Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian dan Pengaturan yang Mengatur Tentang Hak Paten


Menurut Octroiwet 1910 paten adalah hak khusus yang diberi seseorang atau
permohonannya kepada orang itu yang menciptakan sebuah produk baru, cara kerja baru
atau perbaikan baru dari produk atau dari cara kerja. Sedangkan pengertian paten
menurut kamus besar bahasa indonesia adalah suatu surat perniagaan atau izin dari
pemerintah yang menyatkan bahwa orang atau perusahaan boleh membuat barang
pendapatannya sendiri (orang lain tidak boleh membuatnya).1[1]
Dari pengertian di atas dapat disebutkan bahwa paten adalah merupakan hak bagi
seseorang yang telah mendapatkan penemuan baru atau cara kerja baru dan perbaikannya,
yang kesemua istilah itu tercakup dalam satu kata, yakni invensi dalam bidang teknologi
yang diberikan oleh pemerintah, dan kepada pemegang haknya diperkenankan untuk
menggunakannya sendiri atau atas izinnya mengalihkan penggunaan hak itu pada orang
lain.
Sedangkan hak paten ini sendiri telah diatur dalam Undang-undang No. 6
tahun1989 yang telah diperbaharuhi lagi menjadi UU No. 13 tahun 1997 dan UU No. 14
tahun 2001 tantang paten,2[2] undang-undang ini sering disebut dengan Undang-undang
paten
B. Objek dan Subjek Paten
1. Objek Paten
Apabila kita berbicara tentang sesuatu, mak itu tidak dapat terlepas dari
pembicaraan tentang benda. Jika hal ini dikaitkan dengan paten, maka objek tersebut
adalah suatu benda tak berwujud, oleh karena itu paten adalah benda tak berwujud yang
merupakan bagian dari hak atau kekayaan perindustrian. Paten mempunyai objek terhadap
invensi atau juga disebut dengan invention dalam bidang teknologi yang secara praktis
dapat digunakan dalam bidang perindustrian. Pengertian industri di sini bukan saja
terhadap industri tertentu akan tetapi dalam arti seluas-luasnya termasuk di dalamnya hasil
perkembangan teknologi dalam industri bidang pertanian, perternakan dan bidang
teknologi pendidikan.
Dalam bukunya Aneka Hak Milik Perindustrian RM. Suryodiningrat menuliskan
:
Sebagaimana berdasarkan Undang-undang merek 1961 pasal 4 ayat 2b ada
klasifikasi barang-barang untuk mana merek dipergunakan, maka demi kepentingan
pendaftaran paten
juga diadakan persetujuan
internasional klasifikasi
objek untuk paten di Strasborg tanggal 24 maret 1971.menurut persetujuan Strasborg itu
objek tersebut dibagi dalam 8 seksi dan 7 seksi di antaranya masih terbagi dalam subseksi
sebagai berikut :3[3]
Seksi A - Kebutuhan manusia
Subseksi - Agraria
- Bahan-bahan makanan dan tembakau
- Barang-barang perseoranngan dan rumah tangga
- Kesehatan dan hiburan
Seksi B - Melaksanakan karya
Subseksi - Memisahkan dan mencampurkan
- Pembentukan
- Percetakan
- Pengangkutan
Seksi c - Kimia dan perlogaman
Subseksi - Kimia
- Logam
Seksi d - Pertekstilan dan perkertasan
Subseksi - Pertekstilan dan bahan-bahan yang mudah melentur dan
sejenisnya
- Perkertasan
Seksi E - Konstruksi tetap
Subseksi - Pembangunan gedung
- Pertambangan
Seksi F - Permesinan
Subseksi - Mesin-mesin dan pompa-pompa
- Pembuatan mesin pada umumnya
- Penerangan dan pemanasan
Seksi G - Fisika
Subseksi - Instrumentalia
- Kenukliran
Seksi H - Perlistrikan

Berdasarkan kutipan
diatas nampak jelas bahwa
cakupan paten itu begitu luas, sejalan dengan luasnya cakrawala daya pikir manusia.
Kreasi apa saja yang dilahirkan dari cakrawala daya pikir manusia dapat menjadi objek
paten, sepanjang hal itu temuan dalam bidang teknologi dan dapat diterapkan dalam
bidang industri termasuk pengembangannya. Dengan demikian tidak tertutup
kemungkinan objek paten itu akan berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu
pengtahuan dan teknologi serta kemampuan intelektual manusia.
2. Subjek paten
Mengenai subjek paten pasal 10 UU paten No. 14 tahun 2001 menyebutkan :
a. Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih
lanjut hak inventor yang bersangkutan.
b. Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak
atau invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang
bersangkutan.
Dalam pasal 11 UU No. 14 tahun 2001 disebutkan; Kecuali terbukti lain, yang
dianggap sebagai inventor adalah seseorang atau beberapa orang yang untuk pertama kali
dinyatakan sebagi inventor dalam permohonan
Selanjutnya dalam pasal 12 UU paten no. 14 tahun 2001 disebutkan:4[4]
a. Pihak yang berhak memperoleh paten atas suatu invensi yang dihasilkan dalam
suatu hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pkerjaan trsebut, kecuali
diperjanjikan lain.
b. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (a) juga berlaku terhadap invensi
yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yng menggunakan data
atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut
tidang mengharuskannya untukmenghasilkan invensi
c. Inventor yang sebagaimana dimaksud pada ayat (a) dan ayat (b) berhak
mendapatkan imbalan yang layak dengan perhatian manfaat ekonomi yang
diproleh dari invensi tersebut.
d. Imbalan yang sebagaimana dimaksud pada ayat pada ayat (c) dapat dibayarkan
:
1. Dalam jumlah tertentu dan sekaligus
2. Persentase

3. Ga
bungan antara jumlah
tertentu dam sekaligus
dengan hadiah atau bonus
4. Bentuk lain yang disepakati para pihak
yang besarnya ditetapkan oleh pihak-pihak yahng bersangkutan
e. Dalam hal ini tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan
penetapan besarnya imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan
Niaga.
f. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (a), ayat (b) dan ayat (c) sama
sekali tidak mennghapuskan hak inventor untuk tetap dicantumkan namnya
dalam setifikat paten.
Mengenai hak dan kewajiban pemgang paten pasal 16 UU no. 14 thun 2001
menyebutkan :
a. Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang
dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuan :
1. Dalam hal paten produk : membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,
menyewakan, menyerahkan atau menyediakan untuk dijual atau disewakan
diserahkan produk yang diberi paten;
2. Dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten
untuk embuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana imaksud dalam
point 1.
b. Dalam hal paten proses, laranganpihak lain yang tanpa persetujuanny
melakukan sebagaimana impor sebagimana dimaksud pada ayat (a) hanya
berlaku terhadap impor produk yang semata-mata dihasilkan dari penggunaan
paten proses yang dimilikinya.
c. Disualikan dari ketentuan sebagaimana imaksud pada ayat (a) dan ayat (b)
apabila pemakaian paten itu untuk kepentingan pendidikan, penelitian
percobaan atau sepanjang tidak merugikan kepntingan yang waja dari
pemegang paten.
Pemegang paten oleh UU, juga dibebani kewajiban. Kewajiban pemegang paten
menurut pasal 17 UU no. 14 tahun 2001 adalah:
a. Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 16 ayat (1), pemegang
paten wajib membuat produk atau menggunkan proses yang diberi paten di
Indonesia.
b. Dikecualikan dari kewajiban sebagimana dimaksud pada ayat (a) apabila
pmbuatan produk atau penggunan proses tersebut hanya layak bila
dilakuakn secara regional.
c. Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (b) hanya dapat disetujui
oleh direktorat jendral apabil apemgang paten telah mngajukan permoonan
trtilus dengan disertai alasan dan bukti yang diberikan oleh instansi yang
berwenang.
d. Syarat-syarat mengenai pengecualian dan tata cara pengajuan permohonan
tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (c) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
C. Prosedur Pendaftaran Dan Syarat Hak Paten
Ada dua sistem pendaftaran paten yang dikenal di dunia yaitu : sistem regristasi
dan sistem ujian. Menurut sistem regristasi setia permohonan pendaftaran paten diberi
paten oleh kantor paten secara otomatis. Spesifikasi dari permohonan tersebut hanya
memuat uraian dan monopoli yang diminta dan tidak diberi penjelasan seara terperinci.
Karenanya batas-batas monopoli tidak dapat diketahuai sampai padasaat timbul sengketa
yang dikemukakan disidang pengadilan yang untuk pertama kali akan menetapkan
luasnya monopoli yang diperbolehkan. Sedangkan dalam sistem ujian seluruh instansi
yang terkait diwajibkan untuk menguji setiap permohonan pendaftaran dan bila perlu
mendesak pemohon agar mmengadakan amandement sebelum hak atas paten tersebut
diberikan. Pada umumnya ada tiga unsur pokok yang diuji yaitu :
1. Invensi harus memenuhi sarat-sarat untuk diberi hak atas paten menurut undang-
undang paten.
2. Invensi baru harus mengandung sifat kebaruan
3. Invansi harus mengandung unsur menemukan sesuatu yang bersifat kemajuan
dari apa yang dike tahui
Adapun syarat-syarat permohonan pendaftaran paten menurut pengumuman
menteri kehakiman tanggal 12 Agustus 1983 No. J. S. 5/ 41/ 4 (berita negara no. 53-69)
tentang permohonan sementara pendaftaran paten adalah :5[5]

1. Permohonan pendafataran paten harus disusun dalam bahasa indonesia atau dalam
baasa si pemohon denagan disertai terjemehannya dalam bahasa indonesia.surat
permohonan harus ditada tangani
oleh pemohon sendiri dan harus
disebut dalam surat itu nama,
alamat dan kebangsaan pemohon. Sarat demikian harus dipenuhi pula apa bila
permohonan diajukan oleh seseorang yang bertindak bagi dan atas nama pemohon
selaku kuasanya
2. Surat permohonan harus disertai :
a. Sebuah uraian dari ciptaan baru yang dimintakan paten rangkap tiga
b. Jika perlu sebuah gambar atau lebih dan setiap gambar harus dibuat rangkap
dua
c. Surat kuasa, apa bila permohonan diajukan oleh seorang kuasa
d. Surat pengangkatan seorang kuasa yang bertempat tinggal di indonesia
3. Biaya-biaya yang ditentukan
4. Keterangan tentang belun atau sudah dmintakannya hak paten diluar negeri atas
permohonan yang diajukan dan kalau sudah dimintakannya, apa kah sudah diberi hak
paten diluar negeri tersebut.

Anda mungkin juga menyukai