RANGKUMAN
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Oleh :
Kelas : 07 LB26
No Absen : 9
Ruang : 407
BAB I
RANGKUMAN
Definisi
1. Hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu bendan
yang berseumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil kerjanya itu
berupa benda immateril.
2. Hasil kerja otak itu dirumuskan sebagai intelektualitas
Intellectual property mencakup 3 bidang :
1. Ciptaan
2.Penemuan
3.Merek
HAKI meliputi:
1. Hak Cipta
4.Desain industry
2. Paten
3. Merek
6. Rahasia Dagang
Bagan HAKI
7.Varietas tanaman.
may here after grant to their national as well as the right specially
granted by this convention
Universal Copy Rights Convention
Universal Copy Right Convention ditandatangani di Jenewa 6
september 1992 dan mulai berlaku pada tanggal 1955.
Tiga protokol dalam Konvensi ini adalah:
Protokol I: Mengenai perlindungan karya dari orang-orang
yang tanpa kewarganegaraan (pelarian).
Protokol II: Berlakunya karya-karya dari organisasi
internasional tertentu, hal ini erat kaitannya dengan
keinginan PBB untuk dapat hidup secara harminis
Protokol III Mengenai cara-cara untuk memungkinkan turut
sertanya negara dalam konvensi ini dengan cara bersyarat
Rome Convention
Permasalahan pokok dalam Konvensi ini adalah mengenai
perlindungan bagi pelaku pertunjukan produser rekaman dan
organisasi penyiaran.
HAK CIPTA
UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 1 (1)
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak yang melekat pada hak cipta
1. Perlindungannya selama si pencipta masih hidup dan 50 tahun
sesudahnya
2. Dapat dilisensikan
Sanksi Pidana
1. Kurungan maksimal 5 tahun
2. Denda maksimal 1 Milyar rupiah
Bentuk Hak Cipta
1. Buku, program, dan semua hasil karya tulis lain.
2. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks,
5. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan dan
pantomim,
6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan.
7. Arsitektur.
8. Peta,
9. Seni batik,
10.Fotografi,
11.Sinematografi,
12.Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain
dan hasil pengalihwujudan.
Tidak termasuk Hak Cipta
1. Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negatra,
2. Peraturan PerUndang-Undangan,
3. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah,
4. Putusan pengadilan atau penetapan haki, atau
5. Keputusan Badan Arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis
lainnya
Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta :
Pengumuman dan/atau Perbanyakan lambang Negara dan
lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;
Pengumuman dan/atau Perbanyakan segala sesuatu yang
diumumkan dan/ atau diperbanyak oleh atau atas nama
Pemerintah, kecuali apabila Hak Cipta itu dinyatakan
Subseksi
Agriculture
Foods stuffs and tobacco
Personal and domestic articles
B. Performing operation
Chemistry
Metallurgy
E. Fixed Construction
Building
Mining
F. Mechanical engineering
Instruments
G. Physics
Nucleonic
H. Electricity
Paten
Paten Sederhana
1.
1 invensi
Jumlah klaim
Masa perlindungan
penerimaan paten
Pengumuman
permohonan
penerimaan
penerimaan
Jangka waktu
pengajuan keberatan
diumumkan
diumumkan
Pemeriksaan
substantif
diterapkan dalam
industri
6.
Lama pemeriksaan
24 bulan terhitung
substantif
penerimaan permohonan
sejak tanggal
pemeriksaan substantif
penerimaan
permohonan
pemeriksaan substantif
7.
Objek paten
dan produk
mata (tangible)
c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi
yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
Indikasi Geografis
Pasal 22 (1) TRIPs:
Geographical indications are, for the purposes of this agreement, indication
which identify a goods as originating in the territory of a member, or a
region or locality in that territory, where a given quality, reputation or other
characteristic of the good is essentially attributable to its geographical origin.
Desain Industri
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri Pasal 1
(1)
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan
daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi
atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
Hak yang melekat
1. Perlindungannya 10 tahun
2. Dapat dilisensikan
Sanksi Pidana
1. Kurungan maksimal 4 tahun
Pasal 1 (1)
Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi,
yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu
dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya
saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan
semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.
Pasal 1 (2)
Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi
dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu
Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk
persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.
Hak yang melekat :
1. Jangka waktu perlindungannya 10 tahun
2. Dapat dilisensikan
Sanksi Pidana
1. Kurungan maksimal 8 tahun
2. Denda maksimal Rp. 300.000.000,-
RAHASIA DAGANG
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang :
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena
VARIETAS TANAMAN
Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman
Pasal 1:
b. Varietas yang tidak dapat dibedakan secara jelas dari varietas yang
dilindungi
c. Varietas yang diproduksi dengan selalu menggunakan varietas yang
dilindungi.
Hak untuk menggunakan varietas tersebut meliputi kegiatan:
1. Memproduksi atau memperbanyak benih
2. Menyiapkan untuk tujuan propagasi
3. Mengiklankan
4. Menawarkan
5. Menjual atau memperdagangkan
6. Mengekspor
7. Mengimpor
8. Mencadangkan untuk keperluan di atas
BAB II
KASUS
Permen Alpenliebe awalnya dikenal masyarakat Indonesia sebagai permen rasa
karamel. Seiring dengan perkembangan waktu, Perfetti Van Melle S.P.A sebagai
produsen permen Alpenliebe tersebut juga melakukan inovasi terhadap
produknya dengan meluncurkan produk baru yaitu Alpenliebe Lollipop.
Permen Alpenliebe Lollipop yang beredar di pasaran Indonesia ternyata sempat
menimbulkan sengketa desain industri dengan salah satu produk permen dalam
negeri milik pengusaha Indonesia. Agus Susanto adalah salah satu pengusaha
Lollipops dan Lollyball pun berbeda. Etiket merek permen Lollyball memiliki
berbagai macam unsur gambar. Selain itu, pada desain produk permennya
terdapat garis di permukaan. Sementara, pada permukaan permen Lollipops
bergaris dengan alternatif warna yang berbeda. Garis itupun bervariasi, ada
yang horisontal, diagonal kiri ke kanan atau sebaliknya dan atau tidak
beraturan/bervariasi.
Dalam rezim hukum desain industri tidak dikenal konsep kemiripan atau
persamaan pada pokoknya dalam konsep perlindungan desain industri di
Indonesia. Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM
mengeluarkan sertifikat desain industri untuk produk Perfetti Van Melle
menunjukan pendaftaran desain industri tidak bermasalah. Tidak melanggar
peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, agama dan kesusilaan.
Pendaftaran sertifikat desain industri Perfetti Van Melle telah melalui tahap
pemeriksaan baik administratif, substantif dan telah diumumkan. Ketika, masa
pengumuman tidak ada pengajuan keberatan terhadap pemohon pendaftaran
desain industri yang diumumkan. Kuasa hukum Perfetti Van Melle menilai tidak
mungkin perusahaan asal Italia itu membahayakan reputasinya dengan meniru
desain permen dari produsen lain.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
sehingga tidak memiliki hak eksklusif atas desain permen Lollyball. Selain itu
dari pihak kuasa hukum Agus juga tidak dapat menjelaskan secara rinci di mana
letak kesamaannya.
Gugatan Agus semakin diperlemah dengan adanya fakta yang dapat ditunjukkan
pihak Perfetti Van Melle bahwa etiket desain industri permen Lollipops dan
Lollyball berbeda. Bukan hanya itu, Perfetti Van Melle juga dapat membuktikan
bahwa produk Alpenliebe Lollipop telah mendapatkan sertifikat desain industri.
Pendaftaran sertifikat desain industri Perfetti Van Melle telah melalui tahap
pemeriksaan baik administratif, substantif dan telah diumumkan. Ketika, masa
pengumuman tidak ada pengajuan keberatan terhadap pemohon pendaftaran
desain industri yang diumumkan. Berdasarkan kondisi tersebut, gugatan yang
diajukan oleh Agus Susanto memang tidak cukup kuat untuk membuktikan
adanya pelanggaran desain industri yang dilakukan oleh pihak Perfetti Van
Melle.
Desain industri permen Lollyball seharusnya segera didaftarkan ketika baru
tercipta. Gugatan Agus Susanto menjadi gugatan yang lemah karena Agus
sendiri tidak memiliki serifikat desain industri atas permen Lollyball. Meskipun
telah memiliki sertifikat merek No. 460924 pada tahun 2001, namun hal ini
belum lengkap tanpa adanya sertifikat atas desain industri. Jika kondisinya
seperti ini, permen Lollyball hanya mendapat perlindungan atas merek
dagangnya, namun tidak mendapat perlindungan dan pengakuan atas desain
industrinya. Oleh sebab itu, pendaftaran legalitas atas suatu produk haruslah
lengkap dan dilakukan sesegera mungkin. Hal ini diperlukan agar produsen
memperoleh jaminan perlindungan hukum yang sah atas hak milik perindustrian
untuk produk yang dimilikinya.
BAB IV
KESIMPULAN
Desain industri yang kreatif dan inovatif diperlukan dalam mendesain suatu
produk agar menjadi produk yang unik, diterima oleh konsumen, dan terhindar
dari dugaan plagiarisme oleh pihak lain. Dalam kasus sengketa desain industri
antara Perfetti Van Melle dan Agus Susanto memberi pelajaran bagi pelaku
industri di Indonesia bahwa pendaftaran hak milik perindustrian yang salah
satunya desain industri harus dilakukan sesegera mungkin dan selengkaplengkapnya agar memperoleh jaminan perlindungan hukum terhadap produk
secara menyeluruh. Jika ingin mengajukan gugatan, maka gugatan tersebut
haruslah memiliki dasar fakta yang kuat dan dapat dibuktikan kebenarannya,
serta dilakukan di saat yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Elsi Kartika Sari, SH., M.H, Advendi Simangunsong, SH., MM, Hukum Dalam
Ekonomi (Edisi II), Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2007
N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekonogi Pembangunan, Edisi Kedua,
Erlangga, 2004
H. OK. Saidin, SH, MH., M. Hum, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual
(Intellectual Property Rights), PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan ke-7, Jakarta
2010
Dr. Dhaniswara K. Harjono, SH., MH., MBA, Aspek Hukum Dalam Bisnis,
Pusat Pengembangan Hukum Bisnis Indonesia, Jakarta 2009
UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten