Anda di halaman 1dari 12

HAK PATEN

Dosen Pengampu : Dr. Sobirin Malian, S.H., M.Hum

Oleh:

Novia Rabihatul 15140020

Yulan R. Ika Rahmayani Hamzah 15140030

ISLAMIC BANKING SCHOOL

STEI YOGYAKARTA

2019

1
BAB I

PEMBAHASAN (ISI)

A. Pengertian Paten

Istilah paten bermula dari bahasa Latin yang berarti dibuka dan berlawanan dengan Latent
yang berarti terselubung, oleh karenanya bahwa suatu penemuan yang mendapatkan paten
menjadi terbuka untuk diketahui oleh umum. Dengan terbuka tersebut tidak berarti setiap orang
bisa mempraktikan penemuan bisa didayagunakan oleh orang lain. Baru setelah habis masa
perlindungan patennya penemuan tersebut menjadi milik umum (public domain), pada saat
inilah benar-benar terbuka.

Dengan terbukanya suatu penemuan yang baru, memberi informasi yang diperlukan bagi
pengembangan teknologi selanjutnya berdasarkan penemuan tersebut dan untuk memberi
petunjuk kepada mereka yang berminat dalam mengeksploitasi penemuan itu.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dengan demikian paten adalah hak istimewa
(eksklusif) yang diberikan kepada seorang penemu (inventor) atas hasil penemuan (invention)
yang dilakukan di bidang teknologi, baik yang berbentuk produk atau proses saja, atas dasar
hak istimewa tersebut, orang lain dilarang untuk mendayagunakan hasil penemuannya
terkecuali atas izinnya atau penemu sendiri melaksanakan hasil penemuannya.

Sedangkan, menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1989 tentang Paten,
Paten adalah hak khusus atau eksekutif yang diberikan Negara kepada penemu atas hasil
temuannya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
penemuannya tersebut atau untuk memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk
melakukannya. Pemegang hak paten adalah seorang inventor sebagai pemilik paten atau pihak
yang menerima hak tersebut dan terdaftar dalam Daftar Hak Paten. Hak paten diatur dalam
Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2001 tentang Paten (selanjutnya disebut UU Paten).

World Intellectual Property Organization memberi defenisi defenisi Paten sebagai


berikut.

2
“A Patent is a legally enforceable right granted by virtue of law to a person to exclude, for
a limited time, other from certain acts in relation to describe new invention; the privilege
is granted by a government authorithy as a matter of right to the person who is entitled to
apply for it and who fulfils the prescribed condition.”

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diperhatikan bahwa terdapat hal penting dari
pengertian paten yaitu bahwa paten adalah bersifat eksklusif dan bersal dari pemerintah, Hak
paten adalah perbuatan yang merupakan hak eksklusif dari pemegang paten, yaitu mengenai
penjualan, penggunaan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan objek yang telah dipatenkan.

B. Unsur-Unsur Pemberian Hak paten

Untuk penemuan yang diatur atau dilindungi paten atau tepatnya objek perlindungan dari
paten/ berbeda dengan objek hak cipta, maka objek dari paten seperti telah dijelaskan di atas,
adalah penemuan-penemuan yang bersifat :

1. Bersifat baru (novelty) penemuan tersebut bukan merupakan bagian dari penemuan
terdahulu atau penemuan yang telah ada sebelumnya

Menurut pasal 3 ayat 1 UUP suatu penemuan dianggap baru, jika pada saat
pengajuan permintaan paten, penemuan tersebut tidak semua atau tidak merupakan bagian
dari penemuan terdahulu.

Sedangkan yang dimaksud dengan penemuan terdahulu sebagaimana dimaksud


dalam pasal 3 ayat 1 tersebut adalah suatu penemuan yang ada pada saat atau sebelum :

a. Tanggal pengajuan permintaan paten; atau


b. Tanggal penerimaan permintaan paten dengan hak prioritas apabila permintaan paten
diajukan dengan hak prioritas. Telah diumumkan di Indonesia atau di luar indonesia
dalam suatu tulisan yang memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan penemuan
tersebut atau telah diumumkan di Indonesia dengan penguaraian lisan atau melalui
peragaan penggunaan nya atau dengan cara lain yng memungkinkan seorang ahli untuk
melaksana kan penemuan tersebut. (pasal 3 ayat 2 UUP).

3
Dari ketentuan-ketentuan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam
rangka sifat kebaruan. UUP menganut sistem world wide novelty artinya penemuan
tersebut tidak hanya baru di Indonesia, tetapi juga baru di seluruh dunia.

2. Langkah inventif (inventive step)

Mengandung langkah inventive adalah jika penemuan itu bagi seorang yang
mempunyai keahlian biasa mengenai teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga
sebelumnya (pasal 2 ayat 1 UUP). Makalah yang tidak dapat diduga harus dilakukan
dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat diajukan permintaan paten atu yang
telah ada pada saat diajukan permintaan paten pertama dalam hal permintaan itu diajukan
dengan hak prioritas.

Sedangkan menurut Bambang Kesowo, penilaian mengenai keahlian mana yang


harus digunakan untuk memastikan bahwa penemuan merupakan hal yang tidak dapat
digunakan untuk memastikan bahwa sesuatu penemuan merupakan hal yang tidak dapt
diduga. Dalam pasal 2 ayat (3) UUP memberikan petunjuk bahwa keahlian tersebut yang
sudah ada pada saat diajukannya permintaan paten yang pertama. 3 Dalam peristilahan
paten, saat tanggal diajukannya permintaan paten yang pertama tersebut disebut filing date
sedangkan dalam hal permintaan paten dengan hak prioritas, maka kehalian tersebut adalah
yang ada pada saat diajukannya permintaan yang pertama.

3. Dapat diterapkan dalam industri (industrial applicability)

Mengenai syarat bahwa penemuan harus dapat diterapkan dalam bidang industri.
Maksudnya penemuan tersebut dapat diproduksi atau dapat digunakan untuk menghasilkan
suatu produk. syarat ini sebenarnya juga sekaligus menunjukkan bahwa penemuan tersebut
dapat berupa produk. atau dapat pula berupa proses yang dapat dipakai untuk menghsilkan
produk : oleh karenanya, paten meliputi paten untuk produk dan paten untuk proses.

4
C. Jenis-Jenis Paten

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kaidah-kaidah internasional juga UU Paten membagi


paten ke dalam dua bagian yaitu paten proses dan paten produk dalam hal pelaksanaan paten.
Tetapi dari bentuk penemuan yang dipatenkan, paten dapat dibagi sebagai berikut :

a. Paten Sederhana (Pasal 6, Pasal 9, dan Pasal 104 sampai dengan Pasal 108 UU Paten;
dan
b. Paten Biasa yang sesungguhnya adalah paten yang sedang dibicarakan. Maka sesuai
kaidah-kaidah internasional dan UU Paten dikenal atau ditulis paten saja.

Paten sederhana muncul karena mengingat banyaknya penemuan atau teknologi yang
mempunyai nilai kegunaan paraktis, baik dalam produk, alat penemuan maupun dalam hal
pelaksanaanya setelah menjadi suatu produk.

Paten diberikan terhadap karya atau ide penemuan (invensi) dibidang teknologi, yang
berupa produk ataupun proses, kemudian bila didayagunakan akan mendapatkan manfaat
ekonomi. Inilah yang dasar bahwa paten mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan
hukum yang diberikanpun tidak secara otomatis, harus ada permohonan sebelumnya.

D. Prinsip Dasar Paten

Terdapat prinsip-prinsip dasar dalam perolehan paten yang dapat dijelaskan sebagai berikut

a. Paten merupakan hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atas hasil temuannya
di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu untuk melaksanakan sendiri temuannya
tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya (UU
No.6 Tahun 1989). Karena hak khusus ini pula pada awalnya paten, seperti halnya hak
cipta, sering dianggap sebagai bagian dari paham individualisme.
b. Paten diberikan negara berdasarkan permohonan Permintaan paten diajukan oleh penemu
atau calon pemegang paten berupa permintaan pendaftaran ke kantor paten. Bila tidak ada
permintaan maka tidak ada paten. Hanya penemu atau yang menerima lebih lanjut hak
penemu yang berhak memperoleh paten.
c. Paten diberikan untuk satu penemuan; Setiap permintaan paten hanya untuk satu penemuan
atau tepatnya satu penemuan tidak dapat dimintakan lebih dari satu paten.

5
d. . Penemuan harus baru, langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri. Penemuan
tersebut dapat berupa proses maupun produk yang dipatenkan.
e. Paten dapat dialihkan; seperti halnya hak cipta dan hak milik perseorangan lainnya paten
juga dapat dialihkan kepada orang atau pihak lain, yang menurut Pasal 66 UU Paten paten
dapat beralih untuk selruhnya ataupun sebagian. Pengalihan itu misalnya karena :
1) Pewarisan, hibah, wasiat; pengalihan yang berlangsung untuk seluruhnya harus disertai
dengan dokumen paten serta hak-hak lain yang berkaitan dengan paten itu;
2) Perjanjian; harus dibuat dalam bentuk akta notaris; dan
3) Karena sebab-sebab lain yang ditentukan oleh undang-undang.
f. Paten dapat dibatalkan dan dapat batal demi hukum; Paten yang telah diberikan terhadap
suatu penemuan dapat dibatalkan berdasarkan pengajuan gugatan, baik oleh pihak-pihak
tertentu lain melalui Pengadilan Niaga maupun oleh pihak-pihak tertentu karena hal-hal
tertentu, seperti yang diatur dalam Pasal 91 UU Paten. Selain itu paten dapat dinyatakan
batal demi hukum oleh kantor paten apabila pemegang paten tidak memenuhi
kewajibannya membayar biaya-biaya tahunan dalam jayat waktu yang telah ditentukan
Pasal 88 UU Paten.
g. Paten berkaitan dengan kepentingan umum; Pasal 75 UU Paten menentukan bahwa apabila
:
1) Pemegang paten tidak melaksanakan paten (baca penemuan yang diberi paten) tersebut
atau tidak dalam hal sewajarnya selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal
pemberian paten (jo Pasal 17 ayat (1) UU Paten yang menentukan bahwa pemegang
paten wajib membuat produk atau menggunakan proses yang diberikan opaten di
wilayah Indonesia).
2) Juga apabila paten telah dilaksanakan di Indonesia oleh pemegang paten atau
pemegang lisensi dalam hal lisensi wajib tetapi dalam bentuk dan dengan cara yang
merugikan kepentingan masyarakat, maka akan diberikan sanksi berupa pemberian
lisensi wajib kepada orang/pihak lain untuk melaksanakan paten tersebut. Hal ini
berarti pemegang paten selain mempunyai hak juga mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan patennya supaya produk tersebut dapat memasyarakat.
3) Paten mensyaratkan kewajiban umum bagi pemegang paten; Dari isi Pasal 17 ayat (1)
UU Paten di atas, terlihat jelas bahwa pemegang paten juga mempunyai kewajiban
hukum selain tentunya hak.
h. Paten berkaitan dengan kepentingan nasional; Paten sangat berkaitan erat dengan bidang
teknologi, yang menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan masa depan bangsa

6
dan negara. Untuk itu negara mempunyai peran yang luas dan penting untuk mengatur
npaten, salah satu satunya melalui peraturan perundang-undangan. Pasal 17 UU Paten
mengenai hak pemegang paten untuk melaksanakan paten sesungguhnya dapat dilihat dari
dua sudut kepentingan, yaitu hak pemegang paten itu sendiri dan kepentingan nasional atau
pemerintah sebagai pembuat peraturan. Pasal 71 UU Paten memuat ketentuan mengenai
pelarangan pencantuman atau pemuatan dalam suatu perjanjian paten hal-hal yang dapat
merugikan kepenrtingan nasional atau membatasi kemampuan Indonesia untuk menguasai
teknologi.

E. Permohonan Paten

Paten hanya dapat diperoleh dengan cara Permohonan, yaitu dengan cara memohonkan
invensi yang ingin diperoleh Patennya ke Ditjend Hak Kekayaan intelektual yang selanjutnya
disingkat dengan istilah Direktorat Jenderal Hak kekayaan Intelektual (DijJend HKI). Dalam
pendaftaran tersebut memiliki prosedur, mulai dari tata cara permohonan dan syarat yang harus
dipenuhi dalam Pendaftaran Paten. Dalam pendaftaran dengan Hak Prioritas diatur secara
khusus pada Undang-Undang No 14 Tahun 2001 tentang Paten pada pasal yang ke 27, yaitu :

1. Pendaftaran Menggunakan Hak prioritas sebagaimana diatur dalam Paris Convention


for the Protection of Industri Property yang mengatur tentang jangka waktu dan tata
cara dalam mengajukan pendaftaran.
2. Pendaftaran yang mengunakan permohonan dengan hak prioritas wajib dilengkapi
dengan dokumen prioritas, yang disahkan oleh pejabat berwenang.
3. Apabila point pertama dan kedua tidak dipenuhi maka permohonan tidak bisa diajukan
dengan menggunakan Hak prioritas.

F. Pendaftaran Paten
Pendaftaran paten disini sifatnya wajib dan bukan bersifat sukarela ini sebagai amanat
stelsel konstitutif yang dianut oleh UUP. Tanpa adanya pendaftaran. Maka penemuan teknologi
yang bersangkutan tidak akan dilindungi. Oleh karena itu seyogyanya penemu teknologi harus
mendaftarkan temuannya kepada kantor paten yang dalam hal ini adalah kantor Direktorat
Paren, Direktorat Jenderal Cipta, Paten dan merek Departemen Kehakiman di Jakarta.

7
Setelah prosedur pendaftaran paten dilaksanakan oleh pendaftar maka kepada yang
bersangkutan akan diberikan sertifikat paten. Tentu saja dalam hal ini kantor paten akan
melaksanakan tugasnya sesuai dengan amanat yang tercantum dalam pasal 23 sampai dengan
pasal 71 UUP. segala prosedur yang berkaitan dengan pendaftaran paten itu harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh pendaftar dan demikian pula langkah – langkah pemeriksaan atas permintaan
tersebut harus dilaksanakan oleh kantor paten.
Setelah sertifikat paten diberikan kepada pemohon yang sekaligus berarti merupakan surat
legitimasi bagi pemiliknya atas patennya, maka kepadanya diberikan kewajiban yaitu :
a. Membuat, menjual, menyewakan, menyerahkan, memakai, menyediakan untuk dijual
atau disewakan atau diarahkan hasil produksi yang diberi paten; dan
b. Menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang – brang dan
tindakan lainnya (pasal 17 UUP). Pelaksanaa harus dilakukan di wilayah Republik
Indonesia.

G. Contoh Kasus Terkait Hak Paten

1) Hak Paten Mesin Motor Bajaj Ditolak di Indonesia

Motor Bajaj merupakan salah satu produk sepeda motor yang dikenal di kalangan
masyarakat Indonesia, bahkan desain yang dihasilkan menarik dan terlihat elegan. Namun,
tidak disangka hak paten teknologi mesin motor kebanggaan masyarakat India ini menjadi
masalah di Indonesia.

Bajaj Auto Limited sebagai produsen motor Bajaj menggugat Ditjen Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI), Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM). Sebab,
permohonan paten untuk sistem mesin pembakaran dalam dengan prinsip empat langkah
ditolak dengan alasan sudah dipatenkan terlebih dahulu oleh Honda Giken Kogyo
Kabushiki Kaisha.

Kuasa hukum perusahaan Bajaj pun meminta agar hakim pengadilan membatalkan atas
penolakan permohonan terhadap kasus tersebut. Kasus tersebut bermula ketika Ditjen Haki
menolak permohonan pendaftaran paten Bajaj pada 30 Desember 2009 dengan alasan
ketidakbaruan dan tidak mengandung langkah inventif. Atas penolakan tersebut, Bajaj Auto
mengajukan banding ke Komisi Banding Paten. Namun Komisi Banding dalam putusannya
pada 27 Desember 2010 sependapat dengan Direktorat Paten sehingga kembali menolak
pendaftaran paten tersebut. Hal tersebut dikarenakan prinsip motor Bajaj merupakan prinsip
yang masih baru berkembang.

Kesaksian dalam sidang tersebut, satu silinder jelas berbeda dengan dua silinder. Untuk
konfigurasi busi tidak menutup kemungkinan ada klaim yang baru terutama dalam silinder

8
dengan karakter lain. Namun, kebaruannya adalah ukuran ruang yang kecil. Dimana harus
ada busi dengan jumlah yang sama. Keunggulan dari Bajaj ini adalah bensin yang irit dan
memiliki emisi yang ramah lingkungan.

Ditjen HAKI punya catatan tersendiri sehingga menolak permohonan paten ini, yaitu
sistem ini telah dipatenkan di Amerika Serikat atas nama Honda Giken Kogyo Kabushiki
Kaisha dengan penemu Minoru Matsuda pada 1985. Lantas oleh Honda didaftarkan di
Indonesia pada 28 April 2006. Namun dalih ini dimentahkan oleh Bajaj, karena telah
mendapatkan hak paten sebelumnya dari produsen negara aslanya, yaitu India.

2) 17 Perusahaan Gugat Hak Paten Pengawetan Kayu ke PN Jakpus

17 Perusahaan menggugat hak paten 'metode pengawetan kayu kemasan dengan kontrol
kedaluwarsa' yang dimiliki PT Karunia Sumber Jaya ke PN Jakpus. Namun sidang ditunda
karena berkas para penggugat tidak lengkap. Sidang dibuka oleh hakim ketua Abdul Kohar
pada pukul 14.40 WIB. Hakim ketua langsung meminta para penggugat menyerahkan
berkas legalitas perusahaan sesuai dengan agenda persidangan. Namun ternyata banyak
ketidaksiapan dari pihak penggugat.

"Tidak teratur, bagaimana ini? Aslinya mana?Maksudnya kertasnya sudah ada?" ujar Abdul
di Ruang Sidang Mudjono, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus), Jalan Bungur
Besar Raya, Kemayoran, Selasa (3/10/2017). Dua hakim anggota yaitu Tafsir Sembiring
dan Desbeneri Sinaga ikut mengecek satu-satu berkas yang dibawa penggugat. Kesalahan
dari pihak penggugat adalah banyak berkas yang tidak ada salinannya. Beberapa berkas lain
justru tidak ada berkas aslinya. Ini menjadikan kumpulan berkas untuk pemeriksaan legalitas
17 perusahaan menjadi tidak sah.

Selain itu hakim juga menegur tim penggugat yang hanya diwakili oleh satu orang.
Seharusnya perwakilan penggugat bisa lebih dari satu orang untuk efisiensi waktu sidang.
"Karena kebetulan yang diperiksa 17 anggaran dasar, coba bawa minimal 3 orang. Jadi kan
cepat dia," kata Abdul. Sidang kasus paten dengan nomor perkara 47/Pdt.Sus-
HKI/Paten/2017/PN Jkt.Pst ini akhirnya ditutup hakim dengan penundaan sampai minggu
depan.

"Ini dari penggugat belum disiapkan banyak yang belum dilengkapi. Yang tergugat
disiapkan. Ditunda 1 minggu sidang ditutup," kata Abdul yang menutup sidang pukul 15.05
WIB. Sebagaimana diketahui, PT Karuna Sumber Jaya digugat oleh 17 perusahaan terkait
Paten No. IDP0031670 tentang 'Metode Pengawetan Kayu Kemasan dengan Kontrol
Kedaluwarsa'. Beberapa perusahaan yang menggugat di antaranya adalah PT Gaya Sukses
Mandiri Kaseindo, PT Karsa Mitra Suksesindo dan PT Kemas Kayu Indonesia. 17
Perusahaan tersebut menggugat PT Karuna Sumber Jaya untuk menyatakan batal atau
menghapus klaim terhadap paten No. IDP0031670. Mereka juga meminta Dirjen Kekayaan

9
Intelektual Kemenkum HAM untuk mencatat, mengumumkan dan melaksanakan
pembatalan/penghapusan paten tersebut.

10
BAB II
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pengertian Paten dapat ditinjau dalam beberapa aspek baik berdasarkan Undang-Undang
Paten maupun berdasarkan World Intellectual Property Organization.
Ada beberapa unsur yang harus dipenuhi sebuah objek yang paten yang akan diberikan hak
paten baik itu berupa objek paten sederhana maupun paten biasa.
Untuk memperoleh Sebuah paten, Objek tersebut harus dimohonkan dan didaftaarkan
terlebih dahulu kepada pejabat yang berwenang yakni Ditjend HKI sebagaimana yang telah
diatur dalam Undang-Undang Paten.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/berita/d-3668855/17-perusahaan-gugat-hak-paten-pengawetan-kayu-ke-
pn-jakpus
https://oto.detik.com/motor/d-1733364/hak-paten-mesin-motor-bajaj-ditolak-di-indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai