manusra
indonesia
o Harsya W Bachtiar
o lvtattulada, o Haryati Soebadio
Penerblt
..i YP2IPM - HANINDITA
BUDAYA DAN MANUSlA INDONESIA
Prof. Dr. Harsya W Bachtiar
Prof. Dr. Haryati Soebadio
Prof. Dr. Mattulada
Penerbit .
ii
t] DAITAB ISI *-
Kata Pengantar i
Daftarlsi .... iii
E Bagian Satu
( ':'ur' /' t37t7"'1 i;s7.'1
SISTEM BUDAYA DI INDONESIA
-- Pendahuluan . . ,1
-- Sistem Buciaya Etnik . . .4
- Sistem Budaya Agama - agama besar ,7
- Sistem Budaya lndonesia .9
-- Sistem Budaya Asing . .12
- Konflik Budaya .....,r. .14
I Bagian Dua
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
KEBUDAYAAN NASIONAL ;y' "'"^',,''"-i,)'7odvt .-,
!::::H:li ::::: : : ::
19
I Bagian Tiga
MENTALII'AS DAN CIRI - CIRI
KEPRI BADIAN BANGSA INDONESIA ( r,'ltt*t<,(r,r'c,)
47
- Pendahuluan. .
ill
48
-Mentalitas.... 57
- Ciri-ciri Kepribadian Bangsa lndonesia . . '
61
- Penutup
E lndeks 62
a
oooa
IV
I
f, BAGIAI{ PERTAMA
!
't
I
2
,,.\i
'nilai
,,,/ dan norma -norrna yang sama untuk mengatur
aktifitas
hubungan mereka satu sima tain. r<.p.i""vr.,i,
, oan norma -norma tecebut, sebagaimana halnya"irri^.""ir"i
kateoori
kateyori lain ientang pemaknaan, olyek dan pof" - pol" "-
en
tasi terfiadap obyek dalam interaksi iosial, t".urnrlny" -Jir"_
but fenomena-budqya.
Jika fenomena budaya itu dipahami sebagai sistem-
-.. .l' an
sistem yang ada, yakni fenomena brO.y. yrng rrli"; ;;"it-
\ ltu dlpandang sebagai bagian dari sistem ying lebih
besaa
dl tndonesia yans berpenduJuk iiO'iri.'li*'
.f?rl:yln
seudak-ttdaknya bisa djkmali empat macam sis'tem -h.,daya
iri
yang jelas berbeda satu sama lain. M*i"g-;"ri;;-;i;;;;r,
daya ini pra ktis mengatur seluruh.aspek- i;;dp;;;.;g-
orang yang dianggp, atau-yang lebih penting
anggap ciirinya sendiri, sebagni pemilik sistem
l"d
-' ;;"g-
-
itu.-
. Saya beranggapan bahua pada dasarnya kgnflik budaya
berlangsrng terus dalam masyarakat lndonesia ais"U.ilun
tuntutan dari masingnasing sistem budaya U"t *-iir.
:1."h
lah satu . satunya penguasa yang bertindak sebagai pemeliha_
- ra struktur sosial, pada sistem - sistem trOryu yinjfuin jrgu
mempunyai tuntutan serupa. pembicaraan penaef ini
a[an
sangat bersifat umum sebab hanya dengan t"rrr.",
iniirn
dimungkinkan mendapatkan pandangai
Vrng ko_r;.h;;.it
mengenai keseluruhan masyarakat yang'.rrig.t f,"taioo"an
jika ditinjau dari segi kebudayaannya.
3
kepulauan lndonesia, dan semua sistem budaya ienis ini mem-
punyai banyak pengikut di luar lndonesia. lni merupakan
pemhda terpenting antara $istem ;bldaya yang terdaglr a-
gama dengan sistem budayd yang berdasar pada kelompok
etnik (adat).
(4, Jenis Xetiga, v?ng menipakan lqtr'-saunya, aq4lah sis-
t-em frA;E-in-ii-onesia:-la merupakan ya-r19 ie-imuta 3i antara
semua sistem budaya yang ada di lndonesia, namun yang ter-
penting iika ditinjau dari fungsinya dalam pengintegrasian
masyarakat Indonesia secara total. Semua penduduk pribumi
dan non pribumi dapat dianggap sebagai anggota sistem bu-
daya ini, walaupun kenyataannya tidak demikian.
e' 4llt-kednpl lnerupakan sistem buqaJa yang rna,emuk
yang terdiri dari sistern-sistem budaya asing yang sedikit
banyak mempengaruhi pikinn, sikap dan tindakan sebagian
dari pendrduk '7ang tersebar di kepulauan lndonesia.
-.
lafir. dtr mun bisa iAffiai bahwiuhsu-r.r:nsur tenentr; (y-ang
mmjadi bagian daii sistgm budaya terten tu itul pada saat
yarig sama juga merupakan bagian dali Estem budayayang
lain.
4
dan lembah-lembah. sungai-sungai dan lautan, desa-desa dan
kota-kota, bermacam-macam ffora dan fauna dan mungkin
pula dengan bermacam-macam manifestasi keh,rdayian.
Jumlah warga masing-masing sistem budaya etnik, yaitu
orang-orang yang telah menyetap sebagian besar bagian-
bagian budaya itu sehingga membentuk kepribadian .erekr,
juga bervariasi. Beberapa budaya etnik, sepefti yang terdapai
di lrian Jaya dan beberapa pulau terpencil, hanya SeOitit
lum-
lah anggotanya. Tetapi jumlah warga sistem budaya etnik
terbesar adalah yang terdiri dari suku Jawa, yaitu penduduk
asli Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang jumlahnyalebih dari
60 juta jiwa.
Tabel di bawah ini memberi gambaran tentang jumlah
warga masing-masing sistem budaya etnik. (Angka-anglia pada
tahun 1930 adalah hasil sensus. sedangkan angka-angka pada
tahun 1971 adalah angka dugaan yrni mendekati U"nu, f.r-
rena sensus-pada tahun 1971 tidak memberi informasi ten-
tangkelomfi6ketnik]. t, . _-.
_
JUMLAH WARGA MASYABAKAT.ETNIK DI INDONEbLA - -
Masyarakat Etnik
No. Tempat tinggal lsso
l.
( Suku )
5
Pada mulanya inti dari sistem budaya etnik adalah suatu
sistem kepercayaan-kepercayaan keagamaan yang merasuk
dalam keseluruhan sistem budaya itu. Termasuk Ji dalarnnya
mitos-mitos mengenai asal-usl nenek moyang dan biasanya
merupakan suatu kosmologi . yang rumit. Kepercayaan-lce-
percayaan itu juga memberi batasan tentang apa itu masya-
rakat yang baik. Sesungguhnyalah kepercayaan-kepercayaan
keagamaan itu membentuk kateJori-kategori uEma penge_
tahuan anggota suatu sistem budaya dalam mempersepsi
lingkungan dan persepsi itu mempengaruhi pola pemikiran
dan tindakan mereka.
Sedikit demi sedikit unsur-unsur yang lebih bersifat
duniawi terpisah dari sistem-sistem kepercayaan keagamaan,
hilang kaitan langzungnya dalam hal-hal yang bersifit gaib,
yang tadinya merupakan sumber terpenting keyakinan me-
reka. Pembedaan antara unsur-unsur budaya yang lebih
duniawi dari unsur yang lebih religius ini bertingkat-iingkat.
Beberapa masyarakat etnik telah mencapai keadian di mana
sistem nilai dan norna (adat-istiadatnya) yang sekuler hampir
terpisah sama sekali dari sistem keaEam-aannya, sedangkah be-
bqrapa masyarakat etnik yang_lain punyrsuatu si,stem-bu-_
--:'=
-Sistem nilai keduniawian yang teftinggi-j@g mene-Gp-_ - ,=
kan apa yang perlu diperhatikan oleh anggota-masyarakat
etnik yang "baik", dinyatakan dalam-Uentut< sepeiangkat
sistem-sistem normatif. Masing-masing sistem normatiiitu
memerinci perilaku-perilaktr yang diharapkan pada orang_
orang yang menjadi anggota masyarakat tertentu di mana
sistem normatif itu diberlakukan, Misalnya, orang-orang
Batak di Sumatra Utara diharapkan beninCak sebagai ang_
gota keluarga masing+nasing sesuai dengan seperangkJt
norma-norma tertentu, baik yang berkenaan Cengan keper_
cayaan-kepercayaan keagamaan maupun yang tidak; se-
bagai anggota sistem kekerabatan sesuai dengan perangkat
norrna-norma adat yang lain {bukan norma-norma adat
yang berkenaan dengan keluarga masing-masing), yang se-
bagian mungkin tumpang tindih dengan norma-norma ke-
luarga dan mungkin pula bertentangan dengan norma-
norma-norma keluarga tertentu; sebagai anggota marga,
6
mereka harus benindak sezuai dengan. norma-norma
yang lainnya lagi. Begitu seterusnya. adat
l,::,",:,9{;;:
,\urrq ru_ tse sebefulnya datang
bersamaan O"ngun
_p"n
datang.Cina ke lndonesia, ret8pt
_ trdak
yang lain.-paham ini tidai r,""""i' sup".ti ,garnr_aoum"
r,r6nsam'
banYak pengikutnya ^-^^i'ill.-ovoldi
pendud,k pn-bumi. kafi-ngan
--
Beberapa abad yang lalu agama Hindu (dan
,, sampai
dha pada tingkat tertentu) menjadi agama Bu.
besa r pen du du k pri bumi I n
;S;;;;;#;
_ donesia, tt,i*_v"": oi-Li*TiLi
Bali. Di banyak ten)pat agama Hindu
datam sistem budaya penJuduk prirr_i Br;h;;:;ri";;
dan
an agama oEng_orang yang telah rn"nglarrt
plilr"p;;i;#:
yangnya (yakn i animisme-dinamis."; ugi;-, ;;;;il#.
masu kn ya banyak u nsr r.u ns,
p";ii-r;;;;;;i;;
,t"uTil;]
r te or., oayaan pll b;;;
agama Hindu dan Budha yans
masih U.", olL"ri. i"i"i,irn"l
nyebabkan kedua sistem keigamaan
a,aran
itu agak berbeda dari
aslinya.
l\4asyarakat+nasyarakat etnik
,. ,
rr,
itu, barangkali kecuali Ba-
berubah menjadi p".;i;[l.t;;;.[#;.
_kemudian
bagran besar penduduk pribumi ::.
di k"prh;;; l;;;;J;;;
metuk asama tstam dan mensikuii
,i.il;;;;;;j;Li.,$-
7
betulnyalah, iika dilihat dari fumlah pemeluknya, lndonesia
dapat Cikatakan negara lslam terbesar di dunia.
Apa yang terlihat pada agama Hindu dan Budha dalam
kaitannya dengan bermacam - macam sistem budaya etnik,
berlaku juga pada agama lslam. lnti dari manifestasi ke -
lslarnan, seperti percaya pada Tuhan Yang Maha Esa dan Mu-
hammad sebagai utusan Nya, percaya kepada Al Our,an seba-
gai kitab suci yang berdasar wahyu Tuhan, ketentuan - keten-
tuan shalat, puasa selama bulan Ramadhan dan berhali ke Me-
kah jika,mampu, sama di semua tempat di seluruh kepulauan
lndonesia. Namun manifestasi budaya secara keseluruhan
agama ini mungkin sangat berbeda jika dibandingkan misal-
nya antara budaya lslam yang Ci .jswa dengan yang di ,Suma-
tera Barat Aceh, Sulawesi Selatan atau beberapa timpat lain-
nya. Hal ini disebabkan perasukan unsur -unsur budaya etrrik
dari daerah ini di mana manifestasi budaya lslam tertentu di_
ketemukan.
Beberapa masyarakat etnik juga telah berpindah ke ,
agama Katolik dan Protestan. Sejumlah masyarakat etnik di
Flores dan Kalimantan, misalnya , telah menganut agama Ka,
tolik. Ada seorang kardinal di lndonesia yang berkedudukan
di Semarang, Jawa Tengah, dan beberapa Uskup. Sebagian
besar orang Menado di Sulawesi Utara, separo orang Ambon
di Maluku, mayoritas orang Batak di Sumatra Utara dan be-
berapa daerah di Jawa menladi penganut Protestan yang di-
bawa oleh orang-orang Belanda, Jerman, Swiss dan akhir"
akhir ini missionaris Amerika. Sebagian besar gereja protestan
di lndonesia adalah anggota Dewan Gereja lrrdonesia.
.ulEileIleSb!_qgae!_d|dtrnia [i menvajl!34 dirinya
!3gal_!e!9:!q!gryq_ agqrr)!,,y!ns !q!gr._ d{!_!0_e.!!ya!akan
s_e.
din a"Urai-i
namun penggllnaan bahasa Belanda kemudian diheritikan.
Ba-
hasa Melayu sebagai alat komunikasi pada
sistembrJ;y; L; ,
ini secara bertahap terpisah dari akar etnitnva ai ilmlira .
Timur dan_berkembang menjadi bahasa baru, Vutni tunum
tndonesra. proses penghapusan bahasa Belanda, yakni bahasa
penglasa kebudayaan lndonesie yang baru muncul,
dioerce-
pat oleh pendudukan tentara Jeparlg atas kepulauan'lnJc
nesia pada Perang Dunia ll. pengasa Militer Jepanq I .',/
melan;
penggunaan bahasa Belanda sehingga memaksa paia pemiml
i
pin budaya lndonesia mempercepat pek"rjaun ."ret" J"i"- J'
meningkatkan perkembangan bahasa lndonesia yang Oaru,
ie.
yang.nantinya menladi bahasa ."rur"orrng
P::h,!.1q.Indonesia-
kepulauan
di-
I
nama untuk guqusan kepulauan yang Grsebar antaE benua
Asia dan Austrdlia. Ada seiumlah konsep mengenai batas'
batas masyarakat baru (yakni lndonesia) yang satu sama !ai4
saling bertentangan. Akan tetapi pada bulan Juli 1945 dite-
tapkan bahwa wilayah masyarakat baru ini sama dengan wila-
yah yang dulunya dis-ebut Nedherla nd-ln dies. Beberapa tahun
terakhir ini konsep perbatasan itu diperluas dengan memasuk-
kan Timor-Timur yang dulunya jajahan Ponugis menjadi ba-
giannya.
10
. pemisahan (artinya muncul
norma
nya atau baru sama sekali, pent.) baru dari yang sebelum
dib;;dl^; 6;".;
sistem budaya etnik. yans';r;;-;;:-danvrt ffi;;
baru yang sengaja uio,ct-untrik rlorma-norm6
rri.ren-uii tuntutan pertum-
buhan yang cepat aari pemuang;;;;;;"rmi,
an politik, pembangunan tetnoiigi, pembangun-
an dan RembanErnin-pembangunin o*Lrrgunan pendidik.
baru dan norma_normi
irinnv". Hukum-hukum
lainnv"a. Jru#"n"ru. dibuat
mengatur situasi_situasi sosial -baru untuk
di rJnu o.ung-omng yang
terlibat (di datam situasi u"* itriplril'l;i.,
wajibannya. hak-hak dan t<e-
yang
gangan- yang
ri.us di dilam sistem (l ndonesial se-
11
sistem budaya (yang umurnyarjauh lebih tua) cenderung me-
nuntut penyesuaian-penyesuaian sistem budaya yang lebih
tua ini kepacia sisicm budaya :asinnal.
Sistem budaya nasional cenderung 'memaksa sistem-
sistem budaya lain (yaknisistem budaya etnik dan sistem bu-
daya agama) untuk menghilangkan unsur-unsurnya yang ti-
dak sesuai dengan nilai-nilai dan norma+rorma sistem fudaya
yang lebih bersifat nasional. Karena itu, sebagai akibatnya,
ada usaha-usaha untuk menjaga identitas masing-masing sis-
tem budaya (yang bukan nasional) terutama identitas dan
otonomi sistem budaya etnik oleh sebagian pemeluk teguh-
nya.
12
nya,Ellidelille4j!!0ljtii; meskipu n berasal dari sistem bu daya
asing, ia telah dimasukkan menjadi bagian darl sistem budaya
nasional atau setidak-tidaknya dianggap begitu.
Dalam era penjajahan Belanda, sebelum masa Perang
Dunia ll, kebudayaan Belanda diterima hanya di beberapa ka-
langan penduduk; sebagian besar oran(; Menado diSulawesi
Utara, orang-orang Ambon di Maluku, orang-orang Jawa dan
Sunda di Jawa, dan beberapa orang Minangkabau di Sumatra
Barat. Mereka memakai bahasa Belanda, menggunakan nilai-
nilai dan norma-norna Belanda untuk melakukan aktifitas
tertentu. Orang-orang ini menjadi pegawai pada pemerintahan
kolonial dan perusahaan-perusahaan Eropa. menjadi opsir,
anggota profesi modem seperti dokter, pengacara, insinyur,
politikus dan pengusaha. Bahkan beberapa di antara mereka
berpikir dan bertindaknya seperti orang Belanda. Beberapa
anggcta keluarga bangsawan ada yang mempelajari bahasa Be-
landa namun tidak mengambil dan menggunakan nilai-nilai
dan norma-norma orang Belanda,
Ada orang-orang yang menolak penggunaan nilai-nilai
dan norma Belanda itu, bahkan sebagian dari mereka ikut ser-
- ta secara aktif dalam usaha{saha untuk mencegah perluasan
_ pengaruh budaya asing ini. Sebagian besar penduduk pribumi
'--
- malah tidak pemah memperoldh kesempatan untu k memilih
(menggunakan atau menolak budaya Belanda itu), semata-
mata karena budaya it-r tak pemah menyentrh kehidupan
mere ka.
Kekalahan Belinda, ketika pasukan perang Jepang me-
masuki kepulauan lndonesia pada tahun 1942, menyebab-
kan sistem budaya Belanda tidak berlaku di kalangan pendu-
duk prii'un:i lndonesia. Sistem budaya ini muncul kembdli
sebenEr di antara orang-omng Indonesia tertentu ketika sete-
lah Perang Dunia ll pemerintah kolonial Belanda mencoba
menancapkan kembali kekuasaannya di bumi Nusantara; na-
mun usaha ini gagal.
Meskipun penggunaan unsur{rnsur budaya Belanda, ter-
masuk bahasanya, tidak dilarang setelah lndonesia merdeka,
konflik antara lndonesia dan Belanda mengenai lrian Barat
menyebabkan generasi muda di lndorresia tidak bergairah
nrempelajari bahasa Belanda dan tidak terdorong untuk
menggunakan unsur-un$ir sistem budaya Belanda. Generasi
l3
yang iebih tua dan sudah menguasai bahasa Belanda dan as-
pekespek budaya Eelanda lainnya semakin ber!<urang dan
sedang dalam perjalanan menuju kepunahan.
Selama periode konflik antara lndonesia dan Belanda
yang berlangsung sampii pertengahan tahun '1960 an, mun-
cullah suatu budaya asing baru yaknisistem budaya Amerika.
Kebudayaan baru ini menembus masuk universitas-universitas
terkemuka, dunia penierintahan, militer, usaha dan industri.
Bahasa lnggris menggantikan bahasa Belanda sebagai bahasa
asing yang penting di negeri ini. Orientasi budaya orang-orang
terpelajar berganti haluan dari Eropa Barat ke Amerika
Serikat.
Sejak pertengahan kedua dekade 1960 an, dengan ber-
akhirnya era Sukamo yang sangat nasionalis, beberapa sistem
budaya asing lainrrya mulai menyebar di kepulauan lndo-
nesia. Budaya Jepang yang materialistik mungkin merupakan
sistem budaya asing yang kuat pengaruhnya di samping Ame-
rika, diikuti oleh budaya Belanda (yang datang kembali), Jer-
man dan Perancis.
Selama unsur-unsur sistem budaya asing ini belum be:
nar-benar menjadi bagian dari sistem budaya lndonesia, mere-
ka tetap hanya dipandang sebagai sistem budaya cekokan
yang oleh sementara orang dianggap menglntungkan, atau se-
bagai sesuatu yang jelek tapi perlu ada, atau juga dipandang
sebagai penyakit kanker yang harus dibuangagarmasyarakat
menjadi kembali sehat seperti yang diharapkan.
K.adangkadang konflik tersemhunyi antara sistem-sis-
tem buda',,a pribumi dengan sistem-sistem budaya asing, atau
dengan sistem-sistem budaya tertentu, muncul kepermukaan.
Konflik itu bisa berwujud dalam bentuk pertentangan yang
sengit sehingga menimbulkan kerusakan harta benda bahkan
kadangkadang sampai meminta korban nyawa.
^e 5?!1ft!k Budaya A
Adanya kemajemukan sistem budaya yang pada dmar-
nya berbeda di dalam satu masvarakal masing+nasing akan
menyatakan beftanggung jawab sepenuhnya atgs pik[ran, si-
14
kap dan tindakan para anqgotanya, sehingga menyebabkan
adanya konflik budaya yang tersembunyi.
S,elilS.tA!flik itu terjadi pada daerah yang terbatas, mi-
salnya di suatu ruangan, di kantor, di sekolah-s;kolah dan se-
macamnya. Tetapi ada yang terjadi letrih luas yang tnelibat-
kan orang lebih banyak sehingga menjadi pu.at p"rf,utian nr_
sional, malah kadangkadang menarik perhatian dunia in-
ternasional.
Dalam pertemuan-pertemuan sosial yanq melibatkan
orang-orang lebih dari satu masyarakat etnik, hampir selalu
teriadi konflik antara penganut tradisi kebr.rdayaan yung,at,
dengan pengikut yang lain; di situ dicari upayi penyele"saian
yang sama{ama memuaskan dan bisa diterima kedua belah
pihak. Banyak kmrrs nyata rncnunlukkan bahwa
kon{lik /ano
muncul itu bukann'7a hilang melainkan tidak tampal< di peri
mu kaan. S_uIg{!9I!_E!UAqqL!Ud!l{q yan g e bi h ku a t, kaiena
I
c
lde bAhWa gejala seperti to1llik5osia! itu pastilah dise-
babkah" tiiifrt' tatior-faktor [Ebudayaan bukanlah berarti
saya menyarankan suatu vensi determinasi htdaya. l.Jamun
demikian kita tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa
' sampai pada tingkatan tertentu suitu sistem budaya tertentu
memang mengendalikan pikiran, tindakan dan perasaan
orang-orang. yang telah mengintemalisasi aspekcsp-ek yang
relevan dari budaya itu. Namun ada juga perkecualiannya. Se-
seorang atau suatu kelompok sosial tertentu mungkin terkait
dengan lebih dari satu sistem budaya. Akibatnya, dalam sjtu_
asi tertentu di mana ada pertentangan antara kedua sistem
yang dianutnya terpaksa dia harus memilih salah satu di _
1S
Pil1-da?gan bahwa
lu
unsu
u b-qbe!
tn an _glaqi gistem -sistem yang
***
-,
17
1B
tr BAGIAI{ IGDUA
Pendahuloan
Apabila kita berbicara trlntang kebudayaan, maka kita
langsung berhadapan dengan pengertian istilatrnya, Oan seba.
gaimana diketahui dan iuga sudah sering disebutkan, hal itu
.
menyangkut bermacam-macam definisi yang telah dipikirkan
oleh sariana-sarjana bidang sosial-budaya Ji seluruh dunia.
Definisi dapat diberikan secara sangat luas. sehingga meliputi
kehidupan manusia secara menyelu n,th, termasu li-kehidupan
keagamaan, dan sebaliknya secara sempit, sehingga hanya
mencakup bidang yang kita namakan bidang keseniii.
10
Namun demikian, untuk kepentingan pembicaraan di-
sini, ada definisi kerja yang 1'auh letih singkat dan sangEup
mencakup penjabaran pengertiannya secara praktis, yaitu,
b:hwa kebudayaan merupakin sistim nilai dan gagasan uta-
ma (iital). :," tri",
-,
Sistim nilai.dan gagasan uuma itu dihayati benar-benar
oleh para pendukung kebudayaan bersangkutan dalam kurun
waktu tertentu, sehingga mendominasi keseluruhan kehidup-
an para pendukung itu, dalam arti mengarahkan tingkahlaku
mereka di dalam masyarakatnya,. Memang dapat dikatakan
pula, bahwa sistim nilai dan gagasan utama itu membed pola,
untuk bertingkah-laku kepada masyarakatnya, atau, dengan
kata lain, memben seperangkat model ur'uk bertingkah-laku.
Sistim r':ilai dan gagasan utama sebagai hakekat kebuda-
yaan terwujud dalam tiga sisfim budaya secara leLih rcrperin-
ci, yaitu sistim ideologi, sistim sosial dan-sistrn teknologi.
(1) Sistinl ideologi etika, norma, ada!-isti-
adat, peraturan "rns;;pLr1;
dan hukum yang berfuhgsi sebagai _
- pengarahan untuk sistim sosial dan berupr inter--
pretasi',' operasional -_dari s16th' nitai' dan GCqfun
utama-yaBg berlakitdalaft sHatu masyarakat. _-
i
QI Sistem sosial melhuti hubungan dan kegiatah sosial
di dalam masya6kat, baik yang terjalin dalam ling-
kungan kerabat, maupun yang terjadi dengan ma-
syarakat lebih luas serta dengan pemimpin-pernim-
pinnya. Pengendalian masyarakat dan pemimpin
berkembang sesuai dengan nilai budaya dan gagas-
3n utama yang berlaku.
\ (3) Sistem teknologi meliputi segala peralatan serta ca-
ra penggunaanya setai dengan nilai budaya yang
berlaku. Dalam kebudayaan yang terutama agraris,
misalnya, dengan sendirinya sistim teknologi sesuai
den gan keperluan pertanian.
20
'-z l"
Pcirmaslahan
(1) lndonesia berupa keputauan yang luassekali,lebih
dari 5.000 km dari ujung Barat ke ujung Timur dan
hampir 2.000 km dari ujung Utara ke ujung Sela_
tan. Hal itu kita ketahui sernua. Namun, di-setiap
daerah,pulau atau di dalam perbatasan suatu suku
bangsa, hal itu tidak selalu disadari. Memang keba_
nyakan orang tampak sulit sekali membayingkan
betapa luasnya negara lndonesia ini, yang dengan
politik Wawasan Nusantara sekarang meliputi wila_
a yah 5 juta km2 secara sah.
Ql Dalam wilayah seluas itr.r, jumlah pulaunya 1g.6ll,
walau hanya sekitar 6.0@ yang dihuni. penduduk
dalam pulau-pulau itr.r beraneka ragam, berbahasa
lebih dari 300 dialek, malahan di antaranya ada ba_
hasa mandiri,. sedangkan adat-istiadatnya, atau bu_
daya setempatnya, beraneka variasi puta. Hal itu _
21
l.ts
J tain oihak kita mengamat€mati secara khuzus setiap detil ke-
-'' u.lki-r5gaman bangsa, sehingga kaitan dengan keseluruhan-
i' ;;;;"t;;ti kaitan ;fiap detil dengan gambaran meoveluruh-
tidak iarang meniadi kahrr, dan malahan hilang sama
"ii,kali.
se
22
yang diamtril-alih itu. Dalam pada itu.dapat dikaakan, bahwa
pembmgunan untuk neningkatkan kesejaheraan berarti
pula proses pembaharuan kehrdayaan.
Andaikata proses ersebut bisa berjalan s@ara teknis-
ilmiah, berarti temtlr, bertahap.Uhao secara kausal saja,
maka tidak akan timbul banyak masalah. Namun, karena ke.
budayaan itu benifat dinamis cian cenderung berkembang se-
cara melorrcat-loncat, den gan selalu mengikuti kemajuan-*a_
syarakat pendr.rkungnya, maka pembaharuan akibai pemba_
ngunan yang merangkum segenap segi peri kehidupan yang
biasanya berlangsung dalam waktu reiatif singkat, pasti it<ai
menimbulkan keegangan, karena kesenjangn yang terjadi
dalam prcrcs pen gam bilal
ihan u nsu r-unsu r budaya asii g.
Selanjutnya, kemajuan teknologi, khususnya di bidang
komunikasi dan transportasi, telah sangat mempirlancar konl
tak.antar budaya bangBa.-lnteraksi sosial, tukar-menukar pe- .
ngalaman pengetahuan dan gagman, dapat terlaksana dengan
,q9lft obh setisp orang, dan tanpa mengenal batas geogrifi,
politik maupun keiudayaan.
- Searah:delgari.kecende-nrngan
. miq
kebudayaan yahg dina-
yang seQ-l-u 6erke@ng_ Beka J<ontak-kq:ntak iereni
il, me-rupakan ha! alami-h yahgjgga tidat mqngkin diben-
dung. Yang menja{i mcalah ialdr luas dan dercnya arus.pe_
!gqg_L!gg9y!1 asin s dewxa in i -sebElai ifiuaT kefr aiuai-GR- _
ZJ
penyusunan Pancasila sebagaimana diungkapkan dalam Un-
dang-Undang Dasar 1945, selanjutnya isi Undang-Undang Da-
sar 1945 itr senCiri cien terutama Penjelasan pada Pasal 32
mengenai kebudayaan bangsa, dan kemudian sebutan "ma-
nusia seutuhnya" yang bisa mengambil tempat dalam pem-
bangunan di semua bidang, baik secara mental-spiri-
tual, maupun material, pada hakekatnya merupakan usaha,
bahkan alat untrk mengatasi keadaan banga beraneka vari-
asi, Bhineka, namun ying dikeahui dan ingin dipertahankan
tetap benatr:, Tunggal lka,
- Artinya, kita telah sepakat untuk memilih pandangan
luas dan menyatu, namun dengan tetap memperhatikan detil
keanekaragnman bangsa kita, untuk memperkaya kehldayaan
kita. Dengan perkataan singkat, pada pokoknya masalahnya)
pada hakekatnya sederhana saja, yaitu kita pedu mengaitkan I
kehidupan masing+nasing individu, atau kepentingan kelom- j
pok kecil dan paling kecil itu, dengon kepentingan masya- l
- .rakat secara keseluruhan, kepentingan umum, sambil mem- i
beri temBat juga pada pembangunan yang sedemikian diperlu- i
kq3. Namun demikian, kita ketahui semrra, bahwa masalah,
_ydhg tampaknya sangat sederhana itu, paling srlit dipraktek-i
k4n, justru karena di dalam sejarah umat manusia secara I
tumum,. fokus senantiasa diletakkan dalam posisi tolak bela- i
kang. Padahal pemecahan masalahnya sebenarnya juga sangat
sederhana, apabila kita mau melihatnya dalam proporsiyang \
wajar, yaitu bahwa individu atau,kelompok kecil mungkin hi- j
dup terpisah'dari keseluruhan masyarakatnya dengan mengin- ,
24
'.tusi dan landasan idiil untuk memungkinkan bangsa kita yang
beraneka ragam ini hidup dalam kesatuan dan pesatJan, di-
sarnpi.rg tidak kehilangEn identitasn'/a sebagsi individu, ang
gcta kelcmpok k:cil ataupun uku bangsanya. Sepeni Pro,
fesor Soeporno mengatakannya dalam pidato menilang pe-
nyusunan Undang-Undang 1945 dan Pancasila 1 , kita perlu
membangun negara di mana semua individu,golongan masya-
rakat, pendek kata keseluruhan bangEa kita "zal zich thuis-
volen dalam negaranya" (merasa dirinya senang, seperti da-
lam rumah sendiri).
25
4 Tugas DirektoratJenderai Kebudayaan @\-
t;
gram ini diusahakan penulisan bahan lacaan y_ang mengung=
kapkan sejarah banga serta kehidupan Ear,. olof,-seiaran;-si_
hingga masyarakat mengenal diri lebih dekat peristi-wa slrta
pelaku sejarah ban gsanya.
26
gaimana mer€ka itu sanggup mengolah unsur-{rnsur yang d&
tang dari kebudayaan asing dan mengintegrdsikannyi t<J Oa_
lam budaya sendiri.
Program Permuseuman pada pihaknya mencakup pe-
nyebarluasan informasi kebudayaan, terutama lerarat pameran
dan peragaan benda-benda budaya di gedung-gedung museum
yang tersebar di seluruh tanah air. Benda-benda budaya itu
merupakan perwujudan masyarakat pendukung kebudiyaan
berssngkutan dalam rangka menanggapi lingkungan dalam ar-
ti luas, serta tantangan seja rah yang dialami. Wujud budaya
material tersebut meliputi peralatan produksi, perlindungan
dan pakaian, penenjataan, pengangkutan dan perhubungin.
Benda-benda buday6 itu sedemikian penting, karena r,ra-iau-
pu-n- tidak secara langsurrg, namun mencerminkan segi
bu<iaya
spiritual para pendukung kebudayaan benangkutan iru. Ka-
rena, apa pun bentlk benda sebagi perwujudan budaya ma_
terial yang dihasilkan oleh manusia, ia tidak bisa tidak telah
diarahkan, didominasi oleh nilai-nilai serta gagasan vital yang
berlaku dalam masyarakal manusia bgrsangkutan itu.
l2l ?rogram Pengembangan Keseniin.
-.
Program ini dimakudkan untrk rBeningkatkao.prestasir
seni, merahgsang innorasi ke arah pengembangan keseR6n na ,-'
sional yang meliputi seni rupa {terrnasr!'seni lu&is daaseni -
plastik seperti seni patungt ilsb), seni-gerak (tarian; iiintc
mim, dsb), musik. teater dan lain-lain. Di samping itu iuga di-
tingkatkan apresiasi terhadap seni, mengingat bahwa per,
kembangan seni tidak mungkin tanpa idjnya masyardkat
yang mampu menghargainya. Dalam rangka tujuan itu kegiat.
an digalakkan lewat berbagai in:tansi, baik pemerintah mau-
pun swasta, serta juga perkumpulan-perkumpulan scial. pe-
rangsang diberikan dengan, misalnya : mengadakan pekan se-
ni, baik di daerah maupun di pusat; lomba seni, termasuk
lomba. paduan suara ibu-ibu, yang hendaknya iangan dilihat
sebagai sratu mode saja, namun benar-benar merupakan sa-
luran untuk ikut mengembangkan dan 6eningkatkan selera
dan kegemaran musik terutama di kalangan keluarga;sayem-
bara penulisan seni dan lain-lain. Di samping itu Pemerintsh
dalam jumlah rendah memberikan fasilitas atau sub6idi beru-
pa uang kepada perkumpulan seni yang memerlukannya dan.
27
cukup bermutu, Subsidi tidak pemah tisa tinggi karena me'
mang dana tidak mencu kupi.
Selaniutnya seni Elah terbukti merupakan media kuat
-untuk penerusan dan perkenblari nilai.rilai. Ha! itu sangat
penting datam hubungan antar daerah darl antara suku bang
sa, dengan tu.iuan pengembangan suatu seni yang bercorak na-
sional, di samping iuga saling memperkanalkan masingmasing
jenis seni, sehingga trmbuh pengenian dan toleransi antar
;anggota masyarakat I ndonesia secara menyeluruh.
(3) Program (ebah!!!a!![9ru!a-gtr?al', Perbukuan dan Per'
p9.9!q\e-a!..
Program ini jelas berkaitan erat dengn usaha dan tu.iuan
mencerd6kan bangsa.
Program Kebahasaan ditujukan baik pada bairma nasio
'nal maupun pada balrasa daerah. Bahasa nasior,al merupakan
alat pemersatu yang telah terbukti kuat dan berhasil; karena
dalam keseragaman' pemakaian bahasa nasional, interaksi so-
sial antar warga negara dl semua lingkungon dan tingkatan
hubu.ngan dapat terbina secara lebih effektif. Namundemi-
-kian;,khazanah budaya yang terdapat dalam bahasa-bahasa
daer,|h juga -tidak mungkin diabaikan. Bahasa'daerah tetap di
harapkaDjkut berkembang pula, serta memberi masukan ber-
harEa uhtuk pengembangan bahasa nasional.
-Program Kesusasteraan erat hubungannya dengan Pro-
gram ,Kebahasaan, karena kelsastraan merupakan perwuiud
an dari penggunaan bahasa secara baik, tepat, tertib dan in-
dah. Berbagai kegiaun, seperti sayembara penulisan dan pem-
bacaan puisi, drama serta karangan sastra diadakan untrk pe-
ngbmbangn kesusastraan dan selera terhadapnya, baik yang
nasional maupun di daerah,
Program Perbukuan meliputi antara lain penambahan sa"
rana bacaan, baik buku maupun maralah, guna menunjang
program Pemerintah unuk mencerdaskan bangsa, Sayembara
penulisan buku, baik yang bersifat ilmiah, semi ilmiah, men-
didik. maupun yang mengandung fiksi dan bacaan senggang,
diharapkan meEngsang penulisan guna penambahan bahan
bacaan.
2A
'-
Program Perpustakaan, di samplng menambah sarana
d"n orasirana perpustakaan, serta menangani p€mbinaan dan
p"^,irn U*tg"niy", iuso t erusaha rspinglatkan mirrat mcm-
perpustakasn itu
L*"'. rrt",i" pustakawan yang men6iigani maka dalam pro-
idi' .ing"t ti.ung memadai di lndonesia,
.ir. i"i Jr" diusaiakan Peningkatan muu para pusurkar/!6n
;;;; ;"';;"s"" menveiengsaiakan training tambahan ke'
pusmka'
iaoi enaga peipustakaa yang hrkan ahli
Dengan sendirinya semua usaha seperti dis€butkan
di -
atc, oiaGn"run daiam kerla sama dan koordinasi erat se'
cara I in tas se ktoral .
(4) -Prlrgrqm
lnventarisasi Kebudayaan
30
tiudaya bangsa. Kaidah musik klasik dan jazz Bara! um-
pamanya, telah berhasil merangsang ciptaan khas lndo-
nesia pula. Dalam pada ini kita perlu melihat pada con-
tch nenek rroyang kita i,6ng, sebagaimana telah disebut'
kan di atas, tidak pernah menolak unsur asing, namun
sanggup mengolah dan mengintegrasikannya dalarn bu-
daya sendiri, sehingga dapat tercipta sesuatu yang baru.
rramun tetap khas lndonesia.
3',1
)t,1i,.,etoo
f l"i rua i"../
,, .,bah wa kebudayaan nasional lndonesia adalah dinamis, ber'
i kembang terus, bukan hanya terdiri dari yang tradisional-tra-
disional saja, namun meliputi pula modemisasi. Modernisasi
. ielas di sini bukan berarti menghilangkan ketahanan nasimal,
teruEma ketahanan budaya nasional atau identitas bangsa
lcutture identity), namun berarti mengembangkan ciri khas
kebudayaan bangsa sesuai dengan tuntrta'r iaman.
Dalam hubungan kebi jakan-kebiiakan tersebut di atas,
jelas diperlukan komunikasi yanq sllngguh-sungguh, penye-
barluasan inform6si kebudayaan yang meliputi seluruh Wila-
yah lndonesia. menyangkut semua daerah dan suku bangsa
yang ada. Masyarakat lndonesia secara keseluruhan berkepen'
tingan mengetahui dan menyadari secara koi'nprehensif tuju'
an pengembangan kebudayaan nasional serta kaitannya de-
ngan pembangunan secara umurn. $a aran komunikasi dan
informasi budaya yang luas itu ialah seba-oai berikut :
(1) Memperluas pandangan, cakrawala pengertian mengenai
kebudayaan' nasional pa{a semua-warga negara I ndone'
,.sia' --- , .:-
(2) Saling - memperkenalkan trehdayaai-kebudayaan se-
tempa1 setingga tgriadi peogenian dan- ha-rg-menglar-
gai yan! +nehjaRT iu.to-lerarisi d 1-kenrkuiian antarsuku
bangsa, antar daerah.
(3) lnformasi luas mengenai k€budayan-kebudayaan setem-
pat itu iuga memperbanyak kemungkinan pilihan dalam
kerangka acuan sehubungan dengan pengembangan ke-
budayaan nasional. Hal ini menyangkut Penielasan pa&
Pasal 32 dalam UndangUndang Dasar 1945, yang inti-
nva menqharapkan kehjdayaan'kebudayaan daerah da'
pat memperkaya kebudayaan nasional, sehingga terdapat
warna dan nuang menarik yang dengan sendirinya iuga
senada dengan prinsip Wawasan Nusantara.
(4) Kebudayaan Nasional yang sesrngguhnya berakar pada
kebudayaan daerah, sesuai dengan prinsio Wawasan Nu-
santara, dapat lebih meniamin kepribadian atau ketahan-
an budaya nasional, s€hingga ada ketahanan mutlak pula
dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing ataupun
' keadaan tidak menguntungkan yang timbul dari dalam.
32
(5) I Kepribadian nasional yang kuat dapat menrmbulkan dan
mempertinggi daya kreatif dan ihnovatif bangsa lndone-
sia tanpa bahaya melunturkan sifat kebudayaan nasional
atau menimpangkan pengertian mengenai kebudayaan
nasional itu.
33
Jelaslah, bahwa tugas seperti itu pedu diemban oleh ma-
syarakat lndonesia secara keseluruhan, baik pihak pemerintah
mauor.rn kaiangan slvasta di samprng kegiatan ha..'-rs di!aksa'
nakan secara lintas sektoral. seperti telah digambarkan diatas.
Selain dari pada itu, pembinaan dan pengembangan ke-
hrdayaan nasional, sebagaimana ielo pula dari keseluruhan
uraian di atas, mesti berorientasi pada seiarah bangsa di masa
lampau, pada kenyataan sosial budaya masa kini dan pada ci'
ta{ita nasional di masa yang akan datang, yang secara keselu-
ruhan pada hakekbtnya didasarkan pandangan budaya yang
bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Tujuan akhir pembinaan dan pengembangan kebudaya-
an secara konsepsional ?_dq!q!11gfc!p!Cf,ya suatu kondisi sosial
budaya y_an g.memu!,Ckj!1!an manusia 4engemban gkan sel u-
r!.tr pq!gn!!!'ryq sqqqra op{mal, sehingga ia menjadi pribadi
yang mandiri dan bertanggung jawab dalam kehidupan ber-
$asyarakat.
Hubungan antara Kebudayaan dan Pendidikan. il>
Sebagaimana telah acapkali disebutkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. pendidikan merupakan bagian
dari kebudayaan secara menyeluruh- Hal i memang perlu
disadari demikian. Pendidikan berupa jalan, saluran, untuk
meneruskan kebudayaan, dalam arti pendidikan merupakan
alat untuk menanamkan kemampuan bersikap, bertingkah-la-
ku, di samping inengalarkan ketrampilan dan ilmu pengctahu-
an untrk bisa memainkan peranan sosial secara menyeluruh
dan sesuai dengan tempat dan kedudukan individu di daiam
Cunia iua. Dengan perkataan sinEkat, EOdidikan adalah cara
u-Dtu k_-meneruskan sistirn nilai dan gagasan utama bangsa dan
manusiawi.
Adapun lembaga pendidikan yang paling kena untuk
mengajarkan sistim ideologi dan sistim sosial yang berlaku se-
cara nasional dengan sendirinya adalah yang dikelola oleh
pemerintah. Di sinilah dapat ditanamkan pola dan model un-
tuk bersikap, bertingkah-laku sesuai derigan nilai-nilai nasio-
nal, yaitu yang sesuai dengan Pancasila dan segaris dengan
u
Uhdang-Undang Dasar 1945 serta semua gagasan u tatna nasi'
onal. Lewat lembag Pendidikan nasional'tersebut dapat dibe-
rikan perluasan iangkauan. berani kelengkapan pada apa yang
selama ini didapati le',^at prces sosiaiisasi dan perilbudayaan
di daerah secara terbatas. Lambat -laun pola dan model nasi'
onal akan bisa meresap ke dalam daerah-daerah pula, lewat
proees scialisasi dan pembudayaan yang nasional ini, karena
itu, maka sekolah*ekolah perlu sekali dikembangkan secara
lebih mantap sebagai lembaga di mana proses scialisasi dan
pembudayaan nasional dilakukan. Oewasa ini diusahakan dan
dikembangkan sekolah sebagai Pusat Budaya.
Namun demikian, untuk mempercepat proses perluasan
jangkauan itu, perlu pula sekaligus dilakukan sqia-lisasi-dan
p".brdayaan s:stim nilai nasional brukan hanya lewat seko-
iah, berarti lalur pcndidikan formal, melai kan lalur pendidi-
kan non-formal pun perlu dikerahkan secard meningkat. Ka-
rena, lev,/at ialur pendidikan non-formal itu dapat diiangkau
semua umur, semua tingkat secara merata.
Perluasan jangkauan pergaulan dan kehidupan sosial se-
cara nasional tidak perlu membingungkan atau merugikan,
- :. dan-merysak sistim nilaiyang dibiasakan da-ri n'imahJeluarp
Oaa daeran terbqtas. secara udurn: Yang mgr6ntu-kandalah
cara merrberi keiengkaOan terhadap apa yangldama i[i diha-
: ]ati dln gan menun-pl pada perkem ban Ean--pma n dan ssiql6lr
- bangsa.
Untuk menemukan cara yang paling cocok untuk setiap
daerah atau kelompot suku bangsa, diperlukan pengetahuan
mendalam mengenai sistim adat-istiadat, kekerabatan dan la-
in-lain yang bersangkutan. Dewasa ini memang banyak pene
litian dan pendidikan tinggi. Tuiuan dari penelitian itu de'
ngan sendirinya hendaknya bukan sekedar mengumpulkan
data saja. Dokumentasi mutlak di perlukan supaya, atas dasar
penemuan itu semua, kita dapat menentukan sikaP dalam me-
masyarakatkan nilai-nilai yang lebih bemifat nasional. bukan
yang sempit perdaerahan lagi. Untuk itu penting sekali me-
ngetahui secard ielas sistim nilai dan gagasarr utama yang per-
nih uda, di lndonesia secara keseluruhan, dan di setiap daerah
dan suku bangsa seca ra khusus. Hanya dengan mengaitkannya
dengan apa ying sudah atau perneh ada, maka memasyarakat-
kan sistim nilai yang nasional dapat lebih cepat berhasil'
35
I
36
d'an perpustakaan yang letih mantap dan luas dapat dijadikan
jalur untuk mempercepat proses scialliasi dan pembudayaan
secara nirional.
Daiam pada ini perlu diperhatikan, bahwa sesuai dengan
lambang negara, Bhineka Tunggal lka, tujuan pendidikan bu-
kan untuk menumbuhkan manusia lndonesia yang sarma, se-
rupa dan tak ada variasinya. Kita tidak membutuhkan manu-
sia lndonesia robot namun manusia lndonesia yang, sebagai-
mana telah disehrtkan di atas tadi, strlnggup mengembangkan
seluruh petensinya secara optimal, sehingga ia menjadi priba-
di mandiri dan benanggung iawab dalam kehidupan masyara-
kat, vaitu manusia indonesia seutuhnya, baik mental-spiritual
maupun pisik, sehat dalam watak dan badannya. Dengan de-
mikian dimaksudkan, bahwa setiap individu atau golongan
bisa saja memiliki latar belakang yang beraneka variasi, yang
mernang sesuai keadaan masyarakat kita, namun setiap indi-
vidu atau golongan itu harus mampu merasakan dirinya ber-
satu dan toleran dengan sesama warga negara lndonesianya.
Kita tidak menginginkan adanya pembedaan atau perpecahan
watak atas dasar kesukubangsaan atau perdaerah, maupun
menurut agama dan keyakinan lain. Semua variasi yang ada
kita kehendaki menjurus ke persatuan dan kesatuan bangsa.
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan demikian
merupakan landasan dan sekaligus atap atau payung yang me'
mungkinkan perkembangan bangsa dan buciaya dalam kesa.
tuan dan persatuan, walaupun ada variasi suku bangsa dan
daerah. lstilah yang mungkin dapat digunakan untJk keadaan
masyarakat ki'', dan auiuan kita, ialah rnasyarakat yang plura-
//stls. Bhinneka yang memang dapat diartil<an 'plurailstis"itu.
Namun demikian, dalam keadaan pluralistis itu, tujuan bang-
sa dan masyarakat kita tetap persatuan dan kesatuan. Dalam
keadaan bervariasi yang bagaimana pun, bangsa lndonesia hen-
daknya tetap merasa berbangsa satu, yaitu lndonesia. ltulah,
kiranya, turuan pendidikan atas landasan kepribadian atau ke-
tahanan budaya naF,ional, Cultunl identity.
37
Pe nu n ia nga n Peru n da ngan Negara
38
-b- lnstuksi Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Dae-
rah No. Pem/65/l /7, tanggal S Februari 196O peri-
hal Pelanggaran-pelanggaran terhadap Monu menten
Ordonnantie Stbl 238 tahun 1931, yang idituiukan
kepada para Gubemur, Kepala Daerah lstimeura
Yogyakana, Kepala Biro Pemerintahan Umum Pu-
sat Kotapraja Jakarta Raya.
c- Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan,
Menteri Kehakiman, dan Gubemur Bank Central
No. 27 / Al Krb/ll/1970/GBl /1970 serta Penjelasan-
nya mengenai Pasal 7 dan I Keputusan Bersama
tersebut.
-d- lnstruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan B I
No. 8/M/1972 tanggal 5 Agustus 1972 tentang Pe-
ngamanan Benda-benda Purbakala, d;tujukan ke-
pada para Kepala Perwakilan Departemen Pendi-
Cikan dan Kebu dayaarr.
:e- lnstruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.l.
'i No. 01/A.l/ 1973 tanggal 8 Januari-1973, tentaDg
- . Keria saha Kepala Pen^rakilan PE-ndidika4, dan ke.
_ bldayaan dengan Kepolisian Negara R.l. dalqgr Pr-
ngamanan/ Penyelamatan _Cagar Budaya Nasional
lndmesia.
.f- lnstruki KOPKAMTIB No. INS-{OTKOPKAM/
l/1973 tentang Pengamana4 Cagar Budaya Nasi-
onal lndonesia, tanggal 27 Februaii 1973, yang di-
tujukan kepada Kapolri, Para Lakus Pangkopkarl-
. tibWilayah, para Laksus Pangkopkamtib Daerah.
-g- lnstruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 432-178
tentang Perlindun gan Benda-ben da Penin ggalan Se-
jarah dan Purbakala di daerah,- tanggal 20 Februari
'1982, yang dituiukan pada Para Gubemur Kepala
Daenh tingkat I dan Para Bupati/ Walikota Madya
Kepala Daerah Tingkat ll di Seluruh lndonesia.
39
Berarti, MO 1931 itu sendiri yang perlu ditingkatkan,
terutama sehubungan denm;r sanksi yang diberikan dan
umumnya rerlampau rendah, sehingga sama sekali tidak
ada effeknya. Memang sudah ada rencana untuk menga
dakan peningkatan tVlO 1931 tersebut le\iat UndangUn-
dang baru, yaitu Undang-Undang Cagar Budaya, seperti
yang telah disebutkan pula dalam Pasal 14 Undang-
Undang Cagar Alam, yang berbunyi "pelestarian Cagar
Budaya ditentukan dengan Undang-Undang,,. Harapan-
nya ialah, bahwa penerbitan UndangUndang Cagar Bu-
daya termaksud tidak akan mengambil waktu terlalu
lama.
Namun demikian, Undang-Undang atau Peraturan
Peme;intah yang sama pun, walau disusutr secara sem-
purna pula, tidak akan mempunyai effek sedikitlptrn,
bila tidak diketahui dan ditaati umum, terutama iustru
para ahli hukum. MO 1931 yang sebagai Ordonnantie
sJdah memiliki kekuatsn hukum, temvata tidak dikenal
seBerti seharusnva. Misalnya dapat disebutkan anggaran
- d'asaf suatu yayasan yang memuat pasal-pasal yang ber-
tentangan dengan dan lelas menyalahi MO 1931 itu, na-
,muD tidak dideteksi seperti itu oleh notaris yang mem-
bantu menyusuh anggaran dasar tersebut. Hal itu terja
- di dalam hal suatu yayasan yang menurut anggaran da'
sarnya men geriakan pen ggalian-pen ggalian untu k menca'
- ri harta karun, benda berseiarah dan purbakala. Yayasan
itu .ielas sekali menyalahi MO 1931 beserta sekalian lns-
truksi Menteri sebagai disebutkan di atas.
Di samping peraturan-peraturan dalam negeri, da-
lam hubungan kita dengan luar negeri, dan khususnya
lembaga-lembaga internasional seperti Unesco, sebenar'
nya kita juga perlu mengakui konvensi dan rekomendasi
internasional. Di bidang perlindungan kepurbakalaan
ada berbagai konvensi dan rekomendasi dari Unescose
baqai berikut:
40
yang oleh pihak ABRI sudah di beri assessment pa'
da tahun 1967, namun sampai sekarang belum oleh
Neg6ra secara umum.
.2- Recc:"nn,eadation on llie.Gational Pri,iciplcs Ap-
plicable to Archaeological Excavation (adopted by
the Unesco General Conftrencq 1956).
-3- Recommendation Conceming the Mo6t Effetive
Means of Rendering Museums Accessible to Every-
one (Unesco General Conference. 1960).
4- Recommendation on the Means for Prohibiting and
Preventing the lllict Export, lmpon and Transfur
of Ownenhip of Cultural Property (Unesco Gene
ral Conference, 1964), .
41
kan lewat keria sama dan hubungan bilateral antar nega-
ra, yang dengan sendirinya dapat diperkuat pula oleh
pengakuan resmi Republik lndonesia terhadap konvensi
dan rekomendasi internasional itu.
42
kongres-kongres internasional permuseuman, seia-
uh dana memungkinkan. Lewat keria sama interna-
sional, regional maupun bilateral lndonesia srdah
sering pula ikut serta dalam mengadakan pameran
benda-benda museum kita di luar negeri dan seba-
liknya menerima dan meniadi tuan runrah rrnti-rk
bermacam-macam pameran dalam museum-muse-
um kita. Seianiutnya kita iuga terkait dalam kerja
sama dengan beberapa negara dalam bidang peng-
awetan benda-benda museum.
'b- Perpustakaan
Mengenai perpustakaan sudah disiapkan rencana
Undang-Undang Perpustakaan sekaligus mengenai
deposit yang diharapkan dapat selesai dalam waktu
tidak terlalu lama.
Dalam hubuirgan dengan luar negeri, terutama dua
instansi yang berkaitan dengan perpustakaan di ln-
donesia menghadapi kerja sama itu, ialah Pusat
Pembinaan Perpustakaan dan Perpustakaan Nasio
nal, yang keduaduanya dikelola oleh Oepartemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kerja sama meliputi penambahan koleksi, hubung-
an kerla dengan badan-badan intemasional di ti-
dang perbukuan dan perpustakaan yang terniasuk
juga mendapat kesempatan training tenaga ahli,
keanggotaan dalam federasi pustakawan dan lain
sebagainya.
Secara khusus dapat disebutkan di sini, bahwa pada
tahun 1948 PBB menuniuk Indon$ia, dalam hat
ini yang dahulu diseb l Bataviaasch Genootschap,
meniadi Perpustakaan DepGit, "Bataviaasch Ge-
nootschap" tersebut kemudian diganti meniadi
"Lembaga Kehldayaan lndonesia", dan sekarang
tugas sebagai Perpustakaan Deposit dihibahkan
kepada Perpustakaan Nasional.
Dengan demikian terbitan luar negeri dikirimkan
sebagai contoh kepada Perpustakaan Nasional. Hal
tersebut juga sudah berlaku untuk terbitan dalam
43
negeri atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendi-
dikan dan Kebudayaan dalam kaitannya dengan
pendirian Perpustakaan Nasional.
Penutup
****
44
LAMPIRAN I
45
pingan dari usah-usaha di bidang pembaogunan. Dengan per-
k3taan lain, pembangunan nasional hanrs didukung olch
pembangunan kebudayaan yang serasi dan menunjang terca-
painya pem bangunan nasional.
LAMPIRAN II
Lima Olrektorat;
1. Museum Nasional
2. PerpustakaanNasional
Tlga Pusat;
***
46
t] BAGIA]I IGTIGA
Pendahuluan
17
hami, mengEtahui dan selanjutnya mengamalkan prinsip-prin-
sip d6ar yang meniadikan seseorang itu disehrt bangsa lndo-
nesia atau warga dari masyarakat bangsa lndonesia, dalam ne
gara Kesatuan Republik lndonesia yang berdaarkan Panca-
sila/ UUD '1945.
Sebagai satu bangsa yang bertekad untuk mengembang-
kan diri dalam kehidupan antar bangsa di muka hrmi ini se-
bagi layaknya, maka setiap kegiatan niscaya diwarnsi oleh
mentalitas yang memant.tlkan ciriciri kepribadian yang mem-
bedakannya dari bangsa-bangsa lain. Dalam hubungan menta-
litas atau lebih tepahya "sikap mental" yang memberikan
ciri kepribadian itulah, tulisan ini akan memusatkan per-
hatian. Dalam pembicaraan atau perbincangan mengamati si-
\?p_11g!E! dan q4,ci1i_!qp{!qd!q4 banssa lndonesia, akan
disoroti let,ilr banyak mengena; :
'1. Apakah sikap mental itr, dan bagairnana hal itu menya-
takan diri dalam kehidupan mentalitag bangsa lnQonesia
dipandang dari konfigurasi le bu dayaan_bangsa lndone-
sra /.
2.' Apakah ciri+iri Kepribadian $aas6a lndon-eiia dgn sg- . -
iauh metakrh ciriri?i' itu ilaq_qt menbdi daF doreng_
tumbuErya motivasi lcrlt ral Eangsa In donesh,_diaorei-
dari sudut sistem nilai yang ama{ dihargai dalam kehi-
dupan bangsa ?.
48
niah (mental) yang terdapat pada seseorang yang menuntun
perilaku berbuat atau bartindak dalam kehidupan. Apa-apa
yang dipantulkan atau dinyakkan dalam perilaku itu, mem-
bentuk sikap seseorang te tadap sesuatu ying lain. dari itr:lah
yang kita sebut "sikao mental", Kata ,,sikat men'tul,, adulah
satu istilah yang sudah populer untuk*onsep yang dengan is_
tilah ilmiah disebut "sistem nilai h.rdaya,, (culture value sys-
tem) dan sikap (aftitude).
49
Ma'
sep nilai budaya yang dianut oleh individu bersangkutan'
iat'un oapat dikatakan bahwa sikap illdividu itu, biasava.d!'
re,trl.".aq oleh tiga unsr-r, ialah ke:daan pisik individu itu, ke-
aOaan ii*gny" d"n noima.o.rna serta
konsep-konsep nilai
btrd-qYa yang dianu tnYa.
Oi dalam memandang atau mengamati sikap-sikap sese-
50
I qai macam konsep lainnya, yang serhuanya dapat. me-
iunjukkan sebagaimana manusia hidup dalam kebudaya-
an tertentu memandang dan menghargai karya itu'
3,
- Tanggapan terhadff alam. Bagaimana manusia harus
.etig*hiOapi alam iuga terdapat persepsi yang berbeda-
bedJ menurut tiap-tiap kebudayaan' Ada yang meman-
dang alam ini sebagai se$ratu yang potensial dapat.mem-
berilan kehidupan yang bahagia bagi manusia dengan
mengolahnya; ada yang memandang alam ini sebagai s+
suatrl yang'harus dipelihara keseimbanqannya sehingga
harus diikuti saja hukum-hukumnya; ada yang meman-
dang alam ini sebagpi sesuatu yang sakral dan orang ha-
rus menerima sebagaimana adanya; dan berbagai tang-
gaPan lainnYa. //tt
4. Tanggapan terhadap w"ktu, Berbagai tanggapan orang
\,'ang mem-
tentang waktu terbentuk dalam kebudayaan
Uinany-r. nOa tanggapan bahwa yang sebaik-baiknya ada-
iin masa talu yang memberikan p-edoman kebijaksanaan
t iaoptty"; id"-yung memandang masa kini itulah
Jrtm -yang
yang berangga.pa-n bahwa
waktu -terperning dan ada
beroirenusl ke{asa depan jtulah yang terbaik untJk
kehidusan ini.: . .n!4
5. -Tanggapan xjrhdzp sesama nanu$a -Ada
peradsban
yahg menanamkan pada warga masyarakat pandangan-
pandanian terhadap sesama manusia lahwa orang-orang
atasan itulah yang sepatutnya menjadi pola ikutan yang
sebaik-baiknya; ada yang rnenanamkan pandangan bah-
wa mengikuti kepada sesama adalah yang terbaik; ada
yang berorientasi kepada menglkuti peilgalaman leluhur
itulih vang baik;dan berbagai ienis tanggapan lainni'a'
Kelima konsep itu, dapat dijadikan alat untuk memerik-
sa keadaan sikaP mental seseorang atau sesuatt' persekutuan
hidup, bangsa dan lain-lain dalam menghadapi kehidupan.di -
dunia ini. Apabila kita mencoba mengindentifikasi keadaan
sikap mentai bangsa lndonesia dengan menggunakan kelima
konsep tersebut di atas, maka dapadah secara hipotetik dan
garis besar umum disebut sebagai berikut :
5',r
* 'f@ri.ctr.h t,h. h' iAy, ,..ornt /7, i*r ctq. /Lrxp *.t .
52
',./.4?r.. .?,Arl /'V..,/ztti ' /- V^ r'-t'"':
,///
sih belum merupakan suatu unsur yang penting dalam
sikap mentalnYa.
Segenap suku bangsa lndonesia y3ng kurar:g lebih 80%
dari seluruh jumlah penduduk lndonesia, terdiri at6 pe-
tani miskin. Karena itu aktivitas karyanya itu, biasanya
hanya ditujukan kepada usaha untuk mencari makan
memenuhi kebutuhan hidup primer. Adapun orang ln'
donesia di kota-kota, kecuali buruh yang bekeria keras,
yang bekerja dengan tangan dalam berbagai lapangan
pertukangan serta WNI keturunan Cina, yang lainnya be-
kerja sebagai pegawai yang di belakang meja tulis. Seba-
gai akibat dari itu kurang lebih 20% manusia lndonesia
yang bukan petani dan yang bekeria dalam kantor itu,
biasanya mempunyai mentalitas pegawai atau pejabat
yang hanya mementingkan karya untuk naik pangkat,
kedudukan dan prestise. Mentalitas seperti ini, tidak ha-
nya terbatas dalam lingkungan pegawai/pejabat negeri
saja, tetapi iuga menghinggapi lin gkun gan-lingku ngan
yang lebih luas sekitamya. Demikian kegiatan untuk
mencari gelar{elar akademis, tanpa amat mementingkan
l€Sampilan keaElidn yang ada di belakang gelar-gelar itu
mqgih tampa'k lti4s di semua lapisan masyarakat di tndo
nesiq.
Hal itu merupbkan perwujudan dari sikap ment;l hanya
mementingkan karya untuk kedudukan dan prestise sa'
.ia. Sikap mental seperti itu terang tidak cocok untuk
pengembangan ke arah suatu bangsa yang maju, karena
berkecenderungan untlk meremehkan kualitas dan kar-
ya serta hasilnya. Sikap mental seperti itu bisa juga ku-
rang rnendorong orang untuk tabah Can ulet dalam kar-
ya.
Sikap mental yang kelihatannya responsif terhadap per-
kembangan dan kemajuan rupa-rupanya dipunyai oleh
kebanyakan WNI keturunan Cina.
Sikap mental yang demikian itu amat penting untuk usa-
ha-usaha dalam sektor ekonorni, karena usaha-usaha
ekmomi itu pada permulaannya sering kali bisa mene
mui kegagalan, dan baru akan nyata hasilnya dalam iang-
ka waktu .,,ang cukup lama, yang dibarengi keuletan dan
tak kenal putus asa.
53
(3) Terhadap konsep ketiga (Sikap manusia terhadap alam).
/r1A S-lLgp- qlenlql yang mendorong keilglqqn orang untuk
!!! pesgEa l11idqhl11 idahnya, dipandang
gtenorrasai alg1n
sebagai sikap mental yangdapat mengembangkan kema-
juan dalam masyarakat. SikCp mental yang demikian ru-
pa-rupanya masih'belum kuat bertumbuh, - baik dari
lapangan negerl yang biasanya &kerja di belakang meja
tulis-, terutama dalam peradaban orang Jawa, Konsep
bahwa manusia itri harus dapat mencapai keselarasan de-
ngan alam sekitarnya, merupakan satu konsep yang di-
nilai tinggi. Seringkali satu pandangan serupa itu mengu-
rangi keinginan-keinginan manusia untuk menyelarni
dan mencapai pengertian tentang kaidah-kaidah alam
akhirnya menguasai alam. Pada hal keinginan untuk me-
nyelami dan menguasai alam itu sebenarnya merupakan
sumber dari kema.juan ilmu pengetahuan dan teknologi.
PembanErnan ekonomi modem dalam tahap lanjutan
berarti industrialisasi, dan industrialisasi hanya mungkin
dengan ilmu pengetahuan dan leknologi. Tentu saia da-
pat dilakukan import hasil teknologi dari luar dengan
meniru dari negar*{egira ylng telah r]]!riu, tetapi raeng-
imi tas i pun m e merl_u kan peo gerti a n ra n g-daTa_qr, d-an ka-
lau tetap_tidak kita mulai_ meng-eoibangkan keinginan
untuk menguasai alam, m*a:tetap hanya akan m€njadi
-pemah
konsumen dari tekrologfasing sal4'd6n tidak
akan dapat mengembangkan teknologi yang dikreasikan
oleh bangsi-bangsa lain, maka kita tetap hanya tinggal
nrenjadi banpa "kelas kambing" dalam iaman kemaiu-
an in i.
(.1) Terhadap konsep keempat (Persepsi terhadap waktu).
Sikap mental yang dipandang cocok untuk mengem -
bangkan suatu masyarakat agar meniadi masyarakat
yang maju, adalah apabila dalam aktifitas hidup, orang
sebanyak mungkin berorienErsi ke masr- qgpan. Berori-
entasi ke masa depan belumlah amat berkembang dalam
mentalitas orang lndonesia. Dalam lingkungan masyara-
kat petani dan desadesa lndonesia, orang-orang dalam
lingkungan itu terlampeu miskin untuk memikirkan ba-
qaimana kehidupannya, milikny3 dan keadaannya di -
masa depan. Mereka biasanya hanya sempat untuk me-
mikirkan tentang hari ini saia, auu teng(i.elam dalam
nostalgia iaman keemasan nenek moyangnya. Bahkan
di antara orang-orang lndonesia yang hidup di kota-kota
pun, seperti kaum buruh, pegrwai/peiabat negBri bahkan
pengusaha, masih tetap berorientasi terbatas kepada ma-
sa kini atau hari ini saia.
(5) Terhadap konsep kelima (hubungan dengan sesama ma-
nusia). Sikap mental yang dipandang mendorong teriadi'
nya pengembangan dan kemaiuan dalam masyarakat,
adalah sikap mental yang berorigp-ta5! lepadasesamanya
vakni yang menilai tinggi kerja sama dengan orang lain,
ianpa meremehkan kualitas individu dan tanpa menghin-
dari tanoounq iavrab sendiri. Sikap mental yang menilai
tinggi kdria sirira dengan orsng lain, memang terdapat
sebagian besarmas/arakatped6aan di lndonesia. Hal ittt
memang merupakan unsur pokok dari apa yang kita se
but "gotong royong". Hanya saja bahwa pranata gotong
royong dalam masyarokat pedesaan kit8 yang amst di-
aniur-aniurkan oleh pemeiintah, mengandung idga satu
asiek n6gatif. yaittr menghambat perkembangal indiyi'
du dan meremehkan kualitas individtr. lans-kd-dqJi- Pr6:.-r -
n!E-g9tQ[ql9y-q!9-Iu ,adalab kq-lsep -bahv!E-:r ] d-alam -' -
alam masyarakat ini orang ddak hidup sendli. k?ryn1-r ---
itu 2L orang harus seltlu memelihari huh.rngan baik dB
ngan Sesamanya dan 3L sedapat mungkin tidak benisaha
supaya bisa menonjol sendiri. Unsur pertarna dalam SG ..;'1
tong'royong tersebut memang.baik dan kesadarari bah' 'r
wa orang itu tidak berdiri sendiri dalam hidup ini' akan '
memberi rasa keamanan fundamental. Unsrr kedua iuga
masih dipandang baik, apalagi kalau itu hanya t€rwuiud
dalam aktivitas€ktivitd tolongflenolong dalam kebia'
saan sopan-santun untrk memberikan pertolongan kepa-
da tet&ggE pada sait memerlukan peftolongan ittl'
55
I
bahwa; "ada orang yang ingin mal:u sendiri". Pranata go-
tong royong di lndonesia terlampau bersifat menyama-
ratakan atau mengkonform-kan individu, kurang mem-
berikan kesempatan ixrkembang kepada individu-indivi-
. du dengan kesadaran dan kepribadian yang khas dan ku-
rang mengh4rgi prestasi individu.
Hambatan akan perkembangan kepribadian indivi-
du keuali karena aspek konformisme dari pranata go-
tong royong dalam masyarakat pedesaan di lndoneiia
itu. jug8 terhambat oleh suatu orientasi yang terlalu me-
mandang ke pihak atasan. Dalam hal itu ora-ng segan un_
tuk memutuskan sesuatu yang belum pernah dialami,
dan hanya menungg, contoh atau restu orang"ordng
yang lebih tua yang lebih tinggi pangket cian kedudukan_
nya. Mentalitas yang berorientasi ke arah atasan itr, tidak
hanya terdapat pada masyarakat petani, malah amat ku_
at terdapat pada orsng pegawai/pejabat yang merupa-
kan sebagian penduduk kota-kota yang dipandang su-
dah maiu. Ada pun mentalitas pegawai atau pejabai se-
macam inilah yang amat tidak mendukung perkembang
an dan kemaiuan sesuatu bang6a, karena hal itu melJ-
rnahkan disiplin sejati dan mengaburkan rasa tanggung
iawab pribadi.
Disiplin hanya akan ada, kalau ada pengawasan
)iang ketat dari atasan, dan pada saat pengawasan itu ti-
dak ada, maka disiplin itu akan hilahg juga. Demikian
orang juga tidak akan berani bertanggung jawab sendiri,
tetapi. selalu hanya menyandarkan diri kepada orang
yang lebih tinggi pangkatnya. Orang
i,ang hanya lcbih'
t:nggi pangkatdan iabatannya iu pun akan mengelak da-
ri tanggung jawab, karena dalam konsep ini hJnya ada
".tanggung iawab bersama.,, yang artinya tidak aiketa-
hui siapa yang bertanggung jawab.
56
'i
Merombak suatu sistem nilai budaya itu ir"dalah suatu
proses yang akan memerlukan waktu yang lama. Caranya ada-
lah terutama melalui pendidikan baik formal maupun non
formal. Merubah adat-istiadar dan cara-cara pendidikan da-
lam rumah tangga, agar dapat ditanamkan dan dikembangkan
kesadaran untuk kualitas, karya dan hasil karya, rasa disiplin
sejati dan r6a tanggung. jawab dalam jiwa sebanyak mungkin
angkatan muda lndonesia, bukanlah sesuatu yang dapat disu-
lap kejadiannya seketika. Teupi makin cepat dimulai makin
dekat sasaran itu akan dicapai.
I
,,-),
r_tt"' Ciri-ciri Kepribadian Bangsa lndonesia
57
demikian pu-
dengan vang lainnya'mempengaruhi kebudayaan
ta seUatitnya kebudayaan mempengaruhi kepribadian orang-
olang.
Dari pangkal tolak inilah kita mencoba melihat
ciriciri
kepribadian Uanfa tnaonesia' Di dalam mana ciri-ciri itu da-
p"i aiit"a"i se&gai ciri-ciri umum.yang dapat disebut.me..-
[u*ri repriuadiai-bangsa lndonesia, perlu ditetapkan lebih
dahulu kesepakatan kita bersama
kon-
Pada bagian depan kita telah nremilih lima macam
dijadikan alat untuk.mengetahui garis besar
sep yang dapat
pqls- :i
*"n,.f Uin6a lndonesia. Kelima hal itu iuga dijadika! kepribadian
tui U".tofrfiuntuk membicarakan berbagai aspek
l"nru lndonesia, karena dengan sikap mental itulah kebuda-
adanya.dan menyatakan penruu-
vr.iUungt. kita dinyatakan
pembahasan yang lebih luas'
i'u-JanJirinvr. Untuk keperluan yang
liu ,"n"bua melihat masalah itu dari sudut nilai-nilai
rn"i"[.i pala konngurasi kebudayaan bangsaprilakunya' lndonesia dan
dalam
V.ng *"nu*pilkan ciriciri kepribaciian
p9Jlya-
Sesuatu konfigurasi kebudayaan:Xapat diamati
dalam kehidup-
tegn-p.;Vit.un daii kualitas-kualitas mental (2)
an banqsa itu vang tertu ju kepada (1) nilai teori'
nilai eko-
:'- ;;i, i3) nit.i t'uur", i+) nitai solidaritas, (5) nilai seni dan
(6) nilai agama.
Dengan enam nilai itu, kita dihadapkan kepada kenyata-
an hidup bangsa lndonesia dalam mewtjudkanperilakukehi-
dupan sosiainya yang terbentuk oleh satu rangkaian konsep
abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian terbesar
vr'ar-
dianggap.penting dan
ga bangsa itL, mengenai aPa Yang har:u.s
kultur
[",llisr-uira* r,iiupnvu. o'ut" perilaku kehidupan
di-
Uangsa"tncionesia, sebagai vuarisan dari iaman lampaunya'
peniaruhi sekurang-krirangnya, oleh empat anasir budaya
yrni int"nritas peniaruhnya berbeda-beda pada tiap-tiapyang da-
lndonesia, karena faktor seiarah dan lingkungan
"rut'oi
berbeda-beda.
, Sec,ara.garis besar-nya kebudayaan lndonesia'itu menda: t
-l pr, p-"ngr*ri Ouri . tf i-unsur kebudayaan asli Nusantara, (2)
,nru kebudayaan Hindu dan Timur Asia lain, (3) unsur ke-
budayaan lslam, dan (4) unsur kebudayaan Eropa' Keempat
'..i- ;;*i; pengaruh'itu menampakkan waiahnya dalam peradab-
58
an lndonesia m6a kini akan tetapi, seperti dikatakan, peng-
aruh itu tidak sarna kuatnya bersebar ke seluruh bagian bang,
sa lndonesia. Ada daerah lndonesia yang pengaruh atau kesan
kei.rudayaan nurntara aslinya menempati pengaruh terkuat;
ada daerah lndonesia yang pengaruh atau kesan kehrCayaan
Hindu dan Cinanya yanE memberikan pengaruh lebih keras;
ada daerah lndonesia yang pengaruh kebudayaan lslam-nya
yang menonjol dan atau juga di tempat-tempat tertentu ke-
budayaan Eropa-nya yang leLih dominan.
! Tiap-tiap unsur kehrdayaan yang berpengaruh itu, mem-
punyai ciriririnya tersendiri yang dengan sekilas-pandang da'
pat segera dibedakan antara satu sama lainnya. Saling mem-
pengaruhi itu, membentuk anasir baru dan menjelm3kan ben-
tuk-bentuk tertentu sebagai konfigur':si nyata dari kebudaya-
an itu. Menurut henrar saya inilah Casarnya mengapa dapat
dikatakan bahwa kebudayaan bangsa lndonesia adalah kepri-
badiarr "Bhineka Tunggal lka" berbeda-beda tetapi satu saia,
tetapi aksentuasi arah perkembangannya yang lebih pragma-
tis hendaklah dianikan "justru dalam berbeda-beda itu, maka
ia satu".
60
'" ,1'
'
,9"
.,,.) N!!gi qgn! mendapat tempat yang tinggi, karena ia rapat
,\r- hubungannya dengan nilai keagamaan ddn solidaritas.
Demikian itulah gambrran iara, konfigurasi kebudayaan
bangsa lndonesia yang mewamai prilaku kehidupan masya -
rakat dan kebudayaannya.
S.][. _AlisVahbana menggambarkan keadaan itu dalam
t bagan nilai-nilai sebagai berikut :
a?
t tt- ll:---:-:-
Penutup ." ,,1 r--...i,-,- ,,, a,. ir,,,,/r,,r'. - -
Setelah rnengikuti gambaran-gambaran umum tentang
mentalitas dan ciri-ciri yang kita punyai, maka tidaklahharus
kita berkecil hati dengan gamba:'an itu. Adapun yang perlu-
d i k etahu i sedala m-dala mnya ia hh*le bib m*e m perjelas kedu du -
tsefr -!Sedi!Cka!_p!,te1si A i IAs. ban gsa {an gi ric i ri' kepri badian
I
aoaao
61
DAFTAR PUSTAKA P
7. - Watlg-e,
Antro.ry- F.C! Cutture and personality,
- Nqlv Yor!-Bondom 1g7A,
Hoqie.
: -_
62