Anda di halaman 1dari 5

SOAL :

1. Tunjukkan (dengan bagan/sejenisnya) alur proses sidang Peradilan Tata Usaha Negara
mengacu pada UU PTUN dan UU Adminsitrasi Pemerintarahan (berikan analisis sederhana
jika ditemukan perubahan/perbedaan atas alur proses sidang PTUN Pasca Berlakunya UU
Administrasi Pemerintahan)
2. Buatlah karya tulis (ilmiah Populer) sederhana terkait dengan Isu-isu PTUN Terkini
(Maksimal 1 setengah halaman)
JAWABAN :
1. Alur proses sidang Peradilan Tata Usaha Negara mengacu pada UU PTUN dan UU
Adminsitrasi Pemerintarahan :
Alur Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara
Upaya Administratif
Upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang atau badan
hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Prosedur
tersebut dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri dan terdiri atas dua bentuk :
a. Keberatan
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan sendiri oleh Badan/Pejabat Tata
Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara.
b. Banding Administratif
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan oleh instansi atasan atau
instansi lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata
Usaha Negara, yang bersangkutan.
Berbeda dengan prosedur di Peradilan Tata Usaha Negara, maka pada prosedur banding
administratif atau prosedur keberatan dilakukan penilaian yang lengkap, baik dari segi
penerapan hukum maupun dari segi kebijaksanaan oleh instansi yang memutus. Dari
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya
Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan dapat dilihat apakah terhadap suatu
Keputusan Tata Usaha Negara itu terbuka atau tidak terbuka kemungkinan untuk ditempuh
suatu upaya administratif.

Gugatan Melalui Pengadilan


Tata Usaha Negara
Alur konvensional Gugatan Ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Gugat langsung ke pengadilan Melewati mekanisme upaya administratif (banding
tata usaha negara administratif), tetap dianggap diajukan kepengadilan
tingkat pertama meskipun di PT TUN (tergantung
amanat peraturan dasarnya)

Ketentuan Pengajuan Gugatan Pada Pengadilan Tata Usaha Negara


• Gugatan
Gugatan TUN dalam Pasal 1 angka 5 merupakan Permohonan tertulis kepada pengadilan
yang berisi tuntutan agar Keputusan TUN dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau
tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi
Pihak Dalam PTUN dalam Pasal 1 angka 6 :
Penggugat : Orang atau badan hukum perdata
Tergugat : Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan
Alasan gugatan TUN terdapat pada Pasal 53 ayat (2) UU 9 Tahun 2004
1. Keputusan TUN bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(substansi, wewenang (materi,tempat, waktu), prosedur)
2. Keputusan TUN bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik;

Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung
sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat TUN. (Pasal
55)

• Prosedur Dismissal
Setelah diajukan gugatan, maka akan dilakukan pemeriksaan dismissal atau rapat
permusyawaratan. Pra Pemeriksaan Pokok Gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara
Rapat Permusyawaratan, Pemeriksaan Persiapan, Pemeriksaan pada Pengadilan Tata
Usaha Negara. Acara yang digunakan dalam pemeriksaan perkara TUN Acara Singkat,
Acara Cepat, Acara Biasa.
Rapat Permusyawaratan / Dismisal proses (Pasal 62) Dismisal proses dipimpin oleh
ketua PTUN, intinya memberikan bimbingan kepada penggugat agar dapat membuat dan
mengajukan gugatan secara benar. Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan
suatu penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan
yang diajukan itu dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar
Dalam rapat permusyawaratan ini, Ketua Pengadilan berwenang memutuskan
dengan suatu penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa
gugatan yang diajukan itu dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar\
• Pemeriksaan Persiapan
Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Hakim wajib mengadakan
pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas. Pemeriksaan ini
tertutup untuk umum
Penggugat berhak mendapat nasehat guna melengkapi gugatan. Tujuan pemeriksaan
persiapan adalah agar gugatan dapat disempurnakan dalam rangka mematangkan perkara
(kedua belah pihak dapat dipanggil oleh hakim)
Dalam pemeriksaan persiapan, Hakim wajib memberi nasihat kepada penggugat untuk
memperbaiki gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka
waktu tiga puluh hari, dan juga Hakim dapat meminta penjelasan kepada Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan. Dalam jangka waktu 30 hari Penggugat
harus melengkapi gugatan apabila tidak dilengkapi gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima. Terhadap putusan tersebut tidak ada upaya hukum tapi bisa diajukan gugatan
baru.
Dalam UU No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, beberapa perluasan
kewenangan mengadili PTUN :
• Perluasan Pemaknaan Keputusan Tata Usaha Negara;
(Pasal 1 angka 7, Pasal 1 angka 8 jo Pasal 87 UU AP → Sebelumya diatur pada Pasal 1 angka
9 UU PTUN )
• Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara terhadap pengujian tentang ada atau tidaknya
penyalahgunaan wewenang dalam penerbitan KTUN; (Pasal 21 UU AP → Sebelumya diatur
pada Pasal 53 UU PTUN)
• Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara untuk memutusan terhadap obyek sengketa fiktif
positif; (Pasal 53 UU AP → Sebelumnya diatur pada Pasal 3 UU PTUN)
• Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara Tingkat satu untuk mengadili gugatan pasca upaya
administratif; (Pasal 75 ayat 1 jo Pasal 76 ayat 3 UU AP → Sebelumnya diatur pasal 48 UU
PTUN)
• Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara untuk mengadili atau mengabulkan tuntutan ganti
rugi, tanpa pembatasan jumlah tertentu. (Pasal 81 ayat 2 UU AP → Sebelumnya pada Pasal
120 UU PTUN jo PP No 31 Tahun 1991 )

Implikasi hukum pengaturan perluasan makna Keputusan Tata Usaha Negara pada UU
Administrasi Pemerintahan terhadap proses pengajuan sengketa di Pengadilan
Tata Usaha Negara
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Lahirnya UU No 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan menghadirkan beberapa
perubahan kompetensi yang terkait dengan prosedur pengajuan perkara pada Peradilan Tata
Usaha Negara; Salah satu isu hangat dan sangat problematis pasca hadirnya UU Administrasi
Pemerintahan terdapat perubahan substansial terkait “PENGERTIAN / PEMAKNAAN
KTUN” . KTUN yang dulunya identik dengan penetapan tertulis kemudian diperluas dengan
mencakup pada Tindakan Faktual yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara, syarat KTUN Tertulis diperluas dengan mencakup pula Perbuatan Materiil Tata
Usaha Negara. UU PTUN khususnya ketentuan Pasal 1 angka 9 UU Nomor 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara memberikan pengertian KTUN sebagai : “Suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
kongkret, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata”.
B. Rumusan Masalah
Apa implikasi hukum pengaturan perluasan makna Keputusan Tata Usaha Negara pada UU
Administrasi Pemerintahan terhadap proses pengajuan sengketa di Pengadilan Tata Usaha
Negara
C. Tujuan Penelitian
Dapat mengetahui implikasi hukum pengaturan perluasan makna Keputusan Tata Usaha
Negara pada UU Administrasi Pemerintahan terhadap proses pengajuan sengketa di
Pengadilan Tata Usaha Negara
BAB II
Pembahasan
Pengaturan perluasan makna KTUN dalam UU Administrasi Pemerintahan menimbul kan
berbagai implikasi implikasi hukum yang merubah system Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara khususnya terkait kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara dalam memeriksa dan
sengketa yang menjadi lingkup kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara, harus dimaknai
sebagai Penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan factual, Keputusan badan atau pejabat di
lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif dan pelanggaran negara lainya, Berdasarkan ketentuan
perundang-undangan dan Asas-asas umum pemerintahan yang baik, Bersifat final dalam arti luas,
Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum, Keputusan yang berlaku bagi warga
negara. Beberapa implikasi hukum yang muncul pasca perluasan pemaknaan KTUN pada UU
Administrasi Pemerintahan meliputi : PTUN memiliki kewenangan mengadili Tindakan factual
yang dilakukan aparatur pemerintahan yang dulunya merupakan kewenangan Pengadilan Negeri
(gugatan perbuatan melawan hukum ), Keputusan diluar lingkungan eksekutif yang dikeluar kan
oleh badan pejabat dilingkungan legislatif, yudikatif dan penyelenggara negara lainnya menjadi
obyek Sengketa Tata Usaha Negara , KTUN yang sudah menimbulkan akibat hukum meskipun
masih memerlukan persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain dapat diajukan sebagai obyek
Sengketa Tata Usaha Negara, Gugatanke PTUN dapat diajukan atas segala potensi kerugian yang
mungkin muncul dari dikeluarkannya suatu KTUN. Pihak yang berpeluang mengajukan gugatan
Tata Usaha Negara tidak hanya terbatas untuk individu tertentu (individual), melainkan juga bagi
warga negara atau masyarakat secara luas yang berpotensi atau telah mengalami kerugian akibat
dikeluarkannya KTUN tersebut.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Selain menimbulkan berbagai implikasi hukum pasca pengaturan perluasan makna dalam UU
Administrasi Pemerintahan, padatataran praktis perluasan pemaknaan KTUN ini juga
menimbulkan ketidakpastian hukum, dimana terjadi berbagai perbedaan penafsiran yang
mengakibatkan kebingungan para pihak pada tataran pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai