Anda di halaman 1dari 13

HAK PATEN

Tugas Mata Kuliah Hukum Hak Kekayaan Intelektual

DISUSUN OLEH :

Florianza Degemilang (1710112004)

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS HUKUM

2019

FACULTY OF LAW 0
Pendahuluan

Latar Belakang

Saat ini, era kehidupan manusia telah memasuki era baru yang disebut sebagai era
globalisasi. Pengertian dari globalisasi adalah suatu prosses sejarah, atau alamiah yang akan
membawa seluruh bangsa dan negara didunia makin terikat satu sama lain mewujudkan satu
tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko- eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas
geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.1 Dengan adanya globalisasi yang meniadakan
“sekat” batas negara, arus kemajuan teknologi informasi dan transportasi menjadi sebuah
hubungan kausalitas. Hal ini juga berlaku dalam sektor ekonomi, globalisasi di bidang
ekonomi mendorong investasi di bidang industri dan pemasaran produk tidak terbatas pada
pasar nasional akan tetapi lebih meluas melewati batas-batas negara.2
Dengan adanya industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
menjadikan hak atas hasil karya pola fikir manusia dalam bidang penemuan menjadi sesuatu
hal yang dikhawatirkan jika tidak ada perlindungan hukum atasnya. Maka disini, hak atas
kekayaan intelektual harus memperoleh perlindungan guna menghindari konflik dikemudian
hari. Salah satu yang menarik untuk kita bahas tentang hak kekayaan intelektual adalah
mengenai hak paten.
Hak paten ialah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi
tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. 3 Hak Paten
dapat dilakukan oleh para masyarakat atau pihak-pihak yang akan mempatenkan hasil
inovasinya sebagai hak dari mereka sendiri. Pengetahuan mengenai hak paten ini sangat
penting untuk melindungi dan menjaga hasil karya mereka yang memiliki inovasi. Maka dari
itu, adanya tugas kelompok terstruktur mata kuliah hukum atas kekayaan intelektual dengan
dosen pengampu Dr. Devi Rahayu, S.H., M.Hum. kami akan membahas tentang bab
mengenai hak paten.

Rumusan Masalah

Apa dan bagaimana mekanisme regulasi tentang paten yang ada di Indonesia menurut
Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten ?

1
Dikutip dari, http://staffnew.uny.ac.id/upload/131405899/pendidikan/EKO.+PEMB+-+Globalisasi.pdf
2
Kholis Roisah, Konsep Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang 2015, bab pendahuluan
halaman 1
3
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten.

FACULTY OF LAW 1
Pembahasan

A. Pengertian

Istilah "paten" sering kita dengar banyak dipakai oleh masyarakat luas dan bahkan tak
jarang disalah-pahami sebagai padanan dari istilah "hak kekayaan intelektual" itu sendiri.
Namun sesungguhnya, paten hanyalah salah-satu dari sekian banyak bentuk perlindungan
HKI. Paten adalah perlindungan HKI bagi karya intelektual yang bersifat teknologi, atau
dikenal juga dengan istilah invensi, dan mengandung pemecahan/solusi teknis terhadap
masalah yang terdapat pada teknologi yang telah ada sebelumnya.4
Kata paten, berasal dari bahasa Inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere
yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah letters
patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak eksklusif
kepada individu dan pelaku bisnis tertentu.
Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka
pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak
eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian paten tidak mengatur siapa yang
harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten tidak dianggap sebagai hak
monopoli. Sedangkan ditinjau dari sudut pandang yuridis berdasar Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2016 Tentang Paten, paten ialah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan
sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
Didalam hak paten sendiri, umumnya memiliki istilah-istilah sebagai berikut:5
1. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. (Pasal 1 butir 2)
2. Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi.
(Pasal 1 butir 3)
3. Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten, pihak yang menerima hak
atas Paten tersebut dari pemilik Paten, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak
atas Paten tersebut yang terdaftar dalam daftar umum Paten. (Pasal 1 butir 6)

4
Dikutip dari, Paten - HKI.CO.ID.htm
5
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten

FACULTY OF LAW 2
4. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Paten, baik yang bersifat eksklusif
maupun noneksklusif, kepada penerima lisensi berdasarkan perjanjian tertulis untuk
menggunakan Paten yang masih dilindungi dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
(Pasal 1 butir 11)
5. Royalti adalah imbalan yang diberikan untuk penggunaan hak atas Paten. (Pasal 1
butir 14)
B. Sistem Paten di Indonesia
Sistem paten di Indonesia menganut asas first-to-file, artinya siapa saja yang
mendaftarkan invensinya untuk pertama kalinya dikantor paten akan mendapatkan hak
atas paten. Hanya di Amerika Serikat yang menganut sistem first-to-invert, dimana hak
paten diberikan kepada seseorang yang pertama kali menemukan.6
C. Perlindungan Paten
Dalam perlindungan paten, Undang-Undang Paten No. 13 Tahun 2016 dibagi
menjadi dua golongan, yaitu: Paten dan Paten Sederhana.7
D. Invensi yang tidak dapat diberi Paten
Tidak semua invensi dapat diberi paten, invensi yang tidak dapat diberi paten
adalah meliputi invensi tentang:
1) Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
ketertiban umum atau kesusilaan;
2) Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan
terhadap manusia dan/atau hewan;
3) Teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika;
4) Makhluk hidup, kecuali jasad renik; atau
5) Proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses
non biologis atau proses mikrobiologis.8

E. Subjek Paten
Mengenai subjek paten, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016
menyebutkan: yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih
lanjut hak inventor yang bersangkutan. Ketentuan ini memberi penegasan bahwa hanya
penemu atau yang berhak menerima lebih lanjut hak penemu, misalnya karena pewarisan,

6
M. Ahkam S dan Suprapedi, Pengenalan HKI, PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008, hal. 21
7
Pasal 2 UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten
8
Pasal 9 UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten

FACULTY OF LAW 3
hibah, wasiat, perjanjian, atau sebab-sebab lain, yang berhak memperoleh paten atas
penemuan yang bersangkutan. Yang dianggap sebagai penemu adalah mereka yang untuk
pertama kali mengajukan permintaan paten, kecuali terbukti sebaliknya. Artinya undang-
undang memakai titik tolak bahwa orang atau badan yang pertama kali mengajukan
permintaan paten dianggap sebagai penemunya. Tetapi apabila di kemudian hari terbukti
sebaliknya dengan bukti kuat dan meyakinkan, maka status sebagai penemu dapat
berubah. Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas
invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh inventor yang bersangkutan. Inventor
berhak mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang
diperoleh dari invensi. Imbalan dapat dibayarkan: dalam jumlah tertentu dan sekaligus,
persentase, gabungan jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus, gabungan
antara persentase dan hadiah atau bonus atau bentuk lain yang disepakati para pihak yang
besarnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
F. Hak dan Kewajiban Pemegang Paten
Mengenai Hak Pemegang paten ialah sebgai berikut:
1. Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang
dimilikinya, dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuanya:
a) Dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimport, menyewa,
menyerahkan memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan produk yang diberi paten.
b) Dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk
membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam
huruf a.
2. Larangan menggunakan proses produksi yang diberi paten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, hanya berlaku terhadap impor produk yang semata-mata
dihasilkan dari penggunaan proses yang diberi perlindungan paten.
3. Dalam hal untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan atau analisis.
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dikecualikan
sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang paten dan tidak
bersifat komersial.9
Mengenai kewajiban pemegang paten wajib membuat produk atau menggunakan
proses yang diberi paten di Indonesia. Dengan kewajiban ini, berarti setiap pemegang
paten diharuskan untuk melaksanakan patennya yang diberi di Indonesia melalui
9
Pasal 19 UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten

FACULTY OF LAW 4
pembuatan produk atau menggunakan proses yang dipatenkan tersebut, dengan harapan
dapat menunjang adanya alih teknologi, penyerapan investasi, dan penyediaan lapangan
kerja. Kewajiban lainnya disebutkan dalam Pasal 21 Undang-Undang Paten Tahun 2016,
bahwa pemegang paten atau penerima lisensi suatu paten diwajibkan untuk membayar
biaya tahunan untuk pengelolaan kelangsungan berlakunya paten dan pencatatan lisensi.
G. Peraturan perundang-undangan yang mengatur Paten
Di Indonesia pengaturan hak paten ini sebelum keluarnya UU no. 6/1989 yang
telah diperbaharui dengan UU No.13/1997 kemudian diubah dengan UU No. 14 Tahun
2001 lalu terakhir adalah UU Nomor 13 Tahun 2016 tentang hak paten adalah berdasarkan
Octroiwet 1910 sampai keluarnya pengumuman Menteri Kehakiman tertanggal 12
Agustus 1953 No. J.S 5/41/4 tentang pendaftaran sementara oktroi dan pengumuman
Menteri Kehakiman tertanggal 29 Oktober 1953 J.G. 1/2/17 tentang permohonan
sementara oktroi dari luar negeri. Berikut adalah Undang-Undang tentang Paten,
diantaranya:
1. Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten (UUP) yang sekarang diubah
menjadi Undang-Undang Paten nomor 13 Tahun 2016;
2. Undang-undang No.7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing the Word Trade
Organization(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia);
3. Keputusan persiden No. 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the
protection of Industrial Property;
4. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pemerintah Paten;
5. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Isi Surat Paten;
6. Keputusan Menkeh No. M.01 -HC.02.10 Tahun 1991 tentang Paten Sederhana;
7. Keputusan Menkeh No. M.02-HC.01.10 Tahun 1991 tentang Penyelenggaraan
pengumuman paten;
8. Keputusan Menkeh No. N.04-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Persyaratan, Jangka
Waktu, dan Tata Cara Pembayaran Biaya Paten;
9. Keputusan Menkeh No.M.06.- HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Pengajuan
Permintaan Paten;
10. Keputusan Menkeh No. M.07-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Syarat-syarat
Permintaan Pemeriksaan Substantif Paten;
11. Keputusan Menkeh No. M.08-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pencatatan dan
Permintaan Salinan Dokumen Paten;

FACULTY OF LAW 5
12. Keputusan Menkeh No. M.04-PR.07.10 Tahun 1996 tentang Sekretariat Komisi
Banding Paten;
13. Keputusan Menkeh No. M.01 -HC.02.10 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pengajuan
Permintaan Banding Paten.
H. Proses Pendaftaran Paten
Proses pendaftaran paten ini dimulai dengan mengajukan permohonan paten. Pasal
24 Undang-Undang Paten Nomor 13 Tahun 2016 menyatakan bahwa paten diberikan atas
dasar permohonan dan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Paten Nomor 13 Tahun 2016
menyatakan bahwa setiap permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Invensi atau
beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan Invensi. Dari ketentuan Pasal 24 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2016 ini, jelas ditentukan bahwa pemberian paten didasarkan
pada permohonan yang diajukan oleh Inventor ataukuasanya. Artinya, tanpa adanya
permohonan seseorang paten tidak akan diberikan. Permohonan paten dimaksud hanya
dapat diajukan baik untuk satu Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu
kesatuan dan saling berkaitan erat. Pada dasarnya, permohonan paten harus diajukan oleh
Inventor dan disertai dengan membayar biaya permohonan kepada Direktorat Jenderal
HaKI. Dalam hal permohonan tidak diajukan oleh Inventor atau diajukan oleh pemohon
yang bukan Inventor, menurut Pasal 25 Undang-Undang Paten Nomor 13 Tahun 2016
permohonan tersebut harus disertai pernyataan yang dilengkapi bukti yang cukup bahwa ia
berhak atas Invensi yang bersangkutan dan Inventor dapat meneliti surat permohonan
dimaksud dan atas biayanya sendiri dapat meminta salinan dokumen permohonan tersebut.
Ada dua sistem pendaftaran paten yang dikenal di dunia, yaitu : sistem registrasi
dan sistem ujian. Menurut sistem registrasi setiap permohonan pendaftaran paten diberi
paten oleh kantor paten secara otomis. Spesifikasi dari permohonan tersebut hanya
memuat uraian dan monopoli yang diminta dan tidak diberi penjelasan secara rinci.
Karenanya batas-batas monopoli tidak dapat diketahui sampai pada saat timbul sengketa
yang dikemukakan di sidang pengadilan yang untuk pertama kali akan menetapkan
luasnya monopoli yang diperbolehkan. Pada awalnya, sistem pendaftaran paten yang
banyak dipakai adalah sistem registrasi. Namun karena jumlah permohonan makin lama
semakin bertambah, beberapa sistem registrasi lambat laun diubah menjadi sistem ujian
dengan pertimbangan bahwa paten seharusnya lebih jelas menyatakan monopoli yang
dituntut dan selayaknya sejauh mungkin monopoli-monopoli yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan tidak akan diberi paten. Sebuah syarat telah ditetapkan bahwa
semua spesifikasi paten harus meliputi klaim-klaim yang dengan jelas menerangkan

FACULTY OF LAW 6
monopoli yang akan dipertahankan sehingga pihak lain secara mudah dapat mengetahui
yang mana yang dilarang oleh monopoli dan yang mana yang tidak dilarang.
Dengan sistem ujian, seluruh instansi terkait diwajibkan untuk menguji setiap
permohonan pendaftaran dan bila perlu mendesak pemohon agar mengadakan perubahan
(amandement) sebelum hak atas paten tersebut diberikan. Pada umumnya ada tiga unsur
(kriteria) pokok yang diuji :
a. Invensi harus memenuhi syarat-syarat untuk diberi hak atas paten menurut Undang-
Undang Paten. Sedangkan syarat untuk mendapatkan hak paten yaitu:
1. Penemuan tersebut merupakan penemuan baru.
2. Penemuan tersebut diproduksi dalam skala massal atau industrial. Suatu
penemuan teknologi, secanggih apapun, tetapi tidak dapat diproduksi dalam
skala industri (karena harganya sangat mahal / tidak ekonomis), maka tidak
berhak atas paten.
3. Penemuan tersebut merupakan penemuan yang tidak terduga sebelumnya (non
obvious). Jadi bila sekedar menggabungkan dua benda tidak dapat dipatenkan.
Misalnya pensil + penghapus menjadi pensil dengan penghapus diatasnya. Hal
ini tidak bisa dipatenkan
b. Invensi baru harus mengandung sifat kebaruan.
c. Invensi harus mengandung unsur menemukan sesuatu yang bersifat kemajuan
(invention step) dari apa yang telah diketahui.
Di Indonesia sendiri ketentuan tentang sistem pendaftaran paten semula merujuk pada
Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12 Agustus 1853 No. J.S.5/41/4 (Berita Negara
No. 53-69) tentang Permohonan Sementara Pendaftaran Paten.
Adapun syarat-syarat permohonan pendaftaran menurut Pengumuman Menteri
Kehakiman tersebut adalah :
a. Permohonan pendaftaran paten harus disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa si pemohon dengan disertai terjemahannya dalam Bahasa Indonesia. Surat
permohonan harus ditandatangani oleh si pemohon sendiri dan harus disebut dalam
surat itu nama, alamat dan kebangsaan pemohon. Syarat demikian harus dipenuhi pula
apabila permohonan diajukan oleh seseorang yang bertindak bagi dan atas nama
pemohon selaku kuasanya;
b. Surat permohonan harus disertai : Sebuah uraian dari ciptaan baru (maksudnya
temuan baru dari penulis yang dimintakan rangkap tiga (3). Jika perlu sebuah gambar
atau lebih dan setiap gambar harus dibuat rangkap dua (2). Surat kuasa, apabila

FACULTY OF LAW 7
permohonan diajukan oleh seorang kuasa. Surat pengangkatan seorang kuasa yang
bertempat tinggal di Indonesia;
c. Biaya-biaya yang ditentukan;
1. Permohonan paten: Rp. 575.000,-/permohonan
2. Permohonan pemeriksaan subtantif paten: Rp. 2 juta (diajukan dan dibayarkan
setelah 6 bln dari tanggal pemberitahuan pengumuman paten)
3. Permohonan paten sederhana: Rp. 475.000,- (terdiri dari biaya permohonan paten
sederhana Rp. 125.000 dan biaya permohonan pemeriksaan subtantif Rp. 350.000,)
d. Keterangan tentang belum atau sudah dimintakannya hak paten di luar negeri atas
permohonan yang diajukan itu dan kalau sudah dimintakannya, apakah sudah diberi
hak paten di luar negeri negeri tersebut. Undang-Undang Paten Nomor 13 Tahun 2016
menggunakan sistem pemeriksaan yang ditunda. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap
pemeriksaan, yaitu pemeriksaan substansi dilakukan setelah dipenuhi syarat-syarat
administratif. Adapun syarat-syarat administratif yang harus dipenuhi untuk
mengajukan permintaan paten dapat dilihat dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2016 yang berbunyi sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia
2. Permohonan paling sedikit harus memuat:10
a) Tanggal, bulan, dan tahun permohonan;
b) Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan inventor pemohon;
c) Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon dalam hal pemohon
bukan badan hukum;
d) Nama dan alamat lengkap, pemohon dalam hal pemohon adalah badan hukum;
e) Nama, dan alamat lengkap kuasa dalam hal permohonan diajukan melalui
kuasa; dan
f) Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali dalam
hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.
Setelah melalui tahapan pemeriksaan, Direktorat Jenderal berkewajiban
memberikan keputusan untuk menyetujui permintaan paten dan dengan demikian memberi
paten atau menolaknya. Apabila berdasarkan pemeriksaan dihasilkan kesimpulan bahwa
penemuan yang dimintakan paten dapat diberi paten, Direktorat Jenderal memberikan

10
Pasal 25 UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten

FACULTY OF LAW 8
Surat Paten kepada orang yang mengajukan permintaan paten. Begitu pula sebaliknya bila
kesimpulannya tidak memenuhi syarat, maka permintaan ditolak. Namun kemudian
setelah keluar Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989, yang telah diperbaharui dengan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997, ketentuan ini disempurnakan lagi melalui
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016,
prosedur permohonan paten sudah disebut secara rinci dan menyamai prosedur
permohonan paten di negara-negara lain di seluruh dunia.
I. Pengalihan dan Jangka Waktu Paten
Paten atau pemilikan paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun
sebagian. Hal ini dapat jelas terlihat dari bunyi pasal berikut :
1. Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena:11
a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wasiat;
d. Perjanjian tertulis; atau
e. Sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
2. Pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai dokumen asli
Paten berikut hak lain yang berkaitan dengan Paten itu.
3. Segala bentuk pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicatat dan
diumumkan dengan dikenai biaya.
Perlindungan hukum terhadap Invensi yang dipatenkan diberikan untuk masa
jangka waktu tertentu. Selama masa jangka waktu tertentu, penemunya dapat
melaksanakan sendiri Invensinya atau menyerahkan kepada orang lain untuk
melaksanakan. Baru setelah itu Invensi yang di patenkan tersebut berubah menjadi milik
umum atau berfungsi sosial. Masa jangka waktu perlindungan hukum terhadap paten ini
dicantumkan dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 yang menyatakan
bahwa : “Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Tanggal mulai dan
berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan.” Untuk menjamin kelangsungan
paten itu dari tahun ke tahun, pemegang paten harus membayar biaya. Pasal 130
menetapkan bahwa hapusnya paten salah satunya jika kewajiban membayar biaya tahunan
tidak dipenuhi.
J. Kegunaan Paten
11
Pasal 74 UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten

FACULTY OF LAW 9
1. Paten merupakan pendorong bagi dilakukannya berbagai kegiatan riset dan
pengembangan secara efisien, karena dapat mendorong berbagai perusahaan
menyediakan anggaran besar untuk peneltian, riset dan pengembangan suatu
produk;
2. Paten sebagai alat kaum kapitalis yang memanfaatkan posisi dominannya, karena
mereka dapat membayar untuk memanfaakan suatu penemuan;
3. Paten sebagai alat penghargaan karya, jika perlindungan hukum mengenai paten
tidak diterapkan dengan baik, orang yang berbakat akan pindah ke negara lain yang
lebih menghargai karyanya;
4. Membantu menggalakkan perkembangan teknologi pada suatu negara dihargai dan
tidak dijiplak;
5. Membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuhnya industri local;
6. Membantu perkembangan teknologi dan ekonomi dengan fasilitas lisensi;
7. Adanya alih teknologi.

Penutup

Hak paten merupakan bentuk perlindungan hak kekayaan inelektual yang sangat
efektif karena dapat mencegah pelaksanaan invensi oleh pihak lain tanpa seizin hak paten,
walaupun pihak lain memperoleh teknologinya secara mandiri (bukan meniru). Hak paten
diatur dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2001 yang kini diubah dengan No. 13 tahun
2016, hak paten diberikan untuk invensi yang memenuhi syarat kebaruan, mengandung
langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industri selama 20 tahun.
Disini saya menemukan kesulitan karena referensi yang saya gunakan semua masih
berpedoman pada undang-undang yang lama, yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 2001,

FACULTY OF LAW 10
padahal UU Paten sudah mengalami perubahan dengan adanya UU No. 13 Tahun 2016.
Sehingga saya kesulitan untuk menyesuaikan dengan referensi UU yang baru dikarenakan
jurnal dan buku yang kami gunakan masih menganut UU yang lama.

Daftar Pustaka

Buku
Roisah Kholis, Konsep Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Malang, Setara Press, 2015.
M. Ahkam dan Suprapedi, Pengenalan HKI, Indonesia, PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008.

Jurnal dan Web


http://staffnew.uny.ac.id/upload/131405899/pendidikan/EKO.+PEMB+-+Globalisasi.pdf
Paten - HKI.CO.ID.htm

FACULTY OF LAW 11
Undang-Undang
Undang-Undang Paten Nomor 13 Tahun 2016
Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001

FACULTY OF LAW 12

Anda mungkin juga menyukai