Anda di halaman 1dari 5

LEGAL OPINION

HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL

Disusun Oleh:

Iksanudin Nursantosa (8111421487)


Tumpal Paskalis (8111421501)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
A. Fakta Hukum
 Siswandi als. Acok selaku penemu dan pemegang hak paten No.ID 006 462 tanggal 26
September 2001 atas pompa sedot bahan galian mengetahui bahwa pompa sedot galian
untuk pertambangan yang telah saksi korban pasarkan telah diproduksi,
diperdagangkan atau disediakan untuk dijual oleh orang lain sekira bulan Februari
tahun 2005 dari pemegang lisensi
 Bahwa pompa sedot bahan galian untuk pertambangan tersebut telah terdaftar dalam
daftar umum paten di Dirjen HAKI Departemen KeHakiman dan HAM No. Paten ID.0006
462 tanggal 26 September 2001 adalah hak paten milik saksi Siswandi dengan judul
penemuan POMPA SEDOT BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN yaitu suatu pompa
yang dirancang, sedemikian rupa dengan menggunakan teknologi yang sederhana dan
dapat bekerja sesuai dengan fungsinya untuk memompa bahan galian seperti pasir, batu
lumpur, air dan bahan galian lainnya sekaligus terdiri dari poros pompa yang ditahan
oleh dua bantalan, impeller, dan rumah siput, beserta penutupnya yang dipadukan
dengan mesin-mesin perkakas dan menggunakan baja dan pelat baja yang dipadukan
dengan proses pengelasan
 Bahwa Terdakwa BUDIANTO, pada hari Selasa, tanggal 3 Mei 2005 sekira jam 11.30 WIB
atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Mei 2005 bertempat di
pergudangan Ocean Park Jalan Perancis Blok HM HN HO No. 38 Tangerang atau setidak-
tidaknya di suatu tempat yang masih termasuk di dalam daerah hukum Pengadilan
Negeri Tangerang, dengan sengaja dan tanpa hak pemegang paten yaitu membuat,
menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan
untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten
 Acok mendapatkan barang-barang tersebut sebanyak 32 unit dan dilengkapi dengan nota
pembelian di mana toko tempat pembelian barang
 Bahwa barang bukti berupa 32 Unit Pompa sedot bahan galian untuk pertambangan yang
diduga melanggar paten ID 0006 461 tanggal 26 September 2001 dari merek-merek yang
beredar diantaranya adalah : CM (Cahaya Mas), BM, GM, AM, AKP, Yasuka. Di mana
sebanyak 14 unit terdapat merek Cahaya Mas yang diproduksi dan dibuat untuk dijual
atau diserahkan produk yang diberi paten telah diproduksi oleh Terdakwa BUDIANTO
selaku pemilik dan penanggung jawab bengkel Jaya Makmur yang terletak di Jl.
Pergudangan Ocean Park Blok HM HN HO No. 38 Jl. Perancis Tangerang.
B. Identifikasi Masalah
Bagaimana upaya hukum seharusnya yang dapat ditempuh oleh SISWANDI alias ACOK atas
kerugian materiil dan immateriil yang dialaminya?
C. Identifikasi Hukum

Dengan melihat fakta-fakta hukum diatas maka dasar hukum yang terdapat dalam perkara
tersebut adalah:

 Undang-undang (UU) Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten


D. Analisis
1. Perlindungan Hukum terhadap Pelanggaran Hak Paten di Indonesia
 Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia perlindungan atas Hak Paten
dalam suatu karya diatur dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
yang mana UU tersebut dicabut dan digantikan dengan Undang-Undang No. 12
Tahun 2016 Tentang Paten. Berdasarkan fakta hukum kasus diatas, terdapat 2
problematika yang dapat dikaji melalui analisis hukum ini, yakni terdapat dua
perlindungan Hukum antara sebelum dan setelah berlakunya UU No. 13 Tahun
2016 terhadap pelanggaran Hak Paten di Indonesia. hal tersebut disebabkan
adanya perbedaan waktu yang jauh antara kasus tersebut terjadi dengan waktu
kami menganalisi kasus tersebut sekarang yang mana terdapat peraturan baru yang
juga mengatur tentang Paten dan bahkan mencabut UU paten yang lama.
 Pada ketentuan regulasi yang mengatur pelanggaran Hak paten sebelum
berlakunya UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten, Perlindungan Hukum terhadap
hak paten yang ditawarkan oleh UU Paten yang lama diatur dalam pasal 130 UU
No. 14 Tahun 2001 tentang Paten dimana unsur-unsur untuk terpenuhinya pasal
130 tersebut ialah dengan mengaitkannya pada pasal 16 pada UU yang sama yakni
berbunyi:
“1.) Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Paten yang
dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya:
a. dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,
menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan produk yang diberi Paten;
b. dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk
membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a.”
dimana jika unsur-unsur pasal 16 jo pasal 130 UU No. 14 Tahun 2001 tersebut
terpenuhi, maka pelaku dapat dikenakan sanksi pidananya ialah pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
 Kemudian untuk ketentuan regulasi yang mengatur pelanggaran Hak paten setelah
berlakunya UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten, Perlindungan Hukum terhadap
hak paten pada UU tersebut hampir sama seperti ketentuan pada UU hak Paten
yang lama, tetapi terdapat suatu perbedaan pada besaran denda yang harus dibayar
oleh pelaku. Yang mana lebih jelas pasal tersebut berbunyi: “Setiap Orang yang
dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 161 untuk Paten, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
Jelas terlihat bahwa pada UU paten yang baru lebih menekankan pada denda
dimana jumlah besaran dendanya 2 kali lebih besar dari ketentuang UU paten
sebelumnya.

2. Upaya Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Paten di Indonesia

 Berdsarkan pada waktu analisi hukum terkait kasus ini dilakukan, maka yang
berlaku ialah UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten di Indonesia sebagai
pembaharuan dari UU Paten sebelumnya. Sehingga sesuai dengan fakta hukum
diatas serta bentuk perlindungan Hukum yang bisa ditempuh oleh korban yang
mengalami atau merasakan kerugian akibat pelanggaran hak patennya, maka sesuai
dengan UU yang berlaku sekarang ialah UU No. 13 Tahun 2016 tentang paten, maka
dapat dikatakan bahwa korban yang mana disini ialah ACOK dapat melakukan Upaya
hukum yakni melakukan penuntutan kepada BUDIANTO dengan jeratan tuntutan
pasal 161 jo pasala 160 UU No. 13 Tahun 2016 tentang paten dimana pelaku yang
dituntut harus memenuhi unsur yang terdapat dalam pasal 161 jo 160 tersebut.
Berdasarkan fakta hukum sesuai dengan kasus diatas bahwa Terdakwa yakni
BUDIANTO secara sah dapat dipahami atau diketahui melawan hukum untuk
membuat, menjual atau menyediakan untuk dijual kepada umum pompa sedot
bahan galian untuk pertambangan kepada umum adalah tanpa ijin dari pemilik
paten yaitu ACOK. Dan atas perbuatannya tersebut, membuat acong mengalami
kerugian materiil dan imateriil kurang lebih 3 miliyar Rupiah. Sehingga dengan
terpenuhinya BUDIANTO atas Unsur-unsur yang terdapat pada pasal 161 jo pasal
160 UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten tersebut, maka BUDIANTO sebagai
terdawa dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 1. 00.000.000,00 (Satu Miliar rupiah).
E. Kesimpulan
 Perlindungan Hukum Terhadap pelanggaran Hak paten sebelum berlakunya UU
No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten, ditawarkan oleh UU Paten yang lama yakni
pada pasal 130 UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten dimana unsur-unsur untuk
terpenuhinya pasal 130 tersebut ialah dengan mengaitkannya pada pasal 16 pada
UU yang sama dengan sanksi pidananya ialah pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Sedangkan untuk Perlindungan Hukum pelanggaran Hak paten setelah berlakunya
UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten hampir sama seperti ketentuan pada UU hak
Paten yang lama, tetapi terdapat suatu perbedaan pada besaran denda yang harus
dibayar oleh pelaku yakni Sebesar 1 miliar Rupiah.
 Berdasarkan fakta hukum sesuai dengan kasus diatas bahwa Terdakwa yakni
BUDIANTO secara sah dapat dipahami atau diketahui melawan hukum untuk
membuat, menjual atau menyediakan untuk dijual kepada umum pompa sedot
bahan galian untuk pertambangan kepada umum adalah tanpa ijin dari pemilik
paten yaitu ACOK. Dan atas perbuatannya tersebut, membuat acong mengalami
kerugian materiil dan imateriil kurang lebih 3 miliyar Rupiah. Sehingga dengan
terpenuhinya BUDIANTO atas Unsur-unsur yang terdapat pada pasal 161 jo pasal
160 UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten tersebut, maka BUDIANTO sebagai
terdawa dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 1. 00.000.000,00 (Satu Miliar rupiah).

Anda mungkin juga menyukai