Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAK PATEN)


DOSEN PENGAMPU: FARAHWATI, SH.,M.Si.,M.H

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
SURYA FAJHRI FIRMANSYAH 21-232
AKMAL FADHIL 21-233
SAFFIRA CAHYA MUSTIKA 21-223
REHUEL VICTOR HOSEA SIRAIT 21-215
LAURENCIANO AGUSTINO MARIO 21-238

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SAMARINDA
2023/2024
KATA PENGNTAR
Segala puji kepada Allah subhanahu wata’ala, karena hanya dengan izin-
Nya lah, Penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “HAK ATAS
KEKAYAAN INTELEKKTUAL/HAK PATEN” dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Tak lupa Salam dan Salawat kepada Nabi Muhammad
shallallahu ‘alihi wasallam.

Makalah ini telah kami kerjakan dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya, kami hanya dapat berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terkhusus bagi mahasiswa
hukum maupun pada bidang ilmu lainnya yang berkaitan dengan makalah ini, dan
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat.

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... II


DAFTAR ISI.............................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3


A. PENGERTIAN PATEN ....................................................................................... 3
B. UNSUR-UNSUR PEMBERIAN HAK PATEN .................................................. 4
C. JENIS-JENIS PATEN .......................................................................................... 5
D. PRINSIP DASAR PATEN .................................................................................. 6
E. PERMOHONAN PATEN .................................................................................... 7
F. PENNDAFTARAN PATEN ................................................................................ 8
G. CONTOH KASUS TERKAIT HAK PATEN ...................................................... 8
BAB III KESIMPULAN............................................................................................ 9
A. KESIMPULAN .................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 10

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era modern saat ini, pembangunan berbasis pada teknologi, sehingga
pembangunan tersebut mutlak diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan pada
sektor ekonomi.

Untuk menunjang perkembangan dan perlindungan hukum terhadap teknologi maupun


produk lainnya, maka dibuatlah sebuah peraturan perundang-undangan dalam bentuk Undang-
Undang Paten yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 sebagaimana diubah dan
disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor
14 tahun 2001 tentang Paten (selanjutnya disingkat Undang-Undang Paten/UUP).

UUP memberikan perlindungan hukum terhadap penemuan dalam bidang teknologi baik
berupa proses maupun produk. Namun, UUP juga mengatur tentang penemuan –penemuan
tertentu yang tidak dapat diberikan paten.

Dari data yang ada. Jumlah permintaan pendaftaran paten dan paten sederhana yang
diterima kantor Paten, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri sejak diberlakukannya
UUP yaitu periode 1 Agustus 1991 sampai dengan 31 Desember 1995.

sebanyak 12. 936 buah yang dapat diperinci menjadi 12 536 buah permintaan paten dan
373 buah permintaan paten sederhana.

Namun, seiring berjalannya kasus ternyata banyak terjadi pelanggaran paten, misalnya
pada bidang industri. Hal tersebut disebabkan karena banyak sekali produk-produk yang
beredar bebas dan sudah dikenal oleh masyarakat, sehingga ada upaya peniruan oleh pihak lain
untuk memperoleh posisi pasar yang sama dengan produk aslinya, dan tentu untuk memperoleh
hasil penjualan yang baik atas produknya.

Oleh karena itu, penulis kemudian tertarik mengkaji membuat sebuah makalah yang
secara umum membahas tentang Paten beserta contoh kasus terhadap masalah paten tersebut.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah yang kemudian akan dikaji di dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:

a) Apakah yang dimaksud dengan Paten?


b) Unsur-unsur apa sajakah yang harus dipenuhi agar sebuah objek dapat diberikan hak
paten?
c) Apa sajakah jenis-jenis Paten?
d) Seperti apakah prinsip dasar dari Paten?
e) Bagaimankah tata cara Permohonan dan Pendaftaran hak Paten?
f) Bagaimanakah contoh di lapangan atau kasus yangberaitan dengan hak paten?

2
BAB II
PEMBAHASAN (ISI)

A. Pengertian Hak Paten


Istilah paten bermula dari bahasa Latin yang berarti dibuka dan berlawanan dengan
Latent yang berarti terselubung, oleh karenanya bahwa suatu penemuan yang mendapatkan
paten menjadi terbuka untuk diketahui oleh umum. Dengan terbuka tersebut tidak berarti setiap
orang bisa mempraktikan penemuan bisa didayagunakan oleh orang lain. Baru setelah habis
masa perlindungan patennya penemuan tersebut menjadi milik umum (public domain), pada
saat inilah benar-benar terbuka.
Dengan terbukanya suatu penemuan yang baru, memberi informasi yang diperlukan bagi
pengembangan teknologi selanjutnya berdasarkan penemuan tersebut dan untuk memberi
petunjuk kepada mereka yang berminat dalam mengeksploitasi penemuan itu.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dengan demikian paten adalah hak istimewa
(eksklusif) yang diberikan kepada seorang penemu (inventor) atas hasil penemuan (invention)
yang dilakukan di bidang teknologi, baik yang berbentuk produk atau proses saja, atas dasar
hak istimewa tersebut, orang lain dilarang untuk mendayagunakan hasil penemuannya
terkecuali atas izinnya atau penemu sendiri melaksanakan hasil penemuannya.
Sedangkan, menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1989 tentang
Paten, Paten adalah hak khusus atau eksekutif yang diberikan Negara kepada penemu atas hasil
temuannya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
penemuannya tersebut atau untuk memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk
melakukannya. Pemegang hak paten adalah seorang inventor sebagai pemilik paten atau pihak
yang menerima hak tersebut dan terdaftar dalam Daftar Hak Paten. Hak paten diatur dalam
Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2001 tentang Paten (selanjutnya disebut UU Paten).
World Intellectual Property Organization memberi defenisi defenisi Paten sebagai
berikut.
“A Patent is a legally enforceable right granted by virtue of law to a person to exclude, for
a limited time, other from certain acts in relation to describe new invention; the privilege
is granted by a government authorithy as a matter of right to the person who is entitled to
apply for it and who fulfils the prescribed condition.”

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diperhatikan bahwa terdapat hal penting dari
pengertian paten yaitu bahwa paten adalah bersifat eksklusif dan bersal dari pemerintah, Hak

3
paten adalah perbuatan yang merupakan hak eksklusif dari pemegang paten, yaitu mengenai
penjualan penggunaan dan halhal lain yang berkaitan dengan objek yang telah dipatenkan.

B. Unsur-Unsur Pemberian Hak Paten

Untuk penemuan yang diatur atau dilindungi paten atau tepatnya objek perlindungan dari
paten/ berbeda dengan objek hak cipta, maka objek dari paten seperti telah dijelaskan di atas,
adalah penemuan-penemuan yang bersifat :

1. Bersifat baru (novelty)

Penemuan tersebut bukan merupakan bagian dari penemuan terdahulu atau penemuan
yang telah ada sebelumnya, Menurut pasal 3 ayat 1 UUP suatu penemuan dianggap baru, jika
pada saat pengajuan permintaan paten, penemuan tersebut tidak semua atau tidak merupakan
bagian dari penemuan terdahulu.

Sedangkan yang dimaksud dengan penemuan terdahulu sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
ayat 1 tersebut adalah suatu penemuan yang ada pada saat atau sebelum :

a) Tanggal pengajuan permintaan paten; atau


b) Tanggal penerimaan permintaan paten dengan hak prioritas apabila permintaan paten
diajukan dengan hak prioritas. Telah diumumkan di Indonesia atau di luar indonesia
dalam suatu tulisan yang memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan penemuan
tersebut atau telah diumumkan di Indonesia dengan penguaraian lisan atau melalui
peragaan penggunaan nya atau dengan cara lain yng memungkinkan seorang ahli untuk
melaksana kan penemuan tersebut. (pasal 3 ayat 2 UUP).

Dari ketentuan-ketentuan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam rangka sifat
kebaruan. UUP menganut sistem world wide novelty artinya penemuan tersebut tidak hanya
baru di Indonesia, tetapi juga baru di seluruh dunia.

2. Langkah inventif (inventive step)

Mengandung langkah inventive adalah jika penemuan itu bagi seorang yang
mempunyai keahlian biasa mengenai teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga
sebelumnya (pasal 2 ayat 1 UUP). Makalah yang tidak dapat diduga harus dilakukan dengan
memperhatikan keahlian yang ada pada saat diajukan permintaan paten atu yang telah ada pada
saat diajukan permintaan paten pertama dalam hal permintaan itu diajukan dengan hak
prioritas.

4
Sedangkan menurut Bambang Kesowo, penilaian mengenai keahlian mana yang harus
digunakan untuk memastikan bahwa penemuan merupakan hal yang tidak dapat digunakan
untuk memastikan bahwa sesuatu penemuan merupakan hal yang tidak dapt diduga. Dalam
pasal 2 ayat (3) UUP memberikan petunjuk bahwa keahlian tersebut yang sudah ada pada saat
diajukannya permintaan paten yang pertama. Dalam peristilahan paten, saat tanggal
diajukannya permintaan paten yang pertama tersebut disebut filing date sedangkan dalam hal
permintaan paten dengan hak prioritas, maka kehalian tersebut adalah yang ada pada saat
diajukannya permintaan yang pertama.

3. Dapat diterapkan dalam industri (industrial applicability)

Mengenai syarat bahwa penemuan harus dapat diterapkan dalam bidang industri.
Maksudnya penemuan tersebut dapat diproduksi atau dapat digunakan untuk menghasilkan
suatu produk. syarat ini sebenarnya juga sekaligus menunjukkan bahwa penemuan tersebut
dapat berupa produk. atau dapat pula berupa proses yang dapat dipakai untuk menghsilkan
produk : oleh karenanya, paten meliputi paten untuk produk dan paten untuk proses.

C. Jenis-Jenis Paten

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kaidah-kaidah internasional juga UU Paten


membagi paten ke dalam dua bagian yaitu paten proses dan paten produk dalam hal
pelaksanaan paten. Tetapi dari bentuk penemuan yang dipatenkan, paten dapat dibagi sebagai
berikut :

a. Paten Sederhana (Pasal 6, Pasal 9, dan Pasal 104 sampai dengan Pasal 108 UU Paten;
dan,
b. Paten Biasa yang sesungguhnya adalah paten yang sedang dibicarakan. Maka sesuai
kaidah-kaidah internasional dan UU Paten dikenal atau ditulis paten saja.

Paten sederhana muncul karena mengingat banyaknya penemuan atau teknologi yang
mempunyai nilai kegunaan paraktis, baik dalam produk, alat penemuan maupun dalam hal
pelaksanaanya setelah menjadi suatu produk.
Paten diberikan terhadap karya atau ide penemuan (invensi) dibidang teknologi, yang
berupa produk ataupun proses, kemudian bila didayagunakan akan mendapatkan manfaat
ekonomi. Inilah yang dasar bahwa paten mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan
hukum yang diberikanpun tidak secara otomatis, harus ada permohonan sebelumnya.

5
D. Prinsip Dasar Paten

Terdapat prinsip-prinsip dasar dalam perolehan paten yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a) Paten merupakan hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atas hasil temuannya
di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu untuk melaksanakan sendiri temuannya
tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya (UU
No.6 Tahun 1989). Karena hak khusus ini pula pada awalnya paten, seperti halnya hak
cipta, sering dianggap sebagai bagian dari paham individualisme.
b) Paten diberikan negara berdasarkan permohonan Permintaan paten diajukan oleh penemu
atau calon pemegang paten berupa permintaan pendaftaran ke kantor paten. Bila tidak ada
permintaan maka tidak ada paten. Hanya penemu atau yang menerima lebih lanjut hak
penemu yang berhak memperoleh paten.
c) Paten diberikan untuk satu penemuan; Setiap permintaan paten hanya untuk satu penemuan
atau tepatnya satu penemuan tidak dapat dimintakan lebih dari satu paten.
d) Penemuan harus baru, langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri. Penemuan
tersebut dapat berupa proses maupun produk yang dipatenkan.
e) Paten dapat dialihkan; seperti halnya hak cipta dan hak milik perseorangan lainnya paten
juga dapat dialihkan kepada orang atau pihak lain, yang menurut Pasal 66 UU Paten paten
dapat beralih untuk selruhnya ataupun sebagian. Pengalihan itu misalnya karena :
1) Pewarisan, hibah, wasiat; pengalihan yang berlangsung untuk seluruhnya harus
disertai dengan dokumen paten serta hak-hak lain yang berkaitan dengan paten itu;
2) Perjanjian; harus dibuat dalam bentuk akta notaris; dan
3) Karena sebab-sebab lain yang ditentukan oleh undang-undang.
f) Paten dapat dibatalkan dan dapat batal demi hukum; Paten yang telah diberikan terhadap
suatu penemuan dapat dibatalkan berdasarkan pengajuan gugatan, baik oleh pihak-pihak
tertentu lain melalui Pengadilan Niaga maupun oleh pihak-pihak tertentu karena hal-hal
tertentu, seperti yang diatur dalam Pasal 91 UU Paten. Selain itu paten dapat dinyatakan
batal demi hukum oleh kantor paten apabila pemegang paten tidak memenuhi
kewajibannya membayar biaya-biaya tahunan dalam jayat waktu yang telah ditentukan
Pasal 88 UU Paten.
g) Paten berkaitan dengan kepentingan umum; Pasal 75 UU Paten menentukan bahwa apabila;
1) Pemegang paten tidak melaksanakan paten (baca penemuan yang diberi paten) tersebut
atau tidak dalam hal sewajarnya selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal
pemberian paten (jo Pasal 17 ayat (1) UU Paten yang menentukan bahwa pemegang

6
paten wajib membuat produk atau menggunakan proses yang diberikan opaten di
wilayah Indonesia).
2) Juga apabila paten telah dilaksanakan di Indonesia oleh pemegang paten atau pemegang
lisensi dalam hal lisensi wajib tetapi dalam bentuk dan dengan cara yang merugikan
kepentingan masyarakat, maka akan diberikan sanksi berupa pemberian lisensi wajib
kepada orang/pihak lain untuk melaksanakan paten tersebut. Hal ini berarti pemegang
paten selain mempunyai hak juga mempunyai kewajiban untuk melaksanakan patennya
supaya produk tersebut dapat memasyarakat.
3) Paten mensyaratkan kewajiban umum bagi pemegang paten; Dari isi Pasal 17 ayat (1)
UU Paten di atas, terlihat jelas bahwa pemegang paten juga mempunyai kewajiban
hukum selain tentunya hak.

h). Paten berkaitan dengan kepentingan nasional; Paten sangat berkaitan erat dengan bidang
teknologi, yang menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan masa depan bangsa dan
negara. Untuk itu negara mempunyai peran yang luas dan penting untuk mengatur npaten, salah
satu satunya melalui peraturan perundang-undangan. Pasal 17 UU Paten mengenai hak
pemegang paten untuk melaksanakan paten sesungguhnya dapat dilihat dari dua sudut
kepentingan, yaitu hak pemegang paten itu sendiri dan kepentingan nasional atau pemerintah
sebagai pembuat peraturan. Pasal 71 UU Paten memuat ketentuan mengenai pelarangan
pencantuman atau pemuatan dalam suatu perjanjian paten hal-hal yang dapat merugikan
kepenrtingan nasional atau membatasi kemampuan Indonesia untuk menguasai teknologi.

E. Permohonan Paten
Paten hanya dapat diperoleh dengan cara Permohonan, yaitu dengan cara memohonkan
invensi yang ingin diperoleh Patennya ke Ditjend Hak Kekayaan intelektual yang selanjutnya
disingkat dengan istilah Direktorat Jenderal Hak kekayaan Intelektual (DijJend HKI). Dalam
pendaftaran tersebut memiliki prosedur, mulai dari tata cara permohonan dan syarat yang harus
dipenuhi dalam Pendaftaran Paten. Dalam pendaftaran dengan Hak Prioritas diatur secara
khusus pada Undang-Undang No 14 Tahun 2001 tentang Paten pada pasal yang ke 27, yaitu :
1) Pendaftaran Menggunakan Hak prioritas sebagaimana diatur dalam Paris Convention
for the Protection of Industri Property yang mengatur tentang jangka waktu dan tata
cara dalam mengajukan pendaftaran.
2) Pendaftaran yang mengunakan permohonan dengan hak prioritas wajib dilengkapi
dengan dokumen prioritas, yang disahkan oleh pejabat berwenang.

7
3) Apabila point pertama dan kedua tidak dipenuhi maka permohonan tidak bisa diajukan
dengan menggunakan Hak prioritas.
F. Pendaftaran Paten
Pendaftaran paten disini sifatnya wajib dan bukan bersifat sukarela ini sebagai amanat
stelsel konstitutif yang dianut oleh UUP. Tanpa adanya pendaftaran. Maka penemuan teknologi
yang bersangkutan tidak akan dilindungi. Oleh karena itu seyogyanya penemu teknologi harus
mendaftarkan temuannya kepada kantor paten yang dalam hal ini adalah kantor Direktorat
Paren, Direktorat Jenderal Cipta, Paten dan merek Departemen Kehakiman di Jakarta.
Setelah prosedur pendaftaran paten dilaksanakan oleh pendaftar maka kepada yang
bersangkutan akan diberikan sertifikat paten. Tentu saja dalam hal ini kantor paten akan
melaksanakan tugasnya sesuai dengan amanat yang tercantum dalam pasal 23 sampai dengan
pasal 71 UUP. segala prosedur yang berkaitan dengan pendaftaran paten itu harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh pendaftar dan demikian pula langkah – langkah pemeriksaan atas permintaan
tersebut harus dilaksanakan oleh kantor paten.
Setelah sertifikat paten diberikan kepada pemohon yang sekaligus berarti merupakan surat
legitimasi bagi pemiliknya atas patennya, maka kepadanya diberikan kewajiban yaitu :
a) Membuat, menjual, menyewakan, menyerahkan, memakai, menyediakan untuk dijual
atau disewakan atau diarahkan hasil produksi yang diberi paten; dan
b) Menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang – brang dan
tindakan lainnya (pasal 17 UUP). Pelaksanaa harus dilakukan di wilayah Republik
Indonesia.
G. Contoh Kasus Terkait Hak Paten
➢ Kasus Hak Paten Hyundai dan KIA :
Perusahaan raksasa yang memproduksi mobil asal Korea Selatan yang memproduksi
mobil Hyundai Sonata serta KIA Optima, dituduh telah melakukan aksi plagiasi dnegan
menggunakan teknologi hibrida, dan karena kasus tersebut perusahaan raksasa asal Korea
Selatan tersebut digugat dan gugatan tersebut telah diajukan pada tanggal 16 Februari 2012 di
pengadilan Federal Baltimore oleh Paice.
Paice telah melakukan usaha agar perusahaan raksasa asal Korea Selatan tersebut agar
tidak memproduksi lagi mobil Hyundai dan KIA dengan hibrida, dan aksi penjegalan tersebut
akan dia hentikan jika pihak dari perusahaan asal Korea Selatan mau membayar lisensi
tersebut. Menurut Piece, pihaknya sudah menawarkan kepada pihak Hyundai untuk
menawarkan teknologi hybridnya.

8
Namun tidak ada kelanjutan kerjasama dari pihak Hyundai, namun tidak selang lama
teknologinya ada di salah satu produk milik Hyundai. Dan karena hal tersebut, Paice langsung
menggugat pihak Hyundai di pengadilan, karena menurutnya pengadilan adalah solusi yang
tepat.
➢ Kasus Nokia Dan Apple :
Nokia mengajukan tuntutan kepada Apple terkait masalah paten teknologi yang
digunakan Apple di banyak produknya. Produk Apple dinilai telah melanggar beberapa paten
milik Nokia. Nokia mengajukan tuntutan pelanggaran 32 paten teknologi terhadap Apple di
Munchen, Jerman dan Texas, AS. Tuntutan paten ini antara lain paten teknologi display, user
interface, software, antena, cipset, dan video coding.
Menariknya, Apple dan Nokia pernah menandatangani perjanjian penggunaan paten
pada 2011 silam. Lebih lanjut, Head of Patent Business Nokia Ikka Rahnasto mengatakan,
pihak Nokia akhirnya mengambil tindakan untuk membawa hal ini ke ranah hukum.
Nokia telah menghabiskan investasi sebesar 115 miliar euro untuk mengembangkan
teknologi selama 20 tahun terakhir. Paten yang dimilikinya telah banyak digunakan untuk
teknologi smartphone, tablet, PC, dan perangkat sejenis lainnya.

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pengertian Paten dapat ditinjau dalam beberapa aspek baik berdasarkan Undang-Undang

Paten maupun berdasarkan World Intellectual Property Organization.

Ada beberapa unsur yang harus dipenuhi sebuah objek yang paten yang akan diberikan

hak paten baik itu berupa objek paten sederhana maupun paten biasa.

Untuk memperoleh Sebuah paten, Objek tersebut harus dimohonkan dan didaftaarkan

terlebih dahulu kepada pejabat yang berwenang yakni Ditjend HKI sebagaimana yang telah

diatur dalam Undang-Undang Paten.

9
DAFTAR PUSTAKA

ANALISIS YURIDIS PENOLAKAN PATEN TERKAIT DENGAN


PENYEMPURNAAN INVENSI (STUDI KASUS PADA PUTUSAN MAHKAMAH
AGUNG NOMOR 802 K/PDT/SUS/2011). (Online).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39624/Chapter%20I.pdf;jsessio
nid=BF50A83EDD703C9315658AF4E22CF64A?sequence=4. Diakses Pada Hari
Minggu, 05 November 2017 , Pukul 18.41 WITA.

THOMMY ARUAN. PERLINDUNGAN HUKUM PATEN. (Online).


https://www.academia.edu/30107989/MAKALAH_PATEN. Diakses Pada Hari Senin, 06
November 2017, Pukul 19.45 WITA.

CORRY ANESTIA. LIPUTAN 6. NOKIA TUNTUT APPLE ATAS PELANGGARAN


32 PATEN. (Online). http://tekno.liputan6.com/read/2685302/nokia-tuntut-apple-atas-
pelanggaran-32-paten. Diakses Pada Hari Senin, 06 November 2017, Pukul 20.12 WITA.

MAHASAISWA.ME. KASUS HAK PATEN HYUNDAI DAN KIA. (Online).


https://mahasiswa.me/2017/03/30/kasus-hak-paten-hyundai-dan-kia/. Diases pada Hari
Senin, 20.06 WITA.

10

Anda mungkin juga menyukai