuangan secara individu statuter.
Setelah dibentuk Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan disetujui menjadi
badan independen yang lepas dari Bank Indonesia, peran serta Bank Indonesia
sebagai pengawas perbankan akan hilang.
Bank Indonesia akan fokus sebagai regulator pada bidang moneter.
Implikasinya adalah bahwa fungsi penjaga stabilitas keuangan diserahkan kepada
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan. Sementara itu, Bank Indonesia hanya
bertugas menjaga stabilitas moneter.

2) Kewenangan Pembinaan dan Pengawasan Bank Indonesia


Dalam Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
ditetapkan bahwa “pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh bank
Indonesia” 5dalam ketentuan Pasal 8 huruf c UndangUndang Bank Indonesia yang
menetapkan, bahwa untuk mencapai tujuan Bank Indonesia, Bank Indonesia
mempunyai tugas mengatur dan mengawasi bank. Pasal itu memberikan otoritas,
kewenangan dan tanggung jawab kepada Bank Indonesia melakukan pembinaan
(pengaturan) dan pengawasan bank.
Pembinaan dan pengawasan bank oleh Bank Indonesia tidak dimaksudkan
untuk mengganti manajemen bank dalam melakukan dan mengambil keputusan
bisnisnya atas nama bank yang dikelola. Sebagai sebuah unit ekonomi yang
independen dalam tatanan sistem ekonomi yang lebih luas, bank memilih
pertimbanganpertimbangan sendiri yang bebas dalam rangka memelihara
kesinambungan eksistensinya di dalam tatanan tersebut.
Keputusan-keputusan yang diambil sepenuhnya dilakukan oleh manajemen
bank. Batasan-batasan dan nilai-nilai yang mungkin diberikan oleh pemilik,

5Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

9
masyaralat maupun pemerintah dimaksudkan untuk membantu manajemen dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan operasional bank, dalam arti mempengaruhi
pemikiran dan perilaku manajemen, sehingga kegiatan tersebut diarahkan pada
tujuan-tujuan yang dikehendaki bersama.
Justifikasi tentang arah perkembangan yang ingin dicapai bank adalah
sepenuhnya merupakan perwujudan keputusan-keputusan independen dari mana
manajemen bank. Pembinaan dan pengawasan bank oleh Bank Indonesia tidak
dimaksudkan untuk tidak menjamin bank tidak akan jatuh bangkrut.
Pengawasan pada hakikatnya merupakan tugas dan kewajiban dari semua
pihak yang terkait dengan bank, yaitu manajemen bank, pemilik bank, masyarakat,
termasuk para nasabah bank dan pemerintah dalam hal berfungsi sebagai otoritas
pengawasan bank-bank yang diwakili oleh Bank Indonesia.
Semua pihak dimaksudkan mempunyai pengaruh terhadap arah dan operasi
bank. Walaupun pihak-pihak yang dimaksud dapat mempengaruhi jalannya bank
adalah manajemen bank yang bersangkutan, karena manajemenlah yang secara
langsung mengambil keputusan pengelolaan bisnis bank sehari-hari. Pihak-pihak
lain juga mempunyai pengaruh, namun pengaruh tersebut tentunya dalam batas-
batas tertentu sesuai fungsi yang diembannya masing-masing.
Penyebab bangkrut atau tidaknya bank terletak pada pengelolaan bank oleh
manajemen bank. Pembinaan dan pengawasan bank oleh Bank Indonesia bukan
untuk mencegah atau melarang bank mengambil risiko bisnis dari kegiatan
operasionalnya. Sebagai unit usaha yang berprioritas memperoleh laba, bank akan
selalu dihadapkan pada berbagai alternatif bisnis yang dapat menjanjikan
keuntungan ataupun kemungkinan risiko rugi.
Dengan demikian kerugian bukanlah suatu yang tidak lazim dan merupakan
suatu sifat yang melekat pada pelaksanaan fungsi manajemen oleh pengelola.
Dalam hal ini, yang tidak lazim adalah apabila di dalam memperolehnya
manajemen bank secara sengaja atau sadar telah mengabaikan prinsipprinsip
pengelolaan yang sehat, atau apabila kerugian tersebut berlangsung secara
berkelanjutan tanpa upaya-upaya untuk mengurangi ataupun menghilangkannya.

10
Pembinaan dan pengawasan bank oleh Bank Indonesia tidak dimaksudkan
untuk menciptakan distorsi terhadap iklim persaingan yang sehat dari pasar dan
tidak untuk memaksakan bank untuk melakukan kebijakan moneter dan kredit
tertentu. Persaingan antar bank, justru iklim yang ingin diciptakan oleh kebijakan
diregulasi karena dengan iklim tersebut, dapat diharapkan menciptakan efisiensi
dalam perbankan.
Demikian pula, kebijakan pengendalian moneter, dimaksudkan untuk
memberikan kepercayaan kepada perbankan dan sektor swasta untuk mengatur
dirinya sendiri dalam memaksimalkan dan mengefesiensikan sumber-sumber
pendanaan masyarakat pada sektor-sektor yang dari bisnis memang memerlukan
bantuan kredit perbankan. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa bank
mampu memaksimalkan pelayanannya kepada masyarakat. Peranan pemerintah
memang masih ada, namun pada tahap terakhir, manajemen bank sebagai pelaku
ekonomilah yang menentukan arah pengalokasian dana yang dapat dihimpunnya.
Pada dasarnya dalam melakukan pembinaan (pengaturan) dan pengawasan
bank, pemegang otoritas perbankan mempunyai kewenangan, yaitu: kewenangan
memberikan izin, kewenangan mengatur, kewenangan untuk mengawasi,
kewenangan untuk memberikan sanksi. Keempat kewenangan ini telah diserahkan
kepada Bank Indonesia selaku pemegang otoritas perbankan.
Secara rinci kewenangan otoritas perbankan tersebut sebagai berikut:
1. Kewenangan di bidang perizinan
Dengan kewenangan perizinan ditetapkan hal-hal yang berkaitan dengan tata
cara perizinan dan pendirian suatu bank. Lingkup kewenangan dibidang
perizinan ini meliputi kewenangan memberikan dan mencabut izin usaha bank;
memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank;
memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank;
memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha
tertentu.
2. Kewenangan menetapkan peraturan
Dengan kewenangan mengatur ini ditetapkan ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan aspek kelembagaan dan keusahaan perbankan yang memuat

11
prinsip kehati-hatian dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang prudent
dan sehat serta mampu memberikan layanan kepada masyarakat dan
disesuaikan pula dengan standar yang berlaku secara internasional. 6
3. Kewenangan untuk memberikan sanksi
Kewenangan menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi
ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi
sesuai dengan asas perbankan yang sehat. Pengenaan sanksi ini dimaksudkan
agar bank melakukan perbaikan atas kelemahan dan penyimpangan yang
dilakukannya.
Di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, ditentukan bahwa
Bank Indonesia sebagai otoritas pembina dan pengawas perbankan di Indonesia
mempunyai wewenang melakukan pembinaan dan pengawasan.
Pelaksanaan pengawasan oleh Bank Indonesia tersebut meliputi tiga aspek
kewenangan sebagaimana diuraikan di atas. Berkaitan dengan itu, menurut Marulak
Pardede bahwa untuk menciptakan perbankan yang efisien, maka Bank Indonesia
perlu mendorong terciptanya sarana yang dapat menunjang kelancaran dalam
pemberian jasa perbankan kepada masyarakat. Sarana tersebut berupa sarana
penunjang kegiatan operasional bank, yaitu:
1. Lembaga kliring yang memungkinkan bank melayani transaksi pembayaran
nasabahnya dengan mudah, cepat, dan aman;
2. Pasar uang antar bank dan pengembangan surat-surat berharga pasar uang, yang
memungkinkan bank memperoleh pinjaman jangka pendek secara mudah,
efisien, dan aman dalam rangka pengelolaan likuiditas yang lebih baik;
3. Fasilitas discount window yang memungkinkan bank mendapatkan dana
sementara untuk keperluan likuiditasnya dalam keadaan di mana bank tersebut
sudah tidak mampu memperolehnya dari pasar.

6 Hermasyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Ed.2 Cet.6, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 3022, hlm. 176.

12
4. Sistem informasi kredit, yang memungkinkan bank memperoleh dan saling
menukar informasi tentang keadaan debiturnya. 7
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 dan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2004 di atas, maka Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 memberikan wewenang dan kewajiban bagi Bank Indonesia untuk membina
serta melakukan pengawasan terhadap bank dengan menempuh upayaupaya, baik
yang bersifat preventif dalam bentuk ketentuan-ketentuan, petunjukpetunjuk dan
nasihat, bimbingan dan pengarahan. Maupun secara reprensif dalam bentuk
pemeriksaan yang diusul dengan tindakantindakan perbaikan, sehingga pada
akhirnya Bank Indonesia dapat menetapkan arah pembinaan dan pengembangan
bank, baik secara individual maupun secara keseluruhan.
Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Adanya
langkah pembinaan dan pengawasan ini memberikan konsekuensi tertentu terhadap
bank. Bank yang diawasi dengan demikian memiliki kewajiban-kewajiban tertentu
yaitu:
1) Memelihara kesehatannya sesuai dengan ketentuan tentang aspek-aspek
permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas,
solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.
2) Menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank, dan kepentingan nasabah
yang mempercayakan dananya kepada bank, dalam memberikan kredit serta
kegiatan usaha lainnya.
3) Melakukan usahanya sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
4) Menyampaikan segala keterangan, dan penjelasan mengenai usahanya menurut
tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
5) Memberikan kesempatan bagi pemeriksa buku-buku, dan berkas-berkas yang
ada padanya, serta memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang
dilaporkan.

7Hermasyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Ed.2 Cet.6, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 3022, hlm. 176.

13
6) Menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, dan perhitungan laba rugi
tahunan serta penjelasannya, juga laporan berkala lainnya, dalam waktu dan
bentuk yang ditetapkan Bank Indonesia.
7) Sebelum menyampaikan neraca, dan perhitungan laba rugi, bank wajib terlebih
mengauditnya oleh akuntan publik.
8) Mengumumkan neraca, dan perhitungan laba rugi dalam waktu, dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 8
Bank Indonesia pada dasarnya adalah pengemban tugas pokok dalam
membantu pemerintah yaitu mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai
rupiah, serta mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, juga memperluas
kesempatan guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Dengan tugas tersebut maka Bank Indonesia bertindak melakukan
pengawasan dan pembinaan seluruh bank yang ada di Indonesia, untuk itu Bank
Indonesia mempunyai langka dan kewenangan tertentu, yaitu:
a. Meminta laporan yang dianggap perlu, dan mengadakan pemeriksaan terhadap
segala aktivitas bank-bank dan mengawasi pelaksanaan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam bidang perbankan.
b. Menetapkan tingkat, dan struktur bunga.
c. Menetapkan pembatasan kualitatif dan kuantitatif atas pemberian kredit oleh
perbankan atau disebut dengan loan lending limit.
d. Memberikan kredit likuiditas kepada bank dengan cara menerima penggadaian
ulang, menerima sebagai jaminan surat-surat berharga, menerima aksep dengan
syarat yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
e. Memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank untuk mengatasi kesulitan
likuiditas dalam keadaan darurat.
f. Menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek
permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas,
solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.
g. Memeriksa buku-buku dan berkas-berkas pada bank yang dibinanya.

8Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996,
hlm. 164.

14
h. Melakukan pemeriksaan terhadap bank baik secara berkala maupun setiap
waktu apabila diperlukan.
i. Menetapkan pengecualian bagi Bank Perkreditan Rakyat mengenai ketentuan
kewajiban bank untuk mengaudit neraca, dan perhitungan laba rugi tahunan
untuk diaudit oleh akuntan publik.
j. Memberitahukan kepada Menteri Keuangan bila ada bank yang menurut
penilaiannya diperkirakan mengalami kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usahanya.
Pembinaan oleh Bank Indonesia terhadap bank lainnya yaitu dengan jalan:
memperluas, memperlancar, dan mengatur lalu lintas pembayaran giral, dan
menyelenggarakan clearing antar bank; menetapkan ketentuanketentuan umum
tentang solvabilitas dan likuiditas bank-bank; memberikan bimbingan kepada bank-
bank guna penata laksanaan bank secara sehat; mendorong pengarahan dana-dana
masyarakat oleh perbankan tujuan usaha pembangunan yang produktif dan
berencana.
Ketiga kewenangan yang tersebut di atas (kewenangan dibidang perizinan,
kewenangan menetapkan peraturan, dan kewenangan untuk memberikan sanksi)
merupakan satu kesatuan dalam mendukung terciptanya pembinaan dan
pengawasan bank di Indonesia. Ketentuan perizinan ditujukan untuk menyakinkan
bahwa bank yang diperbolehkan beroperasi mempunyai modal yang cukup dan
dikelola oleh pengurus bank yang kompeten dan mempunyai integritas tinggi.
Ketentuan kehati-hatian bank ditujukan untuk memberikan rambu-rambu
yang harus dipatuhi oleh para pengurus bank sesuai standar yang berlaku secara
internasional. Apabila suatu bank melakukan pelanggaran atau bahkan diyakini
tidak layak beroperasi, Bank Indonesia berwenang untuk memberikan sanksi, baik
secara administratif maupun sampai mencabut izin usaha bank yang bersangkutan.

15
C. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

1) Sejarah Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan


Awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan berawal dari adanya
keresahan dari berbagai pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank Indonesia.
Ada tiga hal yang melatarbelakangi pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, yaitu
perkembangan industri sektor jasa keuangan di Indonesia, permasalahan lintas
sektoral industri jasa keuangan, dan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang
Bank Indonesia yang merupakan respon dari krisis Asia yang terjadi pada
Tahun 1997-1998 yang berdampak sangat berat terhadap Indonesia, khususnya
sektor perbankan. Krisis pada Tahun 1997-1998 yang melanda Indonesia
mengakibatkan banyaknya bank yang mengalami koleps sehingga kinerja Bank
Indonesia dipertanyakan sebagai lembaga pengawas perbankan. Kelemahan
kelembagaan dan pengaturan yang tidak mendukung diharapkan dapat
diperbaiki sehingga tercipta kerangka sistem keuangan yang lebih tangguh.
Reformasi di bidang hukum perbankan diharapkan menjadi upaya
penyembuhan krisis dan sekaligus menciptakan pencegahan dalam pemikiran
permasalahan-permasalahan di masa depan. Untuk itu, terbentuklah ide awal
pembentukan Otoritas Jasa Keuangan yang sebenarnya adalah hasil kompromi
untuk menghindari jalan buntu pembahasan undangundang tentang Bank
Indonesia oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Pada awal pemerintahan Presiden
Habibie, pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Bank
Indonesia yang memberikan independesi kepada bank sentral. Rancangan
Undang-Undang ini di samping memberikan independensi, juga mengeluarkan
fungsi pengawasan perbankan dari Bank Indonesia.
Ide pemisahan fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari
Helmut Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank (bank sentral Jerman) yang
pada waktu penyusunan Rancangan Undang-Undang (kemudian menjadi
UndangUndang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia) bertindak
sebagai konsultan, dimana belia mengambil pola bank sentral Jerman yang tidak

16
mengawasi bank. Pada waktu Rancangan Undang-Undang tersebut diajukan
muncul penolakan yang kuat dari kalangan Dewan Perwakilan Rakyat dan Bank
Indonesia. Sebagai kompromi, disepakati bahwa lembaga yang akan
menggantikan Bank Indonesia dalam mengawasi bank tersebut juga bertugas
mengawasi lembaga keuangan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlihat
bahwa pemisahan fungsi pengawasan tersebut adalah memangkas kewenangan
bank sentral.
Sekarang ini, segala tugas, fungsi dan wewenang Bank Indonesia dalam
hal pengaturan dan pengawasan perbankan beralih ke OJK termasuk kasus dan
sengketa perbankan yang dalam penanganan Bank Indonesia juga dialihkan ke
OJK. Terlihat dalam ketentuan peralihan yang termuat dalam Pasal 55 ayat (1)
dan (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 menyebutkan bahwa :
(1) Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan
dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan ke OJK;
(2) Sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas, dan wewennag pengaturan
dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank
Indonesia ke OJK.

2) Tugas dan Fungsi OJK


Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa
keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan
pembiayaan, dana pensiun, pegadaian, leasing, factoring, asuransi dan lainya.
Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai suatu lembaga pengawasan
sektor keuangan di Indonesia yang perlu diperhatikan, karena ini harus
dipersiapkan dengan baik segala hal untuk mendukung keberadaan OJK
tersebut.
Undang-undang tentang Otoritas Jasa Keuangan pada dasarnya
memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga

17
yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa
keuangan. Sedangkan ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan,
cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan
kriteria lembaga jasa keuangan, tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial
serta ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain sebagainya
yang menyangkut transaksi jasa keuangan di atur dalam undang-undang
sektoral tersendiri, yaitu undang-undang tentang perbankan, pasar modal, usaha
perasuransian, dana pensiun dan peraturan perundang-undangan lain yang
terkait dengan sektor jasa keuangan lainya
Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa
keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan
pembiayaan, dana pensiun, dan asuransi. Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) sebagai suatu lembaga pengawasan sektor keuangan di Indonesia yang
perlu diperhatikan, karena ini harus dipersiapkan dengan baik segala hal untuk
mendukung keberadaan Otoritas Jasa Keuangan tersebut.
1. Tujuan Pembentukan OJK OJK di bentuk dengan tujuan agar
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
a. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
b. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil.
c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
2. Fungsi OJK
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap:
a. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan.
b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal \
c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun,
lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainya.

18
3. Tugas OJK
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
a. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal
c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun,
lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainya.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor
perbankan OJK mempunyai wewenang:
a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang
meliputi:
1) Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran
dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya
manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan
izin usaha bank.
2) Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,
produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa. b.
b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank,
meliputi:
1) Manajemen resiko
2) Tata kelola bank
3) Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang 4) Pencegahan
pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan 5) Pemeriksaan
bank
Untuk melaksanakan tugas pengaturan OJK mempunyai wewenang:
a) Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang ini
b) Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
c) Menetapkan peraturan dan keputusan OJK
d) Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa
keuangan
e) Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK

19
f) Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah
tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu
g) Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola
statuter pada Lembaga Jasa Keuangan
h) Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban
i) Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan

Tugas dan wewenang OJK dalam hal pengawasan perbankan hanya


berkaitan dengan aspek micro prudential seperti kelembagaan, kegiatan usaha, dan
penilaian tingkat kesehatan. Sedangkan aspek macro prudential berkaitan dengan
kebijakan moneter dan sistem pembayaran seperti ketentuan tentang Giro Wajib
Minimum (GWM), ketentuan devisa, Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan laporan-
laporan serta pemeriksaan yang terkait dengan pelaksanaan tugas di bidang moneter
dan sistem pembayaran merupakan kewenangan dari otoritas moneter BI. Tugas
micro prudential banking regulation yang menjadi kewenangan OJK meliputi
kewenangan membuat dan menetapkan pengaturan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan bank serta ketentuan kehatihatian yang
berkaitan dengan individual bank dalam rangka menjaga bank tetap aman dan sehat
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 9c UU OJK, diketahui bahwa OJK tidak
hanya memiliki wewenang untuk mengatur dan mengawasi, melainkan juga
9
terdapat wewenang untuk melakukan penyidikan. Penyidikan merupakan
wewenang baru yang berbeda dengan wewenang Bank Indonesia sebagai lembaga
yang berperan untuk mengawasi lembaga keuangan sebelum OJK dibentuk.
Sebelumnya, Bank Indonesia hanya berwenang untuk menginvestigasi apabila
ditemukan dugaan terjadinya tindak pidana pada lembaga keuangan yang
diawasinya.

9 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

20
Pengawasan diperlukan karena adanya potensi moral hazard
(penyelewengan/penyalahgunaan)oleh para pelaku ekonomi yang tentunya
berdampak negatif terhadap per ekonomian. Teori ekonomi menunjukkan bahwa
moral hazard disebabkan oleh adanya asymmetric information. Asymmetric
information adalah kondisi dimana informasi tidak tersebar merata antar pelaku
ekonomi.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketentuan UU No.23 Tahun 1999 secara tegas menetapkan Bank Indonesia


sebagai lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah
dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam
UU Bank Indonesia 1999.
OJK merupakan lembaga yang bersifat independen dengan wewenang
untuk mengatur dan mengawasi sektor jasa keuangan, baik lembaga keuangan bank
maupun non-bank. Pembentukan OJK berdasarkan pada UU OJK sebagai lembaga
yang terlepas dari campur tangan pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

OJK dibentuk dengan tujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat,


mendorong terciptanya sistem keuangan yang stabil dan berkelanjutan, dan
mendukung terselenggaranya sistem keuangan yang teratur, adil, akuntabel dan
transparan. Berangkat dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa keberadaan OJK
mempunyai peran yang krusial khususnya untuk menjaga daya saing dan
meningkatkan perekonomian di Indonesia.

22
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal
Raranta, D. (2017). Tugas Dan Fungsi Bank Dalam Rangka Pembinaan Dan
Pengawasan Bank. Lex Privatum Vol.V/No. 1.

Amir, Muhammad Fakhri. “Peran Dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Dalam
Sistem Keuangan Di Indonesia (Perspektif Hukum Islam).” Al-Amwal:
Journal of Islamic Economic Law 5, no. 1 (2020): 59–71.
https://doi.org/10.24256/alw.v5i1.1577

Buku

Hermasyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Ed.2 Cet.6, Kencana Prenada


Media Group, Jakarta, 3022

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta,
2014

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,


Bandung, 1996, hlm. 164.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-


Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-


Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

23

Anda mungkin juga menyukai