Anda di halaman 1dari 26

TUGAS GSLC ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI

RANGKUMAN
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Oleh :

Febya Edyna Yusuf 1501171863

Kelas : 07 LB26
No Absen : 9
Ruang : 407

Jurusan Sistem Informasi dan Managemen


Bina Nusantara University
Jakarta
2014

BAB I
RANGKUMAN
Definisi
1. Hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu bendan
yang berseumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil kerjanya itu
berupa benda immateril.
2. Hasil kerja otak itu dirumuskan sebagai intelektualitas
Intellectual property mencakup 3 bidang :
1. Ciptaan

2.Penemuan

3.Merek

HAKI meliputi:
1. Hak Cipta

4.Desain industry

2. Paten

5. Desain tata letak sirkuit terpadu

3. Merek

6. Rahasia Dagang

Bagan HAKI

7.Varietas tanaman.

Konsep Perdata HAKI


1. HAKI dalam hukum pidana dan perdata diartikan sebagai benda
(bertubuh dan tidak bertubuh)
2. Hak-hak di dalam HAKI dapat dialihkan melalui:
Pewarisan, Wasiat, Hibah, Perjanjian , Sebab lain yang diatur dalam
Undang-Undang
Konvensi Internasional Tentang Hak Cipta
1. Persetujuan TRIPs (Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights)
Dengan disetujuinya Putaran Uruguay (GATT) 15 Desember 1993 oleh
117 negara.Adanya sanksi keras di bidang ekonomi bagi negara anggota
yang tidak memenuhi ketentuannya.Batas waktu penyesuaiannya 5 tahun,
efektif sejak 1 Januari 1995
Menyangkut masalah prosedur penyelesaian sengketa melalui mekanisme
penyelesaian sengketa terpadu di bawah Multilateral Trade Organization
(MTO) yang disepakati dalam persetujuan GATT dan bertugas mengelola
TRIPs. Sedangkan pengawas pelaksanaan TRIPs dibentuk dewan dari
MTO
Bern Convention
Hal yang penting dalam Konvensi Bern adalah mengenai perlindungan
yang diberikannya terhadap para pencipta atau pemegang hak.
Pasal 5 Konvensi Bern:
Author shall enjoy in respect of work to which they are protected
under this convention, in countries of the union other that the
country of origin, the right which their respective laws do now or

may here after grant to their national as well as the right specially
granted by this convention
Universal Copy Rights Convention
Universal Copy Right Convention ditandatangani di Jenewa 6
september 1992 dan mulai berlaku pada tanggal 1955.
Tiga protokol dalam Konvensi ini adalah:
Protokol I: Mengenai perlindungan karya dari orang-orang
yang tanpa kewarganegaraan (pelarian).
Protokol II: Berlakunya karya-karya dari organisasi
internasional tertentu, hal ini erat kaitannya dengan
keinginan PBB untuk dapat hidup secara harminis
Protokol III Mengenai cara-cara untuk memungkinkan turut
sertanya negara dalam konvensi ini dengan cara bersyarat
Rome Convention
Permasalahan pokok dalam Konvensi ini adalah mengenai
perlindungan bagi pelaku pertunjukan produser rekaman dan
organisasi penyiaran.

HAK CIPTA
UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 1 (1)
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak yang melekat pada hak cipta
1. Perlindungannya selama si pencipta masih hidup dan 50 tahun

sesudahnya
2. Dapat dilisensikan
Sanksi Pidana
1. Kurungan maksimal 5 tahun
2. Denda maksimal 1 Milyar rupiah
Bentuk Hak Cipta
1. Buku, program, dan semua hasil karya tulis lain.
2. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks,
5. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan dan
pantomim,
6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan.
7. Arsitektur.
8. Peta,
9. Seni batik,
10.Fotografi,
11.Sinematografi,
12.Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain
dan hasil pengalihwujudan.
Tidak termasuk Hak Cipta
1. Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negatra,
2. Peraturan PerUndang-Undangan,
3. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah,
4. Putusan pengadilan atau penetapan haki, atau
5. Keputusan Badan Arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis
lainnya
Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta :
Pengumuman dan/atau Perbanyakan lambang Negara dan
lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;
Pengumuman dan/atau Perbanyakan segala sesuatu yang
diumumkan dan/ atau diperbanyak oleh atau atas nama
Pemerintah, kecuali apabila Hak Cipta itu dinyatakan

dilingungi, baik dengan peraturan perundang-undangan


maupun dengan pernyataan pada Ciptaan itu sendiri atau
ketika Ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak; atau
Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian
dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau
sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus
disebutkan secara lengkap.
Batasannya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2009 2009 Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu
Kebangsaan
Lisensi
Istilah lisensi dalam pengalihan hak cipta kepada pihak lain baru
dikenal sejak Hak Cita Indonesia tahun 1997. Istilah lisensi
didasarkan pada Konvensi Bern.
Kecuali diperjanjikan lain, lisensi selalu bersifat nonekslusif,
artinya jika tidak ada perjanjian lain, pemegang hak cipta tetap
boleh melaksanakan sendiri atau memberi lisensi kepada pihak
ketiga lainnya untuk melaksanakan perbuatan hukum
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya.
Jaminan perlindungan hukum lisensi kepada pihak lain baru akan
ada setelah perjanjian lisensi tersebut didaftarkan di kantor Merek.
Neighboring Right
Neighboring rights adalah hak yang ada kaitannya / berdampingan
dengan hak cipta.
Hak dalam Neighboring Right
1. Hak moral, merupakan hak dari seorang performer
untuk disebutkan namanya

2. Eksclusive right, dalam hal reproduksi, distribusi,


rental dan rekaman suara secara on-line terhadap
pertunjukan mereka
3. Hak untuk memperoleh pembayaran yang wajar dari
siaran dan komunikasi kepada khalayak dari
penayangan ulang siaran mereka.
PATEN
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten Pasal 1 (1))
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor
atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Hak yang melekat pada paten:
1. Jangka waktu perlindungannya 20 tahun
2. Paten dapat dilisensikan
Pidana Paten
1. Kurungan paling lama 4 tahun
2. Denda Rp. 500.000.000, Hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil
penemuannya di bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau memberikan
persetujuan kepada orang lain untuk melaksanakannya (Pasal 1 Undangundang Paten).
Paten diberikan dalam ruang lingkup bidang teknologi, yaitu ilmu
pengetahuan yang diterapkan dalam proses industri. Di samping paten,
dikenal pula paten sederhana (utility models) yang hampir sama dengan
paten, tetapi memiliki syarat-syarat perlindungan yang lebih sederhana.
Paten dan paten sederhana di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Paten (UUP).
Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah menemukan
suatu penemuan (baru) di bidang teknologi. Yang dimaksud dengan

penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang


teknologi yang berupa :
a. proses;
b. hasil produksi;
c. penyempurnaan dan pengembangan proses;
d. penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi;
Objek Paten Berdasarkan Strasbourg Agreement 1971:
Seksi
A. Human necessities

Subseksi
Agriculture
Foods stuffs and tobacco
Personal and domestic articles

B. Performing operation

Separating and mixing


Shaping
Printing
Transporting

C. Chemistry and metallurgy

Chemistry
Metallurgy

D. Textiles and paper

Textiles and flexible materials


and other-wise provided for
paper

E. Fixed Construction

Building
Mining

F. Mechanical engineering

Engines and pumps


Engineering in general
Lighting and beating

Instruments

G. Physics

Nucleonic
H. Electricity

Paten Biasa dan Paten Sederhana


No. Keterangan

Paten

Paten Sederhana

1.

1 invensi atau beberapa invensi

1 invensi

Jumlah klaim

yang merupakan satu kesatuan


invensi
2.
3.
4.
5.

Masa perlindungan

20 tahun terhitung sejak tanggal

10 tahun sejak tanggal

penerimaan permohonan paten

penerimaan paten

Pengumuman

18 bulan setelah tanggal

3 bulan setelah tanggal

permohonan

penerimaan

penerimaan

Jangka waktu

6 bulan terhitung sejak

3 bulan terhitung sejak

pengajuan keberatan

diumumkan

diumumkan

Pemeriksaan

Kebaruan, langkah inventif, dan

Kebaruan dan dapat

substantif

dapat diterapkan dalam industri

diterapkan dalam
industri

6.

Lama pemeriksaan

36 bulan terhitung sejak tanggal

24 bulan terhitung

substantif

penerimaan permohonan

sejak tanggal

pemeriksaan substantif

penerimaan
permohonan
pemeriksaan substantif

7.

Objek paten

Proses, penggunaan, komposisi,

Produk atau alat kasat

dan produk

mata (tangible)

Invensi Yang Dapat Diberi Paten


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, invensi
yang dapat dimintakan perlindungan Paten adalah invensi yang:
Baru (novelty);Invensi dianggap baru jika pada tanggal penerimaan,
invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan
sebelumnya (prior art atau the state of art). Pengungkapan bisa berupa
uraian lisan, melalui peragaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan
seorang ahli untuk melaksanakan invensi tersebut.
Mengandung langkah inventif (inventive step);Yaitu invensi yang bagi
seseorang dengan keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang
tidak dapat diduga sebelumnya dengan memperhatikan keahlian yang ada
pada saat permohonan diajukan.
Dapat diterapkan dalam industri (industrial applicable), yaitu invensi
dapat diterapkan dalam industri sesuai dengan uraian dalam permohonan.
Jika invensi tersebut dimaksudkan sebagai produk, produk tersebut harus
mampu dibuat secara berulang-ulang (secara massal) dengan kualitas
yang sama, sedangkan jika invensi berupa proses, proses tersebut harus
mampu dijalankan atau digunakan dalam praktik.
Invensi Yang Tidak Dapat DiPatenkan
Sebagai pengecualian, ada invensi-invensi yang tidak dapat dipatenkan, yakni :
proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau
pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum atau kesusilaan

metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang


diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan
teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika
1. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik
2. proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau
hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikro-biologis.
Lisensi Paten
Pasal 69 (1) UU No. 14 Tahun 2001
Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan
sebagaimana diatur dalam pasal 16 (hak ekslusif).
Larangan lisensi, pasal 71 (1)
Perjanjian lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung maupun
tidak langsung, yang dapat merugikan perekonomian Indonesia atau
memuat pembatasan dalam menguasai dan mengembangkan teknologi
pada umumnya dan yang berkaitan dengan invensi yang diberi paten
tersebut pada khususnya.
Perlindungan Paten Internasional
Convention Establishing the World Intellectual Property organization
(WIPO). Yang menjadi objek perlindungan hak milik perindustrial
menurut Konvensi ini adalah:
Patent, Utility models, Industrial design , Trademark , Trade
names, dan Indication of source or appelation of origin
Isi dari Konvensi Paris dapat dibagi menjadi:
1. Perihal prosedur

2. Prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman wajib bagi


negara-negara anggota
3. Ketentuan-ketentuan perihan patennya sendiri
MEREK
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Pasal 1 (1))
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf,
angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa.
Jenisnya
1. Merek dagang
2. Merek jasa
Hak yang melekat pada merek:
1. Jangka waktu perlindungannya 10 tahun (dapat diperpanjang)
2. Dapat dilisensikan
Sanksi Pidana Merek
1. Kurungan paling lama 5 tahun
2. Denda maksimum 1 Milyar Rupiah
Fungsi Merek
Menurut P.D.D Darmawan:
1. Fungsi indikator sumber berfungsi untuk menunjukan bahwa suatu
produk bersumber secara sah pada suatu unit usaha dan karenanya
juga berfungsi untuk memberikan indikasi bahwa produk itu dibuat
secara profesional
2. Fungsi indikator kualitas jaminan kualitas khususnya dalam
kaitannya produk-produk bergengsi
3. Fungsi sugestif memberikan kesan akan menjadi kolektor produk
tersebut
Perlindungan Merek Secara Internasional

Paris Convention, tanggal 20 Maret 1883


Paris Convention, tanggal 1 Januari 1976 (Indonesia bergabung) teks
yang berlaku bagi Indonesia adalah Paris Convention di London tahun
1934
Paris Union Convention di Lisabon tahun 1958
Jenis Merek
Pasal 1 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001
Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersamasama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang barang
sejenis lainnya.
Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersamasama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis
lainnya.
Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan atau
jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh
beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
Yang Tidak Boleh Didaftarkan
Pasal 5
Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu
unsur di bawah ini:
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum ;
tidak memiliki daya pembeda;
telah menjadi milik umum; atau

merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang


dimohonkan pendaftarannya
Persamaan Keseluruhan dan Persamaan Pada Pokok
(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut :
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang
dan/atau jasa yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau
sejenisnya.
c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasi-geografis yang sudah dikenal.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang
memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
(3) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut :
a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari
yang berhak;
b. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun
internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;

c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi
yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
Indikasi Geografis
Pasal 22 (1) TRIPs:
Geographical indications are, for the purposes of this agreement, indication
which identify a goods as originating in the territory of a member, or a
region or locality in that territory, where a given quality, reputation or other
characteristic of the good is essentially attributable to its geographical origin.

Desain Industri
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri Pasal 1
(1)
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan
daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi
atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
Hak yang melekat
1. Perlindungannya 10 tahun
2. Dapat dilisensikan
Sanksi Pidana
1. Kurungan maksimal 4 tahun

2. Denda maksimal Rp. 300.000.000,Karakteristik Desain Industri


1. Suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna
atau garis dan warna atau gabungan keduanya
2. Bentuk konfigurasi atau komposisi tersebut harus berbentuk dua atau tiga
dimensi
3. Bentuk tersebut harus memberikan kesan estetis
4. Kesemuanya (butir 1,2,3 di atas) harus dapat dipakai untuk menghasilkan
suatu produk, berupa barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan
Ada kesamaan antara hak cipta bidang seni lukis (seni grafika) dengan
desain industri, akan tetapi perbedaannya akan lebih terlihat ketika desain
industri itu dalam wujud lebih mendekati paten.
Pendekatan Filosofi
1. Pertama, pendekatan hak cipta yang berpangkal di negara-negara Eropa
dengan melihat desain industri sebagai karya cipta, rasa dan karsa
2. Kedua, pendekatan paten yang berpankal di negara Jepang dan Amerika
dengan melihat desain industri sebagai produk yang memiliki nilai bisnis.
Perbedaan cara pendekatan filosofis terhadap desain industri sebagi bagian
dari HAKI menyebabkan terjadinya perbenaan dalam susunan normatif
peraturan perundang-undangan tentang itu di beberapa Negara

DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu :

Pasal 1 (1)
Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi,
yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu
dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya
saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan
semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.
Pasal 1 (2)
Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi
dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu
Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk
persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.
Hak yang melekat :
1. Jangka waktu perlindungannya 10 tahun
2. Dapat dilisensikan
Sanksi Pidana
1. Kurungan maksimal 8 tahun
2. Denda maksimal Rp. 300.000.000,-

RAHASIA DAGANG
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang :
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena

berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik


Rahasia Dagang.
Hak yang melekat :
1. Jangka waktu perlindungan tidak terbatas
2. Dapat dilisensikan
Sanksi Pidana
1. Kurungan maksimal 2 tahun
2. Denda maksimal Rp. 300.000.000,Karakteristik Rahasia Dagang
o
o
o
o

Merupakan informasi yang tidak diketahui umum


Informasi itu meliputi bidang teknologi atau bisnis
Mempunyai nilai ekonois yang berguna dalam kegiatan usaha
Dijaga kerahasiaannya oleh pemiliknya

Perbedaan Rahasia Dagang Dengan HAKI Lainnya


1. Bentuk HAKI lain tidak bersifat rahasia
2. Rahasia dagang mendapat perlindungan meskipun tidak mengandung
nilai kreativitas atau pemikiran baru
3. Bentuk HAKI lain selalu berupa bentuk tertulis, dapat digambar atau
dicatat, sedangkan rahasia dagang tidak semestinya ditulis.

VARIETAS TANAMAN
Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman
Pasal 1:

Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok


tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik
genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau
spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan
dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.
Hak yang melekat :
1. Perlindungannya 20 tahun untuk tanaman semusim dan 25 tahun
untuk tanaman tahunan
2. Dapat dilisensikan
Sanksi Pidana
1. Kurungan maksimal 7 tahun
2. Denda maksimal 2,5 Milyar Rupiah
Perubahan Paten Terhadap PVT
Paten tidak dapat diberikan untuk invensi tentang:
1. Semua mahluk hidup kecuali jasad renik (micro organisme)
2. Proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau
hewan, kecuali proses non biologis atau proses microbiologis
Peraturan Lainnya
Undang-undang No. 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman
pasal 55 menyatakan:
1. Kepada penemu teknologi tepat serta penemu teori ilmiah di bidang
bididaya tanaman dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah

2. Kepada penemu jenis baru dan/atau varietas unggulan, dapat diberikan


penghargaan oleh pemerintah serta mempunyai hak memberi nama
pada temuannya
3. Setiap orang atau badan hukum yang tanamannya memiliki
keunggulan tertentu dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah
Ruang Lingkup Pemberian Hak Atas PVT
Ketentuannya berupa:
1. Nama varietas tersebut harus dapat digunakan meskipun masa
perlindungan telah habis
2. Pemberian nama tidak boleh menimbulkan kerancuan terhadap sifatsifat varietas
3. Penamaan varietas dilakukan oleh pemohon hak PVT dan didaftarkan
pada kantor PVT
4. Apabila penamaan tidak sesuai dengan ketentuan butir (b), maka
kantor PVT berhak menolak penamaan tersebut dan meminta
penamaan baru
5. Apabila nama varietas tersebut telah dipergunakan untuk varietas lain,
maka pemohon wajib mengganti nama varietas tersebut
6. Nama varietas yang diajukan dapat juga diajukan sebagai merek
dagang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Hak Pemegang PVT
Ketentuan hak pemegang PVT berlaku untuk:
a. Varietas turunan esensial yang berasal dari suatu varietas yang
dilindungi atau varietas yang telah terdaftar dan diberi nama

b. Varietas yang tidak dapat dibedakan secara jelas dari varietas yang
dilindungi
c. Varietas yang diproduksi dengan selalu menggunakan varietas yang
dilindungi.
Hak untuk menggunakan varietas tersebut meliputi kegiatan:
1. Memproduksi atau memperbanyak benih
2. Menyiapkan untuk tujuan propagasi
3. Mengiklankan
4. Menawarkan
5. Menjual atau memperdagangkan
6. Mengekspor
7. Mengimpor
8. Mencadangkan untuk keperluan di atas

BAB II
KASUS
Permen Alpenliebe awalnya dikenal masyarakat Indonesia sebagai permen rasa
karamel. Seiring dengan perkembangan waktu, Perfetti Van Melle S.P.A sebagai
produsen permen Alpenliebe tersebut juga melakukan inovasi terhadap
produknya dengan meluncurkan produk baru yaitu Alpenliebe Lollipop.
Permen Alpenliebe Lollipop yang beredar di pasaran Indonesia ternyata sempat
menimbulkan sengketa desain industri dengan salah satu produk permen dalam
negeri milik pengusaha Indonesia. Agus Susanto adalah salah satu pengusaha

permen asal Indonesia yang memproduksi permen Lollyball bermerek Yoko.


Agus mengajukan gugatan pembatalan desain industri Perfetti Van Melle S.P.A
untuk jenis produk permen Alpenliebe Lollipop. Gugatan Agus dilayangkan ke
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada bulan Juli 2009. Persidangan perkara No.
42/Desain Industri/2009/PN.NIAGA.JKT.PST sudah memasuki babak akhir.
Masalahnya bersumber dari kesamaan desain permen Lollyball dengan desain
permen Lollipop. Desain industri milik Perfetti Van Melle terdaftar dalam
sertifikat No. ID 004058 tanggal 8 Januari 2003 dengan judul Lollipops.
Menurut kuasa hukum Agus dari Pieter Talaway & Associates, kesamaan itu
terletak pada bentuk dan konfigurasi. Namun dalam gugatan tidak dijelaskan
secara rinci dimana letak kesamaannya. Kesamaan itu dapat mengecoh
masyarakat tentang asal usul atau sumber produk Agus dan Perfetti Van Melle
sehingga bertentangan dengan Pasal 4 UU No. 31 Tahun 2001 tentang Desain
Industri. Desain industri permen Alpenliebe dinilai tidak memiliki kebaruan.
Karena itu, dalam petitum gugatan, Agus meminta majelis hakim agar
membatalkan desain industri milik Perfetti Van Melle. Sebab sebelum Perfetti
Van Melle mendaftarkan desain industri permen Alpenliebe, konfigurasi desain
sudah beredar luas (public domain). Perfetti Van Melle dinilai tidak beritikad
baik dalam mendaftarkan desain industri. Agus sendiri telah memproduksi
permen Yoko sejak tahun 1999. Ia juga telah mengantongi sertifikat merek No.
460924 pada 5 Januari 2001. Kemudian diperpanjang dengan sertifikat No.
IDM 000194839.
Kuasa hukum Perfetti Van Melle dari Soemadipraja & Taher, menyatakan
gugatan Agus tidak berdasar. Karena Agus sendiri tidak pernah mendaftarkan
desain industri Lollyball sehingga tidak memiliki hak eksklusif atas desain
permen Lollyball. Apalagi, melarang pihak lain untuk mengunakan desain yang
menyerupai desain permen Lollyball. Faktanya, etiket desain industri permen

Lollipops dan Lollyball pun berbeda. Etiket merek permen Lollyball memiliki
berbagai macam unsur gambar. Selain itu, pada desain produk permennya
terdapat garis di permukaan. Sementara, pada permukaan permen Lollipops
bergaris dengan alternatif warna yang berbeda. Garis itupun bervariasi, ada
yang horisontal, diagonal kiri ke kanan atau sebaliknya dan atau tidak
beraturan/bervariasi.
Dalam rezim hukum desain industri tidak dikenal konsep kemiripan atau
persamaan pada pokoknya dalam konsep perlindungan desain industri di
Indonesia. Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM
mengeluarkan sertifikat desain industri untuk produk Perfetti Van Melle
menunjukan pendaftaran desain industri tidak bermasalah. Tidak melanggar
peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, agama dan kesusilaan.
Pendaftaran sertifikat desain industri Perfetti Van Melle telah melalui tahap
pemeriksaan baik administratif, substantif dan telah diumumkan. Ketika, masa
pengumuman tidak ada pengajuan keberatan terhadap pemohon pendaftaran
desain industri yang diumumkan. Kuasa hukum Perfetti Van Melle menilai tidak
mungkin perusahaan asal Italia itu membahayakan reputasinya dengan meniru
desain permen dari produsen lain.

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Kasus sengketa desain industri antara permen Alpenliebe Lollipop dengan


permen Yoko Lollyball pada dasarnya diawali karena adanya kemiripan di
antara kedua produk tersebut dalam hal bentuk dan konfigurasi. Gugatan yang
diajukan oleh Agus Susanto kurang memiliki dasar pertimbangan yang kuat
karena Agus sendiri tidak pernah mendaftarkan desain industri Lollyball

sehingga tidak memiliki hak eksklusif atas desain permen Lollyball. Selain itu
dari pihak kuasa hukum Agus juga tidak dapat menjelaskan secara rinci di mana
letak kesamaannya.
Gugatan Agus semakin diperlemah dengan adanya fakta yang dapat ditunjukkan
pihak Perfetti Van Melle bahwa etiket desain industri permen Lollipops dan
Lollyball berbeda. Bukan hanya itu, Perfetti Van Melle juga dapat membuktikan
bahwa produk Alpenliebe Lollipop telah mendapatkan sertifikat desain industri.
Pendaftaran sertifikat desain industri Perfetti Van Melle telah melalui tahap
pemeriksaan baik administratif, substantif dan telah diumumkan. Ketika, masa
pengumuman tidak ada pengajuan keberatan terhadap pemohon pendaftaran
desain industri yang diumumkan. Berdasarkan kondisi tersebut, gugatan yang
diajukan oleh Agus Susanto memang tidak cukup kuat untuk membuktikan
adanya pelanggaran desain industri yang dilakukan oleh pihak Perfetti Van
Melle.
Desain industri permen Lollyball seharusnya segera didaftarkan ketika baru
tercipta. Gugatan Agus Susanto menjadi gugatan yang lemah karena Agus
sendiri tidak memiliki serifikat desain industri atas permen Lollyball. Meskipun
telah memiliki sertifikat merek No. 460924 pada tahun 2001, namun hal ini
belum lengkap tanpa adanya sertifikat atas desain industri. Jika kondisinya
seperti ini, permen Lollyball hanya mendapat perlindungan atas merek
dagangnya, namun tidak mendapat perlindungan dan pengakuan atas desain
industrinya. Oleh sebab itu, pendaftaran legalitas atas suatu produk haruslah
lengkap dan dilakukan sesegera mungkin. Hal ini diperlukan agar produsen
memperoleh jaminan perlindungan hukum yang sah atas hak milik perindustrian
untuk produk yang dimilikinya.

BAB IV
KESIMPULAN
Desain industri yang kreatif dan inovatif diperlukan dalam mendesain suatu
produk agar menjadi produk yang unik, diterima oleh konsumen, dan terhindar
dari dugaan plagiarisme oleh pihak lain. Dalam kasus sengketa desain industri
antara Perfetti Van Melle dan Agus Susanto memberi pelajaran bagi pelaku
industri di Indonesia bahwa pendaftaran hak milik perindustrian yang salah
satunya desain industri harus dilakukan sesegera mungkin dan selengkaplengkapnya agar memperoleh jaminan perlindungan hukum terhadap produk
secara menyeluruh. Jika ingin mengajukan gugatan, maka gugatan tersebut
haruslah memiliki dasar fakta yang kuat dan dapat dibuktikan kebenarannya,
serta dilakukan di saat yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Elsi Kartika Sari, SH., M.H, Advendi Simangunsong, SH., MM, Hukum Dalam
Ekonomi (Edisi II), Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2007
N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekonogi Pembangunan, Edisi Kedua,
Erlangga, 2004
H. OK. Saidin, SH, MH., M. Hum, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual
(Intellectual Property Rights), PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan ke-7, Jakarta
2010
Dr. Dhaniswara K. Harjono, SH., MH., MBA, Aspek Hukum Dalam Bisnis,
Pusat Pengembangan Hukum Bisnis Indonesia, Jakarta 2009
UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek


Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman

Anda mungkin juga menyukai