Anda di halaman 1dari 68

budayq dan

manusra
indonesia
o Harsya W Bachtiar
o lvtattulada, o Haryati Soebadio

Penerblt
..i YP2IPM - HANINDITA
BUDAYA DAN MANUSlA INDONESIA
Prof. Dr. Harsya W Bachtiar
Prof. Dr. Haryati Soebadio
Prof. Dr. Mattulada
Penerbit .

- Yayasan Pusat Pengkaiian, Latihan dan Pengembangan


Masyarakat ( YP2LPM ).
Jln. Semeru 76 - Telp. 22579 - Malang.
- PT. HANINDITA
Jln. Tamansiswa l0l B - Telp 88193 - Yogyakarta.
Banl<

- Bank Perr,bangunan inrJonesia ( BAPINDO ).


Cabang Yogyakarta - A/C 1 51 .1 . 02
- Bank Dagang Negara { BDN } -a
Cabang Yogyakarta - A/C 3013 - 0055
Desain kulit muka &
Tata Letak : Nur Eddy Sudjatmiko
.!-
@ Hak Pengarang dilindurigi Undangundang.
Cetakan Pertama, Agustus 1985.
Dicetak oleh . PT. Hanindita Offset - Ycgyakarta
lsi diluar tanggung jawab percetakan.
tr KATA PEITGAI{TAR
" Mahasiswa lndonesia kakinya di Timur, kepalanya di
Barat ". ltu kritik vang santer beberapa tahun terakhir ini
terhadap mahasiswa khususnya dan terhadap (calon) pemikir
oada umumnva. Kritik konstruktif ini menghentak banyak
orang. Salah satu dampaknya ialah, semakin intensnya upaya
kelompok terpelaiar untuk menelaah khasanah budaya kita
sendiri,
Dalam kerangka penelaahan itulah tampilnya tiga kon-
sepsi, dari tinjauan berbeda, oleh tiga penulis yang te!ah amat
ditenal. Urgensi lahir dan ditampilkannya konsepsi - konsepsi
utrh dan hirmoni tentang Budaya dan Manusia lndonesia, ki'
ranya ielas lnengingat bahwa hal iU mampu menopang tum-
Ounnya Uef,h- benih kebangglan nasional yang kian tum-
-Lerken&ang. Tak berlebihan agaknya kalau dipnggap
burr.
- baFwa hal tadi iUga ikut.serta mengemban amanat kesejarah'
an, pembangunan lnanusia, menuju cita - cita nasional'
dari Penerbit dan Editor dengan
Karena itulah, kami
tulus menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
Prof. Dr. Harsya W Bachtiar, Pro{' Dr' Haryati Soebadio dan
--
Prof. Dr. Matnrlada tiga serangkai penulis naskah yar)g t3'
lah berkenan memberikan iiin naskah beliau disajikan dalam
buku in i..

Akhirnya, koreksi dan tegur sapa pembaca sangatlah di-


kasih'
harapkan, teihadap itu kami terbuka dan berterima
Semoga penampilan buku ini dapat memberi
manfaat
bagi Bangsa dan Negara tercinta Amien'
Malang, Maret 1985
Penerbit
i

ii
t] DAITAB ISI *-

Kata Pengantar i
Daftarlsi .... iii
E Bagian Satu
( ':'ur' /' t37t7"'1 i;s7.'1
SISTEM BUDAYA DI INDONESIA
-- Pendahuluan . . ,1
-- Sistem Buciaya Etnik . . .4
- Sistem Budaya Agama - agama besar ,7
- Sistem Budaya lndonesia .9
-- Sistem Budaya Asing . .12
- Konflik Budaya .....,r. .14
I Bagian Dua
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
KEBUDAYAAN NASIONAL ;y' "'"^',,''"-i,)'7odvt .-,

!::::H:li ::::: : : ::
19

- Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945


: 21
23
- 25
- Pengembangan Kebudayaan Nasional . . . . .
- Tugas Direktorat Jendral Kebudayaan . . . . 26
- Masyarakat Shinneka Tunggal lka . ....
.. 33
- Hubungan Kehrdayaan dan Pendidikan . . . 34
Penunjangan Perundangan Negara :. . .. .. 38
- 44
-Penutup
-Lampiran L... 45
- Lampiran ll 46

I Bagian Tiga
MENTALII'AS DAN CIRI - CIRI
KEPRI BADIAN BANGSA INDONESIA ( r,'ltt*t<,(r,r'c,)
47
- Pendahuluan. .
ill
48
-Mentalitas.... 57
- Ciri-ciri Kepribadian Bangsa lndonesia . . '
61
- Penutup

E lndeks 62
a

oooa

IV
I

f, BAGIAI{ PERTAMA
!

konsensus dan konflik dalam


SISTEM BUDAYA DI INDONESTA
Oleh : Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar

-Tulisan ini diangkat dari makalah yang disampaikan da-


=lam
-seminar tentang_konflik Budaya yang diselenggaritkan
,oleh AsiaqColloquiuman Cutture Confticfs, 11s.d. 14Fe-
bdtariagT_S di Tokv.!o. Makalqh aslinya dalam bahisa f n'ggri,
_ : difefieniatili<€n gecala_ bqpas oleh Drs. Murdibjono MA-.dan
- pTfr.Arwijati fiifurdibjonb.Sisajikan dalam buku ini at6iper-
- = -:- setujuan-penulisnya. _--
Pendahuluan: _

Perkcnankanlah saya merryampaikan terima kasih yang


sedalam - dalamnya kepada T.he Japanese Societv fur Asian
Studies yang telair rnengundang saya untuk berpartisipasi da-
lam diskusi tentanE konflik buslaya. Problema konflik budaya
merupakan suatu hal yang sangat menarik bagi saya sebagai
la
seorang sosioloog yang hidup di dalam suatu masyarakat ma-
jemuk, di mana perbedaan kebudayaannya nyaris berfungsi
sebagai laboratorium alam untuk mempelajafi integrasi dan
konflik budaya.
Dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan dan pema-
harnan tentang kenyataan - l<enyataan sosial empiris yang di.
tampakkan oleh penduduk kepulauan Indonesia sebagai satu

't
I

masyarakat, atau dari bagian tertentu .yang penting dari ma-


,yrr.kut ini, telah dipergunakan berbagai ragam kerangka
kcnseptual. Setiap kcrangka konscptuai nle'lghasiikan su3tu
deskripsi yang secara essensial berbeda dengan deskripsi yang
dihasiikan kerangka konseptual yang lain'
t,t
'J-' Ada (kerangka konseptual) yang mendeskripsi masya- t
..J rakat lndonesia sebagai suatu masyarakat di mana terus -me-
)r^' nerus terjadi pprsaingan antala-':rodqrnisasi dengan kekuqtq[- ,;
kekuatan konservatif tradisional. Ada yang menggambarkan '
miivaratii indonesia sebagai masyarakat yang sebagian besar
r?, algjoqlya beragama lslam, di mana -selalu terdapat perten-
titirin-pertentangan antara penganut fanatik (santri) dengan
yang abangan atau dengan penganut ajaran agama lain' Ada
yrnl *"nd"skripsi
masyarakat lndonesia sebagai suatu Ma-
pada dasarnya.peramah tetapi bersikap
'.r) syara&-t Melayu yang
iindin,irngat mirip dengan masyarakat pribumi di Malaysia,
Thailand sebelah selatan dan Filipina. Ada lagi yang mendis-
kripsi masyarakat lndonesia sebagai suatu masyarakat yang
,? di dpqinasi keb-uclayaaq Jawa yang superior dan pres.kriptif ,
- kebudayaan dari suku terbesar dan paling maiu di kawasan
- kepulauan lndonesia . Dan ada pula deskripsi yang menggam-
barkan masyarakat lndonesia sebagai masyarakat dimana ke
p- Qudayaan aslinya yang harmonis.gePlg terancam masuknya
'- p"ngrrf,-pengamh yang merusak dari kebudayaan-kebuda-
yaan asing yang lebih kuat.
lvlasing - masing deskripsi itu-sesua.i dengan fakta emOiris'1
yang bisa diamati, didasarkan pada hasil pengamatan yang te-
iiti.-t.trpi tidak ada satu pun yang mernberikan penjelasan
yang komprchensif berdasar semua fakta empiris yang acia se- i

cara"seimbang. t\4asinE - masing cenderung meneka'rkan feno-


mena - fenomena empiris tertentu tanpa memperhatikan fe-
\
i

nomena lain yang relevan dan sama - sama pentingnya'


Sebagian besar aktifitas sosial dalam suatu masyarakat
d iarah kan atau di kendali kan oleh .kspercay-aan, oil-Qi-:--oil-ai
[9fma-- !-orna- . Struktur yang dominan di masyarakat tidak
bisa dipertahankan untuk suatu periode waktu vang cukup
lama, tanpa disertai dengan penggunaan sanksi atau ancaman
yang terus menerus dari suatu !<ekuatan yang dipaksakan, ii-
ka sebagian anggotanya ticjak nremiliki kepercayaan, nilai

2
,,.\i
'nilai
,,,/ dan norma -norrna yang sama untuk mengatur
aktifitas
hubungan mereka satu sima tain. r<.p.i""vr.,i,
, oan norma -norma tecebut, sebagaimana halnya"irri^.""ir"i
kateoori
kateyori lain ientang pemaknaan, olyek dan pof" - pol" "-
en
tasi terfiadap obyek dalam interaksi iosial, t".urnrlny" -Jir"_
but fenomena-budqya.
Jika fenomena budaya itu dipahami sebagai sistem-
-.. .l' an
sistem yang ada, yakni fenomena brO.y. yrng rrli"; ;;"it-
\ ltu dlpandang sebagai bagian dari sistem ying lebih
besaa
dl tndonesia yans berpenduJuk iiO'iri.'li*'
.f?rl:yln
seudak-ttdaknya bisa djkmali empat macam sis'tem -h.,daya
iri
yang jelas berbeda satu sama lain. M*i"g-;"ri;;-;i;;;;r,
daya ini pra ktis mengatur seluruh.aspek- i;;dp;;;.;g-
orang yang dianggp, atau-yang lebih penting
anggap ciirinya sendiri, sebagni pemilik sistem
l"d
-' ;;"g-
-
itu.-
. Saya beranggapan bahua pada dasarnya kgnflik budaya
berlangsrng terus dalam masyarakat lndonesia ais"U.ilun
tuntutan dari masingnasing sistem budaya U"t *-iir.
:1."h
lah satu . satunya penguasa yang bertindak sebagai pemeliha_
- ra struktur sosial, pada sistem - sistem trOryu yinjfuin jrgu
mempunyai tuntutan serupa. pembicaraan penaef ini
a[an
sangat bersifat umum sebab hanya dengan t"rrr.",
iniirn
dimungkinkan mendapatkan pandangai
Vrng ko_r;.h;;.it
mengenai keseluruhan masyarakat yang'.rrig.t f,"taioo"an
jika ditinjau dari segi kebudayaannya.

, i &nltlrrtgql" tlstem [rdqya di kepulauan lndonesia ter_


otn.atas sistem budaya dari kelompok etnik pribumi yang
masing,masing beranEgapan bahwa iebudayaa;
otwanskan kepada rierska secara tuntn_temurun
;;;i."'
i;
seiak n€nek
moyang yang hiduo di laman dongeng. Masing_masing
bud"vu
ketompok etnik ini memErnyai tanah asal, wilayali
para nenel moyang pertama kali menetap, temoat
asat aari maiir"-
rakat etnik yang kini telah menjadi teUin flls. Sistem
UuUa'v"
rnf uasanya disebut sebagai srb tem adat atau adat.
j Ato rcaua adalah sistem budaya yang terdiri dari sis-
tgrl-1ister.n budaya agama besar yang, tanpa kecuali, berdsal
dari luar kepulauan lndonesia. Tidak iatu pun aari siitem L*
daya yang berdearkan agama ini mempunyai tanatr asa
J

3
kepulauan lndonesia, dan semua sistem budaya ienis ini mem-
punyai banyak pengikut di luar lndonesia. lni merupakan
pemhda terpenting antara $istem ;bldaya yang terdaglr a-
gama dengan sistem budayd yang berdasar pada kelompok
etnik (adat).
(4, Jenis Xetiga, v?ng menipakan lqtr'-saunya, aq4lah sis-
t-em frA;E-in-ii-onesia:-la merupakan ya-r19 ie-imuta 3i antara
semua sistem budaya yang ada di lndonesia, namun yang ter-
penting iika ditinjau dari fungsinya dalam pengintegrasian
masyarakat Indonesia secara total. Semua penduduk pribumi
dan non pribumi dapat dianggap sebagai anggota sistem bu-
daya ini, walaupun kenyataannya tidak demikian.
e' 4llt-kednpl lnerupakan sistem buqaJa yang rna,emuk
yang terdiri dari sistern-sistem budaya asing yang sedikit
banyak mempengaruhi pikinn, sikap dan tindakan sebagian
dari pendrduk '7ang tersebar di kepulauan lndonesia.

* Setiap sistem hrdaya (yang berbeda) hu mempunyai


''unsur-d6su r tertentu, seperti misalnyE l:gekra, {.gpg1qayal
an, pengetahuan, ncirma;rtau isyarat yang Erk)da sE^d, sama

-.
lafir. dtr mun bisa iAffiai bahwiuhsu-r.r:nsur tenentr; (y-ang
mmjadi bagian daii sistgm budaya terten tu itul pada saat
yarig sama juga merupakan bagian dali Estem budayayang
lain.

Di lndohesia terdapat bermacam-rnacam sistem budava


etnik. Namun ada satu persamaan penting di antara sistem
buoaya etnik yang bermacam-macam itu. yakni : 4ggi1g-
m4g!19. llerylili!i wilayah budaya. Sebagian besar dari warga/
anggota sistem budaya etnik tertentu tinggal di suatu wiiayah
dengan anggapan bahwa keseluruhan wilayah hjdaya itu,
yang pada umumnya mempunyai batas-batas yang ielas mes-
kipun ada kemungkinan terjadi pergeseran sebagai tanah le-
luhur mereka yakni tanah asal nenek moyang mereka dan
anak keturunannya yang masih hidup sekarang, serta gene-
rasi-generasi penerusnya nanti. Luas tanah leluhur ini ber-
macam-macarn; dari yang hanya sepetak tanah terbuka yang
terpencil di tengah hamparan hutan-hutan rropis sampai
dengan area tanah yang sangat luas meliputi gunung-gunung,

4
dan lembah-lembah. sungai-sungai dan lautan, desa-desa dan
kota-kota, bermacam-macam ffora dan fauna dan mungkin
pula dengan bermacam-macam manifestasi keh,rdayian.
Jumlah warga masing-masing sistem budaya etnik, yaitu
orang-orang yang telah menyetap sebagian besar bagian-
bagian budaya itu sehingga membentuk kepribadian .erekr,
juga bervariasi. Beberapa budaya etnik, sepefti yang terdapai
di lrian Jaya dan beberapa pulau terpencil, hanya SeOitit
lum-
lah anggotanya. Tetapi jumlah warga sistem budaya etnik
terbesar adalah yang terdiri dari suku Jawa, yaitu penduduk
asli Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang jumlahnyalebih dari
60 juta jiwa.
Tabel di bawah ini memberi gambaran tentang jumlah
warga masing-masing sistem budaya etnik. (Angka-anglia pada
tahun 1930 adalah hasil sensus. sedangkan angka-angka pada
tahun 1971 adalah angka dugaan yrni mendekati U"nu, f.r-
rena sensus-pada tahun 1971 tidak memberi informasi ten-
tangkelomfi6ketnik]. t, . _-.
_
JUMLAH WARGA MASYABAKAT.ETNIK DI INDONEbLA - -
Masyarakat Etnik
No. Tempat tinggal lsso
l.
( Suku )

Jawa Jawa Tengah dan Jawa Tihur


t
s4:Tsg.7fi
2, Sunda Jawa Earat 8.594.834 17.232.180
3. Madura Madura dan Jawa'I'imur 4.30s.862 &532.977
4. Min€ngkabau Sumatra'Barat r.988.648 3.897. I 30
5. Bugis Sul.west Selatan 1.533.035 3.037.625_.
D. Batak Sumatra Utara 1.207.514 2,42a.420
7. Eali- Bali t.l I 1,659 2.228.789
6. Jakana Jakarte 980.863 r.866.575
g. Melayu Sumatra Timur 953.397 1.81 t.525
1C. Banjar Kalimantan Selatan 898.884 1.000.000
11. Aceh Sumatra Utara 83r32t r.666.750
12. Palembang Sumatra Selatan 770,911 1.U5.647
t3. Sasak Lombol 65t39t 1.3?2.211
14. Dayak Kalimantan Tengah 651.39t r.305.992
15. Makasar Sulawesi Selatan u2.720 1.20&608
16. Toaja Sulsel dan Sulteng 557.590 1.117.44
17. Menado Sulawesi Utara 281,599 564.587
t8. Lainlain Lai n.l ain s.542.332 10.r11.960

Junrleh s9.t3&067 r6.429.831

5
Pada mulanya inti dari sistem budaya etnik adalah suatu
sistem kepercayaan-kepercayaan keagamaan yang merasuk
dalam keseluruhan sistem budaya itu. Termasuk Ji dalarnnya
mitos-mitos mengenai asal-usl nenek moyang dan biasanya
merupakan suatu kosmologi . yang rumit. Kepercayaan-lce-
percayaan itu juga memberi batasan tentang apa itu masya-
rakat yang baik. Sesungguhnyalah kepercayaan-kepercayaan
keagamaan itu membentuk kateJori-kategori uEma penge_
tahuan anggota suatu sistem budaya dalam mempersepsi
lingkungan dan persepsi itu mempengaruhi pola pemikiran
dan tindakan mereka.
Sedikit demi sedikit unsur-unsur yang lebih bersifat
duniawi terpisah dari sistem-sistem kepercayaan keagamaan,
hilang kaitan langzungnya dalam hal-hal yang bersifit gaib,
yang tadinya merupakan sumber terpenting keyakinan me-
reka. Pembedaan antara unsur-unsur budaya yang lebih
duniawi dari unsur yang lebih religius ini bertingkat-iingkat.
Beberapa masyarakat etnik telah mencapai keadian di mana
sistem nilai dan norna (adat-istiadatnya) yang sekuler hampir
terpisah sama sekali dari sistem keaEam-aannya, sedangkah be-
bqrapa masyarakat etnik yang_lain punyrsuatu si,stem-bu-_
--:'=
-Sistem nilai keduniawian yang teftinggi-j@g mene-Gp-_ - ,=
kan apa yang perlu diperhatikan oleh anggota-masyarakat
etnik yang "baik", dinyatakan dalam-Uentut< sepeiangkat
sistem-sistem normatif. Masing-masing sistem normatiiitu
memerinci perilaku-perilaktr yang diharapkan pada orang_
orang yang menjadi anggota masyarakat tertentu di mana
sistem normatif itu diberlakukan, Misalnya, orang-orang
Batak di Sumatra Utara diharapkan beninCak sebagai ang_
gota keluarga masing+nasing sesuai dengan seperangkJt
norma-norma tertentu, baik yang berkenaan Cengan keper_
cayaan-kepercayaan keagamaan maupun yang tidak; se-
bagai anggota sistem kekerabatan sesuai dengan perangkat
norrna-norma adat yang lain {bukan norma-norma adat
yang berkenaan dengan keluarga masing-masing), yang se-
bagian mungkin tumpang tindih dengan norma-norma ke-
luarga dan mungkin pula bertentangan dengan norma-
norma-norma keluarga tertentu; sebagai anggota marga,

6
mereka harus benindak sezuai dengan. norma-norma
yang lainnya lagi. Begitu seterusnya. adat

Sistcr:: nilai itu merrjadi berbeda-beda.


sedanqkan
sistem normatif tebih berbeda.bed, t;si,;;-; ju;;;r."*
makin kompleknya pembagian teria ji
iair.- rr#ir*",
itu sendiri. Masyarakat etnii (sukui J;"-;*r.';",:#;,
vgno pat in g maju,
d; b"r;;.. -#;;. ;r.
!1-vg, pa I ing kom pte[' a-a;-
;,'jig;; ,."
iti;,
syarakatnya iuga pating komptiks '
Dikebanyakan masvarakat pedesaan,
dikendalikan terutama olen ststem kehidupan sosial
budaya etnik tertentu. Se
dangkan di kota-kota besar. mungkin
rag€m.kelompok etnik yang di l;;;;i;;;k;
berbeda-beda. Karena -.;;i;-;;;;,..i;;-
itu koE-
kota besar biasanva menimpakk;;
sistem budaya etr ik.
'x Sistem Budaya Altama.agzma gesar
Kepulauan lndonesia
tempat beikumpuinva ham .tampaknya
merupakan sehrah
n i" ";:
i'' i-'e;ir'; jl;;;,?;T:"T:f#;:,"I?:?"Hl:i:ff*
asama di dun ia'
;';:t:'^':T-': A sama

l,::,",:,9{;;:
,\urrq ru_ tse sebefulnya datang
bersamaan O"ngun
_p"n
datang.Cina ke lndonesia, ret8pt
_ trdak
yang lain.-paham ini tidai r,""""i' sup".ti ,garnr_aoum"
r,r6nsam'
banYak pengikutnya ^-^^i'ill.-ovoldi
pendud,k pn-bumi. kafi-ngan
--
Beberapa abad yang lalu agama Hindu (dan
,, sampai
dha pada tingkat tertentu) menjadi agama Bu.
besa r pen du du k pri bumi I n
;S;;;;;#;
_ donesia, tt,i*_v"": oi-Li*TiLi
Bali. Di banyak ten)pat agama Hindu
datam sistem budaya penJuduk prirr_i Br;h;;:;ri";;
dan
an agama oEng_orang yang telah rn"nglarrt
plilr"p;;i;#:
yangnya (yakn i animisme-dinamis."; ugi;-, ;;;;il#.
masu kn ya banyak u nsr r.u ns,
p";ii-r;;;;;;i;;
,t"uTil;]
r te or., oayaan pll b;;;
agama Hindu dan Budha yans
masih U.", olL"ri. i"i"i,irn"l
nyebabkan kedua sistem keigamaan
a,aran
itu agak berbeda dari
aslinya.
l\4asyarakat+nasyarakat etnik
,. ,
rr,
itu, barangkali kecuali Ba-
berubah menjadi p".;i;[l.t;;;.[#;.
_kemudian
bagran besar penduduk pribumi ::.
di k"prh;;; l;;;;J;;;
metuk asama tstam dan mensikuii
,i.il;;;;;;j;Li.,$-
7
betulnyalah, iika dilihat dari fumlah pemeluknya, lndonesia
dapat Cikatakan negara lslam terbesar di dunia.
Apa yang terlihat pada agama Hindu dan Budha dalam
kaitannya dengan bermacam - macam sistem budaya etnik,
berlaku juga pada agama lslam. lnti dari manifestasi ke -
lslarnan, seperti percaya pada Tuhan Yang Maha Esa dan Mu-
hammad sebagai utusan Nya, percaya kepada Al Our,an seba-
gai kitab suci yang berdasar wahyu Tuhan, ketentuan - keten-
tuan shalat, puasa selama bulan Ramadhan dan berhali ke Me-
kah jika,mampu, sama di semua tempat di seluruh kepulauan
lndonesia. Namun manifestasi budaya secara keseluruhan
agama ini mungkin sangat berbeda jika dibandingkan misal-
nya antara budaya lslam yang Ci .jswa dengan yang di ,Suma-
tera Barat Aceh, Sulawesi Selatan atau beberapa timpat lain-
nya. Hal ini disebabkan perasukan unsur -unsur budaya etrrik
dari daerah ini di mana manifestasi budaya lslam tertentu di_
ketemukan.
Beberapa masyarakat etnik juga telah berpindah ke ,
agama Katolik dan Protestan. Sejumlah masyarakat etnik di
Flores dan Kalimantan, misalnya , telah menganut agama Ka,
tolik. Ada seorang kardinal di lndonesia yang berkedudukan
di Semarang, Jawa Tengah, dan beberapa Uskup. Sebagian
besar orang Menado di Sulawesi Utara, separo orang Ambon
di Maluku, mayoritas orang Batak di Sumatra Utara dan be-
berapa daerah di Jawa menladi penganut Protestan yang di-
bawa oleh orang-orang Belanda, Jerman, Swiss dan akhir"
akhir ini missionaris Amerika. Sebagian besar gereja protestan
di lndonesia adalah anggota Dewan Gereja lrrdonesia.
.ulEileIleSb!_qgae!_d|dtrnia [i menvajl!34 dirinya
!3gal_!e!9:!q!gryq_ agqrr)!,,y!ns !q!gr._ d{!_!0_e.!!ya!akan
s_e.

m n ban moral untuk me r semua as pek


_kgtUdltpg! masyi ra kal pen ganu t
qjqqlq it!. Pada kenyataan nya, tidak semua penganut suatu
agama tertentu benar-benar menjalankan perintah agama
yang. dianutnya. Bahkan yang paling fanatikpun cendeiung
un.tuk memilih apa yang sebaiknya diterima dan apa yang se-
baiknya ditolak. Lebih lanjut, kebanyakan orang tetap ber-
anggapan diri mereka sebagai anggota masyarakat etniknya
mcsing+nasing, dan karena itu memsa bertanggung javrab
atas sistem budaya masyarakatnya sendiri.
- Kelanggengan, pertumbuhan dan penyebaran
agama ter-
tentu yang universalistik semestinya dikaitkan p;;;
bahwa, masing-masir!g agama itu .6.pr.vui p"";;;, i"k;
D€nar-Denar tangguh, penganut fanatik.
r;;:
Mereka ajalah seke]
rompok orang yang benar-benar pendukung
reka anut, dan dalam keadaa n tertentu rela "gr.u |ung rn".
mati untuk aga-
manya itu.
r &ftem Budaya lndonesia
. Pada awal tulisan ini telah dikemukakan
bahwa suatu
tidak dapat mempertahankan Ji.irv" ,"#nri ,rI
lasylafat
aru Kesatuan apabila anggotanya tidak mempunyai
nilai-nilai
yang sama,tidak memiliki suatu sistem normatii
rrn, -."_
atur interaki yang paling mendmar, dan tidak pl;r"r;;;,',
Konsepst tentang keseluruhan ma$/arakat yang
demikian
(yang dapat mempertahankan tu,t.rnunnyul'
satu bahasa yang sama.
irgl ;"rllllli;
Sejak kira-kira permulaan abad ini, unsur_unsur sebuah\
sistem bu daya baru telah muncul di kufingun p"ndrArk pii I
bumi lndonesia, yang sedikit demi sedikit ,iO"rg turn[r;-r
menjadi suatu_ sistem yang sama sekali .rnai.i. Sisi".
pertama kali dikemukakan dalam bahasa Melayu i"i .

din a"Urai-i
namun penggllnaan bahasa Belanda kemudian diheritikan.
Ba-
hasa Melayu sebagai alat komunikasi pada
sistembrJ;y; L; ,
ini secara bertahap terpisah dari akar etnitnva ai ilmlira .
Timur dan_berkembang menjadi bahasa baru, Vutni tunum
tndonesra. proses penghapusan bahasa Belanda, yakni bahasa
penglasa kebudayaan lndonesie yang baru muncul,
dioerce-
pat oleh pendudukan tentara Jeparlg atas kepulauan'lnJc
nesia pada Perang Dunia ll. pengasa Militer Jepanq I .',/
melan;
penggunaan bahasa Belanda sehingga memaksa paia pemiml
i
pin budaya lndonesia mempercepat pek"rjaun ."ret" J"i"- J'
meningkatkan perkembangan bahasa lndonesia yang Oaru,
ie.
yang.nantinya menladi bahasa ."rur"orrng
P::h,!.1q.Indonesia-
kepulauan
di-

. Sementara itu aspek€spek lain sistem budaya barir ini


mulai menampakkan bentuknya. Sistem br-,daya.bitu ini di be_
ri nama lndonesia, sebuah nama./ang diciptaian oleh seorang
enthrop^loog lnggrir yann pert, rrh,,n lgBn Sedang mencar'i

I
nama untuk guqusan kepulauan yang Grsebar antaE benua
Asia dan Austrdlia. Ada seiumlah konsep mengenai batas'
batas masyarakat baru (yakni lndonesia) yang satu sama !ai4
saling bertentangan. Akan tetapi pada bulan Juli 1945 dite-
tapkan bahwa wilayah masyarakat baru ini sama dengan wila-
yah yang dulunya dis-ebut Nedherla nd-ln dies. Beberapa tahun
terakhir ini konsep perbatasan itu diperluas dengan memasuk-
kan Timor-Timur yang dulunya jajahan Ponugis menjadi ba-
giannya.

istem hld ln donesia men ban kan sistem


normatif dan iiildi -nl la'i dasamya sendiri , yang tidak berakar
s@-hasyira kit eini k atau tra.
disi-tradisi keagamaan yang ada pada saat ini, la berakar pada
semua sistem budaya yang ada. Nilai-nilai dasarnya telah di-
rumuskan meniadi ideologi negara, yang disebut Pancasila,
meskipun harus diingat bahwa Pancasila bukanlah merupa-
kan semua nilai dasar sistem budaya lndonesia. Namun demi-
kiah, nilai-nilai lain yaho dip.a ndang- sebagai nilai-nilai dasar
I ndonesia kedludukannya -dianggap Jebih rendah dibanding

Pancasiia, Jika ter.iadfkonfli k Dilai, priotitas uama dibtrikan


pada nilai-nilai yang+neirjadi ideolq4fl nasional ini.
_ .-
Pancasila rnengaadung keperr:ayaan dasar yang nt"rngnS.
kinkafl berb@i aga-rla besar teifr€grFsi pada tingkatan-yand
paling tinggi. Yangmenunjuk pada hal ini adal;h Sila peitama
yang luga merupakan Sila Utama.: Ketuhanan YangMaha
Esa. Kepercayaan ini, yang sekarang merupakan inti ideologi
bangsa, mempersak-kan para penganut agama lslam, Katolik,
Kristen, Hindu dan Budha sebagai satu masyarakat Moral.
, Unsur pokok sistem ncrmatif bangsa lr:donesia adalair
Undang-Undang Oasar Republik I ndonesis. Sedangkan unsur-
unsur penting lainnya dari sistem normatif itr.radalah semua
norma-norma hukum resmi di mana semua anggota masya-
rakat diharapkan menerapkannya dalam kegiatan mereka se-
bagai warga negara Republik lndonesia. Norma{orma itu me-
ngatur hak dan kewajiban semua warga negara lndonesia dan
siapa saja selama mereka tinqgal di wilayah negara ini.
Sebagai sistem budaya yang berlandaskan kenyataan-ke-
nyataan sosial baru yang cepat sekali pertumbuhannya , sis-
tem budaya lndonesia yang baru ini lebih banyak mengalami

10
. pemisahan (artinya muncul
norma
nya atau baru sama sekali, pent.) baru dari yang sebelum
dib;;dl^; 6;".;
sistem budaya etnik. yans';r;;-;;:-danvrt ffi;;
baru yang sengaja uio,ct-untrik rlorma-norm6
rri.ren-uii tuntutan pertum-
buhan yang cepat aari pemuang;;;;;;"rmi,
an politik, pembangunan tetnoiigi, pembangun-
an dan RembanErnin-pembangunin o*Lrrgunan pendidik.
baru dan norma_normi
irinnv". Hukum-hukum
lainnv"a. Jru#"n"ru. dibuat
mengatur situasi_situasi sosial -baru untuk
di rJnu o.ung-omng yang
terlibat (di datam situasi u"* itriplril'l;i.,
wajibannya. hak-hak dan t<e-

yang
gangan- yang
ri.us di dilam sistem (l ndonesial se-

Pertumbuhan dan pengem


bangan sistem budaya lndo
nesia (nasionall mempunyai
tem budaya etnik yan g ada
Di satu p ihak,
kan s istem -srstem
ada
lebih di antara
nilai
ststem budaya nasional
lndonesia. Tetapi sebali knya,
posisi

tem.sistem ik dan sistem *istem


l:_ena ka
i atas semua

11
sistem budaya (yang umurnyarjauh lebih tua) cenderung me-
nuntut penyesuaian-penyesuaian sistem budaya yang lebih
tua ini kepacia sisicm budaya :asinnal.
Sistem budaya nasional cenderung 'memaksa sistem-
sistem budaya lain (yaknisistem budaya etnik dan sistem bu-
daya agama) untuk menghilangkan unsur-unsurnya yang ti-
dak sesuai dengan nilai-nilai dan norma+rorma sistem fudaya
yang lebih bersifat nasional. Karena itu, sebagai akibatnya,
ada usaha-usaha untuk menjaga identitas masing-masing sis-
tem budaya (yang bukan nasional) terutama identitas dan
otonomi sistem budaya etnik oleh sebagian pemeluk teguh-
nya.

: Srsrem Budaye Asing

t!'ieskipun sistem-sistem budaya agama besar berasal dari


. luar lndonesia, agama-agama lslam, Katolik. Protestan, Hindu
- dan Budha telah berhasil mengakar secara-kuat di kalangan
penduduk kepulauan l-ndonesia. (arena itu sistem-sistem bu-
- : daya agama, itu @lasr tingkatan tertentu telah kehilangan
- identifikminya sebagai .sistem budayaEsing, walaupun tidak
-- sEila lekali_fril-ang.=MisalnVa padq sistem budaya agama ls-
- lam masiti ada sejumlah unsur, 'pating tidak dalam hal pema-
kaian bahasa Arab sebagai alat komunikasi keagamaan, yang
jelas dihubungkan dengan peradaban Arab di negara-negara
Timur Tengah;Sistem budayd agama Katolik masih berkaitan
dengan Roma; sistem budaya Protestan masih berhubungan
dengan Palestina Kr.rno dan negara{legara Protestan seperti
Belanda, .jei'man dan Amerika; sistem buCaya Hindu dan Bu-
dha masih berasosiasi dengan lndia.
Budaya-budaya Belanda, Amerika. Cina, Jepang dan sis-
tem-sistem budaya keduniawian lainnya yang berhasil masuk
ke lndonesia tetap dikenal sebagai sistem budaya asing dan
kenrungkinan besar akan tetap begitu. Begitu pula unsur-un-
sur dari sistem-sistem budaya asing itu; paling tidak sebagian
besar. Sistem-sistem ini dianggap asing di kepulauan lndo-
nesia dan karena itu zulit bereksistensi.
Beberapa unsur dari sistem-sistem budaya asing ini telah
menjadi bagian dari sistem budaya nasional lndonesia. Misal-

12
nya,Ellidelille4j!!0ljtii; meskipu n berasal dari sistem bu daya
asing, ia telah dimasukkan menjadi bagian darl sistem budaya
nasional atau setidak-tidaknya dianggap begitu.
Dalam era penjajahan Belanda, sebelum masa Perang
Dunia ll, kebudayaan Belanda diterima hanya di beberapa ka-
langan penduduk; sebagian besar oran(; Menado diSulawesi
Utara, orang-orang Ambon di Maluku, orang-orang Jawa dan
Sunda di Jawa, dan beberapa orang Minangkabau di Sumatra
Barat. Mereka memakai bahasa Belanda, menggunakan nilai-
nilai dan norma-norna Belanda untuk melakukan aktifitas
tertentu. Orang-orang ini menjadi pegawai pada pemerintahan
kolonial dan perusahaan-perusahaan Eropa. menjadi opsir,
anggota profesi modem seperti dokter, pengacara, insinyur,
politikus dan pengusaha. Bahkan beberapa di antara mereka
berpikir dan bertindaknya seperti orang Belanda. Beberapa
anggcta keluarga bangsawan ada yang mempelajari bahasa Be-
landa namun tidak mengambil dan menggunakan nilai-nilai
dan norma-norma orang Belanda,
Ada orang-orang yang menolak penggunaan nilai-nilai
dan norma Belanda itu, bahkan sebagian dari mereka ikut ser-
- ta secara aktif dalam usaha{saha untuk mencegah perluasan
_ pengaruh budaya asing ini. Sebagian besar penduduk pribumi
'--
- malah tidak pemah memperoldh kesempatan untu k memilih
(menggunakan atau menolak budaya Belanda itu), semata-
mata karena budaya it-r tak pemah menyentrh kehidupan
mere ka.
Kekalahan Belinda, ketika pasukan perang Jepang me-
masuki kepulauan lndonesia pada tahun 1942, menyebab-
kan sistem budaya Belanda tidak berlaku di kalangan pendu-
duk prii'un:i lndonesia. Sistem budaya ini muncul kembdli
sebenEr di antara orang-omng Indonesia tertentu ketika sete-
lah Perang Dunia ll pemerintah kolonial Belanda mencoba
menancapkan kembali kekuasaannya di bumi Nusantara; na-
mun usaha ini gagal.
Meskipun penggunaan unsur{rnsur budaya Belanda, ter-
masuk bahasanya, tidak dilarang setelah lndonesia merdeka,
konflik antara lndonesia dan Belanda mengenai lrian Barat
menyebabkan generasi muda di lndorresia tidak bergairah
nrempelajari bahasa Belanda dan tidak terdorong untuk
menggunakan unsur-un$ir sistem budaya Belanda. Generasi

l3
yang iebih tua dan sudah menguasai bahasa Belanda dan as-
pekespek budaya Eelanda lainnya semakin ber!<urang dan
sedang dalam perjalanan menuju kepunahan.
Selama periode konflik antara lndonesia dan Belanda
yang berlangsung sampii pertengahan tahun '1960 an, mun-
cullah suatu budaya asing baru yaknisistem budaya Amerika.
Kebudayaan baru ini menembus masuk universitas-universitas
terkemuka, dunia penierintahan, militer, usaha dan industri.
Bahasa lnggris menggantikan bahasa Belanda sebagai bahasa
asing yang penting di negeri ini. Orientasi budaya orang-orang
terpelajar berganti haluan dari Eropa Barat ke Amerika
Serikat.
Sejak pertengahan kedua dekade 1960 an, dengan ber-
akhirnya era Sukamo yang sangat nasionalis, beberapa sistem
budaya asing lainrrya mulai menyebar di kepulauan lndo-
nesia. Budaya Jepang yang materialistik mungkin merupakan
sistem budaya asing yang kuat pengaruhnya di samping Ame-
rika, diikuti oleh budaya Belanda (yang datang kembali), Jer-
man dan Perancis.
Selama unsur-unsur sistem budaya asing ini belum be:
nar-benar menjadi bagian dari sistem budaya lndonesia, mere-
ka tetap hanya dipandang sebagai sistem budaya cekokan
yang oleh sementara orang dianggap menglntungkan, atau se-
bagai sesuatu yang jelek tapi perlu ada, atau juga dipandang
sebagai penyakit kanker yang harus dibuangagarmasyarakat
menjadi kembali sehat seperti yang diharapkan.
K.adangkadang konflik tersemhunyi antara sistem-sis-
tem buda',,a pribumi dengan sistem-sistem budaya asing, atau
dengan sistem-sistem budaya tertentu, muncul kepermukaan.
Konflik itu bisa berwujud dalam bentuk pertentangan yang
sengit sehingga menimbulkan kerusakan harta benda bahkan
kadangkadang sampai meminta korban nyawa.

^e 5?!1ft!k Budaya A
Adanya kemajemukan sistem budaya yang pada dmar-
nya berbeda di dalam satu masvarakal masing+nasing akan
menyatakan beftanggung jawab sepenuhnya atgs pik[ran, si-

14
kap dan tindakan para anqgotanya, sehingga menyebabkan
adanya konflik budaya yang tersembunyi.
S,elilS.tA!flik itu terjadi pada daerah yang terbatas, mi-
salnya di suatu ruangan, di kantor, di sekolah-s;kolah dan se-
macamnya. Tetapi ada yang terjadi letrih luas yang tnelibat-
kan orang lebih banyak sehingga menjadi pu.at p"rf,utian nr_
sional, malah kadangkadang menarik perhatian dunia in-
ternasional.
Dalam pertemuan-pertemuan sosial yanq melibatkan
orang-orang lebih dari satu masyarakat etnik, hampir selalu
teriadi konflik antara penganut tradisi kebr.rdayaan yung,at,
dengan pengikut yang lain; di situ dicari upayi penyele"saian
yang sama{ama memuaskan dan bisa diterima kedua belah
pihak. Banyak kmrrs nyata rncnunlukkan bahwa
kon{lik /ano
muncul itu bukann'7a hilang melainkan tidak tampal< di peri
mu kaan. S_uIg{!9I!_E!UAqqL!Ud!l{q yan g e bi h ku a t, kaiena
I

tingkat diferensiasinya, karena besantya atau karena kepen-


tingan sosialnya, atau karena beberapa faktor yang lain, biasa_.
n-ya segera dikenali. Tradisi yang superior ini biasanya dite_
rima sebagai sistem budaya di mana orang-orang yang terlibat
(dalam pertemuan) men gorientasikan diri.

. Jika interaksi semacam ini terjadi dalam waktu yang cu-


kup lama dan dalam bermacam-macam situasi sosial, keb-uda-
yaan yang kurang kuat mungkin akan menghilang pelan -
pelan. dan keberadaannya sebagai suatu keSudayian yang
mandiri di daerah itu akan lenyap. Dengan cara ini, tr;dis;
yrlg. sedikit pengikutnya, misatnya kelompok ernik
Prq:yl.
kecil, bisa hilang sama sekari walaupun penganut lama masiir
tetap ada.

. Jika sistem - sistem budaya yang terlibat dalam konflik


rtu sarrE kuatnya, atau paling tidak mau menerima nilai
n-ilai dan bertindak sebagai pedoman yang sama _ sama dite-
rima-...Dalam hubungan antar suku di m;na terjadi situasi
konflik budaya didalamnya, sistem budaya ketigi yang ma-
suk biasanya berupa sistem budaya agama - agama yang di-
percayai oleh selunlh pengikut ( anggota suiu yang [on-
llrk itu ) misalnyalslam atau Kristen ataupun sistem budaya
n6ional lndonesia.

c
lde bAhWa gejala seperti to1llik5osia! itu pastilah dise-
babkah" tiiifrt' tatior-faktor [Ebudayaan bukanlah berarti
saya menyarankan suatu vensi determinasi htdaya. l.Jamun
demikian kita tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa
' sampai pada tingkatan tertentu suitu sistem budaya tertentu
memang mengendalikan pikiran, tindakan dan perasaan
orang-orang. yang telah mengintemalisasi aspekcsp-ek yang
relevan dari budaya itu. Namun ada juga perkecualiannya. Se-
seorang atau suatu kelompok sosial tertentu mungkin terkait
dengan lebih dari satu sistem budaya. Akibatnya, dalam sjtu_
asi tertentu di mana ada pertentangan antara kedua sistem
yang dianutnya terpaksa dia harus memilih salah satu di _

antaranya . Apapun pilihannya, dengan mengikuti aturan


(nilai dan norma) salah satu sistem budaya oranE itu telah
melanggar aturan tentang hal yang sama Cari sistem budaya
satunya.
Saat ini kebanyakan orang lndonesia telah menginter_ .,
nalisasi nilai-nilaL dan aspekrspek budaya yang dinyJtakan
ra-s@.bqdaya
q@;G,ffi.
seca yans ber.beda,. stste,
da I y.Jm;
n s istb m bu €y a n qq_b_ ge I nya. : M a ansn b;fr;ah u I
_ketiga Sistem budaya ini tidak sdara's_satu sama lain: padahal
- seorang -lndenesiS diF-arapkan patlT pada kesemuanya. Di-
perkotagn, baniak omng yang tdah -memasukkan u.nsur-
. unsur budaya asing sebagai tambahan, sehingga merumitkan
tugas peneliti sosial dan kebudayaan yang menghambakan
di ri u ntu k mempe laja ri konfl ik-konfli k budaya I n d-onesia.

- Lebih lanjut, kenyataan-ken!.ataan empiris yang cJimani-


festasikan masyarakat secara anaritik nrenampak darim keser-
baragaman sistem-sistem, sepetti misalnya sistem ekonomi
dan sistem politik. Masing+nasing berhubungan satu sama rain
secara terus-menerus dengan berbagai cara, yang satu menye_
babkan perubahan yang lain, dan sebaliknya. Selilu ada aspek
politi5 dan aspek ekonomis hampir pada seruruh interaksi so-
sial.
.Juga, selalu aspek kepribadian orang_orang terlibat da_
lam interaksi sosial itu yang masuk (berpengarufr). Dan da_
lam setiap interaksi sosial iiu ada batasan-batasan dan te-
kanan+eka1.an dari Iingkungan fisik di mana ia terjadi.

1S
Pil1-da?gan bahwa
lu
unsu
u b-qbe!
tn an _glaqi gistem -sistem yang

Sejalan dengan pandangan itr.r,


56y6
mengetahui dan memahami iistem-siiiJ, beranggapan bahwa
dalam suatu masyarakat t.rt.nt.,uJrluf,
ira.vi r;g;i;;;
salnya masyarakat lndonesia, i** keharusan. Mi-
o"rl; ;il;hui
apa saja yang.hidup ii'O.frrnrv,
sistem-sistem
l"d,rr:
tar hubungan sistem-sistem oraava dan bagaimana an-
maupun yang konflik
iir,1.it yang harmonis

***

-,

17
1B
tr BAGIAI{ IGDUA

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN


KEBUDAYAAN IJASIONAL
Prof. Dr. Haryati Soebadio

: ,Naslah_ii _semula adrlah bahan penataran pengajaran


IBD= ISD Witayah.tndmesia t?nsah, l'9g2; Oimrut piJiOr-
_ ku lni aras ifn penulisnya.

Pendahuloan
Apabila kita berbicara trlntang kebudayaan, maka kita
langsung berhadapan dengan pengertian istilatrnya, Oan seba.
gaimana diketahui dan iuga sudah sering disebutkan, hal itu
.
menyangkut bermacam-macam definisi yang telah dipikirkan
oleh sariana-sarjana bidang sosial-budaya Ji seluruh dunia.
Definisi dapat diberikan secara sangat luas. sehingga meliputi
kehidupan manusia secara menyelu n,th, termasu li-kehidupan
keagamaan, dan sebaliknya secara sempit, sehingga hanya
mencakup bidang yang kita namakan bidang keseniii.

_..Maka_dapat dipahami, bahwa dalam rangka kepei.luan


.kebijakan Pemerintah, di ln.lonesla telah diberikan ,e.a"".
Cefinisi kerja, seperti diutarakan dalanr Bab tg, nepetitaltL
(terlampir).

10
Namun demikian, untuk kepentingan pembicaraan di-
sini, ada definisi kerja yang 1'auh letih singkat dan sangEup
mencakup penjabaran pengertiannya secara praktis, yaitu,
b:hwa kebudayaan merupakin sistim nilai dan gagasan uta-
ma (iital). :," tri",
-,
Sistim nilai.dan gagasan uuma itu dihayati benar-benar
oleh para pendukung kebudayaan bersangkutan dalam kurun
waktu tertentu, sehingga mendominasi keseluruhan kehidup-
an para pendukung itu, dalam arti mengarahkan tingkahlaku
mereka di dalam masyarakatnya,. Memang dapat dikatakan
pula, bahwa sistim nilai dan gagasan utama itu membed pola,
untuk bertingkah-laku kepada masyarakatnya, atau, dengan
kata lain, memben seperangkat model ur'uk bertingkah-laku.
Sistim r':ilai dan gagasan utama sebagai hakekat kebuda-
yaan terwujud dalam tiga sisfim budaya secara leLih rcrperin-
ci, yaitu sistim ideologi, sistim sosial dan-sistrn teknologi.
(1) Sistinl ideologi etika, norma, ada!-isti-
adat, peraturan "rns;;pLr1;
dan hukum yang berfuhgsi sebagai _
- pengarahan untuk sistim sosial dan berupr inter--
pretasi',' operasional -_dari s16th' nitai' dan GCqfun
utama-yaBg berlakitdalaft sHatu masyarakat. _-
i
QI Sistem sosial melhuti hubungan dan kegiatah sosial
di dalam masya6kat, baik yang terjalin dalam ling-
kungan kerabat, maupun yang terjadi dengan ma-
syarakat lebih luas serta dengan pemimpin-pernim-
pinnya. Pengendalian masyarakat dan pemimpin
berkembang sesuai dengan nilai budaya dan gagas-
3n utama yang berlaku.
\ (3) Sistem teknologi meliputi segala peralatan serta ca-
ra penggunaanya setai dengan nilai budaya yang
berlaku. Dalam kebudayaan yang terutama agraris,
misalnya, dengan sendirinya sistim teknologi sesuai
den gan keperluan pertanian.

Melihat definisi-definisi kerja tersebut di atas, betapapun


pao'at dan ringkasnya, telah jelas bahwa kebudayaan merupa-
kan masalah luas yang pada hakekatnya menjadi tanggung -
jawab masyarakat secara menyelu ruh.

20
'-z l"

Pcirmaslahan
(1) lndonesia berupa keputauan yang luassekali,lebih
dari 5.000 km dari ujung Barat ke ujung Timur dan
hampir 2.000 km dari ujung Utara ke ujung Sela_
tan. Hal itu kita ketahui sernua. Namun, di-setiap
daerah,pulau atau di dalam perbatasan suatu suku
bangsa, hal itu tidak selalu disadari. Memang keba_
nyakan orang tampak sulit sekali membayingkan
betapa luasnya negara lndonesia ini, yang dengan
politik Wawasan Nusantara sekarang meliputi wila_
a yah 5 juta km2 secara sah.
Ql Dalam wilayah seluas itr.r, jumlah pulaunya 1g.6ll,
walau hanya sekitar 6.0@ yang dihuni. penduduk
dalam pulau-pulau itr.r beraneka ragam, berbahasa
lebih dari 300 dialek, malahan di antaranya ada ba_
hasa mandiri,. sedangkan adat-istiadatnya, atau bu_
daya setempatnya, beraneka variasi puta. Hal itu _

pun diketahui umum Namun dalam halinijuga ti_


- dakdisadari oleh setiap kelompok atau lhAiviOu se
- cara perorangan.
(-3I- KealelofgaTan bahasadan kebudayaan setempat
_

iur dkhirnyE memitki ci*ar yang sama, dalam irti


d4'ri-rumpun ba_hgsq dan jenis budaya .14ng
- _begsal
-sama. Hiil itu- ditemuliiln dilarn penelitian gfrial:
: _- -budaya, yang secara mendalam di mutai oleh sarja-
- nasarjana asing pada abad ke-tg. Masalah dasar ba-
' hasa dan budaya yang sarna itu pun kita ketahui se-
c-ara umum sejak cukuo lama. Tetapi. sekati lagi, '
hal itu juga tidak selamanya dlsadari $epenuhnya
oieh kita. Sepefti juga lambang negara, Bhineka
Tunggql lka; yang mencerminkan kesadaran akan
keaneka-ragaman dengan dasar: yang sama itu, dan
yang terparhpang.j di mana-tnana, akhirnya juga
tidak setiap waktu diperdalami maknanya, apalagi
dijadikan patokan hidup.
Keadaan yang digambarkan di atas ini tetah menyebab-
.,t kan. bahwa pada satu pihak kita cenderung metihat terutama
-. pada keluasan wilayah, kesatuan dasar yang ada dan yang per-
lu kita pertahankan serta kita kembangkan, sedangkan pada

21
l.ts
J tain oihak kita mengamat€mati secara khuzus setiap detil ke-
-'' u.lki-r5gaman bangsa, sehingga kaitan dengan keseluruhan-
i' ;;;;"t;;ti kaitan ;fiap detil dengan gambaran meoveluruh-
tidak iarang meniadi kahrr, dan malahan hilang sama
"ii,kali.
se

Jelaslah, bahwa hal ini, yaitr'r hilangnya. kaitan an-


tara pandangan mendetil dan pandangan menyeluruh.mem-
persufit peni'arnUilan ketiiakanaan. karena' apabila setiap pi-
[rf f"nit"ngrn perspektii, maka kedua pandangan itu pada
hakekatnya muddk bertolak bglakan - "hoJoG'i '
g'
masalah tersebut itu, dalam pembinaan dan
Di samping-kebudavaan,
p*gu;u.njun kita perlu .iuga memperhatikan
dan" mempirhitrngkan pengruh kebudayaan dari luar wi-
[v.n ri,i, kebudiyaan asing, yang sela''nanya bisa, masuk
dari arah mana saia, sebagi-rana serarah. bangsa.Glah me- ''i"'
nuniukkannya' Adapun lgElah p-q!Sa'!h aslng ltu Jusrru r
J.**" ini men.iadi proble imutlak' oengan komunikasi dan
transDortasi modem makin deraslah kontak langsung-dan ti-
j"r.l!nq*;s antar budayadan antar bangsa, di samping per-
j. f diF"lttillnSfa! ngb+elg.aryt! agiog sebaga! akibat pemba'
hwml.
- --- Fa-l- er.,"n' --ya-ng -kita arlikan sebagai usaha beren-
Iel.aFpeni"s-[a n keseiahGraan masyarakat dalam
""n,
segala segi peri kehidupan secara lebih baik. dalam proses
te"giatanniya menOorong pula pada pengambilalihan teknologi
dai ilmu penqetahuan guna mempercepal usaha peningkatan
kes€iahteraan masYarakat itu.
Pengambilalihan teknologl dan ilmu pengetahuan yang
cliperlukJn pada tahap-tahap tertentl memerl'lkan iuga pe-
nyesuaian sosial budaya daiam proses pe gqarapannya' Tek- /
qclegi .dan.-i-lmu pengetahuan yang berkembang atas dasar "'r'"'
;I;i d;n grat-asan yang berasal dari kebudayaan asing' belum
tentu sesrai dengan nilai-nilai dan gagasan d6ar yang selama
ini mendominasi kehiduoan sosial-budaya bangsa Indonesia'
Dalam kaitannya deng6n hal tersebut, besar kemungkin-
annya, bahr a p!'oses Pembangunan akan menggeser nilai-nilai
dan gag6an daar yang ada, mengembangkan gagasan baru,
tnenggantikannya sa!'na sekali dengan dan niiai-nilai
"t"rpun
yang telah menumbuhkan teknologi dan ilmu pengetahuan

22
yang diamtril-alih itu. Dalam pada itu.dapat dikaakan, bahwa
pembmgunan untuk neningkatkan kesejaheraan berarti
pula proses pembaharuan kehrdayaan.
Andaikata proses ersebut bisa berjalan s@ara teknis-
ilmiah, berarti temtlr, bertahap.Uhao secara kausal saja,
maka tidak akan timbul banyak masalah. Namun, karena ke.
budayaan itu benifat dinamis cian cenderung berkembang se-
cara melorrcat-loncat, den gan selalu mengikuti kemajuan-*a_
syarakat pendr.rkungnya, maka pembaharuan akibai pemba_
ngunan yang merangkum segenap segi peri kehidupan yang
biasanya berlangsung dalam waktu reiatif singkat, pasti it<ai
menimbulkan keegangan, karena kesenjangn yang terjadi
dalam prcrcs pen gam bilal
ihan u nsu r-unsu r budaya asii g.
Selanjutnya, kemajuan teknologi, khususnya di bidang
komunikasi dan transportasi, telah sangat mempirlancar konl
tak.antar budaya bangBa.-lnteraksi sosial, tukar-menukar pe- .
ngalaman pengetahuan dan gagman, dapat terlaksana dengan
,q9lft obh setisp orang, dan tanpa mengenal batas geogrifi,
politik maupun keiudayaan.
- Searah:delgari.kecende-nrngan
. miq
kebudayaan yahg dina-
yang seQ-l-u 6erke@ng_ Beka J<ontak-kq:ntak iereni
il, me-rupakan ha! alami-h yahgjgga tidat mqngkin diben-
dung. Yang menja{i mcalah ialdr luas dan dercnya arus.pe_
!gqg_L!gg9y!1 asin s dewxa in i -sebElai ifiuaT kefr aiuai-GR- _

-. rylo_gi $n ilmu'Eefl_getahuan, kebufuhan-kebutuhan yang


', tim b-ul aliibat Fein banguian, {itambah den ghn _daya selercl
masyarakat yang melemah senf, kurang mampu memilih un-
sur kebudayaan asing yang benar-benar diperlukan dan yang-
sesuai dengan nilai-nilai yang ada. Mengadopsi unsur-unsui
budaya asing yang kurang terarah dapat mengakibatkan ter_
sisihnya nilai-nilai dan gagaan dasar yang selama ini mqndo-
minasi pola tingkah laku anggota masyarakat yang akhirnya -
akan memperlemah kepribadian cian semangat kebangsaan.

Pancasila dan Undang-Undang Dasar tg45


Dengon memperhitungkan keadaan banga seperti di-
uraikan di atas dan perkembangan masa kini, perlu kita sadari
sepenuhnya, balrwa kebijaksanaan yang Ei.cerminkan dalam .

ZJ
penyusunan Pancasila sebagaimana diungkapkan dalam Un-
dang-Undang Dasar 1945, selanjutnya isi Undang-Undang Da-
sar 1945 itr senCiri cien terutama Penjelasan pada Pasal 32
mengenai kebudayaan bangsa, dan kemudian sebutan "ma-
nusia seutuhnya" yang bisa mengambil tempat dalam pem-
bangunan di semua bidang, baik secara mental-spiri-
tual, maupun material, pada hakekatnya merupakan usaha,
bahkan alat untrk mengatasi keadaan banga beraneka vari-
asi, Bhineka, namun ying dikeahui dan ingin dipertahankan
tetap benatr:, Tunggal lka,
- Artinya, kita telah sepakat untuk memilih pandangan
luas dan menyatu, namun dengan tetap memperhatikan detil
keanekaragnman bangsa kita, untuk memperkaya kehldayaan
kita. Dengan perkataan singkat, pada pokoknya masalahnya)
pada hakekatnya sederhana saja, yaitu kita pedu mengaitkan I
kehidupan masing+nasing individu, atau kepentingan kelom- j
pok kecil dan paling kecil itu, dengon kepentingan masya- l
- .rakat secara keseluruhan, kepentingan umum, sambil mem- i
beri temBat juga pada pembangunan yang sedemikian diperlu- i
kq3. Namun demikian, kita ketahui semrra, bahwa masalah,
_ydhg tampaknya sangat sederhana itu, paling srlit dipraktek-i
k4n, justru karena di dalam sejarah umat manusia secara I
tumum,. fokus senantiasa diletakkan dalam posisi tolak bela- i
kang. Padahal pemecahan masalahnya sebenarnya juga sangat
sederhana, apabila kita mau melihatnya dalam proporsiyang \
wajar, yaitu bahwa individu atau,kelompok kecil mungkin hi- j
dup terpisah'dari keseluruhan masyarakatnya dengan mengin- ,

dahkan semua kebutuhan masyarakat itu, dan bahwa semes- i


tinya individu dan masyarakat bisa saiing mengis! dalam pe-
mikiran dan perrgirnplernentasian masa depannya. Nanrun :

kita tahu semua pula betapa banyaknya teori filsafat, ilmu


sosial-budaya, bahkan penyusunan theologi pun dalam ber-
macam-macam agama dan keyakinan lainnya memikirkan dan
mencoba merumuskan tempat individu dan kelompok kecil
dalam masyarakat, serta kaitan masyarakat dengan individu-
individu yang hidup di dalamnya, perorangan dan dalam ke-
lompok kecil
Masalah itu, perlu kita sadari, diketahui benar-benar
pula oleh para Bapak kita yang rnenyusun Undang-Undang
Dasar 1945 dan merumuskan ideologi negara, yaitu konsti-

24
'.tusi dan landasan idiil untuk memungkinkan bangsa kita yang
beraneka ragam ini hidup dalam kesatuan dan pesatJan, di-
sarnpi.rg tidak kehilangEn identitasn'/a sebagsi individu, ang
gcta kelcmpok k:cil ataupun uku bangsanya. Sepeni Pro,
fesor Soeporno mengatakannya dalam pidato menilang pe-
nyusunan Undang-Undang 1945 dan Pancasila 1 , kita perlu
membangun negara di mana semua individu,golongan masya-
rakat, pendek kata keseluruhan bangEa kita "zal zich thuis-
volen dalam negaranya" (merasa dirinya senang, seperti da-
lam rumah sendiri).

Pengem bangan Kebudayaan Nasional

Maka jelaslah bahwa bila kita telah sepakat untuk hidup


dalanl dan membangun, negara atas dasar UndangUndang
Daar 1945 dan Pancasila yang disus-rn oleh para Bapak kita
itu maka Program Pemerintah mesti bersendi pada, dan juga
menuju ke, tujuan yang telah dirintis oleh para penyusun
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Atas da-
sar itu pu-n GBHN menyebutkaf "mgr_Usi! se,utuhnya", yaitu
manusiA lndonesia yang dalam pembangunan, perkembangan
negara kita ke arah keadaan negara yang maru, Etap dapat
'zich thuiwoelen" seperti Professor Soepomo membayang-
kanhya. .',

Sebagaimana telah disinggung di atas, pengembangan ke-


budayaan semestlnya merupakan usaha bersama keseluruhan
masyar€kat lndonesia. Namun, berpatokan pada Undang-Un-
dang Dasar 1945, maka Pemerintah mengambil peran. Pro-
gram Pemerinah dengan sendirinya bertolak dari, dan diken-
dalikan oleh L,ndangUndang Dasar 1945, Pancasila dan
GtsHN itr, seperti telah nyata dan diusahakan pula lewat prc
gram P-4. Dalam pada ini Departemen Pendidikan dan Kebu-
dayaan dan khuzusnya Direktorat Jenderal Kebudayaan di
dalamnya mendapat tugas terperinci di bidang pembinaan
dan pengembangan kebudayaan.

I Pid:to Prof, Mr. Or. So.po.no, t!.dq)81dalam Oo. A"T. So€gito 8c HK


Prol. Da Sotpo.no iProyek l,r...nBn3eri dan Ookument6ri S€iarEh N6rioi.l,
D€pan.men P6ndldikan d.n K.tidaya€n, 1979/1980), lecare lsngkap.

25
4 Tugas DirektoratJenderai Kebudayaan @\-

Untr_rk melaksanakan rugasny,a itu Direktorat Jenderal


Kebudayaan terbagi atas s Direktorat, mengerora 2 lnstansi
Nasional sebagai Unit Peraksanaan Tugas oan oititipi s pusat
( perincian terlampir ).
Kegiatan-kegiatan dinyatakan dalam program-program
sebagai berikut
(1) p..t Ke-sejah-te1aan, Kepurbakalaan dan permuseuman
St.rn
Program ini berkepentingan dargan memupuk kesadar-
an bersejarah dan apresiasi terhadap warisan budaya, teruta_
ma yang berbentuk material, yaitu bangunan dan benda_ben_
da bergerak.
Dalam Program Kesejarahan secsra khusus tujuqnnya ia_
lah meningkatkan kesadaran bersejarah pada masyaiatar tn-
donesia sebagni satu bairgsa nasion, yang telah berjuang men-
capai kemerdekaan serta mermrjudkan lnasyarakil adil Oan -
makmur itas dasar pancasila Oan UnaangjJi@rsO;rig- _-
45. Kesadaran bersejarah itu dimaksedka; bu[a;hanya uq_
tu k mi:mpersatu kan ban gsa a tai d-asar persania aii s"ia.j[r
namun juga membangkitkan kebanggaan nasional. Ditam ple:
-

t;
gram ini diusahakan penulisan bahan lacaan y_ang mengung=
kapkan sejarah banga serta kehidupan Ear,. olof,-seiaran;-si_
hingga masyarakat mengenal diri lebih dekat peristi-wa slrta
pelaku sejarah ban gsanya.

. Program Kepurbakalaan meliputi perlindungan, penye-


lamatan dan pemugaran peninggatan sejarah aan pirrOaflia
dan dimaksudkan untu-k memberi ganrbaran mengenai bagai-
mana nenek moyang kita di masa lampau telah mimpu rnJm-
hr at seja ra h dan mengembangkan kebu dayaan atas dasar ni lai-
nilai dan gagaan utama seperti yang teicerminkan pada pe-
ninggalan-peninggalan termaksud. Gimbaran teUrOiyaan' Ai
masa lampau sebagaimana yang terlihat pada warisan'UrOaya
ma.terial itu diharapkan dapat memberikan perangsang inspi-
ratif ke arah pembaharuan di masa mendatang, dan bukan se-
baliknya, untrlk merindu- rindukan
-asa felayarn yrng *-
dah silam tanpa usaha apa pun. Contotr nentti ,oy"nitiu
dapat mempertebal semangat kebangsaan dcrgan metinit ba-

26
gaimana mer€ka itu sanggup mengolah unsur-{rnsur yang d&
tang dari kebudayaan asing dan mengintegrdsikannyi t<J Oa_
lam budaya sendiri.
Program Permuseuman pada pihaknya mencakup pe-
nyebarluasan informasi kebudayaan, terutama lerarat pameran
dan peragaan benda-benda budaya di gedung-gedung museum
yang tersebar di seluruh tanah air. Benda-benda budaya itu
merupakan perwujudan masyarakat pendukung kebudiyaan
berssngkutan dalam rangka menanggapi lingkungan dalam ar-
ti luas, serta tantangan seja rah yang dialami. Wujud budaya
material tersebut meliputi peralatan produksi, perlindungan
dan pakaian, penenjataan, pengangkutan dan perhubungin.
Benda-benda buday6 itu sedemikian penting, karena r,ra-iau-
pu-n- tidak secara langsurrg, namun mencerminkan segi
bu<iaya
spiritual para pendukung kebudayaan benangkutan iru. Ka-
rena, apa pun bentlk benda sebagi perwujudan budaya ma_
terial yang dihasilkan oleh manusia, ia tidak bisa tidak telah
diarahkan, didominasi oleh nilai-nilai serta gagasan vital yang
berlaku dalam masyarakal manusia bgrsangkutan itu.
l2l ?rogram Pengembangan Keseniin.
-.
Program ini dimakudkan untrk rBeningkatkao.prestasir
seni, merahgsang innorasi ke arah pengembangan keseR6n na ,-'
sional yang meliputi seni rupa {terrnasr!'seni lu&is daaseni -
plastik seperti seni patungt ilsb), seni-gerak (tarian; iiintc
mim, dsb), musik. teater dan lain-lain. Di samping itu iuga di-
tingkatkan apresiasi terhadap seni, mengingat bahwa per,
kembangan seni tidak mungkin tanpa idjnya masyardkat
yang mampu menghargainya. Dalam rangka tujuan itu kegiat.
an digalakkan lewat berbagai in:tansi, baik pemerintah mau-
pun swasta, serta juga perkumpulan-perkumpulan scial. pe-
rangsang diberikan dengan, misalnya : mengadakan pekan se-
ni, baik di daerah maupun di pusat; lomba seni, termasuk
lomba. paduan suara ibu-ibu, yang hendaknya iangan dilihat
sebagai sratu mode saja, namun benar-benar merupakan sa-
luran untuk ikut mengembangkan dan 6eningkatkan selera
dan kegemaran musik terutama di kalangan keluarga;sayem-
bara penulisan seni dan lain-lain. Di samping itu Pemerintsh
dalam jumlah rendah memberikan fasilitas atau sub6idi beru-
pa uang kepada perkumpulan seni yang memerlukannya dan.

27
cukup bermutu, Subsidi tidak pemah tisa tinggi karena me'
mang dana tidak mencu kupi.
Selaniutnya seni Elah terbukti merupakan media kuat
-untuk penerusan dan perkenblari nilai.rilai. Ha! itu sangat
penting datam hubungan antar daerah darl antara suku bang
sa, dengan tu.iuan pengembangan suatu seni yang bercorak na-
sional, di samping iuga saling memperkanalkan masingmasing
jenis seni, sehingga trmbuh pengenian dan toleransi antar
;anggota masyarakat I ndonesia secara menyeluruh.
(3) Program (ebah!!!a!![9ru!a-gtr?al', Perbukuan dan Per'
p9.9!q\e-a!..
Program ini jelas berkaitan erat dengn usaha dan tu.iuan
mencerd6kan bangsa.
Program Kebahasaan ditujukan baik pada bairma nasio
'nal maupun pada balrasa daerah. Bahasa nasior,al merupakan
alat pemersatu yang telah terbukti kuat dan berhasil; karena
dalam keseragaman' pemakaian bahasa nasional, interaksi so-
sial antar warga negara dl semua lingkungon dan tingkatan
hubu.ngan dapat terbina secara lebih effektif. Namundemi-
-kian;,khazanah budaya yang terdapat dalam bahasa-bahasa
daer,|h juga -tidak mungkin diabaikan. Bahasa'daerah tetap di
harapkaDjkut berkembang pula, serta memberi masukan ber-
harEa uhtuk pengembangan bahasa nasional.
-Program Kesusasteraan erat hubungannya dengan Pro-
gram ,Kebahasaan, karena kelsastraan merupakan perwuiud
an dari penggunaan bahasa secara baik, tepat, tertib dan in-
dah. Berbagai kegiaun, seperti sayembara penulisan dan pem-
bacaan puisi, drama serta karangan sastra diadakan untrk pe-
ngbmbangn kesusastraan dan selera terhadapnya, baik yang
nasional maupun di daerah,
Program Perbukuan meliputi antara lain penambahan sa"
rana bacaan, baik buku maupun maralah, guna menunjang
program Pemerintah unuk mencerdaskan bangsa, Sayembara
penulisan buku, baik yang bersifat ilmiah, semi ilmiah, men-
didik. maupun yang mengandung fiksi dan bacaan senggang,
diharapkan meEngsang penulisan guna penambahan bahan
bacaan.

2A
'-
Program Perpustakaan, di samplng menambah sarana
d"n orasirana perpustakaan, serta menangani p€mbinaan dan
p"^,irn U*tg"niy", iuso t erusaha rspinglatkan mirrat mcm-
perpustakasn itu
L*"'. rrt",i" pustakawan yang men6iigani maka dalam pro-
idi' .ing"t ti.ung memadai di lndonesia,
.ir. i"i Jr" diusaiakan Peningkatan muu para pusurkar/!6n
;;;; ;"';;"s"" menveiengsaiakan training tambahan ke'
pusmka'
iaoi enaga peipustakaa yang hrkan ahli
Dengan sendirinya semua usaha seperti dis€butkan
di -
atc, oiaGn"run daiam kerla sama dan koordinasi erat se'
cara I in tas se ktoral .

(4) -Prlrgrqm
lnventarisasi Kebudayaan

Program ini berttljuan memperkenalkan nilai'nilaip:'17


bu-d&
baik ytrlg
va bangs-a serta gagasan utam3 yang luhur'
laku masyarakat lndonesla.ol ma-
-"nao*in"si pola tingkah
yang hingga sekarang masih bedaKu-' ln'
," l"rnprr, maupun
venurisasi meliputi pencatatan dan rekaman seqta l,a.cal
ono["o"n bangsa (cerita rakyat, legenda' mitot selarah K aI I
llsan'
atsi serta-pei+ullsan dan-1erbi-tan baEJ
-.asvataiat
gu na memperKenar
tlrrO" tuas' Disampins itu iuga diusaha-
'*I"' j.r;tllni" ilan- rbahasa
^L'irtij
I tr6pu larisas lari naskah lama be
masvarakat
;;."h-';*F Jipeikenattcan kepada seluruh
lndonesia.

(5) Pro$S4 Pembinaan Penghayat Kepercayaan terhadap


Tuhan Yang Maha Esa.
MPR No'
Program ini mer.rpakan konsek'uensi dari TAP
GBHt{' maka
lllMPR/i978. Sesuai d!;$n penggrisan dalanr
unuk mengadakan perrrbinaan ter-
ini dimaksudkan
".".i..
["i'", o*O.v.t, berarti manusianya' di bidang kerokhanian
i"""i !""is..t' pada pembentukan agama baru' dengan
;;;t"; ur]ai pe[et dan Pekerti luhurnva,dan dalam arti mem'
manusia sebagai wa rg4
l"ii' [*"aur"n
-r"J-*i;. dirinya sebagai
"ut ."n. it . ke;daan Ketuhanan Yang Maha
""g"ri
Esa.
Kegiatan praktis meliputi pengadaan ii'*t"ll':l-*l
pengadaan sarasehan dan penara '
dokumeitci, termasuk iuga
29
ran, khususnya untuk mengetahui secara benar-benar keada-
an para penghayat karena tanpa pengetahuan yang menda-
len rersebut, pembinaan tidak mungkin diberikan secara
baik.
Kelima program sebagaimana diutarakan di atas, berpe-
gangan pada Pasal 32 beserta Penjelasan dalam UndangUn-
dang Dasar 1949 sepeni telah pula disebutkan. pelaksaiaan-
nya dapat dirangkum sebagai berpatokan atas hal-hal berikut;
(1) Melestarikan apa yang dianggap s€bagai puncak-puncak
kebudayaan bangsa, berarti ying UerklmLang di daerah-
daersh sepanlang sejarah. pelestarian itu menyangkut
baik.warisan material, maupun yang spiriiral.
-hrdaya perlindungun, p.uservaii
Demikianlah diadakan dan ton_
servasi serta.pemugran di bidang purbakala, di sampir,g
diadakan pelesbrien di bidang budaya spirirual r'non'
kongkrit, seperti seni, keahlian tradisionaf Oan "t
irin-lri"
yang sejauh tidak relevan lagi didokumentasi
untut iul
juan ilmu pengetahuan, dan'sejauh masitr refevan
Jiai"i_
kan lewat jalur pendidikan formal maupun non form;|.
(2 Mendorong ciptaan ba-ru sebagai pengembangangri
un-
sur-unsur tradisional. Haf ini meliputi, mhalnva,
ba-
ngunan- gedung baru beeorak- trafiional, p"ns;6a;;
an kesenian dengan une.rr_6sur tradisional, Ai
tain se-
bagainya.
(3) Mendorong penciptaan yang sama sekali baru
tanpa acu_
an pada un r tradisional, herafti innc,vasi mudik. Hal
itu penting, mengingaq bahwa kini sudah perlu diperhi-
tungkan adanya manusia lndonesia yang betul-betui mo_
sudah dapat ciihar.p["n ,n"n"lptu J"ngu-n
9:l:l
watak 1fi1ns,
modern dan dalam suasana modem, Di sinilah ier-
sangkut ciptaan dan penemuan Uaru Oi Udang iimu p;_
ngetahuan dan teknologi, maupun di tiOani seni 6u-
daya,
(4) Tidak menol* ,TyI asing yang dapat memperkaya ke_
DUoayaan nasional. Haltersebut misalnya, menvanokut
seni budaya Barai yang terarr menoapai -[mi;;;Tr*
oaram-kehidupan bangsa lndonesia Oan
cJdjh sanggup
nemben masukan berharga untuk pengembangan;i

30
tiudaya bangsa. Kaidah musik klasik dan jazz Bara! um-
pamanya, telah berhasil merangsang ciptaan khas lndo-
nesia pula. Dalam pada ini kita perlu melihat pada con-
tch nenek rroyang kita i,6ng, sebagaimana telah disebut'
kan di atas, tidak pernah menolak unsur asing, namun
sanggup mengolah dan mengintegrasikannya dalarn bu-
daya sendiri, sehingga dapat tercipta sesuatu yang baru.
rramun tetap khas lndonesia.

Dalam hubungan tersebut dapat ditambahkan dllini,


bahwa warisan budaya nasional, baik yang kongkrit maupun
yang tidak koegkrit, dan yang dilestarikan seperti telah dise-
butkan di atas, pada dasarirya ialah strpaya dapat diiadikan
tolak ukur atau landasan untuk pengembangan. Hal itu telah
pula jelas dalam uraian mengenal. Program Kepurbakalaan, Ke-
selarahan dan Permuseuman serta Program Pengembangan
Kesenian.
Mengenai memberi doronEan untuk mengadakan pe-
ngembangan dan ciptaan baru, seperti disebutkan dalam butir
(2) dan butir (3) di atas, dengan sendirinya hal itu hrkan ha-
nya menjadi tanggung jawab satu Direktorat Jenderal atau
Departemen; melainkan menyangkut kehidupan keseluruhan
masyaraket kta.
Dalam pada ini kita harapkan adanya innorasi, penemu-
an teknik dan ilmu pengetahuan, adaptasi pada kehidupan
masa kini atas dasar kepribadian yang dijamin oleh ketahan-
an budaya nasional. Di sini-pun perlu ditanggulangi pengaruh
kebudayaan asing, yang sebagairnana telah disebutkan dari
dahulu sampai sekarang tidak mungkin dan juga tidak pernah
Ci tolak, namun perlu pengolahan supaya dapat bennanfaa:
betul dalam kaitan kehidupan budaya nasional. -lermasuk di -
sini juga pertimbangan penggunaan teknologi modern dsh pe-
manfaatan ilmu pengetahuan guna pembangunan, namun
yang hendaknya jangan menimpangkan keseimbangan masya'
rakat, baik secara keseluruhan, maupun lewat komponen tsr-
kecil nya, yaitu masin gmasing individu.
Atas dasar patokan-patokan scperti yang telah diutara-
kan di atas, dan yang memang berdasarkan Undang'Undang
Dasar 1945, maka pedu disadari dan di garis-bawahi khusus-
nya untuk penerangan baik di dalam maupun di luar negeri,

3',1
)t,1i,.,etoo
f l"i rua i"../
,, .,bah wa kebudayaan nasional lndonesia adalah dinamis, ber'
i kembang terus, bukan hanya terdiri dari yang tradisional-tra-
disional saja, namun meliputi pula modemisasi. Modernisasi
. ielas di sini bukan berarti menghilangkan ketahanan nasimal,
teruEma ketahanan budaya nasional atau identitas bangsa
lcutture identity), namun berarti mengembangkan ciri khas
kebudayaan bangsa sesuai dengan tuntrta'r iaman.
Dalam hubungan kebi jakan-kebiiakan tersebut di atas,
jelas diperlukan komunikasi yanq sllngguh-sungguh, penye-
barluasan inform6si kebudayaan yang meliputi seluruh Wila-
yah lndonesia. menyangkut semua daerah dan suku bangsa
yang ada. Masyarakat lndonesia secara keseluruhan berkepen'
tingan mengetahui dan menyadari secara koi'nprehensif tuju'
an pengembangan kebudayaan nasional serta kaitannya de-
ngan pembangunan secara umurn. $a aran komunikasi dan
informasi budaya yang luas itu ialah seba-oai berikut :
(1) Memperluas pandangan, cakrawala pengertian mengenai
kebudayaan' nasional pa{a semua-warga negara I ndone'
,.sia' --- , .:-
(2) Saling - memperkenalkan trehdayaai-kebudayaan se-
tempa1 setingga tgriadi peogenian dan- ha-rg-menglar-
gai yan! +nehjaRT iu.to-lerarisi d 1-kenrkuiian antarsuku
bangsa, antar daerah.
(3) lnformasi luas mengenai k€budayan-kebudayaan setem-
pat itu iuga memperbanyak kemungkinan pilihan dalam
kerangka acuan sehubungan dengan pengembangan ke-
budayaan nasional. Hal ini menyangkut Penielasan pa&
Pasal 32 dalam UndangUndang Dasar 1945, yang inti-
nva menqharapkan kehjdayaan'kebudayaan daerah da'
pat memperkaya kebudayaan nasional, sehingga terdapat
warna dan nuang menarik yang dengan sendirinya iuga
senada dengan prinsip Wawasan Nusantara.
(4) Kebudayaan Nasional yang sesrngguhnya berakar pada
kebudayaan daerah, sesuai dengan prinsio Wawasan Nu-
santara, dapat lebih meniamin kepribadian atau ketahan-
an budaya nasional, s€hingga ada ketahanan mutlak pula
dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing ataupun
' keadaan tidak menguntungkan yang timbul dari dalam.

32
(5) I Kepribadian nasional yang kuat dapat menrmbulkan dan
mempertinggi daya kreatif dan ihnovatif bangsa lndone-
sia tanpa bahaya melunturkan sifat kebudayaan nasional
atau menimpangkan pengertian mengenai kebudayaan
nasional itu.

Sudah jelas, kiranya, bahwa untuk mengefektifkan ka


munikasi dan informasi kebudayaan seperti yang diharapkan
itu, diperlukan penqetahuan mendalam mengenai keadaan
masyarakat lndonesia secara menyeluruh dan dalam setiap
detilnya.

-j Masyarakat Bhineka yang Tunggat lka il\


Sebagaimana tampak dari apa yang telah diutarakan di '
atas semuanya, pada hakekatnya tugas kita sebagai bangsa da-
lam pengembangan kebudayaan nasional adalah berganda
'(1 ) Pada satu pihak kila mesti membina kesatuan dan persa-
'
tuan bangg.
(21 Sedangkan pada lain pihak kita tidak mungkin meng-
abaikan kebudayaan-kebu dayaan setempat, yaitu_ kehJ- :

dayaaa masingmasing suku bangsa atau daerah.

Dengan perkataan lain. pada satu pihak kira b?rk'i;perF


tingan dengan tugas "makro", sedangkan pada lain pihak kita
perlu memperhatikan keadaan "mikro" bangsa.
Atau juga, dengan mengacu pade lamb'ang negara dapat
dikatakan pula, bahwa kita, secara nasional, brkepentingan
dengan "Tunggal lka.., sedangkan keadaan i.rangsa kita me-
mang secara rlyata adalah "Bhineka", yang dalam hal ini
mesti kita perhatikan pula.
Tugas dan perhatian kita itu, tidak bisa tidak. harus ber-
jalan serentak. Berarti, pengamatan detil, "mikro" atau ke-
bhinekaafl bangsa, harus langsung dibarengi dengan pengem-
bangan "makro" menuju ke kesatuan dan percatuan bangsa,
Tunggl lka. ,Atau, sebaliknya, kita harus memenuhi trgas
kita guna kesatran dan peGrtuan bangsa untuk melengkapi
pengebhuan kita serta dapat memperbaiki kesalahan, meng-
adaptasi kebijaksanaan dan lain-lain, sarrtbil berialan.

33
Jelaslah, bahwa tugas seperti itu pedu diemban oleh ma-
syarakat lndonesia secara keseluruhan, baik pihak pemerintah
mauor.rn kaiangan slvasta di samprng kegiatan ha..'-rs di!aksa'
nakan secara lintas sektoral. seperti telah digambarkan diatas.
Selain dari pada itu, pembinaan dan pengembangan ke-
hrdayaan nasional, sebagaimana ielo pula dari keseluruhan
uraian di atas, mesti berorientasi pada seiarah bangsa di masa
lampau, pada kenyataan sosial budaya masa kini dan pada ci'
ta{ita nasional di masa yang akan datang, yang secara keselu-
ruhan pada hakekbtnya didasarkan pandangan budaya yang
bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Tujuan akhir pembinaan dan pengembangan kebudaya-
an secara konsepsional ?_dq!q!11gfc!p!Cf,ya suatu kondisi sosial
budaya y_an g.memu!,Ckj!1!an manusia 4engemban gkan sel u-
r!.tr pq!gn!!!'ryq sqqqra op{mal, sehingga ia menjadi pribadi
yang mandiri dan bertanggung jawab dalam kehidupan ber-
$asyarakat.
Hubungan antara Kebudayaan dan Pendidikan. il>
Sebagaimana telah acapkali disebutkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. pendidikan merupakan bagian
dari kebudayaan secara menyeluruh- Hal i memang perlu
disadari demikian. Pendidikan berupa jalan, saluran, untuk
meneruskan kebudayaan, dalam arti pendidikan merupakan
alat untuk menanamkan kemampuan bersikap, bertingkah-la-
ku, di samping inengalarkan ketrampilan dan ilmu pengctahu-
an untrk bisa memainkan peranan sosial secara menyeluruh
dan sesuai dengan tempat dan kedudukan individu di daiam
Cunia iua. Dengan perkataan sinEkat, EOdidikan adalah cara
u-Dtu k_-meneruskan sistirn nilai dan gagasan utama bangsa dan
manusiawi.
Adapun lembaga pendidikan yang paling kena untuk
mengajarkan sistim ideologi dan sistim sosial yang berlaku se-
cara nasional dengan sendirinya adalah yang dikelola oleh
pemerintah. Di sinilah dapat ditanamkan pola dan model un-
tuk bersikap, bertingkah-laku sesuai derigan nilai-nilai nasio-
nal, yaitu yang sesuai dengan Pancasila dan segaris dengan

u
Uhdang-Undang Dasar 1945 serta semua gagasan u tatna nasi'
onal. Lewat lembag Pendidikan nasional'tersebut dapat dibe-
rikan perluasan iangkauan. berani kelengkapan pada apa yang
selama ini didapati le',^at prces sosiaiisasi dan perilbudayaan
di daerah secara terbatas. Lambat -laun pola dan model nasi'
onal akan bisa meresap ke dalam daerah-daerah pula, lewat
proees scialisasi dan pembudayaan yang nasional ini, karena
itu, maka sekolah*ekolah perlu sekali dikembangkan secara
lebih mantap sebagai lembaga di mana proses scialisasi dan
pembudayaan nasional dilakukan. Oewasa ini diusahakan dan
dikembangkan sekolah sebagai Pusat Budaya.
Namun demikian, untuk mempercepat proses perluasan
jangkauan itu, perlu pula sekaligus dilakukan sqia-lisasi-dan
p".brdayaan s:stim nilai nasional brukan hanya lewat seko-
iah, berarti lalur pcndidikan formal, melai kan lalur pendidi-
kan non-formal pun perlu dikerahkan secard meningkat. Ka-
rena, lev,/at ialur pendidikan non-formal itu dapat diiangkau
semua umur, semua tingkat secara merata.
Perluasan jangkauan pergaulan dan kehidupan sosial se-
cara nasional tidak perlu membingungkan atau merugikan,
- :. dan-merysak sistim nilaiyang dibiasakan da-ri n'imahJeluarp
Oaa daeran terbqtas. secara udurn: Yang mgr6ntu-kandalah
cara merrberi keiengkaOan terhadap apa yangldama i[i diha-
: ]ati dln gan menun-pl pada perkem ban Ean--pma n dan ssiql6lr
- bangsa.
Untuk menemukan cara yang paling cocok untuk setiap
daerah atau kelompot suku bangsa, diperlukan pengetahuan
mendalam mengenai sistim adat-istiadat, kekerabatan dan la-
in-lain yang bersangkutan. Dewasa ini memang banyak pene
litian dan pendidikan tinggi. Tuiuan dari penelitian itu de'
ngan sendirinya hendaknya bukan sekedar mengumpulkan
data saja. Dokumentasi mutlak di perlukan supaya, atas dasar
penemuan itu semua, kita dapat menentukan sikaP dalam me-
masyarakatkan nilai-nilai yang lebih bemifat nasional. bukan
yang sempit perdaerahan lagi. Untuk itu penting sekali me-
ngetahui secard ielas sistim nilai dan gagasarr utama yang per-
nih uda, di lndonesia secara keseluruhan, dan di setiap daerah
dan suku bangsa seca ra khusus. Hanya dengan mengaitkannya
dengan apa ying sudah atau perneh ada, maka memasyarakat-
kan sistim nilai yang nasional dapat lebih cepat berhasil'

35
I

Dalam pada ini perlu ada koordinasi mutlak antara lem-


bagalembaga pmditian dengan pihak-pihak eksekutif yang
menangani pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasi-
onal lewat semua .jalur seperti telah disebutkan. Di samping
itu kelu:tga sebagai kelompok terkecil Calam masyarakat per-
lu iulidiikutsertakan secara aktif dan mantap. Orang tua se-
cara khusus dan keluarga besar secara letih luas perlu mema-
hami betapa pentingnya untuk hari depan warganya pengeta-
huan dan jangkauan penglihatan yang memandang ke arah
nmional, melebihi batasan keluarga, marga atau daerah. Pe-
nyebar-luasan P-4 dewasa ini memang sudah perlu dilihat ss
bagi jalan yang melangkah baik. Namun demikian, yang di-
perlukan sebagai kelengkapan adalah penghayatan yang lebih
mantap mengenai kepentingan mutl3kdan kehidupan setiaD
perorangan lndonesia dalam lingkup yang nasional. Bila kel,J-
arga, terutama orang tua (karena dewasa iniperanan keluarga
kecil nucleus family. makin membesar, juga di lua;' kota-kota
besar) menyadarr tugas dan kewajibannya sebagai yang me-
megang peranan penting dalam proses:sosialisasi dan pembu-
dayaan anak-anaknya, maka dapat dihardpkan bahwa pembu-
dayaan itu akan menghasilkan tingkahlaku, tata krama, per-
watakan yang beriangkauan nasional, Dengan demikian, ma-
ka kesatuan dan persatuan bangsa akan lebih terlamin untuk
.ianqka iauhnya.
Apabila diperhatikan setiap sila daiam Pancasila, maka
sila-silaitu tidak ada yang bertentangan dengan kebanyakan
adat istiadat yang hidup dalam kawasan masyarakat kita se-
cara keseluruhan. Penelitian sosial-budaya akan dapat menun-
jukkan bagaimana dengan cara nemberi kelengkapan atau
perluasan jangkauan pandangan, nilai-nilai tradisional yang
kurang cocok bisa disesuaikan dengan ntutan nasional. De'
ngan sendirinya kebilakan perlu memperhatikan situasi di se-
tiap daerah atau suku bangsa, Tidak mungkin kita mengada-
kan satu sikap mutlak dan seragam untuk seluruh wilayah ln'
donesia ini.
Dalam pada itu bahan sosial-budaya untuk mengambil
sikap dan rnenyusrn kebilakan mend6:lr sudah tenedia da-
lam jumlah yang cukup banyak. Lewat sekolah dan jalur pen-
didikan non-formal bahan tersebut dapat digunakan sebagai
sendi tindakan. Pengajaran kesenian, pemanfaatan museum

36
d'an perpustakaan yang letih mantap dan luas dapat dijadikan
jalur untuk mempercepat proses scialliasi dan pembudayaan
secara nirional.
Daiam pada ini perlu diperhatikan, bahwa sesuai dengan
lambang negara, Bhineka Tunggal lka, tujuan pendidikan bu-
kan untuk menumbuhkan manusia lndonesia yang sarma, se-
rupa dan tak ada variasinya. Kita tidak membutuhkan manu-
sia lndonesia robot namun manusia lndonesia yang, sebagai-
mana telah disehrtkan di atas tadi, strlnggup mengembangkan
seluruh petensinya secara optimal, sehingga ia menjadi priba-
di mandiri dan benanggung iawab dalam kehidupan masyara-
kat, vaitu manusia indonesia seutuhnya, baik mental-spiritual
maupun pisik, sehat dalam watak dan badannya. Dengan de-
mikian dimaksudkan, bahwa setiap individu atau golongan
bisa saja memiliki latar belakang yang beraneka variasi, yang
mernang sesuai keadaan masyarakat kita, namun setiap indi-
vidu atau golongan itu harus mampu merasakan dirinya ber-
satu dan toleran dengan sesama warga negara lndonesianya.
Kita tidak menginginkan adanya pembedaan atau perpecahan
watak atas dasar kesukubangsaan atau perdaerah, maupun
menurut agama dan keyakinan lain. Semua variasi yang ada
kita kehendaki menjurus ke persatuan dan kesatuan bangsa.
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan demikian
merupakan landasan dan sekaligus atap atau payung yang me'
mungkinkan perkembangan bangsa dan buciaya dalam kesa.
tuan dan persatuan, walaupun ada variasi suku bangsa dan
daerah. lstilah yang mungkin dapat digunakan untJk keadaan
masyarakat ki'', dan auiuan kita, ialah rnasyarakat yang plura-
//stls. Bhinneka yang memang dapat diartil<an 'plurailstis"itu.
Namun demikian, dalam keadaan pluralistis itu, tujuan bang-
sa dan masyarakat kita tetap persatuan dan kesatuan. Dalam
keadaan bervariasi yang bagaimana pun, bangsa lndonesia hen-
daknya tetap merasa berbangsa satu, yaitu lndonesia. ltulah,
kiranya, turuan pendidikan atas landasan kepribadian atau ke-
tahanan budaya naF,ional, Cultunl identity.

37
Pe nu n ia nga n Peru n da ngan Negara

Kebijaksanaan kebudayaan nasirjial dengan sendirinya


perlu dimasyarakatkan, dalam afti baik ke dalam maupun ke
iuar negeri perlu ada penemngan mengenai kebudayaan dan
ke$iiaksanaan kebudayaan kita ses ai dengan keadaan benar-
nya. Demikianlah perlu dituniukkan penunlangan perundang-
undangan negara yang memadai dan memberi landaan kepa-
da kita untuk bertindak. Dengan sendirinya yang dimakud'
kan bukanlah Surat Keputusan Presiden, Menteri ataupun Pe-
raturan Pemerintah yang mengukuhkan kehadiran dan tugas
masingmasin g Departemen atau Direktorat Jenderal, teruta'
ma Departemen Pendidikan dan Kebudayaan beserta Direk'
torat-direktorat Jeoderalnya, termasu k Direktorat Jenderal
Kebudavaan sebagai alat Pemerintah, namun semua hal yang
menyangkut tugas dan pekerlaan itu sendiri dan yang memer-
lukan dukungan atau pengukuhan legal.
Dulungan dan pengukuhan legal itu iuga sangat penting
dalam- hu bungan .(eria sama kita dengan- pihak luar negeri'

- -!11 Masalah Kepurbakalaan


oilarf t'at repuruatcalaan,lermasr k perlindmlan
tbrtradap benda-benda budaya yang sudah dipindahkan
dan diperjual-belikan di luar negeri (barang antik secara
umum), . pihak lnterpol dewasa ini masih tetap merasa-
kan masalah itu sebagai bagian penting dalam prograrn-
nya,
Di pihak lndotresia perundang-undang3n yang ter-
masu k bidang kepurbakalaan itu ialah :
-a- Monumenten Ordonnatie, Staatsblad No.238, ta-
hun 1931, yang sebagaimana ielas dari namanya
masih tetap bedaku pula. Akan tetapi, dengan sen-
dirinya Monumenten Ordonnantie (MO) tersebut
su dah lama dirasakan kurang memadai. Untuk
memperkuat effektivitasnya dan membantu imple-
mentasinya di lapangn, telah dikeluarkan berbagai
peraturan sebagai berikut :

38
-b- lnstuksi Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Dae-
rah No. Pem/65/l /7, tanggal S Februari 196O peri-
hal Pelanggaran-pelanggaran terhadap Monu menten
Ordonnantie Stbl 238 tahun 1931, yang idituiukan
kepada para Gubemur, Kepala Daerah lstimeura
Yogyakana, Kepala Biro Pemerintahan Umum Pu-
sat Kotapraja Jakarta Raya.
c- Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan,
Menteri Kehakiman, dan Gubemur Bank Central
No. 27 / Al Krb/ll/1970/GBl /1970 serta Penjelasan-
nya mengenai Pasal 7 dan I Keputusan Bersama
tersebut.
-d- lnstruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan B I
No. 8/M/1972 tanggal 5 Agustus 1972 tentang Pe-
ngamanan Benda-benda Purbakala, d;tujukan ke-
pada para Kepala Perwakilan Departemen Pendi-
Cikan dan Kebu dayaarr.
:e- lnstruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.l.
'i No. 01/A.l/ 1973 tanggal 8 Januari-1973, tentaDg
- . Keria saha Kepala Pen^rakilan PE-ndidika4, dan ke.
_ bldayaan dengan Kepolisian Negara R.l. dalqgr Pr-
ngamanan/ Penyelamatan _Cagar Budaya Nasional
lndmesia.
.f- lnstruki KOPKAMTIB No. INS-{OTKOPKAM/
l/1973 tentang Pengamana4 Cagar Budaya Nasi-
onal lndonesia, tanggal 27 Februaii 1973, yang di-
tujukan kepada Kapolri, Para Lakus Pangkopkarl-
. tibWilayah, para Laksus Pangkopkamtib Daerah.
-g- lnstruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 432-178
tentang Perlindun gan Benda-ben da Penin ggalan Se-
jarah dan Purbakala di daerah,- tanggal 20 Februari
'1982, yang dituiukan pada Para Gubemur Kepala
Daenh tingkat I dan Para Bupati/ Walikota Madya
Kepala Daerah Tingkat ll di Seluruh lndonesia.

Jelaslah, bahwa - karena sebagaimana nyata, tam-


bahan instruksi itu Cibuat hingga tahun 1982 ini - Un-
dang-Undang yang cukup effektif belum dirasakan ada.

39
Berarti, MO 1931 itu sendiri yang perlu ditingkatkan,
terutama sehubungan denm;r sanksi yang diberikan dan
umumnya rerlampau rendah, sehingga sama sekali tidak
ada effeknya. Memang sudah ada rencana untuk menga
dakan peningkatan tVlO 1931 tersebut le\iat UndangUn-
dang baru, yaitu Undang-Undang Cagar Budaya, seperti
yang telah disebutkan pula dalam Pasal 14 Undang-
Undang Cagar Alam, yang berbunyi "pelestarian Cagar
Budaya ditentukan dengan Undang-Undang,,. Harapan-
nya ialah, bahwa penerbitan UndangUndang Cagar Bu-
daya termaksud tidak akan mengambil waktu terlalu
lama.
Namun demikian, Undang-Undang atau Peraturan
Peme;intah yang sama pun, walau disusutr secara sem-
purna pula, tidak akan mempunyai effek sedikitlptrn,
bila tidak diketahui dan ditaati umum, terutama iustru
para ahli hukum. MO 1931 yang sebagai Ordonnantie
sJdah memiliki kekuatsn hukum, temvata tidak dikenal
seBerti seharusnva. Misalnya dapat disebutkan anggaran
- d'asaf suatu yayasan yang memuat pasal-pasal yang ber-
tentangan dengan dan lelas menyalahi MO 1931 itu, na-
,muD tidak dideteksi seperti itu oleh notaris yang mem-
bantu menyusuh anggaran dasar tersebut. Hal itu terja
- di dalam hal suatu yayasan yang menurut anggaran da'
sarnya men geriakan pen ggalian-pen ggalian untu k menca'
- ri harta karun, benda berseiarah dan purbakala. Yayasan
itu .ielas sekali menyalahi MO 1931 beserta sekalian lns-
truksi Menteri sebagai disebutkan di atas.
Di samping peraturan-peraturan dalam negeri, da-
lam hubungan kita dengan luar negeri, dan khususnya
lembaga-lembaga internasional seperti Unesco, sebenar'
nya kita juga perlu mengakui konvensi dan rekomendasi
internasional. Di bidang perlindungan kepurbakalaan
ada berbagai konvensi dan rekomendasi dari Unescose
baqai berikut:

Convention for Protection of Cultural Property


in the Event o{ Armed Conflict (ln tergovermen tal
Conference on the Protection oI Cultural Property
in the event of Armed Conflict, The Hague, 1945),

40
yang oleh pihak ABRI sudah di beri assessment pa'
da tahun 1967, namun sampai sekarang belum oleh
Neg6ra secara umum.
.2- Recc:"nn,eadation on llie.Gational Pri,iciplcs Ap-
plicable to Archaeological Excavation (adopted by
the Unesco General Conftrencq 1956).
-3- Recommendation Conceming the Mo6t Effetive
Means of Rendering Museums Accessible to Every-
one (Unesco General Conference. 1960).
4- Recommendation on the Means for Prohibiting and
Preventing the lllict Export, lmpon and Transfur
of Ownenhip of Cultural Property (Unesco Gene
ral Conference, 1964), .

-5- Recommendation Concerning the Preservation of


Culural Property Endangered by Public or Private
Works (Unesco General Confurence, 19681
-6- Convention Conceming the Protection of Monu-
ments, Groups of Buildings and sites of Universal
Value, 1972.
-7- Convention for the Protection of Worls Cultural
and Natural Heritage, 1972.
-8- Recommendation conceming the Protection at lia-
tional Level, of the Cultural and Natr.rral Heritage,
1972
-9- Recommendation on the Preservation -of l-fi storic
Ouaten, Towns and Sites, and their lntegration
into 6 Modern Environment 1972,

Dalam pada ini dapat disebutkan bahwa lndonesia


telah ikut membahas serta iuga n:eng-eunakan inti seka-
lian konve.r;i dan rekon,enCasi itu, baik dalam nr'asalah
pedindungan secara nasional maupun dalam hubungan
kerja sama intemasional. Yang masih diperlukan ialah
pengakuan resmi dari Republik lndonesia terhadap kon'
vensi dan rekomendai tersebut. Pengakuan resmi pada
hakekatnya dapat membantu Indonesia sendiri dalam
menghadapi aneka macam masalah seperti pencurian,
penyelundupan dan lain-lain yang dilakukan oleh pihak-
pihak asing, serta lebih kuatmemberi alasan dalam per-
mintaan kembali barang-barang berselarah kita dari pr-
hak negara+regara asing. Hal-hal tersebut iuga dibicara-

41
kan lewat keria sama dan hubungan bilateral antar nega-
ra, yang dengan sendirinya dapat diperkuat pula oleh
pengakuan resmi Republik lndonesia terhadap konvensi
dan rekomendasi internasional itu.

(21 Masalah Hak Cipta


Dengan telah diterbitkan Undang-Undang Hak Cip-
ta tahun 1982 ini masalah perlindungan karya'karya seni
budaya dan ilmu pengetahuan di dalam negeri lebih da'
pat diiamin.
Namun demikian, sebagaimana diketahui. kita
menghadapi juga masalah pembaiakan karya sastra dan
ilmu pengetahuan serta karya seni lndonesia di luar ne
geri. Dalam pada ini suatu kesulitan besar ialah tidak
atau belum ditanda-tanganinya pengakuan terhadap
Konvensi Bem dan Rekomendasi Hak Cipta dari Unes-
co. Dengan demikian kita acapkali tidak memiliki alat
hukum untukrmencegah pembajakan karya-karya lndo-
nesia di luar negri. Namun demikian, dalam hubungan
pembajakan oleh pihak negara-negara tetangga sepqrd
Singapura dan Malaysia masalehnya diharapkan dapat
diselesaikan secara bilateral.

l3l Masalah Museum dan Perpustakaan


Museum dan Perpustakaan merupakan lembaga
khusus yang memerlukan pengaturan vang khusus pula.
-a- Museum
UndanE-Undang Permuseuman secara nasional be'
lur:r ada, namun diharapkan dapat disusun dalam
waktu tidak terlalu lama. Sekalipun demikian, ln-
donesia sudah menjadi anggota lntemational Com-
mission of Museums (ICOM) yang disponsori oleh
Un esc o.
Maka dalam hal pembangunan gedung, penataan
dan pengelolaan museum, kita berusaha seiauh
mungl<in menggunakan dan menyesuaikan diri pa-
da peraturan-peraturan yang ciisarankan oleh badan
intemasi onal tersebut.
lndonesia sedapat-dapatnya juga ikut serta dalam

42
kongres-kongres internasional permuseuman, seia-
uh dana memungkinkan. Lewat keria sama interna-
sional, regional maupun bilateral lndonesia srdah
sering pula ikut serta dalam mengadakan pameran
benda-benda museum kita di luar negeri dan seba-
liknya menerima dan meniadi tuan runrah rrnti-rk
bermacam-macam pameran dalam museum-muse-
um kita. Seianiutnya kita iuga terkait dalam kerja
sama dengan beberapa negara dalam bidang peng-
awetan benda-benda museum.

'b- Perpustakaan
Mengenai perpustakaan sudah disiapkan rencana
Undang-Undang Perpustakaan sekaligus mengenai
deposit yang diharapkan dapat selesai dalam waktu
tidak terlalu lama.
Dalam hubuirgan dengan luar negeri, terutama dua
instansi yang berkaitan dengan perpustakaan di ln-
donesia menghadapi kerja sama itu, ialah Pusat
Pembinaan Perpustakaan dan Perpustakaan Nasio
nal, yang keduaduanya dikelola oleh Oepartemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kerja sama meliputi penambahan koleksi, hubung-
an kerla dengan badan-badan intemasional di ti-
dang perbukuan dan perpustakaan yang terniasuk
juga mendapat kesempatan training tenaga ahli,
keanggotaan dalam federasi pustakawan dan lain
sebagainya.
Secara khusus dapat disebutkan di sini, bahwa pada
tahun 1948 PBB menuniuk Indon$ia, dalam hat
ini yang dahulu diseb l Bataviaasch Genootschap,
meniadi Perpustakaan DepGit, "Bataviaasch Ge-
nootschap" tersebut kemudian diganti meniadi
"Lembaga Kehldayaan lndonesia", dan sekarang
tugas sebagai Perpustakaan Deposit dihibahkan
kepada Perpustakaan Nasional.
Dengan demikian terbitan luar negeri dikirimkan
sebagai contoh kepada Perpustakaan Nasional. Hal
tersebut juga sudah berlaku untuk terbitan dalam

43
negeri atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendi-
dikan dan Kebudayaan dalam kaitannya dengan
pendirian Perpustakaan Nasional.

Penutup

Demikianlah Kebijaksanaan Kebudayaan Nasional, yang


menyangkut pembinaan serta pengembangannya guna tercip-
tanya suatu kebudayaan, dan kemudian peradaban, sesuai de-
ngan definisi kerja mengenai kefudayaan dalam Bab l8 Repe-
lita Ill, yang mempunyai relevansi secara nasional, bukan lagi
sebagai budaya daerah atau suku bangsa tertentu dalam pem-
batasan sempit, perlu didasarkan atas landasan perundang+rn-
dangan negara yang kuat. Unciang-Undang Dasar 1g45 dan
Pancasila dengan sendirinya berupa sendinya, namun di lain
pihak juga tujuan pengembangan dan pembinaan. Dengan de-
mikian akan benar-benar tercipta suatu keh.rdayaan dan ke-
mudian peradaban lndonesia, yang berakar sama, bertujuan
sa.Ta, namun yang -akibat perkembangan sejarah dapat ber-
lerralk aneka=ragam, bhineka, pula. Tugas kita adalah men-
iamin suprya k_eanekaragaman itu bukan justru memisah, na-
-ni[n-da]am- keiatuan dan persatuan bangsa memberi nuansa
dan warna ydng menarik.

****

44
LAMPIRAN I

_.J' O"Rnisl kerja mengenai kebudayaan, dalam Bab 18 Repelita D^


t.

Dipandang dari sudut masyarakat kebudayaan dapat di-


anikan sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pi-
kiran (logika), kemauan (etika! serta perasaan (estetika) da-
lam rangka perkembangan kepribadian manusia perkembang
an hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia
dengan alam dan hubJngan manusia dengan Tuhan Yang Ma-
ha Esa. Dalam hal ini kebudayaan terikat erat dengan pemba-
ngunan nasional yang sedang dilakukan, kelena pada satu pi-
hak pembangrnan membutthkan prasyarat prasyarat nilai
budaya yang mendukung pembangunan, sedangkan di pihak
lain pembangunan juga memberi akibat sampingan, yang pe-
mecahannya diharapkan dapat dicari dan ditemukan oteh ke
budayaan.
Ditinjau -dari maqusia-ssb6gEi inaririau ya-pg hidup da-
lam arus ilerkembangn kebtrddyaanle arahFe;daban ke-bu-
-dayaan dapat dilrtlksn sebag8i suatu pengetah{an, ekistensi
(pitihan tidupl&n praktek komurfrk*i. Pmgertian kctiida-
yaan seperti di atas meinpunyai kaitan erat denilan kegiatan
pendidikan, yang dapat dianggap merupakan bagian dari lce-
budayaan. Kalau kita mengakui hubungan antara kebudayaan
dan per';riidikan, maka secani implisit kita juEa rrrengakui l<e:
harusan dan kebuuihan akan adanya pendidikan seumur hi-
cjup yang bertuiuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari
satu generasi ke generasi berikut':ya.
Kebudayaan haruslah bersifat dinamis dan berkembang
sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan. Oleh sebab itu
perlu dirumuskan suatu kebijaksanaan nasional sebagai lan-
dasan bagi segenap kegiatan pengembangan kebr.rdayan Pem-
bangunan nasional secara menyeluruh tidak dapat dipisahkan
dari pengembangan kebudayan. sebab pengembangan kebu-
dayaan akan merupakan iandasan bagi pengembangan nilai-
nilai yang menunlang usaha pembangrlnan. sedangkan pacia
pihak lain, kebudayaan akan dapat mengimbangi akibat sam-

45
pingan dari usah-usaha di bidang pembaogunan. Dengan per-
k3taan lain, pembangunan nasional hanrs didukung olch
pembangunan kebudayaan yang serasi dan menunjang terca-
painya pem bangunan nasional.

LAMPIRAN II

Struktur Direktorat Jdnderal Kebudayaan, Departemen pen-


didikan dan Kebudayaan.

Lima Olrektorat;

1. Direktorat Seiarah dan Nilai Tradi sional


2. Direktorat Kesenian
3. DirektoratPermuseuman
4. Direktorat Perlindungan dan Pem trinaan Penin ggalan Se-
iarah dan Purbakala
5. Direktorat Pembinaan Penghayat Kep_ercayaln terhadap
Tuhan Yang Maha esa- _- _

Dua Unit PelaksanaTugas di Jakana:

1. Museum Nasional
2. PerpustakaanNasional

Tlga Pusat;

1. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional


2. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
3. Pusat Pembinaan Perpustakaan

***

46
t] BAGIA]I IGTIGA

MENTALITAS DAN CIRI . CIBI


KEPRIBADIAN BANGSA INDONESIA
Prof. Dr- Mattulada

.. . Naskah.ini diambil dari majalah ,,LONTARA,,, Majatah


U.niversita Hasanuddin, Edisi No.l Tahun 19g0, dipetiI dan
diterbitkan lagi atas ijin penulisnya.

Pendahuluan

Bangsa lndonesia hidup dalam masyarakat majemuk,


masyarakat serba-gnda dalam kepercayaan keagamaannya,
ganda dalam ragam kebudayaannya, ganda dalam perilaku ke-
hidupan kemasyarakatannya, tetapi ia adalah satL Bangsa.
Semboyan "Bhineka Tunggal lka" menunjukkan c!ri kera-
gaman kehidupan bangsa lndonesia, yang sesungguhnya ber-
arti : Justru karena berbeda-beda maka ia satu adanya.
Di dalam kemgaman itu, bangsa lndonesia hendak
membangun diri untuk menjadi satu bangsa yang memper-
oleh tempat yang selayaknya di samping bangsa-bangsa lain
di dunia ini. Membangun manusia lndonesia seutuhnya, ber-
afti membangun keutuhan dalam budi dayanya untuk berpe-
ranan secata penuh, mencapai sarEn-{iilsaran dalam pengem-
bangan itu, orang-orang lndonesia sebagai individu dan seba
gai warga mayarakat bangsa, ted-.bih dahulu wajib mema-

17
hami, mengEtahui dan selanjutnya mengamalkan prinsip-prin-
sip d6ar yang meniadikan seseorang itu disehrt bangsa lndo-
nesia atau warga dari masyarakat bangsa lndonesia, dalam ne
gara Kesatuan Republik lndonesia yang berdaarkan Panca-
sila/ UUD '1945.
Sebagai satu bangsa yang bertekad untuk mengembang-
kan diri dalam kehidupan antar bangsa di muka hrmi ini se-
bagi layaknya, maka setiap kegiatan niscaya diwarnsi oleh
mentalitas yang memant.tlkan ciriciri kepribadian yang mem-
bedakannya dari bangsa-bangsa lain. Dalam hubungan menta-
litas atau lebih tepahya "sikap mental" yang memberikan
ciri kepribadian itulah, tulisan ini akan memusatkan per-
hatian. Dalam pembicaraan atau perbincangan mengamati si-
\?p_11g!E! dan q4,ci1i_!qp{!qd!q4 banssa lndonesia, akan
disoroti let,ilr banyak mengena; :

'1. Apakah sikap mental itr, dan bagairnana hal itu menya-
takan diri dalam kehidupan mentalitag bangsa lnQonesia
dipandang dari konfigurasi le bu dayaan_bangsa lndone-
sra /.
2.' Apakah ciri+iri Kepribadian $aas6a lndon-eiia dgn sg- . -
iauh metakrh ciriri?i' itu ilaq_qt menbdi daF doreng_
tumbuErya motivasi lcrlt ral Eangsa In donesh,_diaorei-
dari sudut sistem nilai yang ama{ dihargai dalam kehi-
dupan bangsa ?.

3. Ba gaimmakah upaya-u paya yang sepaflItnya dilakukan


untuk terbentuknya sikap mental yang Capat mendu-
kung satu kepribadian bangsa dalam pembangnnan ?.

Atas hal itulah, kita membuka pembicaraan ini, sehingga


dapat diharapkan tumhrhnya perhatian-perhatian yang ter-
arah dan dapat memperluas horison pemikiran yang menjang-
kau segi-segi lain dari kehidupan kebudayaan Bangsa lndone-
sia pada umurnnya.
I
il Mentalitas gl
Meltalitas, atau orang lnggris menamakan mentalitv,
berarti daya otak. atau kekuatan pikir, suati kapasita roha-

48
niah (mental) yang terdapat pada seseorang yang menuntun
perilaku berbuat atau bartindak dalam kehidupan. Apa-apa
yang dipantulkan atau dinyakkan dalam perilaku itu, mem-
bentuk sikap seseorang te tadap sesuatu ying lain. dari itr:lah
yang kita sebut "sikao mental", Kata ,,sikat men'tul,, adulah
satu istilah yang sudah populer untuk*onsep yang dengan is_
tilah ilmiah disebut "sistem nilai h.rdaya,, (culture value sys-
tem) dan sikap (aftitude).

_ SisteT nilai budly? adalah satu rangkaian konsep abe-


trak yang hidup dalam alam pikiran sebagian terbesar sesuatu
warga masyarakat mengenai apa yang harus diangg€p penting
dan berharga hidupnya. Karena itu suatu sistem 6,-udaya atau
sistem nilai. budaya, menjadi bagian dari kebudayaan yang
berperan sebagai pengrah dan pendorong kelakuan manusia.
Tetapi karena sistem nilai budaya itu hanya merupakan kon_
sep-konsep abstrak, tanpa peru[rusan yang tegas, maka kon-
sep-konsep itu biasanya hanya bisa dirasakan, seringkali tidak
dapat dinyatakaft dengan tegas oleh warg! masya-ra kat ber-
sangkutan. Justru karena sering hanya bisa.dirasakan dan ti-
dak dirumuskan dengan akal yang rasion6l, mata tonsep-
lgqsep-itu seringkali amat mendarih daging dan sukar dir+
bah aau dlgnnti dengan. konsep-konsep birul Kalau sistem ni-
- lai bud€ya itu mgniadi pengarah bagi tlndakan .anrria, mak,
pedomannya ya-ng nyata adalah normarorma, nuktm
Jan
aturan, yang biasanya memang bersifat tegas dan konkrit.
Adapun norma-norma hukum dan a tr-, ran-a tr ran hukum dan
aturan€turan itu (selayaknya) bersumber pada. sistem nilai
budaya dan ia merupakan pe;-incian oari konsep-konsep ab.
trak datam sistem itu.
Berbeda dengan konsep nilai budava, maka kcnsep sikap
.bukan m€rupakan bagian dari kcbudayaan, melainkan meru_
pakan satu hal y8ng menjadi kepunyaan para individu
warga
masyarakat. Suatu sikap adalah potensi pendorong y.ng uJa
dalam jiwa individu untuk bereaksi terhadap ling[unga-nnya
beserta segala hal yang ada di dalam lingkungan itu berupa
manusia lain, hewan, tetJmbuhan, bencia atau konsep-kon_
sep. Walaupun sikap itu ada datam jiwa masingmasing indi-
vidu dalam masyardkat dan seolaholah bukan bagia-n dari
kebudayaannya. tetapi sikap itu terpengaruh oleh kJfuaaya_
an, aftinya dipengaruhi oleh norma+rorma atau konsep_kon-

49
Ma'
sep nilai budaya yang dianut oleh individu bersangkutan'
iat'un oapat dikatakan bahwa sikap illdividu itu, biasava.d!'
re,trl.".aq oleh tiga unsr-r, ialah ke:daan pisik individu itu, ke-
aOaan ii*gny" d"n noima.o.rna serta
konsep-konsep nilai
btrd-qYa yang dianu tnYa.
Oi dalam memandang atau mengamati sikap-sikap sese-

orang,adalah amat sulit untuk menentukan ciri4irinya secepat


pasti;'apa pula untuk melakukan semacam generalisasi sikap
mental dari sekumpulan manusia hlpotik den gan mengguna-
kan asumsi umum. Dari lgeiala-geiala ysng kita alami atau ke-
tahui'dari seiarah kebudayaan sesuatu bangsa, dapatlah kira-
nya menolong kita menarik garis besar sebagi pedoman un-
tuk penqamatan yang letih teliti dan konsepsional'
Ada lima macam konsep seperti diketemukan o I e h
Kluck[qhn dan Strodbeck (1961) yang secara univemal ter-
Oap"t paar semua bangsa dan semua iaman 'y'ang rneniadi
' ,,' s"rmbei nilai budava, dan terhadapnya orang itu menyatakan
r' sikapnya. Kelima hal itu, adalah sebagai berikut:

1. . Tanggapan terhadap nake{al hidup. Semua kebudayaan


-- di dunia ini,niscaya memiliki konsep tentang apa yang
- disebut hakekat hidup. Apa arti hidup ini, apa tuiuan
dan bagaimana menialaninya. Biasanya agama-agama
memberikan tuntunan terhadap s€seorang sehingga ter-
bmtuk persepsinya crhadap hakekat hidup itu' Terha-
dap hakekat hidup itu, terdapat bermacam-macam tang-
gapan. .Ada yang memandang dan menanggapi hidup ini
ie6agai kesengaraan yang harus diterima sebagai keten-
tuan yang tak akan dapat dihindari; sebagai hidup untuk
menebus suatu dosa; sebagai kesempatan untJk m€rrg
gembirakan diri; menerima sebagaimana adanya; dan
berbagai tan ggapan lainnYa.
&<
2. Tangiapan ternadib *arya. Konsep rcntang ?ni karya
deni-fian puta banyaknya variasi yang ditampilkan oleh
berbagai kebudayaan. Ada yang memandang karya atau
bekerli itu sebagai sesuatu yang memberikan arti bagi
kehidupan; bekeria itu adalah pemyataan rsntang kehi-
dupan; bekeria itu adalah intensifikasi dari kehidupan
untuk menqhasilkan lebih banyak keria lagi; dan berba-

50
I qai macam konsep lainnya, yang serhuanya dapat. me-
iunjukkan sebagaimana manusia hidup dalam kebudaya-
an tertentu memandang dan menghargai karya itu'
3,
- Tanggapan terhadff alam. Bagaimana manusia harus
.etig*hiOapi alam iuga terdapat persepsi yang berbeda-
bedJ menurut tiap-tiap kebudayaan' Ada yang meman-
dang alam ini sebagai se$ratu yang potensial dapat.mem-
berilan kehidupan yang bahagia bagi manusia dengan
mengolahnya; ada yang memandang alam ini sebagai s+
suatrl yang'harus dipelihara keseimbanqannya sehingga
harus diikuti saja hukum-hukumnya; ada yang meman-
dang alam ini sebagpi sesuatu yang sakral dan orang ha-
rus menerima sebagaimana adanya; dan berbagai tang-
gaPan lainnYa. //tt
4. Tanggapan terhadap w"ktu, Berbagai tanggapan orang
\,'ang mem-
tentang waktu terbentuk dalam kebudayaan
Uinany-r. nOa tanggapan bahwa yang sebaik-baiknya ada-
iin masa talu yang memberikan p-edoman kebijaksanaan
t iaoptty"; id"-yung memandang masa kini itulah
Jrtm -yang
yang berangga.pa-n bahwa
waktu -terperning dan ada
beroirenusl ke{asa depan jtulah yang terbaik untJk
kehidusan ini.: . .n!4
5. -Tanggapan xjrhdzp sesama nanu$a -Ada
peradsban
yahg menanamkan pada warga masyarakat pandangan-
pandanian terhadap sesama manusia lahwa orang-orang
atasan itulah yang sepatutnya menjadi pola ikutan yang
sebaik-baiknya; ada yang rnenanamkan pandangan bah-
wa mengikuti kepada sesama adalah yang terbaik; ada
yang berorientasi kepada menglkuti peilgalaman leluhur
itulih vang baik;dan berbagai ienis tanggapan lainni'a'
Kelima konsep itu, dapat dijadikan alat untuk memerik-
sa keadaan sikaP mental seseorang atau sesuatt' persekutuan
hidup, bangsa dan lain-lain dalam menghadapi kehidupan.di -
dunia ini. Apabila kita mencoba mengindentifikasi keadaan
sikap mentai bangsa lndonesia dengan menggunakan kelima
konsep tersebut di atas, maka dapadah secara hipotetik dan
garis besar umum disebut sebagai berikut :

5',r
* 'f@ri.ctr.h t,h. h' iAy, ,..ornt /7, i*r ctq. /Lrxp *.t .

(1) Terhadap konsep pertama (Hakekat Hidupl, mental-


/tti ite6 yang dipandang diPerlukan untuk kemaiuan dan
perkembangan sesuatu bangsa, adalah dalam menghada-
pi hidup, orang harus menilai tinggi unsur-unsur yang
. menggembirakan dglam hidup itu, orang hendaknya me-
nilai tinggi unsur{rnsur yang mendorong upaya{rpaya
untuk kebahaiiaan dalam kehidupan.
Bahw4 dqlqm h'dqp i4i €da k_esengsaraan, bencana, dosa
glan kebqrukan memang harus disadarl tetapi hal itu se
muanya adalah tantangan dalam hidup yang dapat diata-
si dengan sadar pula. Dengan demikian, maka sikap aktif
dan bukan sikap pasif dan fasilitas terhadap hidup yang
harus dinilai tinggi sebagai pengaruh tindakan yang uta-
ma.
Sikap mentai yang seperti itu, nampaknya masih kurang
dalam kebudayaan berbagai suku banga lnCcnesia. Na-
mun rupanya tanggapan pasif terhadap hidup itu, di -
manq omng sering mengira bahwa reieki itu dapat da-
tang tanpa usaha yang nyata, masih luas terdapat dalam
masyarakat bangsa lndoriesia. Malahan dalam alam pikii-
priyayi.di lawa dan baghn terbesar peia-
- an omng-orang
bat negJri, hiduplah konsepsi-bahwa !ridup d duniElema
ini adalah pada hakekatnya Sesualu yang€trruk; kqlena
hidup itu adalah suatu hal Eng psnuh d_os+kesenSara
an, yang harus diterima sebagai nasib.
Akibat yang kurang cocok untuk kemaiuan dan per-
kembangan itu adalah bahwa banyak orang priyayi cian
pejabat negeri menganggap baik untuk mengingkari hi-
dup nyata ini, melarikan diri ke dalam alam kebatinan,
pedukunan dan :emacamnya,
(2) Terhadap konsep kedua iTanggapan terhadap Karya),
z'i sikap mental yang dipandang cocok untuk perkembang I
an dan kemaiuan sesuatu bangsa adalah !o45ep yang
nregr-d-o-1o,r1g dqli semua karya manusia, menilai tinggi
(f9q-P -bahwa orsng mengintensifkan karyanya untuk ;
r1-enghfsitfin leUlh banyak karyq lagi' Kepuasan terletak
dalam hal bekerja itu sendiri. Dalam kalangan bangsa ln-
donesia, konsep yang mcnilai tinggi karya guna da['at
menghasilkan karya lebih banyak lagi rupa-rupanya ma-

52
',./.4?r.. .?,Arl /'V..,/ztti ' /- V^ r'-t'"':
,///
sih belum merupakan suatu unsur yang penting dalam
sikap mentalnYa.
Segenap suku bangsa lndonesia y3ng kurar:g lebih 80%
dari seluruh jumlah penduduk lndonesia, terdiri at6 pe-
tani miskin. Karena itu aktivitas karyanya itu, biasanya
hanya ditujukan kepada usaha untuk mencari makan
memenuhi kebutuhan hidup primer. Adapun orang ln'
donesia di kota-kota, kecuali buruh yang bekeria keras,
yang bekerja dengan tangan dalam berbagai lapangan
pertukangan serta WNI keturunan Cina, yang lainnya be-
kerja sebagai pegawai yang di belakang meja tulis. Seba-
gai akibat dari itu kurang lebih 20% manusia lndonesia
yang bukan petani dan yang bekeria dalam kantor itu,
biasanya mempunyai mentalitas pegawai atau pejabat
yang hanya mementingkan karya untuk naik pangkat,
kedudukan dan prestise. Mentalitas seperti ini, tidak ha-
nya terbatas dalam lingkungan pegawai/pejabat negeri
saja, tetapi iuga menghinggapi lin gkun gan-lingku ngan
yang lebih luas sekitamya. Demikian kegiatan untuk
mencari gelar{elar akademis, tanpa amat mementingkan
l€Sampilan keaElidn yang ada di belakang gelar-gelar itu
mqgih tampa'k lti4s di semua lapisan masyarakat di tndo
nesiq.
Hal itu merupbkan perwujudan dari sikap ment;l hanya
mementingkan karya untuk kedudukan dan prestise sa'
.ia. Sikap mental seperti itu terang tidak cocok untuk
pengembangan ke arah suatu bangsa yang maju, karena
berkecenderungan untlk meremehkan kualitas dan kar-
ya serta hasilnya. Sikap mental seperti itu bisa juga ku-
rang rnendorong orang untuk tabah Can ulet dalam kar-
ya.
Sikap mental yang kelihatannya responsif terhadap per-
kembangan dan kemajuan rupa-rupanya dipunyai oleh
kebanyakan WNI keturunan Cina.
Sikap mental yang demikian itu amat penting untuk usa-
ha-usaha dalam sektor ekonorni, karena usaha-usaha
ekmomi itu pada permulaannya sering kali bisa mene
mui kegagalan, dan baru akan nyata hasilnya dalam iang-
ka waktu .,,ang cukup lama, yang dibarengi keuletan dan
tak kenal putus asa.

53
(3) Terhadap konsep ketiga (Sikap manusia terhadap alam).
/r1A S-lLgp- qlenlql yang mendorong keilglqqn orang untuk
!!! pesgEa l11idqhl11 idahnya, dipandang
gtenorrasai alg1n
sebagai sikap mental yangdapat mengembangkan kema-
juan dalam masyarakat. SikCp mental yang demikian ru-
pa-rupanya masih'belum kuat bertumbuh, - baik dari
lapangan negerl yang biasanya &kerja di belakang meja
tulis-, terutama dalam peradaban orang Jawa, Konsep
bahwa manusia itri harus dapat mencapai keselarasan de-
ngan alam sekitarnya, merupakan satu konsep yang di-
nilai tinggi. Seringkali satu pandangan serupa itu mengu-
rangi keinginan-keinginan manusia untuk menyelarni
dan mencapai pengertian tentang kaidah-kaidah alam
akhirnya menguasai alam. Pada hal keinginan untuk me-
nyelami dan menguasai alam itu sebenarnya merupakan
sumber dari kema.juan ilmu pengetahuan dan teknologi.
PembanErnan ekonomi modem dalam tahap lanjutan
berarti industrialisasi, dan industrialisasi hanya mungkin
dengan ilmu pengetahuan dan leknologi. Tentu saia da-
pat dilakukan import hasil teknologi dari luar dengan
meniru dari negar*{egira ylng telah r]]!riu, tetapi raeng-
imi tas i pun m e merl_u kan peo gerti a n ra n g-daTa_qr, d-an ka-
lau tetap_tidak kita mulai_ meng-eoibangkan keinginan
untuk menguasai alam, m*a:tetap hanya akan m€njadi
-pemah
konsumen dari tekrologfasing sal4'd6n tidak
akan dapat mengembangkan teknologi yang dikreasikan
oleh bangsi-bangsa lain, maka kita tetap hanya tinggal
nrenjadi banpa "kelas kambing" dalam iaman kemaiu-
an in i.
(.1) Terhadap konsep keempat (Persepsi terhadap waktu).
Sikap mental yang dipandang cocok untuk mengem -
bangkan suatu masyarakat agar meniadi masyarakat
yang maju, adalah apabila dalam aktifitas hidup, orang
sebanyak mungkin berorienErsi ke masr- qgpan. Berori-
entasi ke masa depan belumlah amat berkembang dalam
mentalitas orang lndonesia. Dalam lingkungan masyara-
kat petani dan desadesa lndonesia, orang-orang dalam
lingkungan itu terlampeu miskin untuk memikirkan ba-
qaimana kehidupannya, milikny3 dan keadaannya di -
masa depan. Mereka biasanya hanya sempat untuk me-
mikirkan tentang hari ini saia, auu teng(i.elam dalam
nostalgia iaman keemasan nenek moyangnya. Bahkan
di antara orang-orang lndonesia yang hidup di kota-kota
pun, seperti kaum buruh, pegrwai/peiabat negBri bahkan
pengusaha, masih tetap berorientasi terbatas kepada ma-
sa kini atau hari ini saia.
(5) Terhadap konsep kelima (hubungan dengan sesama ma-
nusia). Sikap mental yang dipandang mendorong teriadi'
nya pengembangan dan kemaiuan dalam masyarakat,
adalah sikap mental yang berorigp-ta5! lepadasesamanya
vakni yang menilai tinggi kerja sama dengan orang lain,
ianpa meremehkan kualitas individu dan tanpa menghin-
dari tanoounq iavrab sendiri. Sikap mental yang menilai
tinggi kdria sirira dengan orsng lain, memang terdapat
sebagian besarmas/arakatped6aan di lndonesia. Hal ittt
memang merupakan unsur pokok dari apa yang kita se
but "gotong royong". Hanya saja bahwa pranata gotong
royong dalam masyarokat pedesaan kit8 yang amst di-
aniur-aniurkan oleh pemeiintah, mengandung idga satu
asiek n6gatif. yaittr menghambat perkembangal indiyi'
du dan meremehkan kualitas individtr. lans-kd-dqJi- Pr6:.-r -
n!E-g9tQ[ql9y-q!9-Iu ,adalab kq-lsep -bahv!E-:r ] d-alam -' -
alam masyarakat ini orang ddak hidup sendli. k?ryn1-r ---
itu 2L orang harus seltlu memelihari huh.rngan baik dB
ngan Sesamanya dan 3L sedapat mungkin tidak benisaha
supaya bisa menonjol sendiri. Unsur pertarna dalam SG ..;'1
tong'royong tersebut memang.baik dan kesadarari bah' 'r
wa orang itu tidak berdiri sendiri dalam hidup ini' akan '
memberi rasa keamanan fundamental. Unsrr kedua iuga
masih dipandang baik, apalagi kalau itu hanya t€rwuiud
dalam aktivitas€ktivitd tolongflenolong dalam kebia'
saan sopan-santun untrk memberikan pertolongan kepa-
da tet&ggE pada sait memerlukan peftolongan ittl'

Sebaliknya sail hal yang kurang baik dalam prana-


ta gotong royong adalah bahwa individu tidak diberi k+
sempatan untrk berkembang Bahkan seseorang dalam
masyarakat pedesaan yang hendak rnenoniol maju akan
tefialang oleh eiekaneiekan atau tuduhan-tuduhan

55
I
bahwa; "ada orang yang ingin mal:u sendiri". Pranata go-
tong royong di lndonesia terlampau bersifat menyama-
ratakan atau mengkonform-kan individu, kurang mem-
berikan kesempatan ixrkembang kepada individu-indivi-
. du dengan kesadaran dan kepribadian yang khas dan ku-
rang mengh4rgi prestasi individu.
Hambatan akan perkembangan kepribadian indivi-
du keuali karena aspek konformisme dari pranata go-
tong royong dalam masyarakat pedesaan di lndoneiia
itu. jug8 terhambat oleh suatu orientasi yang terlalu me-
mandang ke pihak atasan. Dalam hal itu ora-ng segan un_
tuk memutuskan sesuatu yang belum pernah dialami,
dan hanya menungg, contoh atau restu orang"ordng
yang lebih tua yang lebih tinggi pangket cian kedudukan_
nya. Mentalitas yang berorientasi ke arah atasan itr, tidak
hanya terdapat pada masyarakat petani, malah amat ku_
at terdapat pada orsng pegawai/pejabat yang merupa-
kan sebagian penduduk kota-kota yang dipandang su-
dah maiu. Ada pun mentalitas pegawai atau pejabai se-
macam inilah yang amat tidak mendukung perkembang
an dan kemaiuan sesuatu bang6a, karena hal itu melJ-
rnahkan disiplin sejati dan mengaburkan rasa tanggung
iawab pribadi.
Disiplin hanya akan ada, kalau ada pengawasan
)iang ketat dari atasan, dan pada saat pengawasan itu ti-
dak ada, maka disiplin itu akan hilahg juga. Demikian
orang juga tidak akan berani bertanggung jawab sendiri,
tetapi. selalu hanya menyandarkan diri kepada orang
yang lebih tinggi pangkatnya. Orang
i,ang hanya lcbih'
t:nggi pangkatdan iabatannya iu pun akan mengelak da-
ri tanggung jawab, karena dalam konsep ini hJnya ada
".tanggung iawab bersama.,, yang artinya tidak aiketa-
hui siapa yang bertanggung jawab.

Dari uraian di atas tampaklah pada kita satu gambaran


yang masih amat umum, tentang sikap mental sebagian besar
orang yang rupa-rupanya dipandang masih kurang cmok un,
tuk dapat dijadikan alat untuk mendorong perkembangan
dan kemajuan bangsa lndonesia dalam waktu singkat. -

56
'i
Merombak suatu sistem nilai budaya itu ir"dalah suatu
proses yang akan memerlukan waktu yang lama. Caranya ada-
lah terutama melalui pendidikan baik formal maupun non
formal. Merubah adat-istiadar dan cara-cara pendidikan da-
lam rumah tangga, agar dapat ditanamkan dan dikembangkan
kesadaran untuk kualitas, karya dan hasil karya, rasa disiplin
sejati dan r6a tanggung. jawab dalam jiwa sebanyak mungkin
angkatan muda lndonesia, bukanlah sesuatu yang dapat disu-
lap kejadiannya seketika. Teupi makin cepat dimulai makin
dekat sasaran itu akan dicapai.
I
,,-),
r_tt"' Ciri-ciri Kepribadian Bangsa lndonesia

Kepribadian, adakalanya disebut juga personalitas atau


personality, adala[s_ege*nap ku al itas men tal in divi du. Se genap
K_Ugltf3q_1rtgqta!. individu, adalah junrlah keseluruhan dari ke
marnpuanTemJriripua n rasional, persepsi, idea, kebiasaan dan
_ ta!gg!pgr-r:!!n gga[,a4 gmosional yan g bersyarat. Kualitas-kua-
_litas itu Semua secara bersama mewujudkan"suatu konfiguragi l,p-
y-ang serryq b-agiaqnya:selalu berhubungan satu'.sama lainnya '
-
-'-
. dal5rn-berfungst-Sqda! megjadi kesepakatan umum secara_il-
-- miahdan-.telah-teruji ke&riaannya balwa korffigurasi kepri-
badiaolq pqinpunyai hu-bya€eL€ng er_at d-engan kehrdaya-
an yangimelingkuF indfrir-dr1 Kepribadian seS{aEr bang;_a, de-
- -ngafr demikiin,=dapiitdiliFat dari konfigurasi yang terwujird
' oleh kualitm-kua[itas mental yaitu lumlah kese_luruhan dari
' kemarhpuan-kemampuan rasional, -prestasi, idea, kebiasaan
dan tanggapan-tanggapan emosionat yang terdepat dalam
banpa itu. Hal itu semua terwujud dalam apa yang disebut
kOfi gfrasr- -k.glgdayaqrt. Ke bru daysan it.r sendlri sesunggrrh-
nya seiaku konsep berpikir, hanya terdapat dalam pikiran
orang-orangyangmembentuk masyarakat. Hal ltu akan sema-
kin nyata, terutama apabila kebudayaan itu tidak hanya kita
pandang sebagai satu abetraksi ciptaan pengamat. Kualitas-
kualitas kebudayaan,semuanya berasal. dari kepri badian indi-
vidu itu dari hasil interaksi diantara sesama individu..Sebalik-
t'
nya, kepribadian atau personalitas setiap individu dalam ma,
syaralot, berkembang dan berfungsi dalam assosiasi tet€p de-
ngan masyarakatnya. Kepribadian seseomng bercarna-sarna

57
demikian pu-
dengan vang lainnya'mempengaruhi kebudayaan
ta seUatitnya kebudayaan mempengaruhi kepribadian orang-
olang.
Dari pangkal tolak inilah kita mencoba melihat
ciriciri
kepribadian Uanfa tnaonesia' Di dalam mana ciri-ciri itu da-
p"i aiit"a"i se&gai ciri-ciri umum.yang dapat disebut.me..-
[u*ri repriuadiai-bangsa lndonesia, perlu ditetapkan lebih
dahulu kesepakatan kita bersama
kon-
Pada bagian depan kita telah nremilih lima macam
dijadikan alat untuk.mengetahui garis besar
sep yang dapat
pqls- :i
*"n,.f Uin6a lndonesia. Kelima hal itu iuga dijadika! kepribadian
tui U".tofrfiuntuk membicarakan berbagai aspek
l"nru lndonesia, karena dengan sikap mental itulah kebuda-
adanya.dan menyatakan penruu-
vr.iUungt. kita dinyatakan
pembahasan yang lebih luas'
i'u-JanJirinvr. Untuk keperluan yang
liu ,"n"bua melihat masalah itu dari sudut nilai-nilai
rn"i"[.i pala konngurasi kebudayaan bangsaprilakunya' lndonesia dan
dalam
V.ng *"nu*pilkan ciriciri kepribaciian
p9Jlya-
Sesuatu konfigurasi kebudayaan:Xapat diamati
dalam kehidup-
tegn-p.;Vit.un daii kualitas-kualitas mental (2)
an banqsa itu vang tertu ju kepada (1) nilai teori'
nilai eko-
:'- ;;i, i3) nit.i t'uur", i+) nitai solidaritas, (5) nilai seni dan
(6) nilai agama.
Dengan enam nilai itu, kita dihadapkan kepada kenyata-
an hidup bangsa lndonesia dalam mewtjudkanperilakukehi-
dupan sosiainya yang terbentuk oleh satu rangkaian konsep
abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian terbesar
vr'ar-
dianggap.penting dan
ga bangsa itL, mengenai aPa Yang har:u.s
kultur
[",llisr-uira* r,iiupnvu. o'ut" perilaku kehidupan
di-
Uangsa"tncionesia, sebagai vuarisan dari iaman lampaunya'
peniaruhi sekurang-krirangnya, oleh empat anasir budaya
yrni int"nritas peniaruhnya berbeda-beda pada tiap-tiapyang da-
lndonesia, karena faktor seiarah dan lingkungan
"rut'oi
berbeda-beda.
, Sec,ara.garis besar-nya kebudayaan lndonesia'itu menda: t
-l pr, p-"ngr*ri Ouri . tf i-unsur kebudayaan asli Nusantara, (2)
,nru kebudayaan Hindu dan Timur Asia lain, (3) unsur ke-
budayaan lslam, dan (4) unsur kebudayaan Eropa' Keempat
'..i- ;;*i; pengaruh'itu menampakkan waiahnya dalam peradab-
58
an lndonesia m6a kini akan tetapi, seperti dikatakan, peng-
aruh itu tidak sarna kuatnya bersebar ke seluruh bagian bang,
sa lndonesia. Ada daerah lndonesia yang pengaruh atau kesan
kei.rudayaan nurntara aslinya menempati pengaruh terkuat;
ada daerah lndonesia yang pengaruh atau kesan kehrCayaan
Hindu dan Cinanya yanE memberikan pengaruh lebih keras;
ada daerah lndonesia yang pengaruh kebudayaan lslam-nya
yang menonjol dan atau juga di tempat-tempat tertentu ke-
budayaan Eropa-nya yang leLih dominan.
! Tiap-tiap unsur kehrdayaan yang berpengaruh itu, mem-
punyai ciriririnya tersendiri yang dengan sekilas-pandang da'
pat segera dibedakan antara satu sama lainnya. Saling mem-
pengaruhi itu, membentuk anasir baru dan menjelm3kan ben-
tuk-bentuk tertentu sebagai konfigur':si nyata dari kebudaya-
an itu. Menurut henrar saya inilah Casarnya mengapa dapat
dikatakan bahwa kebudayaan bangsa lndonesia adalah kepri-
badiarr "Bhineka Tunggal lka" berbeda-beda tetapi satu saia,
tetapi aksentuasi arah perkembangannya yang lebih pragma-
tis hendaklah dianikan "justru dalam berbeda-beda itu, maka
ia satu".

Tiap-tiap unsur itu menekankan q(lgltuasi penilaian


yang lebih tinggi atas nilai yang lain, seperti ada unsur peno-
aruh yang memberikan penghargaan lebih tin ggi kepada:nilai
agama, ada unslr pengruh yang menempatkan nilai ekonomi
lebih tinggi dari pada yang lain-lainnya, demikian seterusnya
yang menampakkan perbedaan-perbedaan yang berlangsung
dalam kehidupan bangsa lndonesia yang serba maiemuk ini.
Apabila kita menyadari bahwa kurang lebih 80% daerah
lndonesia adalah daenh pedesaan, - dengan penduduknya
selain hidup di bawah garis kemiskinan juga masih amat ter'
golong rendah tingkat kecerdasannya menghadapi kehidup-
an yang semakin sukar - maka &nfigurasi kebudayaan yang
!di! qda.l_eh y,qqs tgrdap.!-1-_di de?4es itulqh yang perlu men-
dapat identifikasi yang paling gamblang.
Kalau kita menggunakan masyarakat dan penduduk
bangsa lndonesia yang hidup di pedesaan itu sebagai arah bei''
fikir kita, maka kita akan memperoleh gambaran kepribadian
{satu gambaran kasar yang memerlukan pengamatan lebih te-
liti) sebagai berikut:
59
lA^4Le, D?^npa /..1 /.cceftfllr."2' *,o tV lv*?bb-
VrkF f*r*^/
t
I gagian terbesar masyarakat (pedesaan) lndonesia dipe-
ngnruhi oleh unsur kebudayaan yang memandang alam ini se-
'i". bagi sesuatu yang suci sakral, sehingga menerima alam ini
sebagaimana adanya (pasif) Segensp perilaku;lya ditunturr
..rr"i . oleh satu kesadaran relegius yang amat dihargai. Dapat dika-
takan bahwa mereka memberikan nilai yang amat tinggi ter-
\j'
)'" hadap njla-fefl-g6ul-ya1g_f,itas-QbUt'ru!.a!'_'igma dalam per-
catapaiini.
Kepercayaan kepada roh-roh, teea(p gaib, benda-benda
keramat, amat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sudah
tentu, menurut kadar penilaian ini, ilmu yang tertinggi adalah
ilmu tentang sekalian yang gaibgaib itu. Juga orang yang di-
\,
pandang mulia adalah mercka yang memiliki ilmu-ilmu gaib.
Pikiran dan perbruatan mereka demikian diresapi oleh keper-
cayaan kepada yang gaib€aib itu, sehingg mereka berusaha
' untuk senantiasa mendapatkan bantuan dari roh-roh atau ke-
kuatan gib, dengn menggunakan berbagai u$rcara, jampi-
jampi serta jimat-jimat. Pengetahuan dan kepandaian mereka
tersippul dalam pusaka roharii nehek moyang mereka.
D i ialar*-keh i dupan masya rakqt sehari-kari, nampa k ni -
:Iaf -3g!:ie4g .m-g__rypgkan c'Iri yaqgkuat pulq memberikan pe-
n garuh. Sr.nqr nan m.asyarakat-rnergpakan kel ompok atau per-
-ya
se tu_tuan;lceci I ng-h i {u p dala fi_r-desg yin g ama n dan te rten -
,'('' - tr.r. Antala.Ekalian ahggota dalam-penekutuan itu terdapat
:_ t'
peiasaan solidaritas yang amat tinggi, yang didasarkan pada
pandangan " Pars-p-rototo" (sebagian berarti'keseluruhan).
,t'
Kekerabatan dan hidup bergotong royong menandai perwu-
iudan nilai solidaritas ini dipedukan dengan amat Keras seba-
gai ciri kehidupan yang dipanciangterbaik/sesuai dengan mak-
na kerukunan itu. Dengan demikian apa yang disebut nilai
kuasa amatlah leinahnya memberikan peranan.

Kehidupan ekonomi dalam masyarakat adalah amat ter-


t'\ batas, karena nilai ekonomi tidak mendapat tempat yang t
tinggi dalam pandangan hidup. Apa yang penting adalah kehi-
.\,'
dupan masyarakat yang bebas dari campur tangan dari luar,
.t dan berusaha memenuhi keperluan primernya dalam lingku-
r ngan alam mereka sendiri - satu kehidupan ekonomi yang
tertutup.

60
'" ,1'
'
,9"
.,,.) N!!gi qgn! mendapat tempat yang tinggi, karena ia rapat
,\r- hubungannya dengan nilai keagamaan ddn solidaritas.
Demikian itulah gambrran iara, konfigurasi kebudayaan
bangsa lndonesia yang mewamai prilaku kehidupan masya -
rakat dan kebudayaannya.
S.][. _AlisVahbana menggambarkan keadaan itu dalam
t bagan nilai-nilai sebagai berikut :
a?

- Nilai teori - Nilaiekonomi


- Nilai kuasa - Nilai solidaritas i,
- Nilai seni L/ - Nilai agama (religi) ;'
Dalam gambaran ini, nampaklah betapa nilai agama (re-
ligi), nilai solidaritas dan nilaiseni, menampilkan cirinya yang
amat kuat dan bidang pengaruhnya yang amat luas, diban -
dingkan dengan nilai-nilai lain. Konfigurasi kepribadian yang
berci ri-c i ri o'qm i kian dapa t di katakan tidak rnem bu ka-dki u n-
tuk perkemb'angan dan pembinaan bangsa yang dapatlrrenca- -.

t tt- ll:---:-:-
Penutup ." ,,1 r--...i,-,- ,,, a,. ir,,,,/r,,r'. - -
Setelah rnengikuti gambaran-gambaran umum tentang
mentalitas dan ciri-ciri yang kita punyai, maka tidaklahharus
kita berkecil hati dengan gamba:'an itu. Adapun yang perlu-
d i k etahu i sedala m-dala mnya ia hh*le bib m*e m perjelas kedu du -
tsefr -!Sedi!Cka!_p!,te1si A i IAs. ban gsa {an gi ric i ri' kepri badian
I

yang ada itu, untuk mengetahui kelemahan-kelemahan sen-


fliri dan berdaya qpgi{a mqnemukan jalannya yang tepat un-
tuk mentransporta5i_kannya ke arah yang lebih positif.
a
lntegrasi bangsa yang lebih kompak, kelaniutan pengem-
t> bangair dan peningkatan mutu kehidupan bangsa ke arah ku-
, alita yang lebih tinggi; lambat laun dapa-t dicapai dengan cara
memberikan peluang untuk tumbuhnya segen'ap nilai itu se-
imbang cjalam keutuhan manusia.

aoaao

61
DAFTAR PUSTAKA P

1. Alisyahbana, S Takdir, 1g65. Revolusi 1,,!a:yerakat


dan
Kgbudayaan di lndonesia, Kuala Lumiur,
University press.
Ort ?J

2. Claire Holt lEDl 1972, Culture and politics in lndone -


srb, lhaca and London, Comell University press, -
3. Kluckhohn, F.B. 1961,-Some Reflections on the nature
of Cultunl integration and Cultural Change, Glen_
coe lll The Free press.
4. Kluckhohm, F.R. & F.L. Stodbeck 1g61, Varia-ntions
in
Value Crientation, Evenston il\, Row pet"nson
coy.
a
5. Koentjaraningrat (ed), 1g75, Manusia and persanarity,
New york.
6. Koentjaraningrat (ed), 1g75, Manusia dan Kebudeyaan
di_lndonesia, Ja(a4a Jembatan. _

7. - Watlg-e,
Antro.ry- F.C! Cutture and personality,
- Nqlv Yor!-Bondom 1g7A,
Hoqie.
: -_

INDEKS NAMA INDEKS ISTILAH


A.
A
Atisyahbana, S.T., 6l adaptasi, 33
adat istiadat, 36
K.
alam, 51, 54
Kluckhon, 50
agamis 6
anasir buday4 58
i
s. _.i
anthropoloog Inggris 19
Soeponro, Prot,25 ?
apresiasi 26,27
Strodbeck, 50
aspek
Sukarno, Presiden Rl l, 14 budaya 16
ekcnomis 16

62

Anda mungkin juga menyukai